Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Audit Tenure, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Integritas Laporan Keuangan: Studi Empiris Pada Perusahaan Bumn Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014

(1)

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE,

AUDIT TENURE, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP

INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN

(Studi Empiris pada Perusahaan BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Khalil Noverri Setiawan NIM: 1111082000021

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

ii

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE,

AUDIT TENURE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP

INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN

(Studi Empiris pada Perusahaan BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun oleh: Khalil Noverri Setiawan

NIM. 1111082000021

Dibawah Bimbingan

Pembimbing II

Nur Wachidah, SE., M.S.Ak NIP.

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

(4)

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini 20 Juni 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1. Nama : Khalil Noverri Setiawan

2. NIM : 1111082000021 3. Jurusan : Akuntansi / Audit

4. Judul Skripsi : Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Audit Tenure, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama ujian skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 Juni 2016

1. Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si NIP. 19760924 200604 2 002

( )

Ketua

2. Nur Wachidah, SE.,M.S.Ak NIP.-

( )

Sekretaris

3. Dr. Yahya Hamja, MM NIP. 19490602 1978 03 1 001

( )

Pembimbing 1

4. Nur Wachidah, SE.,M.S.Ak NIP.-

( )

Pembimbing 2

5. Drs. Abdul Hamid Cebba, MBA.,CPA NIP. 19620502 199303 1 003

( )


(5)

v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Khalil Noverri Setiawan NIM : 1111082000021

Jurusan : Akuntansi / Audit Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.

Apabila dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakutas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, Juni 2016 Yang Menyatakan


(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1. Identitas Diri

Nama : Khalil Noverri Setiawan Tempat, tanggal lahir : Padang, 17 Juni 1993

Alamat : Komp. Jondul IV Blok RR.2 Kelurahan Parupuk Tabing Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Provinsi Sumatera Barat

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Kewarganegaraan : Warga Negara Indonesia (WNI) Email : khalilnoverri@ymail.com

Handphone : 0857 6081 9181 / 0853 1374 4617 2. Pendidikan Formal

2011 – 2016 S1 Akuntansi, FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2008 – 2011 MAN 2 Padang

2005 – 2008 SMPN 12 Padang

1999 – 2005 SD Baiturrahmah Padang 3. Pelatihan

2015 Pelatihan Bahasa Prancis UIN Jakarta

2014 Sekolah Pasar Modal Reguler dan Syariah level II di Bursa Efek Indonesia

2013 Sekolah Pasar Modal Reguler dan Syariah level I di Bursa Efek Indonesia

2012 Basic Training Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Cabang Ciputat

2011 Foreign Language Orientation (FLO) dan Annual Training (ANTHEM) UKM Bahasa FLAT

4. Pengalaman Organisasi

2016 – 2017 Dewan Pembina Keluarga Mahasiswa Minangkabau (KMM) Ciputat

2014 – 2015 Pengurus Bidang Kaderisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bahasa-FLAT

2014 – 2014 Anggota KPU UIN Jakarta dan Ketua KPPS Fakultas Ekonomi dan Bisnis

2013 – 2014 Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Ekonomi dan Bisnis

2013 – 2014 Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis

2012 – 2013 Kepala Bidang Kaderisasi Keluarga Mahasiswa Minangkabau (KMM) Ciputat


(7)

vii 5. Latar Belakang Keluarga

Ayah : Noviar M

Tempat, Tanggal Lahir : Bukittinggi, 5 Februari 1959

Ibu : Revrida Harley

Tempat, Tanggal Lahir : Payakumbuh, 4 September 1959 Alamat : Komp. Jondul IV Blok RR.2 Tabing-

Padang


(8)

viii ABSTRACT

The purpose of this research is to finding out the effect of corporate governance mechanisms, audit tenure, and the size of the company on the integrity of financial statements. Corporate governance mechanism in this study was measured with institutional ownership, managerial ownership, audit committee and independent commissioner. Samples were 15 company-owned enterprises (SOEs) that are listed in the Indonesia Stock Exchange (BEI) in 2010-2014, bringing the total sample of this study is 75 samples. Methods of data analysis using multiple linear regression analysis.

Based on the results of statistical tests t and F show the results of institutional ownership does not affect the integrity of financial statements. Managerial ownership, the audit committee, independent commissioner negatively affect the integrity of the financial statements. While the audit firm tenure and size of the positive effect on the integrity of financial statements. Simultaneous test conducted to demonstrate the value of Adjusted R Square of 0.165 shows that the value of the dependent variable is the integrity of the financial statements of 16.5% can be explained by the independent variables are institutional ownership, managerial ownership, audit committees, independent directors, audit tenure, and the size of the company.

Keywords: Integrity Financial Report, Corporate Governance, Audit Tenure, Company Size


(9)

ix ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance, audit tenure, dan ukuran perusahaan terhadap integritas laporan keuangan. Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini diukur dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, dan komisaris independen. Sampel penelitian ini adalah 15 perusahaan badan usaha milik Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010-2014 sehingga total sampel penelitian ini adalah 75 sampel. Metode analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda.

Berdasarkan hasil uji statistik t dan F menunjukan hasil kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen berpengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan. Sedangkan audit tenure dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Uji simultan yang dilakukan menunjukan nilai Adjusted R Square sebesar 0,165 nilai ini menunjukan bahwa variabel dependen yaitu integritas laporan keuangan dapat dijelaskan sebesar 16,5% oleh variabel independen yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, audit tenure, dan ukuran perusahaan.

Kata kunci: Integritas Laporan Keuangan, Corporate Governance, Audit Tenure, Ukuran Perusahaan


(10)

x

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang menguasai seluruh alam, yang telah memberikan nikmat hidup dan segala karunia-Nya. Shalawat serta salam kami ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan kabar bahagia kepada umat manusia.

Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Mekanisme Corporate

Governance, Audit Tenure, dan Ukuran Perusahaan terhadap Integritas Laporan Keuangan pada Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2014”. Penelitian ini merupakan tugas akhir yang wajib diselesaikan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana satu pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Penulis banyak dapat bimbingan, arahan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan rezeki kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan sebaik-baiknya. 2. Kedua orang tua penulis, Ibunda Revrida Harley dan Ayahanda Noviar M atas segala motivasi, kasih sayang, perhatian, nasihat, semangat, dukungan, dan doa yang tiada henti yang telah diberikan kepada penulis. Mereka adalah motivator utama penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

3. Abang penulis, Aulia Noverri Putra dan kedua adik penulis, Nurul Noverri Putri dan Biiznillah Noverri Achir yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Dr. M. Arif Mufraini, Lc.,M.Si. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(11)

xi

5. Ibu Yessi Fitri, SE.,Ak.,M.Si. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Hepi Prayudiawan, SE.,Ak.,MM.,CA. Selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terimakasih atas segala ilmu dan arahannya untuk mengambil judul skripsi penulis semoga barokah.

7. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM. Selaku Pembimbing I skripsi penulis semoga ilmu yang diberikan barokah dan diberikan tempat yang terbaik oleh Allah SWT.

8. Ibu Nur Wachidah Yulianti, SE., M.S.Ak. Selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah meluangkan waktu, memberikan motivasi, pengarahan, saran, serta bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas segala bimbingan dan ilmu yang telah diberikan selama ini.

9. Seluruh Dosen dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis selama menuntut ilmu yang akan menjadi bekal dan pengalaman yang berharga bagi penulis di masa depan.

