13 ekuitas. Biaya agensi yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling
1976:310 sebagai berikut: a. Monitoring Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh principal untuk
mengukur, mengamati, dan mengontrol perilaku manajer. Dalam hal ini, termasuk biaya audit, rencana kompensasi eksekutif dan biaya
untuk memberhentikan manajer. b. Bonding Cost adalah biaya pengikatan agen agar agen bertindak yang
terbaik untuk kepentingan pemilik perusahaan. Para agen akan diberi kompensasi yang wajar dan bila mereka tidak bertindak sesuai dengan
keinginan pemilik kompensasi tersebut tidak akan diberikan. c. Residual Loss, meskipun sudah ada monitoring dan bonding, kadang
kepentingan shareholders dan agen masih sulit diselaraskan karena itu muncul agency losses dari perbedaan kepentingan tersebut dan ini
disebut residual loss. Residual loss menunjukkan tradeoff antara membatasi manajer dan memaksakan mekanisme kontrak yang
didesain untuk mengurangi agency problems. Secara umum tidak ada perusahaan yang tidak memiliki biaya keagenan kecuali bagi
perusahaan yang dimiliki dan dikelola sepenuhnya oleh seorang manajer.
2. Integritas Laporan Keuangan dan Konservatisme Akuntansi
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara manajemen
14 dengan pihak luar perusahaan tentang data keuangan atau aktivitas
perusahaan tersebut selama periode tertentu. Ikatan Akuntan Indonesia IAI, 2002 dalam PSAK NO.1 mengemukakan bahwa tujuan laporan
keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
pengguna dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-
sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Laporan keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna.
Informasi akuntansi harus memenuhi tiga karakteristik kualitatif informasi akuntansi yaitu relevance, objectivity dan reability. Informasi dikatakan
relevance apabila dapat mempengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan dengan menguatkan atau mengubah pengharapan pengguna
laporan keuangan. Informasi dikatakan reliable apabila dapat dipercaya dan menyebabkan pemakai laporan keuangan bergantung pada informasi
tersebut. Sedangkan dikatakan objective apabila informasi tersebut terbebas dari pengaruh hal lain yang dapat mempengaruhi independensi
informasi. Integritas laporan keuangan dapat dicapai apabila laporan keuangan mampu memberikan informasi yang memiliki karakteristik-
karakteristik tersebut Jamaan, 2008:16.
Informasi akuntansi yang memiliki integritas yang tinggi akan dapat diandalkan karena merupakan suatu penyajian yang jujur sehingga
memungkinkan pengguna informasi akuntansi bergantung pada informasi
15
tersebut. Mulyadi 2004 dalam Jamaan 2008:33 mendefinisikan
integritas sebagai berikut: “Integritas adalah prinsip moral yang tidak memihak, jujur, seseorang yang berintegritas tinggi memandang fakta
seperti apa adanya dan mengemukakan fakta tersebut seperti apa adanya. Pada penelitian Mayangsari 2003:3 integritas laporan keuangan
didefinisikan sebagai berikut: “Integritas laporan keuangan adalah sejauh mana laporan keuangan yang disajikan menunjukkan informasi yang benar
dan jujur.”
Ukuran integritas laporan keuangan selama ini belum ada walaupun demikian secara intuitif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu diukur dengan
konservatisme serta keberadaan manipulasi laporan keuangan yang biasanya diukur dengan manajemen laba. Menurut Mayangsari 2003:3
laporan keuangan yang reliable atau berintegritas dapat dinilai dengan cara penggunaan prinsip konservatisme dan penggunaan earning management
karena informasi dalam laporan keuangan akan lebih reliable apabila laporan keuangan tersebut konservatif dan laporan keuangan tersebut tidak
overstate supaya tidak ada pihak yang dirugikan akibat informasi dalam laporan keuangan tersebut.
Konservatisme mengakui biaya atau rugi yang mungkin terjadi, tetapi tidak segera mengakui laba yang akan datang walaupun kemungkinan
terjadinya besar. Menurut Widya 2005:3 konservatisme merupakan prinsip yang penting dalam pelaporan keuangan agar pengakuan dan
pengukuran aktiva serta laba dilakukan dengan penuh kehati-hatian,
16 karena aktivitas ekonomi dan bisnis dilingkupi oleh ketidakpastian.
Ketidakpastian dan risiko tersebut harus dicerminkan dalam laporan keuangan agar nilai prediksi dan kenetralan bisa diperbaiki. Pelaporan
yang didasari kehati-hatian akan memberi manfaat yang terbaik untuk semua pemakai laporan keuangan. Pengguna laporan keuangan dapat
mengambil keputusan investasi atau pemberian kredit dengan tepat atas prediksi yang mereka lakukan dari laporan keuangan yang memuat
ketidakpastian dan risiko perusahaan. Selain itu menurut Ahmed dan Duellman 2007:2 konservatisme juga
akan membatasi kerugian yang muncul dari keputusan investasi yang berkinerja buruk, sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan. Tujuan
dari penggunaan konsep konservatisme adalah untuk menetralisir optimisme para usahawan yang terlalu berlebihan dalam melaporkan hasil
usahanya. Kontroversi mengenai manfaat angka-angka akuntansi yang
konservatif belum juga mendapatkan jalan tengahnya. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa konservatisme akuntansi bermanfaat. Tetapi ada
juga pandapat yang menentangnya dan beranggapan bahwa konservatisme akuntansi tidak bermanfaat karena mengandung informasi yang bias
Anggraini dan Trisnawati, 2008:26. a. Akuntansi Konservatif Tidak Bermanfaat
Meskipun prinsip konservatisme telah diakui namun beberapa peneliti
masih meragukan
manfaat konservatisme
tersebut.
