Konstruksi Berita pada koran Republika tanggal 28, 29 dan 30

BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS

Peristiwa meninggalnya Soeharto mengemuka pada akhir bulan Januari 2008. berita ini tentunya menarik perhatian dari media massa. Lalu bagaimana konstruksi dari media massa terhadap berita meninggalnya Soeharto tersebut dilihat dari bingkai koran harian umum Republika tanggal 28, 29 dan 30 Januari 2008. Berikut ini akan diuraikan dalam bentuk pembingkaian kedua koran tersebut.

A. Konstruksi Berita pada koran Republika tanggal 28, 29 dan 30

Peristiwa yang sama dapat dikonstruksi secara berbeda dan pada akhirnya menghasilkan berita yang berbeda pula. Peristiwanya sama: berita tentang meninggalnya Soeharto, tetapi peristiwa yang sama itu dikemas secara berbeda oleh media cetak dalam setiap edisinya. Perbandingan konstruksi berita di atas dapat dilihat pada tabel bentuk frame pada koran Republika tanggal 28, 29 dan 30 Januari 2008. Dalam teks berita tanggal 28, peristiwa meninggalnya Soeharto dikonstruksi lewat penonjolan dengan mempergunakan Diagnosed causes, make moral judgement dan suggested remedies. Diagnosed causes yang bertujuan antara laian: bahwa meninggalnya Soeharto disebabkan oleh sakit atau gagalnya sistem multiorgan yang telah dideritanya selam ini. Untuk memperkuat sudut pandang terhadap pemberitaannya, berita tanggal 28 membuat keputusan moral make moral judgement. Adapun make moral judgement yang dimaksud adalah: Pertama, Allah SWT pasti akan memanggil semua hambanya, para hamba itu bisa dipanggil ketika masih remaja, dewasa, tua, bahkan ada yang masih mudah sudah meninggal. Kedua, wafatnya Soeharto juga memberi pelajaran yang berharga buat bangsa ini. Ketiga, Semua manusia pasti meninggal dunia, semua yang berkuasa pasti ada masa akhirnya termasuk penguasa sekuat Fir’aun sekalipun. Keempat, Kemarin giliran Pak harto dipanggil oleh Allah SWT. Hari ini, besok, pekan depan, bulan depan atau tahun depan boleh jadi giliran kita. Kelima, Semua kita pasti akan dijemput ajal, dan ketika ajal itu menjemput kita, maka hara-benda, jabatan dan kekuasaan tidak ada gunanya. Kita akan masuk ke Liang lahat sendirian dan hanya diselimuti beberapa lembar kain kafan. Dan yang terakhir adalah, dengan wafatnya beliau semoga hal ini menjadi pembelajaran penting bagi kita semua. Bagaimanapun beliau juga seorang manusia, kita harus mengambil positif darinya dan tidak mencontoh hal yang negatifnya. Dengan peristiwa ini, Allah juga menunjukkan kepada kita semua bahwa kita adalah makhluk yang lemah, kita tidak berdaya dengan musibah ini, manusia tidak bisa mencerna bagaimana jalannya kejadian itu. Semua kecerdasan, pengalaman serta kemampuan analistis tidak dapat digunakan untuk menghindarinya. Dan hanya Allah yang berhak melakukan segala sesuatu di balik kekuasaan-Nya. Adapun Suggested remedies yang direkomendasikan tanggal 28 adalah antara lain: Pertama, Meskipun pak Harto banyak salah, banyak masalah pada akhir hayatnya, kita harus maafkan dia sebagai seorang tokoh tanpa harus mempertimbangkan bahwa beliau juga masih banyak dosa yang saat ini masih dirasakan oleh bangsa Indonesia. Sesuai dengan hadits Nabi, tuntutan Rasul, sesuai dengan agama, kita harus memaafkan orang tersebut terlepas apakah orang tersebut punya masalah atau tidak 73 . Kedua, Mengajak seluruh masyarakat untuk berdo’a agar Arwah Almarhum diterima di sisi Allah SWT serta memberikan penghormatan tertinggi kepada putera terbaik atas jasa-jasanya. Yang terakhir adalah dengan menetapkan tujuh hari berkabung atas meninggalnya Soeharto. Adapun yang dimaksud dengan pemikiran atau gagasan media terhadap berita meninggalnya Soeharto ini merupakan cara yang digunakan media untuk menekankan khalayak bahwa apa yang diberitakan dalam teks itu masuk akal. Bentuk-bentuknya bisa dilihat pada tabel bentuk frame ketiga edisi yang menunjukkan letak peta pemikiran masing-masing edisi. Sementara berita tanggal 29, teks berita dikonstruksi melalui penonjolan Define Problem dan suggessted remedies. Berita tanggal 29 didefinisikan sebagai bentuk kepulangan Soeharto untuk menemui sang Khalik. Adapun Suggessted yang diberikan tanggal 29 adalah: Pertama, lantunan doa mengiringi kepulangan mantan presiden Soeharto menemui sang khaliq. Kedua, memaafkan kesalahan Almarhum, Selamat jalan Bapak, doa kami selalu menyertaimu. 74 Ketiga, Semoga Arwah Almarhum diterima disisi Allah SWT, diampuni segala dosa-dosanya, diterima semua amal baiknya, dan keluarga yang ditinggalkan dapat tabah dan ikhlas menerima kepergian Almarhum. Keempat, doa dan tahlil dilakukan agar mendiang Soeharto mendapat tempat yang mulia di sisi-Nya. Kelima, Melepas kepergian Soeharto dengan menggelar shalat Ghaib dan tahlilan. Kelima, melakukan rangkaian kegiatan berupa pembacaan yasin dan 73 Wawancara pribadi dengan Irwan Arifyanto selaku Redaktur Hukum Republika, 30062008 74 Tutut dalam berita harian Republika edisi 29012008 dzikir. Keenam, mengadakan shlat ghaib dan dzikir bersama agar Soeharto wafatnya dalam husnul khotimah dan semoga arwahnya diterima di sisi Allah SWT. Dan terakhir adalah, dengan memintakan agar rakyat memaafkan dosa- dosanya. Sementara tanggal 30 lebih menojolkan unsur Define Problem, make moral judgement dan unsur suggested remedies . Berita terbitan 30 Januari memaknai atau memahami peristiwa ini sebagai kehendak dari Allah. Pilihan moral yang dibuat pada terbitan 30 ini adalah dengan memberikan sebuah penghargaan dan rasa simpati kepada beliau. adapun antara lain: Pertama, dengan meninggalnya Soeharto, putera-puterinya membaca yasin di makam Pak Harto di Astana Giribangun, Karang Anyar. Kedua, banyak warga diberbagai kota dan daerah yang menunjukkan simpati dengan berbagai cara, umat Islam di banyak tempat mengadakan shalat ghaib dan menyelenggarakan tahlil bersama. Dan yang ketiga adalah, dengan wafatnya Soeharto, rakyat memberi penghormatan terakhir kepada beliau. Adapun dalam menekankan penyelesaian, edisi 30 merekomendasikan agar: kita sebagai manusia perlu memaafkan beliau dan mendoakan agar beliau husnul khotimah.

B. Analisis Tentang Frame Republika tanggal 28,29 dan 30 Januari 2008