10. Abang Huzaimi Attamimi alias kocung, mentor saya yang senantiasa memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

11. Seluruh mahasiswa dan mahasiswi akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2011 khususnya keluarga besar akuntansi A yang telah memberikan motivasi, bantuan untuk segera menyelesaikan skripsi, pengalaman yang telah kita lalui selalu dikenang di hati penulis.

12. Keluarga Besar Keluarga Mahasiswa Minangkabau (KMM) Ciputat terima kasih telah membantu penulis selama ini. Semoga organisasi ini semakin baik kedepannya.

13. Keluarga Besar UKM Bahasa-FLAT terima kasih telah memberikan ilmu kebahasaan yang sangat berguna bagi penulis di masa depan.

14. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Cabang Ciputat.


(12)

xii

15. Untuk seluruh teman, sahabat, dan pihak yang telah membantu merampungkan skripsi ini dengan rendah hati penulis mohon maaf tidak dapat sebutkan satu demi satu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran, masukan, maupun kritikan yang membangun dari berbagai pihak. Akhiru kalam, Semoga kita ditunjukan jalan yang lurus dan diridoi oleh Allah SWT.

Jakarta, Juni 2016


(13)

xiii DAFTAR ISI

COVER ... i

COVER DALAM ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRACT ... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ...xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... . xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15

A. Landasan Teori ... 15

1. Teori Agensi ... 15

2. Integritas Laporan Keuangan dan Konservatisme Akuntansi .. 17

3. Mekanisme Corporate Governance ... 25

a. Kepemilikan Institusional ... 30

b. Kepemilikan Manajerial ... 31

c. Komite Audit ... 32

d. Komisaris Independen ... 44

4. Audit Tenure ... 48

5. Ukuran Perusahaan ... 50

B. Penelitian Sebelumnya ... 52

C. Kerangka Berpikir ... 60


(14)

xiv

a. Kepemilikan Institusional terhadap Integritas Laporan

Keuangan ... 62

b. Kepemilikan Manajerial terhadap Integritas Laporan Keuangan ... 62

c. Komite Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan ... 63

d. Komisaris Independen terhadap Integritas Laporan Keuangan ... 63

e. Audit Tenure terhadap Integritas Laporan Keuangan ... 64

f. Ukuran Perusahaan terhadap Integritas Laporan Keuangan ... 65

g. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Komite Audit, Komisaris Independen, Audit Tenure, dan Ukuran Perusahaan Secara Simultan terhadap Integritas Laporan Keuangan ... 65

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 67

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 67

B. Metode Penentuan Sampel ... 67

C. Metode Pengumpulan Data ... 68

D. Metode Analisis Data ... 69

1. Statistik Deskriptif ... 69

2. Uji Asumsi Klasik ... 69

a. Uji Normalitas ... 70

b. Uji Multikolonieritas ... 70

c. Uji Autokorelasi ... 71

d. Uji Heteroskedastisitas ... 72

3. Uji Hipotesis ... 72

a. Uji Koefisien Determinasi (Adj R2) ... 73

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 74

c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ... 74


(15)

xv

1. Variabel Dependen ... 75

2. Variabel Independen ... 76

a. Kepemilikan Institusional ... 76

b. Kepemilikan Manajerial ... 77

c. Komite audit ... 77

d. Komisaris Independen ... 77

e. Audit Tenure ... 78

f. Ukuran Perusahaan ... 78

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 80

A.Gambaran Umum Objek Penelitian ... 80

B.Hasil Uji Analisis Data Penelitian ... 82

1. Hasil Uji Statisik Deskriptif ... 82

2. Uji Asumsi Klasik ... 86

a. Uji Normalitas ... 86

b. Uji Multikolonieritas ... 88

c. Uji Heteroskedastisitas ... 88

d. Uji Autokorelasi ... 91

C.Pengujian Hipotesis ... 92

a. Koefisien Determinasi ... 92

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 93

c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 103

A.Kesimpulan ... 103

B.Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 107


(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya ... 52

3.1 Operasional Variabel ... 79

4.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ... 81

4.2 Daftar Nama Perusahaan ... 81

4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 83

4.4 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov ... 87

4.5 Hasil Uji Multikolineritas ... 88

4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji Glejser ... 90

4.7 Hasil Uji Autokorelasi Run Test ... 91

4.8 Hasil Uji Koefisisen Determinasi (R2) ... 92

4.9 Hasil Uji Statistik F ... 93


(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Skema Kerangka Berpikir ... 60 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Grafik Scatterplot ... 89


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Populasi Penelitian Perusahaan BUMN ... 112

2 Sampel Penelitian Perusahaan BUMN ... 113

3 Hasil Output SPSS Regresi Linear Berganda ... 114

4 Analisis Variabel Independen ... 117


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan menyajikan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi kepada pihak di luar perusahaan (Sari dan Asyik, 2013). Sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (2012) tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Informasi yang dilaporkan seharusnya disajikan secara benar, jujur dan mengungkapkan fakta yang sebenarnya. Informasi akuntansi merupakan informasi keuangan yang digunakan oleh pihak eksternal perusahaan seperti pemegang saham, investor, kreditur, lembaga keuangan, pemerintah, masyarakat umum dan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap suatu perusahaan. Standar Akuntansi Keuangan (2012) menetapkan karakteristik kualitatif yang harus dimiliki informasi akuntansi agar dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan,


(20)

2 dan dapat diperbandingkan. Hedrikson dan Van Breda (2000) dalam Jama’an (2008) mengemukakan beberapa karakteristik kualitatif dalam laporan keuangan yaitu cost and benefit, relevance, realibility, comparability, dan materiality. Relevan (relevance) apabila dapat mempengaruhi keputusan dengan menguatkan dan mengubah pengharapan para pengambil keputusan. Reliabel (realibility) apabila dapat dipercaya dan menyebabkan pemakai informasi bergantung pada informasi tersebut. Berkualitas andal jika bebas dari kesalahan material, menyesatkan dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau secara wajar.

Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang secara wajib dipublikasikan sebagai sarana pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap pengelolaan sumber daya pemilik. Publikasi laporan keuangan sebagai produk informasi akuntansi yang dihasilkan perusahaan, tidak terlepas dari proses penyusunannya.

Dalam proses pembuatan laporan keuangan harus dibuat dengan benar dan disajikan dengan jujur dengan mengungkapkan fakta yang sebenarnya kepada pengguna laporan keuangan. Penelitian Mayangsari (2003) mendefinisikan integritas laporan keuangan sebagai sejauh mana laporan keuangan yang disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur. Penelitian Mulyadi (2004) dalam Jama’an (2008) mendefinisikan integritas laporan keuangan sebagai prinsip moral yang tidak memihak, jujur, seseorang yang berintegritas


(21)

3 tinggi memandang fakta seperti apa adanya dan mengemukakan fakta tersebut seperti apa adanya. Dengan demikian, laporan keuangan dituntut untuk disajikan dengan integritas yang tinggi.

Namun, pada kenyataannya banyak terjadi kasus-kasus hukum yang melibatkan manipulasi data akuntansi khususnya pada laporan keuangan. Banyak perusahaan menyajikan infomasi dalam laporan keuangan dengan tidak adanya integritas, dimana informasi yang disampaikan tidak benar dan tidak adil bagi beberapa pihak pengguna laporan keuangan. Kasus manipulasi akuntansi ini melibatkan sejumlah perusahaan besar di berbagai belahan dunia seperti: Olympus, Satyam, Enron, Xyrox, Tyco, Global Crossing Ltd, Worldcom dan Toshiba. Kasus seperti ini juga terjadi di Indonesia seperti PT. Kimia Farma dan Bank Lippo yang sebelumnya mempunyai kualitas audit yang tinggi (Susiana dan Herawaty, 2007).

