38 Keberadaan komisaris independen di Indonesia telah diatur dalam
Surat keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta BEJ Nomor: Kep 315BEJ06-2000 perihal Peraturan No I-A, tentang Pencatatan Saham
dan Efek bersifat Ekuitas selain Saham yang diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat pada butir mengenai Ketentuan tentang
Komisaris Independen. Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik
good corporate governance, perusahaan yang tercatat di BEJ wajib memiliki komisaris independen yang jumlah proporsionalnya
sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen
sekurang-kurangnya 30 dari jumlah seluruh anggota komisaris.
4. Kualitas Audit
Pihak ketiga yang independen dibutuhkan sebagai mediator diantara agen dan pemilik. Pihak ketiga ini berfungsi untuk memonitor perilaku
agen apakah sudah bertindak sesuai dengan keinginan pemilik. Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak
pemilik dengan pihak agen dalam mengelola keuangan perusahaan Rudyawan dan Badera, 2008 dalam Sari dan Rahardja, 2011:7.
Auditor melakukan fungsi monitoring pekerjaan agen melalui suatu sarana yaitu laporan keuangan. Audit laporan keuangan ini dimaksudkan
untuk mengurangi risiko informasi dan meningkatkan pengambilan
39 keputusan. Audit dilakukan oleh pihak independen yang diharapkan dapat
meningkatkan kualitas informasi keuangan yang dilaporkan oleh manajemen.
Kualitas audit merupakan segala kemungkinan dimana auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran
yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut
auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan.
Dalam penelitian ini, elemen-elemen yang terkandung dalam pengukuran kualitas audit adalah:
1 Tenur Audit
Tenur audit adalah masa perikatan dari Kantor Akuntan Publik KAP dalam memberikan jasa audit kepada kliennya. Tenur audit
dikaitkan dengan dua konstruk yakni keahlian auditor dan insentif ekonomi. Auditor dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik dari
proses bisnis klien dan risiko. Selain itu tenur audit terkait dengan kewaspadaan terhadap keakraban auditor dengan klien. Semakin
tinggi kualitas auditor maka perikatan akan diperpanjang. Kedua, tenur audit dapat menciptakan insentif ekonomi bagi auditor sehingga
menjadi kurang mandiri. Adanya hubungan antara auditor dan klien dalam jangka waktu yang lama dikhawatirkan akan menimbulkan
hilangnya independensi auditor Sari dan Raharja, 2011:7.
40 Di
Indonesia, rotasi
KAP bersifat
mandatory dengan
ditetapkannya Keputusan
Menteri Keuangan
nomor: 423KMK.062002 tentang jasa akuntan publik dan direvisi dengan
Keputusan Menteri Keuangan nomor 359KMK.062003 tanggal 21 Agustus 2003 yang mewajibkan perusahaan untuk membatasi masa
penugasan KAP selama lima tahun dan akuntan publik selama tiga tahun. Selanjutnya, peraturan ini direvisi menjadi Peraturan Menteri
Keuangan No. 17 tahun 2008. Dalam bab 2, pasal 3, ayat 1, peraturan tersebut membatasi masa penugasan KAP selama enam tahun dan
akuntan publik selama tiga tahun. KAP dan akuntan hanya dapat menerima penugasan audit kembali untuk klien yang sama setelah 3
tiga tahun buku secara berturut-turut tidak melakukan pemberian jasa audit atas laporan keuangan pada klien tersebut.
Alasan teoritis yang mendasari penerapan rotasi wajib yaitu bagi auditor dan KAP diharapkan akan meningkatkan independensi auditor
baik secara tampilan maupun secara fakta. Ketika tenur audit dibatasi dan kontrak audit dihentikan, kegagalan audit yang disebabkan karena
berkurangnya independensi berkurang dari waktu ke waktu. KAP harus bisa mempertahankan independensinya sebagai seorang auditor,
sehingga kualitas audit bisa dipertahankan.