17 Konservatisme dianggap sebagai suatu sistem akuntansi yang bias.
Pendapat ini dipicu oleh pengertian mengenai konservatisme itu sendiri dimana akuntansi yang mengakui kerugian lebih cepat
daripada pendapatan dan keuntungan, serta menilai aktiva dengan nilai terendah dan kewajiban dengan nilai tertinggi.
Terdapat dua aspek yang menjadikan konservatisme akuntansi mengurangi kualitas laporan keuangan terutama masalah relevansi.
Pertama, konservatisme melaporkan terlalu rendah baik laba maupun aset. Hal ini akan mempengaruhi kualitas relevansi laporan keuangan
khususnya netralitas karena ingin mempertahankan reliabilitas, kadang perusahaan mengabaikan relevansi informasi atau sebaliknya.
Konservatisme mendorong adanya penyimpangan karena sikap pesimistik, walaupun hal ini memang diharapkan oleh kreditor, namun
akan menjadi masalah ketika melakukan analisis ekuitas. Kedua, konservatisme merupakan hasil dari penundaan pengakuan secara
selektif terhadap berita baik, sementara dengan segera mengakui berita buruk. Hal ini dapat mengakibatkan understatement terhadap laba
yang dilaporkan untuk periode saat ini, tetapi overstatement terhadap laba yang dilaporkan untuk periode yang akan datang.
b. Akuntansi Konservatif Bermanfaat Akuntansi konservatif tetap disarankan untuk digunakan. Hal ini
dapat dilihat dalam aturan-aturan yang ada dalam standar akuntansi yang ada di Indonesia PSAK. Akuntansi konservatif akan
18 menguntungkan dalam kontrak-kontrak antara pihak-pihak dalam
perusahaan maupu luar perusahaan. Konservatisme dapat membatasi tindakan manajer untuk membesar-besarkan laba manajemen laba
serta memanfaatkan informasi yang asimetri sehingga dapat mengurangi konflik yang terjadi antara manajemen dan para
pemegang saham agency conflict. Apabila laba konservatif yang disusun
menggunakan prinsip
akuntansi yang
konservatif mencerminkan laba minimal yang dapat diperoleh perusahaan
sehingga laba yang disusun dengan metoda yang konservatif tidak merupakan laba yang dibesar-besarkan nilainya, sehingga dapat
dianggap sebagai laba yang berkualitas. Para peneliti biasanya menggunakan tiga bentuk pengukuran untuk
menyatakan konservatisme, yaitu Watts, 2003 dalam Widya 2004:19: a.
Net asset measure Ukuran ini digunakan untuk menilai nilai aset yang understatement
dan kewajiban yang overstatement. Proksi pengukuran ini menggunakan rasio market to book value of equity yang
mencerminkan nilai pasar ekuitas relatif terhadap nilai buku ekuitas perusahaan. Rasio yang bernilai lebih dari 1, mengindikasikan
penerapan akuntansi yang konsevatif karena perusahaan mencatat nilai perusahaan lebih rendah dari nilai pasarnya.
19 b.
Earningstock relation measure Stock market price berusaha untuk merefleksikan perubahan nilai
aset pada saat terjadinya perubahan baik perubahan atas rugi ataupun laba dalam nilai asset-stock return tetap berusaha untuk
melaporkannya sesuai dengan waktunya. Pengembalian saham dan earnings cenderung merefleksikan kerugian dalam periode yang sama,
tapi pengembalian saham merefleksikan keuntungan lebih cepat daripada earnings.
c. Earningaccrual measure
Pada model akrual terdapat asimetri karena kerugian cenderung diakui pada waktu terjadinya non-cash basis yang kemudian akan
menyebabkan turunnya laba. Adanya keuntungan ekonomi biasanya diakui saat keuntungan sudah benar-benar terjadi sehingga
keuntungan diakui atau dihitung berdasarkan cash basis. Adanya kebijakan akrual dalam mengakui kerugian kebijakan konservatisme
menyebabkan arus kas menurun. Konservatisme diukur dengan menghitung selisih antara laba bersih dengan arus kas. Semakin kecil
ukuran akrual suatu perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut semakin menerapkan prinsip akuntansi yang konservatif.
Pada penelitian ini pengukuran konservatisme yang digunakan adalah discresionary accrual. Discresionary accrual akrual diskerseioner adalah
suatu ukuran untuk mengetahui besarnya manipulasi laba yang dilakukan manajemen Dechow et al., 1995:194. Untuk menghitung akrual
20 diskresioner dengan menggunakan modified jones model Dechow et al.,
1995:198. Persamaannya adalah sebagai berikut: TA = NDA + DA
Dimana: TA
it
A
it-1
= α
1
1A
it-1
+ α
2
∆REV
it
A
it-1
+ α
3
PPE
it
A
it-1
+ ℮
it
NDA
it
= α
1
1A
it-1
+ α
2
∆REV
it
- ∆REC
it
A
it-1
+ α
3
PPE
it
A
it-1
Dan untuk memperoleh discretionery accrual adalah: DA
it
= TA
it
A
it-1
- NDA
it
3. Mekanisme Corporate Governance