Salah satu contohnya pada kasus Satyam, perusahaan asal India ini merupakan perusahaan teknologi informasi outsourcing terbesar keempat di India dengan spesialisasi pada bisnis peranti lunak dan jasa back-office dengan klien-klien besar seperti General Electric, Nestle, dan General Motors. Skandal ini diketahui setelah pendiri sekaligus chairman Satyam, B. Ramalinga Raju mengakui bahwa pihaknya telah memalsukan neraca keuangan dan asetnya. Perusahaan telah membesar-besarkan laba perusahaan selama bertahun-tahun dan meningkatkan neracanya hingga lebih dari US$ 1 miliar. Manipulasi seperti ini disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor (Qomariyah, 2009).


(22)

4 Di Indonesia kasus manipulasi laporan keuangan juga dilakukan oleh perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu PT. Kimia Farma yang terdeteksi adanya manipulasi. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen kimia farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 miliar, dan laporan tersebut telah di audit oleh Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan BAPEPAM menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali, karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 miliar atau 24,7 % lebih rendah daripada laba awal yang dilaporkan. Kesalahan penyajian ini timbul karena nilai yang ada dalam daftar persediaan digelembungkan (Kencana, 2012).

Kemudian pada tahun 2005, penggelembungan laporan keuangan masih terjadi pada salah satu Badan Usaha Milik Negara, yakni PT KAI. Dalam laporan kinerja yang diterbitkan pada tahun 2005, perusahaan mengumumkan keuntungan sebesar Rp. 6,90 miliar. Namun apabila diteliti lebih rinci perusahaan seharusnya menderita kerugian sebesar Rp. 63 miliar. Kerugian ini terjadi karena PT Kereta Api Indonesia telah tiga tahun tidak dapat menagih pajak pihak ketiga. Tetapi, dalam laporan keuangan itu, pajak pihak ketiga dinyatakan sebagai pendapatan (Bambang, 2006).


(23)

5 Pada tahun 2009, Kementerian BUMN menemukan kelebihan pencatatan laba bersih pada perusahaan Waskita Karya tahun 2004-2007. Terbongkarnya kasus ini berawal saat pemeriksaan kembali neraca dalam rangka penerbitan saham perdana. Dalam pemeriksaan itu ditemukan kelebihan pencatatan sekitar Rp 400 miliar. Sekretaris Kementerian Negara BUMN Said Didu mengungkapkan kasus ini muncul sebagai akibat kedekatan persero dengan kantor akuntan publik. Akibatnya penewaran saham Waskita Karya ditunda hingga PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) menyelesaikan restrukturisasi dan menonaktifkan tiga direksi perusahaan (Rahadiana, 2009)

Kasus seperti ini melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup luas. Keterlibatan CEO, komisaris, komite audit, auditor internal, sampai pada auditor eksternal. Hal ini menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja perusahaan ditandai dengan turunnya harga saham perusahaan. Munculnya kasus ini menimbulkan pertanyaan apakah tata kelola perusahaan (corporate governance) tidak diterapkan dengan baik. Di Indonesia sendiri, perbincangan mengenai corporate governance masih menjadi isu yang hangat. Terutama sejak terjadi krisis ekonomi yang melanda negara-negara Asia termasuk Indonesia, dan menjadi perhatian akibat terungkapnya kasus-kasus manipulasi laporan keuangan.

Fenomena yang terjadi dapat membuktikan bahwa kurang integritasnya laporan keuangan dalam penyajian informasi bagi pengguna laporan keuangan. Penyajian laporan tidak melaporkan kondisi perusahaan yang sebenarnya.


(24)

6 Integritas laporan keuangan adalah laporan keuangan yang menampilkan kondisi suatu perusahaan yang sebenarnya, tanpa ada yang ditutup-tutupi atau disembunyikan. Jadi, apabila seorang auditor mengaudit laporan keuangan yang tidak berintegritas maka, peluang seorang auditor untuk dituntut akan semakin besar. Apabila laporan keuangan itu overstate akan sangat merugikan bagi pengguna laporan keuangan tersebut (Hardiningsih, 2010).

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2012), laporan keuangan merupakan gambaran keuangan dari sebuah perusahaan. Oleh karena itu, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan juga harus andal. Informasi yang memiliki kualitas andal yaitu apabila tidak menyesatkan, tidak ada kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai informasi yang jujur dan disajikan secara wajar. Informasi dalam laporan keuangan dikatakan benar dan jujur apabila sesuai dengan karakteristik faithful representation dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

Untuk menilai integritas informasi laporan keuangan yang disajikan, peranan dewan komisaris dalam perusahaan publik yaitu melakukan pengawasan dan menjamin tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) guna menghasilkan integritas informasi laporan keuangan yang bermutu.

Menurut Widya (2005) dalam Astria (2011) pengukuran integritas laporan keuangan diukur dengan konservatisme akuntansi yaitu ditentukan dengan menggunakan asumsi metode perusahaan yang digunakan yaitu antara lain


(25)

7 metode penyusutan, metode depresiasi dan amortisasi, dan pengukuran biaya riset.

Konsep penggunaan konservatisme akuntansi dalam laporan keuangan bertujuan untuk mengakui, mengukur dan melaporkan nilai aktiva dan pendapatan yang rendah, dan nilai yang tinggi untuk kewajiban dan beban (Jamaan, 2008). Secara intuitif prinsip konservatisme bermanfaat karena dapat digunakan memprediksi kondisi mendatang sesuai dengan tujuan laporan keuangan. Karakteristik informasi dalam prinsip konservatisme ini dapat menjadi salah satu faktor untuk mengurangi manipulasi laporan keuangan dan meningkatkan integritas laporan keuangan.

Integritas laporan keuangan dapat tercapai dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Good Corporate Governance adalah prinsip korporasi yang perlu diterapkan dalam pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan semata-mata demi menjaga kepentingan perusahaan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance merupakan suatu cara untuk menjamin bahwa manajemen bertindak yang terbaik untuk kepentingan stakeholder. Pelaksanaannya menuntut adanya perlindungan yang kuat terhadap hak-hak pemegang saham minoritas. Good Corporate Governance secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder.


(26)

8 Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui pengawasan kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas menajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan (Nasution dan Setiawan, 2007). Semakin baik penerapan corporate governance yang dilakukan perusahaan maka akan diharapkan dapat mengurangi perilaku manajemen perusahaan yang bersifat oportunistik sehingga laporan keuangan dapat disajikan dengan integritas yang tinggi, yaitu laporan yang disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur.

Selain perkembangan industri pasar modal, perkembangan korporasi juga menjadi latarbelakang mengapa Corporate Governance menjadi keharusan. Perkembangan konsep Corporate Governance bersama dengan dikembangkannya sistem korporasi di Inggris, Eropa dan Amerika pada tahun 1840. Istilah Corporate Governance pertama diperkenalkan Cadbury Committee tahun 1992 dalam laporan yang dikenal Cadbury Report. Laporan ini sebagai titik balik yang menentukan bagi praktik Corporate Governance di seluruh dunia. Pengertian Corporate Governance dalam Cadbury Report ialah suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi.