Peraturan-peraturan ini menimbulkan polemik panjang di kalangan akuntan publik sampai saat ini Giri, 2010:5. Berikut ini,
41 argumen berbagai kalangan yang mendukung dan menolak adanya
ketentuan rotasi wajib: a Argumen Pendukung Ketentuan Rotasi Wajib
Dua dasar argumentasi rotasi yang bersifat mandatory umumnya dikelompokan menjadi dua hal: 1 kualitas dan
kompetensi pekerjaan audit cenderung menurun secara signifikan dari waktu kewaktu, 2 independensi auditor dapat rusak oleh
panjangnya hubungan dengan manajemen. Argumen pertama yang mendukung rotasi wajib adalah
bahwa ketentuan ini akan mendorong peningkatan kualitas audit. Regulator menunjukkan adanya hubungan antara tenur auditor
dan pengurangan dalam kualitas laba dan menyinggung rotasi auditor wajib sebagai solusi yang paling memungkinkan untuk hal
ini. Alasan mereka adalah sebagai berikut: 1 Pendekatan baru akan dibawa masuk oleh KAP baru setiap lima tahun sekali.
Auditor yang mengaudit perusahaan yang sama dari tahun ke tahun akan kurang kreatif merancang prosedur audit; 2
Peningkatan kompetisi antara KAP akan didasarkan pada kualitas jasa audit; 3 Auditor tidak akan tergantung secara ekonomi
economic independence kepada klien, dan 4 Rotasi auditor akan memampukan KAP untuk saling mengawasi satu dengan
yang lain.
42 Argumen yang mendukung pendukung rotasi wajib
umumnya khawatir bahwa independensi auditor dan dengan demikian kualitas audit akan menurun dengan meningkatnya
tenur auditor. Hubungan dalam waktu yang lama dengan manager perusahaan merupakan alasan utama yang mengancam dan
merusak independensi auditor. Ada dua masalah praktis yang dapat
mengancam kemampuan
aktual auditor
untuk mempertahankan sikap independensi selama melaksanakan tugas
audit, yaitu: 1 auditor harus memperhatikan rekomendasi manajemen untuk melanjutkan tugas audit dari tahun ke tahun,
dan 2 keberlanjutan tugas audit menyebabkan anggota KAP menjadi semakin dekat dengan manajemen secara personal.
Hubungan yang semakin dekat dengan manajemen menyebabkan auditor lebih mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingan
manajemen daripada dengan kepentingan publik. b Argumen Penolak Ketentuan Rotasi Wajib
Pernyataan bahwa rotasi mandatori dapat memperbaiki kualitas audit mempertimbangkan beberapa hal berikut. Pertama,
kompleksitas kelompok perusahaan besar dan kompleksitas seputar pelaporan keuangan yang meningkat mensugestikan
bahwa KAP baru memerlukan beberapa tahun untuk secara penuh memahami bisnis klien. Hal ini berarti kompleksitas dan ukuran
perusahaan tidak mendukung pelaksanaan audit jangka pendek.
43 Kedua, pertimbangan di atas didasarkan pada argumen bahwa
auditor dengan tenur pendek memiliki kekurangan dalam pengetahuan khusus klien yang diperlukan untuk melakukan audit
yang berkualitas tinggi. Hal ini didukung oleh pendapat profesi akuntansi yang berpendapat bahwa tenur singkat mungkin
melibatkan risiko kegagalan audit yang tinggi, karena auditor yang masuk dengan cukup pengetahuan khusus klien harus lebih
berat mengandalkan pada perkiraa dan pernyataan yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan klien.
Pertimbangan-pertimbangan di atas kemudian memunculkan pertimbangan akhir yaitu tenur yang singkat menimbulkan
tambahan biaya audit bagi klien, dan juga bagi publik. Selain itu, rotasi mandatori memunculkan masalah penyimpangan audit dan
risiko litigasi. Pernyataan yang memperkuat argumen di atas adalah rotasi auditor merupakan langkah drastis sederhana,
namun belum teruji manfaatnya dan justru akan menambah biaya audit.
2 Reputasi KAP
Dalam menyampaikan suatu laporan atau informasi mengenai kinerja perusahaan kepada pengguna laporan keuangan, setiap
perusahaan diminta untuk menggunakan jasa KAP. Untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan tersebut, perusahaan biasanya
menggunakan jasa KAP yang mempunyai reputasi atau nama baik.