Pergertian lain Corporate Governance adalah seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka.


(27)

9 Sistem corporate governance sendiri memerlukan pengawasan pemegang saham dan tanggung jawab manajemen. Mekanisme pengawasan manajemen baik internal maupun eksternal diwajibkan (Walsh & Seward, 1990) dalam Arifin (2005). Dewan direksi atau komisaris, kepemilikan manajerial dan kompensasi eksekutif merupakan mekanisme pengawasan internal untuk melindungi kepentingan pemegang saham dan pemilik. Di sisi lain kepemilikan pihak luar, kreditur, peraturan pemerintah (perlindungan kepemilikan investor) merupakan mekanisme pengawasan eksternal yang membantu internal untuk pengawasan efektif perusahaan.

Faktor berikutnya yang berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan adalah audit tenure. Audit tenure adalah lamanya jangka waktu seorang auditor bekerja dalam suatu kontrak di perusahaan tertentu. Independensi dari auditor akan menurun apabila auditor memiliki hubungan yang dekat dengan klien, karena hal tersebut dapat mempengaruhi sikap dan mental mereka dalam mengeluarkan opini. Maka, jika suatu perusahaan di audit oleh suatu kantor akuntan publik selama beberapa periode maka akan mempengaruhi objektivitas laporan keuangan. Oleh sebab itu, pemerintah telah mengatur dengan jelas jangka waktu perikatan audit yang tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01 tahun 2008 tentang Jasa Akuntan Publik pasal 3 yaitu pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan suatu entitas dapat dilakukan oleh KAP paling lama 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.


(28)

10 Namun, ada pandangan lain berhubungan dengan tenur yang lama. Tenur audit yang lama akan mendorong terciptanya pengetahuan bisnis bagi seorang auditor. Pengetahuan ini dapat digunakan untuk merancang program audit yang efektif dan menciptakan laporan keuangan yang berkualitas tinggi (Giri, 2010).

Faktor lain yang mempengaruhi integritas laporan keuangan yaitu ukuran perusahan. Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan (Taures, 2011). Perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan yang lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi investor kebijakan perusahaan akan berdampak pada arus kas di masa akan datang. Sedangkan bagi pemerintah (regulator) akan berdampak terhadap besarnya penerimaan pajak yang akan diterima, dan peran perlindungan terhadap masyarakat umum. Semakin besar suatu perusahaan makan akan semakin dikenal masyarakat, yang berarti semakin mudah untuk mendapatkan informasi perusahaan (Jogiyanto, 2003) dalam (Mutia et al., 2011)

Atas dasar latar belakang di atas, maka penulis ingin menguji variabel mekanisme corporate governance yang berpengaruh pada terhadap integritas laporan keuangan serta menambahkan variabel independen yaitu audit tenure dan ukuran perusahaan. Sehingga pada penelitian ini variabel yang digunakan yaitu mekanisme corporate governance, audit tenure, dan ukuran perusahaan. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan Badan Usaha Milik


(29)

11 Negara (BUMN) yang berada pada berbagai sektor di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Pemilihan sampel ini dipilih karena masih terbatasnya penelitian dengan populasi perusahaan BUMN, karena kebanyakan penelitian sebelumnya terkonsentrasi pada perusahaan yang bergerak pada sektor manufaktur. BUMN adalah salah satu pilar ekonomi, karena beberapa BUMN berada dalam industri vital dan strategis sehingga peningkatan kinerja BUMN harus memberikan implikasi positif terhadap perekonomian Indonesia (Agrianti, 2009). Tahun pengamatan penelitian ini lima tahun dimulai tahun 2010 hingga 2014. Berdasarkan pemikiran di atas, maka penelitian ini diberi judul “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Audit Tenure dan Ukuran Perusahaan Terhadap Integritas Laporan Keuangan”. (Studi Empiris pada Perusahaan BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2014). B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh kepemilikan institusional terhadap integritas laporan keuangan ?

2. Apakah ada pengaruh kepemilikan manajerial terhadap integritas laporan keuangan ?


(30)

12 4. Apakah ada pengaruh komisaris independen terhadap integritas laporan

keuangan ?

5. Apakah ada pengaruh audit tenure terhadap integritas laporan keuangan 6. Apakah ada pengaruh ukuran perusahaan terhadap integritas laporan ? 7. Apakah ada pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,

komite audit, komisaris independen, audit tenure dan ukuran perusahaan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

a. Menganalisis adanya pengaruh kepemilikan institusional terhadap integritas laporan keuangan.

b. Menganalisis adanya pengaruh kepemilikan manajerial terhadap integritas laporan keuangan.

c. Menganalisis adanya pengaruh komite audit terhadap integritas laporan keuangan.

d. Menganalisis adanya komisaris independen terhadap integritas laporan keuangan.

e. Menganalisis adanya pengaruh audit tenure terhadap integritas laporan keuangan.


(31)

13 f. Menganalisis adanya pengaruh ukuran perusahaan terhadap integritas

laporan.

g. Menganalisis adanya pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, audit tenure dan ukuran perusahaan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi kontribusi teoritis dan kontribusi praktis. Adapun penjelasan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kontribusi Teoritis 1) Ilmu Pengetahuan

Menambah literatur, pengembangan ilmu akuntansi dan acuan penelitian pada bidang akuntansi, terutama untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai integritas laporan keuangan.

2) Masyarakat

Sebagai sarana informasi tentang integritas laporan keuangan serta menambah pengetahuan akuntansi khususnya auditing dan akuntansi manajemen dengan memberikan bukti empiris tentang pengaruh mekanisme corporate governance, audit tenure dan ukuran perusahaan terhadap integritas laporan keuangan.


(32)

14 3) Peneliti

Sebagai sarana memperluas wawasan serta menambah referensi mengenai integritas laporan keuangan agar diperoleh hasil yang bermanfaat bagi penulis dimasa yang akan datang sebagai salah satu syarat kelulusan sarjana strata 1.

b. Kontribusi Praktis

1) Bagi perusahaan untuk lebih memperhatikan jalannya mekanisme corporate governance dalam operasional perusahaan guna meningkatkan integritas laporan keuangan.

2) Bagi praktisi auditor sebagai suatu tinjauan yang dapat bermanfaat dalam rangka pengawal aktivitas pemeriksaan akuntansi secara professional dan menyediakan informasi yang berkualitas bagi para pengguna laporan keuangan.


(33)

15 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Agensi (Agency Theory)

Teori keagenan (agency theory) menjelaskan hubungan antara dua pihak yaitu, pemilik (principal) dan manajemen (agent). Principal sebagai pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain yang disebut agent. Agent (manajer) mempunyai kewenangan untuk mengelola perusahaan dan mengambil keputusan atas nama investor. Masalah keagenan adalah munculnya konflik kepentingan antara harapan investor dalam memperoleh return maksimal dan harapan manajer. Manajer yang seharusnya mengelola organisasi bisnis dengan baik agar kepentingan investor menjadi optimal, ternyata dalam faktanya sering kali lebih mengedepankan kepentingan dirinya sendiri atau disebut tindakan moral hazard (Haryani et al., 2011)

Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Astria (2011) menyatakan bahwa terdapat dua macam bentuk hubungan keagenan, yaitu antara manajer dan pemegang saham (shareholders) dan manajer dan pemberi pinjaman (bondholders).

Masalah keagenan bisa terjadi karena adanya asimetri informasi antara agent dan principal. Akibat dari asimetri ini adalah agent mempunyai potensi untuk bertindak tidak sesuai dengan keinginan principal (Agrianti,


(34)

16 2009). Adanya asimetri informasi ini dapat menimbulkan dua masalah potensial yaitu: adverse selection dan moral hazard. Kedua masalah ini terjadi karena teori keagenan mengasumsikan bahwa manajer selalu bertindak oportunis, yaitu manajer akan memilih opsi terbaik untuk kepentingan manajemen dibandingkan yang terbaik untuk kepentingan investor. Adverse selection terjadi karena manajemen memiliki informasi lebih baik atau lebih lengkap tentang perusahaan dibandingkan investor. Sedangkan moral hazard terjadi karena perilaku manajemen yang tidak dapat diamati (Rozania et al., 2013).

Munculnya masalah agensi yang disebabkan konflik perbedaan kepentingan dan asimetri informasi dapat membuat perusahaan menanggung biaya keagenan (agency cost). Teori agensi menyatakan bahwa konflik tersebut dapat dikurangi dengan mekanisme pengawasan dengan menggunakan mekanisme corporate governance. Hal ini diharapkan dapat berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada shareholders bahwa mereka akan menerima pengembalian atas dana yang telah mereka investasikan kepada perusahaan (Nicolin dan Sabeni, 2013).

Selain menggunakan mekanisme corporate governance dalam meminimalkan konflik, perusahaan juga membutuhkan pihak lain yang bersifat independen sebagai mediator antara principal dan agent. Pihak ketiga ini berguna untuk mengawasi perilaku agent apakah telah bertindak sesuai dengan keinginan principal dan juga memberikan informasi yang


(35)

17 andal dan bermanfaat bagi principal yang berkaitan dengan kelangsungan perusahaan. Auditor dianggap sebagai pihak yang mampu menjembatani kepentingan principal dengan agent dalam mengelola perusahaan (Setiawan, 2006).

2. Integritas Laporan Keuangan dan Konservatisme Akuntansi a. Integritas Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara manajemen dengan pihak luar perusahaan tentang kondisi keuangan perusahaan atau aktivitas perusahaan selama periode tertentu. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2012) dalam PSAK No.1 mengemukakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Integritas laporan keuangan menunjukan informasi yang benar, jujur, akurat, serta bebas dari tindakan atau kegiatan yang dilakukan yang disengaja oleh pihak manajemen dalam memanipulasi angka-angka akuntansi untuk menyesatkan pemakai laporan keuangan dalam menilai perusahaannya. Penyajian yang wajar mensyaratkan penyajian secara jujur dari transaksi, peristiwa dan kondisi lain sesuai dengan definisi dan


(36)

18 kriteria pengakuan aset, liabilitas, pendapatan, dan beban yang diatur dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan (IAI, 2012).

Laporan keuangan dikatakan berintegritas apabila laporan keuangan tersebut memenuhi kualitas reability (Kieso, 2008) dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Reability memiliki kualitas sebagai berikut:

1) Daya Uji (Verifiability)

Laporan keuangan suatu entitas yang mempunyai kondisi yang sama dengan laporan keuangan entitas lain mendapat opini yang sama jika diaudit oleh auditor yang berbeda.

2) Ketepatan Penyajian (Representational faithfulness)

Angka dan keterangan yang disajikan sesuai dengan apa yang ada dan benar-benar terjadi.

3) Netralitas (Neutrality)

Informasi dari laporan keuangan harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan berlawanan.


(37)

19 Jama’an (2008) menyatakan laporan keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Integritas informasi laporan keuangan menyangkut keandalan informasi akuntansi yang dihasilkan yaitu kejujuran dalam penyajian, dapat dipercaya, dan netralitas yang antara lain:

1) Kejujuran (Faithfulness) berarti bahwa terdapat kesesuain antara ukuran keuangan atau penjelasan dan fenomena aktivitas ekonomi yang diukur atau dijelaskan. Dalam akuntansi, sumber-sumber ekonomi, kewajiban dan kejadian-kejadian yang membawa perubahan sumber-sumber dan kewajiban dinyatakan dalam laporan keuangan.

2) Dapat dipercaya (Reliability) bahwa seorang pengguna dapat menggantungkan atau memiliki keyakinan pada informasi yang dilaporkan. Informasi akuntansi dipertimbangkan dapat dipercaya jika informasi secara menyatakan apa yang dimaksud, apa yang diungkapkan, dan dapat diuji kebenarannya.

3) Netral (neutrality) berarti bahwa informasi akuntansi harus netral, atau tidak memihak yang memberikan dampak pada perilaku pengguna informasi. Oleh karana informasi akuntansi memberi pengaruh terhadap lingkungannya, maka dipandang penting bahwa informasi akuntansi harus bersifat netral atau tidak bias.


(38)

20 Dalam penelitian Mayangsari (2003) integritas laporan keuangan adalah sejauh mana laporan keuangan yang disajikan menunjukan informasi yang benar dan jujur. Sedangkan Mulyadi (2004) dalam Jamaan (2008) mendefinisikan integritas sebagai prinsip moral yang tidak memihak, jujur dan seseorang yang berintegritas tinggi memandang fakta seperti apa adanya dan mengemukakan fakta tersebut seperti apa adanya.

Informasi akuntansi yang memiliki integritas yang tinggi akan dapat diandalkan karena merupakan suatu penyajian yang jujur sehingga memungkinkan pengguna informasi akuntansi bergantung pada informasi tersebut. Oleh karena itu, informasi yang memiliki integritas yang tinggi memiliki kemampuan untuk mempengaruhi keputusan pembaca laporan keuangan untuk membantu membuat keputusan (Mayangsari, 2003).

Ukuran integritas laporan keuangan selama ini belum ada walaupun demikian secara intuitif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu diukur dengan konservatisme dan manajemen laba. Menurut Mayangsari (2003) laporan keuangan yang dapat dipercaya atau berintegritas dapat dinilai dengan cara penggunaan prinsip konservatisme dan penggunaan earning management. Informasi dalam laporan keuangan akan lebih reliable apabila laporan keuangan tersebut konservatif dan laporan keuangan tersebut tidak overstate sehingga tidak ada pihak yang dirugikan akibat penyajian informasi dalam laporan keuangan tersebut.


(39)

21 b. Konservatisme Akuntansi

Konservatisme adalah prinsip dalam pelaporan keuangan yang dimaksudkan untuk mengakui dan mengukur aktiva dan laba dilakukan dengan penuh kehati-hatian oleh karena aktivitas ekonomi dan bisnis yang dilingkupi ketidakpastian (Wibowo, 2002 dalam Pramana, 2010). Konsep konservatisme menyatakan bahwa dalam keadaan yang tidak pasti, manajer perusahaan akan menentukan pilihan perlakuan atau tindakan akuntansi yang didasarkan pada keadaan, harapan kejadian, atau hasil yang dianggap kurang menguntungkan.

Implikasi dari konsep ini terhadap akuntansi adalah akuntansi mengakui biaya atau rugi yang kemungkinan akan terjadi, tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar (Dewi, 2004 dalam Brilianti, 2013).