44 Hal ini biasanya ditunjukkan dengan KAP yang berafiliasi dengan
KAP besar yang berlaku universal yang dikenal dengan Big Four Worldwide Accounting Firm big four.
Oktadella dan Zulaikha 2010:9 menyatakan dalam hal memberikan jasa audit suatu KAP akan menerima kerugian yang
cukup besar melalui reputasi yang rusak apabila tidak memberikan kualitas audit yang sesuai dengan standar. KAP besar memiliki
karyawan dalam jumlah yang besar, dapat mengaudit lebih efisien dan efektif, memiliki jadwal yang fleksibel sehingga memungkinkannya
untuk menyelesaikan audit tepat waktu dan memiliki dorongan yang lebih kuat untuk menyelesaikan auditnya lebih cepat guna menjaga
reputasinya.
Beberapa alasan perusahaan dalam menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik Big Four, antara lain Tuanakotta dalam Oktadella
dan Zulaikha, 2010:9: a Para pemegang saham menginginkan Big Four firm;
b Perusahaan ingin mendapatkan kepercayaan dari para investor atau dukungan dari pasar modal;
c The Big Four firm mempunyai sumber daya keuangan yang kuat untuk mempertahankan pekerjaan mereka;
d Perusahaan publik memang dituntut untuk menggunakan The Big Four firm dan kualitas jasa perusahaan The Big Four firm
alasannya karena besarnya jumlah dan ragam klien yang ditangani
45 KAP, banyaknya ragam jasa yang ditawarkan, luasnya cakupan
geografis termasuk adanya afiliasi international dan banyaknya jumlah staf audit dalam suatu KAP.
Menurut Lee 1993 dalam Hamid 2013:7 jika auditor dan klien sama-sama memiliki ukuran yang relatif kecil, maka ada probabilitas
yang besar bahwa penghasilan auditor akan tergantung pada fee audit yang dibayarkan kliennya. Oleh karena itu, auditor kecil ini cenderung
tidak independen terhadap kliennya. Sebaliknya, jika auditor berukuran besar, maka ia cenderung lebih independen terhadap
kliennya, baik ketika kliennya berukuran besar maupun kecil. KAP big four juga cenderung untuk lebih memilih berhubungan
dengan klien yang memiliki nilai yang baik dalam komunitas bisnis. Oleh karena itu, KAP big four akan mempengaruhi klien untuk
bertindak sesuai dengan praktek terbaik. KAP yang tergolong big four dapat meningkatkan kualitas mekanisme pengawasan internal yang
lebih tinggi kepada kliennya dibandingkan dengan KAP non-big four
.
Adapun KAP big-four yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Tahun 2010
a Price Water House Coopers PWC, dengan partnernya di Indonesia Tanudiredja, Wibisana dan Rekan.
b Deloitte Touche Tohmatsu, dengan partnernya di Indonesia Osman Bing Satrio dan Rekan.
46 c Klynveld Peat Marwick Goerdeler KPMG International,
dengan partnernya di Indonesia yaitu Siddharta dan Widjaja. d Ernst and Young EY, dengan partnernya di Indonesia
Purwantono, Suherman Surja. Tahun 2011
a Price Water House Coopers PWC, dengan partnernya di Indonesia Tanudiredja, Wibisana dan Rekan.
b Deloitte Touche Tohmatsu, dengan partnernya di Indonesia Osman Bing Satrio dan Rekan.
c Klynveld Peat Marwick Goerdeler KPMG International, dengan partnernya di Indonesia yaitu Siddharta dan Widjaja.
d Ernst and Young EY, dengan partnernya di Indonesia Purwantono, Suherman Surja.
Tahun 2012 a Price Water House Coopers PWC, dengan partnernya di
Indonesia Tanudiredja, Wibisana dan Rekan. b Deloitte Touche Tohmatsu, dengan partnernya di Indonesia
Osman Bing Satrio dan Eny. c Klynveld Peat Marwick Goerdeler KPMG International,
dengan partnernya di Indonesia yaitu Siddharta dan Widjaja. d Ernst and Young EY, dengan partnernya di Indonesia
Purwantono, Suherman dan Surja.
47
5. Ukuran Perusahaan