Menurut Widya (2005) konservatisme merupakan prinsip yang penting dalam pelaporan keuangan agar pengakuan dan pengukuran aktiva serta laba dilakukan dengan penuh kehati-hatian, karena aktivitas ekonomi dan bisnis dilingkupi ketidakpastian. Ketidakpastian dan resiko tersebut harus dicerminkan dalam laporan keuangan agar nilai prediksi dan kenetralan bisa diperbaiki. Pelaporan keuangan yang didasari pada kehati-hatian akan memberi manfaat yang terbaik untuk semua pemakai laporan keuangan. Pengguna laporan keuangan dapat mengambil keputusan investasi atau pemberian kredit dengan tepat atas prediksi yang


(40)

22 mereka lakukan yang memuat ketidakpastian dan resiko perusahaan.

Para peneliti biasanya menggunakan tiga bentuk pengukuran untuk menyatakan konservatisme, yaitu (Watts, 2003 dalam Haniati dan Fitriany, 2010):

1) Net Asset Measure

Ukuran ini digunakan untuk menilai nilai aset yang understated dan kewajiban yang overstated. Salah satu model pengukurannya adalah proksi pengukuran yang digunakan oleh Beaver dan Ryan (2000) yaitu dengan menggunakan market to book ratio yang mencerminkan nilai pasar relatif terhadap nilai perusahaan. rasio yang berlebih dari 1, mengindikasikan penerapan akuntansi yang konservatif karena perusahaan mencatat nilai perusahaan lebih rendah dari nilai pasarnya.

2) Earning/Stock Return Relation

Pengukuran konservatisme bisa dikaitkan dengan estimasi/negatif return disaham. Kaitannya dengan konservatisme adalah acuan untuk memverifikasi apakah gain/loss dapat diakui. Jika laba diakui maka akan meningkatkan net aset perusahaan, sebaliknya jika rugi diakui maka akan menurunkan net aset perusahaan. Jadi, return yang positif menandakan adanya kenaikan net aset sedangkan return yang negatif menandakan penurunan net aset. Jika rugi itu menjadi subjek yang menandakan adanya verifikasi lebih sedikit


(41)

23 tingkatnya, maka laba akan merespon rugi ini lebih cepat daripada laba (Seswanto, 2012)

3) Earning/Accrual Measures

(a) Model Givoly dan Hayn (2000)

Dwiputro (2009) menjelaskan bahwa Givoly dan Hayn memfokuskan konservatisme pada laporan laba rugi selama beberapa tahun. Mereka berpendapat konservatisme menghasilkan akrula negatif terus menerus. Akrual disini adalah perbedaan antara laba bersih sebelum depresiasi/amortisasi dan arus kas kegiatan operasi. Landasannya bahwa konservatisme menunda pengakuan pendapatan dan mempercepat penggunaan biaya. Despresiasi dikeluarkan dari net income dalam perhitungan konservatisme akuntansi karena depresiasi merupakan alokasi biaya dari aktiva yang dimiliki perusahaan.

(b) Model Zhang (2007)

Zhang ini menggunakan konservatisme akrual sebagai salah satu pengukuran konservatisme. Konservatisme akrual didapatkan dengan membagi akrual non operasi dengan total aset. Akrual non operasi memperlihatkan pencatatan kejadian buruk dalam perusahaan contohnya biaya restrukturisasi dan penghapusan aset. Dalam penelitiannya konservatisme akrual dikalikan dengan -1 dengan tujuan mempermudah analisa. Dimana, semakin tinggi


(42)

24 konservatisme akrual maka penerapan konservatisme juga semakin tinggi.

(c) Discretionary Accrual

Terdapat beberapa model untuk menghitung Discretionary Accrual. Discretionary Accrual yang paling sering digunakan adalah Discretionary Accrual Model Kasznik (1999). Discretionary Accrual adalah suatu ukuran untuk mengetahui besarnya manipulasi laba yang dilakukan manajemen.

3. Mekanisme Corporate Governance

Menurut Griffin (2002) dalam Susiana dan Herawaty (2007) pengertian corporate governance adalah peran antara pemegang saham, direksi, dan manajer lainnya dalam pengambilan keputusan-keputusan dalam suatu perusahaan.

Menurut Deni, Khomsiyah dan Rika (2004) dalam Hardiningsih (2010) corporate governance merupakan salah satu elemen kunci dalam menigkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, pemegang saham, dan stakeholders lainnya yang juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja.

The World Bank (2005), menjelaskan corporate governance mengacu pada proses struktur untuk arah dan kontrol perusahaan. Corporate


(43)

25 governance menyangkut hubungan antara manajemen, dewan direksi, pemegang saham mayoritas, pemegang saham minoritas, dan pemegang saham lainnya.

Bank Sentral Eropa (2004), mendefinisikan corporate governance sebagai prosedur dan proses menurut organisasi yang diarahkan dan dikendalikan. Corporate governance menentukan pembagian hak dan tanggung jawab diantara anggota dalam organisasi seperti direksi, manajer, pemegang saham, pemangku kepentingan lainnya dan menetapkan aturan-aturan dan proses pengambilan keputusan.

The Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) mendefinisikan corporate governance sebagai sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board, pemegang saham, dan pihak yang mempunyai kepentingan dalam perusahaan. Corporate governance yang baik dapat memberikan rangsangan bagi board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham harus memfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga mendorong perusahaan menggunakan sumber daya dengan lebih efisien.

Price Waterhousecoopers menjelaskan corporate governance sebagai proses pengambilan keputusan yang efektif. Dibangun melalui kultur organisasi, nilai-nilai, sistem, berbagai proses, kebijakan dan struktur organisasi, yang bertujuan untuk mencapai bisnis yang menguntungkan, efisien, dan efektif dalam mengelola resiko dan bertanggung jawab dengan


(44)

26 mementingkan kepentingan shareholders.

Dalam sebuah forum corporate governance di Indonesia, corporate governance didefinisikan sebagai perangkat aturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya, yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Dengan kata lain, corporate governance adalah suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Corporate governance bertujuan untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan atas perusahaan (Hery, 2013)

Tim corporate governance Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) menjelaskan corporate governance sebagai komitmen, aturan main, serta praktik penyelenggaraan bisnis secara sehat dan beretika.

Sedangkan menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor: Per-01/MBU/2011 tentang penerapan praktik corporate governance pada BUMN mendefisinisikan corporate governance sebagai suatu proses dan stuktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundangan-undangan dan nilai-nilai etika.


(45)

27 Dalam SK Menteri BUMN tersebut, juga memuat mengenai prinsip dan tujuan dari penerapan corporate governance dalam lingkungan badan usaha milik Negara. Prinsipnya, yaitu:

a. Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pegambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materal dan relevan mengenai perusahaan.

b. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organisasi sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

c. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

d. Kemandirian (independency), yaitu keadaaan dimana perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun.

e. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders.

Sedangkan tujuannya, yaitu: a. Memaksimalkan nilai BUMN. b. Mendorong pengelolaan BUMN.

c. Mendorong agar keputusan yang dibuat dilandasi nilai moral yang tinggi, kepatuhan terhadap perundang-undangan, kesadaran akan


(46)

28 tanggung jawab sosial BUMN terhadap stakeholders dan lingkungan sekitar.

d. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional. e. Meningkatkan iklim investasi nasional.

f. Mensukseskan program privatisasi.

Organization for Economic Corporation and Development atau OECD (2004) dalam Citra (2013), prinsip dasar Good Corporate Governance adalah:

a. Kewajaran (fairness) yaitu prinsip kewajaran menekankan pada adanya perlakuan dan jaminan hak-hak yang sama kepada pemegang saham mayoritas maupun minoritas, termasuk pemegang saham asing serta investor lainnya.

b. Akuntabilitas (accountability) yaitu prinsip akuntabilitas berhubungan dengan adanya sistem yang mengendalikan hubungan antara unit-unit pengawasan yang ada di perusahaan. Akuntabilitas dilaksanakan oleh adanya dewan komisaris dan direksi independen, dan komite audit. c. Transparansi (transparency) yaitu prinsip dasar transparansi

berhubungan dengan kualitas informasi yang disajikan oleh perusahaan. Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang jelas, akurat, tepat waktu dan dapat dibandingkan. d. Responsibilitas (responsibility) yaitu tanggung jawab perusahaan


(47)

29 yang berlaku serta pemenuhan terhadap kebutuhan sosial. Responsibilitas juga mengatur tanggung jawab perusahaan terhadap pemegang saham dan pihak-pihak yang berkepentingan.

Menurut Kharisma (2014), ada beberapa prinsip yang mendasari pentingnya pemahaman good governance, Prinsip-prinsip tersebut yaitu: a. Partisipasi masyarakat artinya semua warga mempunyai suara dalam

pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga-lembaga perwakilan yang sah.

b. Tegaknya supremasi hukum artinya kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk hukum hak asasi manusia. c. Transparansi artinya keterbukaan dibangun atas dasar informasi yang

bebas. Pemerintah, lembaga-lembaga dan informasi dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Selain itu, informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.

d. Peduli artinya lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintah harus berupaya melayani pihak-pihak yang berkepentingan.

e. Berorientasi pada konsensus artinya tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan yang berbeda agar terbangunnya suatu konsensus atau kesepakatan yang menyeluruh

f. Kesetaraan artinya semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraannya.


(48)

30 menghasilkan hasil yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan menggunakan sumber daya tersebut seoptimal dan sebaik mungkin. h. Akuntabilitas artinya para pengambil keputusan di pemerintahan, sektor

swasta, dan organisasi masyarakat bertanggung jawab, baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga yang berkepentingan.

i. Visi strategis artinya para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata pemeritahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan akan apa saja yag dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut.

Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit dan komisaris independen. Mekanisme tersebut dijelaskan sebagai berikut: a. Kepemilikan Institusional

Susiana dan Herawaty (2007) menyatakan persentase saham intitusi adalah penjumlahan atas saham perusahaan yang dimiliki oleh intitusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusional lain) baik yang berada di dalam maupun di luar negeri.

Keberadaan investor institusional dapat menunjukan corporate governance yang kuat yang bisa digunakan untuk memonitor perusahaan pada umumnya dan manajemen pada khususnya. Tindakan monitoring yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan pihak pemegang saham


(49)

31 institusional lainnya dapat membatasi perilaku manajer dalam pengendalian dan pengambilan keputusan sehingga dapat mengurangi tindakan manajemen laba dan menjamin kemakmuran pemegang saham (Oktadella, 2011).

Investor institusional merupakan investor yang berbentuk badan usaha atau lembaga yang berpengalaman sehingga dapat melaksanakan fungsi pengawasan dengan lebih efektif dan tidak mudah diperdaya oleh tindakan manajer seperti manipulasi penyajian laporan keuangan. Sehingga, keberadaan investor institusional dapat meningkatkan integritas laporan keuangan.

Adanya pemegang saham institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen, contohnya perusahaan asuransi, bank, dan perusahaan-perusahaan investasi lainnya. Kepemilikan ini akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Mekanisme monitoring ini akan menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham.

b. Kepemilikan Manajerial

Jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham yang dikelola. Penelitian Jensen dan Meckling (1976) dalam Nicolin dan Sabeni (2013) menyatakan kepemilikan manajerial mampu menjadi mekanisme dalam mengatasi konflik keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan manajer dan pemegang saham.


(50)

32 Kepemilikan saham yang tinggi akan membuat manajer secara langsung merasakan manfaat dari keputusan ekonomi yang telah diambil dan menanggung resiko dari pengambilan keputusan yang salah.

Cornet et al (2006) dalam Jao dan Pagalung (2006) mendefinisikan kepemilikan manajerial sebagai proporsi saham yang dimiliki manejemen yang secara aktif turut dalam pengambilan keputusan perusahaan, meliputi direksi dan komisaris. Sedangkan penelitian Susiana dan Herawaty (2007) menjelaskan persentase saham yang dimiliki oleh manajemen termasuk di dalamnya persentase saham yang dimiliki oleh manajemen secara pribadi maupun dimiliki oleh anak cabang perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya.

Kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan membuat manajemen memiliki tanggung jawab lebih besar dalam mengelola perusahaan dan menyajikan informasi yang benar dan jujur untuk kepentingan pemegang saham dan dirinya sendiri. Jumlah kepemilikan manajerial yang tinggi dapat mengurangi konflik kepentingan dan masalah agensi. Manajer yang memiliki saham di perusahaan akan merasa bahwa perusahaan tersebut juga dimiliki olehnya, untuk itu laporan keuangan yang disajikan tentunya tidak lepas dari integritas laporan keuangan yang tinggi (Saputra et al., 2014).

c. Komite Audit


(51)

33 sebagai suatu komite yang bekerja secara professional dan independen yang dibentuk oleh dewan komisaris. Tugasnya adalah membantu dan memperkuat fungsi dewan komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan atas proses pelaporan keuangan, manajemen resiko, pelaksanaan audit dan implementasi corporate governance di perusahaan (Effendi, 2009).

Keputusan Menteri BUMN Nomor 117/Tahun 2000, dan undang-undang BUMN Nomor 19/2003, pembentukan komite audit merupakan suatu keharusan. Komite audit merupakan salah satu komite yang memiliki peranan penting dalam corporate governance. Komite audit harus terdiri dari individu-individu yang mandiri dan tidak terlibat dengan tugas sehari-hari dari manajemen yang mengelola perusahaan, dan memiliki pengalaman untuk melaksanakan fungsi pengawasan secara efektif. Salah satu dari beberapa alasan utama kemandirian ini adalah untuk memelihara integritas serta pandangan objektif dalam laporan serta penyusunan rekomendasi yang diajukan oleh komite audit, karena individu yang mandiri cenderung lebih adil dan tidak memihak serta objektif dalam menyelesaikan suatu permasalahan (Hardiningsih, 2010). Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-05/MBU/2006 Tentang Komite Audit bagi BUMN menjelaskan bahwa komite audit diangkat dan diberhentikan oleh komisaris atau dewan pengawas dan dilaporkan kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Komite


(52)

34 Audit terdiri sekurang-kurangnya seorang anggota komisaris atau dewan pengawas, dan sekurang-kurangnya dua orang anggota lainnya yang berasal dari luar BUMN.

Anggota komite audit harus memenuhi persyaratan antara lain:

1) Memiliki integritas yang baik dan pengetahuan serta pengalaman kerja yang cukup di bidang pengawasan atau pemeriksaan.

2) Tidak memiliki kepentingan atau keterkaitan pribadi yang dapat menimbulkan dampak negatif dan konflik kepentingan terhadap BUMN.

3) Mampu berkomunikasi secara efektif.

Jika ada anggota komite audit berasal dari sebuah institusi tertentu, maka institusi dimana anggota komite audit berasal tidak boleh memberikan jasa pada BUMN yang bersangkutan. Masa jabatan komite audit yang bukan berasal dari anggota komisaris atau dewan pengawas BUMN yang bersangkutan paling lama dua tahun dengan tidak mengurangi hak komisaris atau dewan pengawas untuk memberhentikannya sewaktu-waktu. Anggota komite audit yang berakhir masa jabatannya, dapat diangkat kembali hanya untuk sekali masa jabatan berikutnya.

Tugas dan tanggung jawab komite audit sesuai Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-05/MBU/2006 Tentang Komite Audit bagi BUMN yaitu antara lain:


(53)

35 1) Membantu komisaris atau dewan pengawas untuk memastikan

efektivitas pelaksanaan tugas auditor eksternal dan internal. 2) Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilaksanakan

oleh satuan pengawasan intern ataupun auditor eksternal.

3) Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem pengendalian manajemen serta pelaksanaannya.

4) Memastikan telah terdapat prosedur review yang memuaskan terhadap segala informasi yang dikeluarkan BUMN.

5) Melakukan identifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian komisaris atau dewan pengawas serta tugas komisaris atau dewan pengawas dan dapat pula memberikan penugasan lain kepada komite audit namun terbatas pada:

a) Melakukan penelahaan atas informasi mengenai BUMN, serta rencana jangka panjang, rencana kerja dan anggaran BUMN, laporan manajemen, dan informasi lainnya. b) Melakukan penelahaan atas ketaatan BUMN terhadap

peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan kegiatan BUMN.

Untuk menerapkan good corporate governance, perusahaan membentuk komite audit yang independen, komite audit ini merupakan bagian dari internal perusahaan. Komite audit dimaksudkan agar pihak manajemen mengungkapkan informasi-informasi yang ada dalam laporan


(54)

36 keuangan secara benar agar dapat berguna pada pengguna laporan keuangan untuk mengambil keputusan yang tepat. Pengungkapan informasi ini melindungi para investor dan calon investor dalam mengambil keputusan investasi mereka. Selain itu, komite audit diharapkan dapat membantu dewan komisaris dalam mengawasi kinerja manajemen.

Keberadaan komite audit yang efektif merupakan salah satu aspek penilaian implementasi GCG. Untuk mewujudkan prinsip GCG di suatu perusahaan publik, maka prinsip independensi, transparansi dan pengungkapan, akuntabilitas, pertanggungjawaban, serta kewajaran harus menjadi landasan utama dari aktivitas komite audit. Pelaksanaan prinsip-prinsip GCG dalam aktivitas komite audit sebagai berikut (Effendi, 2009).

1) Prinsip Independensi

Komite audit diharapkan dapat bersikap independen terhadap kepentingan pemegang saham mayoritas maupun minoritas. Selain itu, anggota komite audit seharusnya tidak memiliki hubungan bisnis apapun dengan perusahaan maupun hubungan kekeluargaan dengan anggota direksi dan komisaris perusahaan, sehingga terhindar dari benturan kepentingan. Oleh karena itu, nama-nama anggota komite audit haruslah diumumkan ke masyarakat sebagai wujud


(55)

37 terhadap sikap independensi mereka.

2) Prinsip Transparansi

Prinsip ini ditunjukan melalui piagam komite audit, program kerja tahunan, serta rapat komite audit secara periodic yang didokumentasikan dalam setiap rapat. Komite audit hendaknya membuat laporan secara berkala kepada komisaris tentang pencapaian kinerjanya sebagai wujud pengungkapan. 3) Prinsip Akuntabilitas

Prinsip ini ditunjukan dengan frekuensi pertenuan dan tingkat kehadiran anggota komite audit. Selain itu, komite audit haruslah memiliki kapasitas, kompetensi, dan pengalaman di bidang audit serta proses bisnis perusahaan agar dapat bekerja secara professional.

4) Prinsip Pertanggungjawaban

Prinsip ini ditunjukan dengan aktivitas komite audit yang dijalankan sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Selain itu, kinerja komite audit hendaknya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik selain kepada dewan komisaris.

5) Prinsip Kewajaran

Prinsip ini ditunjukan dengan sikap komite audit dalam pengambilan keputusan yang didasarkan pada sikap adil dan


(56)

38 objektif terhadap semua pihak. Komite audit berkewajiban menjaga tingkat kepatuhan perusahaan terhadap kebijakan dan peraturan yang berlaku. Komite audit juga diharapkan dapat melakukan identifikasi risiko potensial yang dihadapi oleh perusahaan serta alternative solusi permasalahan.

Di dalam pedoman GCG yang disusun oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (2006) menjelaskan bahwa komite audit sebagai komite penunjang Dewan Komisaris yang memiliki beberapa poin penting, yaitu:

1) Komite audit bertugas membantu Dewan komisaris untuk memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen.

2) Komite audit memproses calon auditor eksternal termasuk imbalan jasanya untuk disampaikan kepada Dewan Komisaris.

3) Jumlah anggota komite audit harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan. Bagi perusahaan


(57)

39 yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan

yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, Komite Audit diketuai oleh Komisaris

Independen dan anggotanya dapat terdiri dari Komisaris dan atau pelaku profesi dari luar perusahaan. Salah seorang anggota memiliki latar belakang dan kemampuan akuntasi dan atau keuangan.

Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-643/BL/2012 yang diterbitkan tanggal 7 Desember 2012 mengenai pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit, menyebutkan bahwa:

1) Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris. 2) Emiten atau Perusahaan Publik wajib memiliki Komite

Audit.

3) Komite Audit bertindak secara independen dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

4) Anggota Komite Audit diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Komisaris


(58)

40 5) Emiten atau Perusahaan Publik wajib memiliki piagam

Komite Audit (audit committee charter).

Peraturan yang sama juga mengatur mengenai struktur dan keanggotaan komite audit, yaitu:

1) Komite Audit paling kurang terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal dari Komisaris Independen dan Pihak dari luar Emiten atau Perusahaan Publik.

2) Komite Audit diketuai oleh Komisaris Independen.

Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-643/BL/2012 juga mengatur mengenai persyaratan keanggotaan komite audit, yaitu:

1) Wajib memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan, pengalaman sesuai dengan bidang pekerjaannya, serta mampu berkomunikasi dengan baik. 2) Wajib memahami laporan keuangan, bisnis perusahaan

khususnya yang terkait dengan layanan jasa atau kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik, proses audit, manajemen risiko, dan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal serta peraturan perundang-undangan terkait lainnya.

3) Wajib mematuhi kode etik Komite Audit yang ditetapkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik.


(59)

41 4) Bersedia meningkatkan kompetensi secara terus menerus

melalui pendidikan dan pelatihan.

5) Wajib memiliki paling kurang satu anggota yang berlatar belakang pendidikan dan keahlian di bidang akuntansi dan atau keuangan.

6) Bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik, Kantor Konsultan Hukum, Kantor Jasa Penilai Publik atau pihak lain yang memberi jasa assurance, jasa non-assurance, jasa penilai dan/atau jasa konsultasi lain kepada Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir.

7) Bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin, mengendalikan, atau mengawasi kegiatan Emiten atau Perusahaan Publik tersebut dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir kecuali Komisaris Independen.

8) Tidak mempunyai saham langsung maupun tidak langsung pada Emiten atau Perusahaan Publik.

9) Anggota Komite Audit memperoleh saham Emiten atau Perusahaan Publik baik langsung maupun tidak langsung akibat suatu peristiwa hukum, maka saham tersebut wajib


(60)

42 dialihkan kepada pihak lain dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan setelah diperolehnya saham tersebut.

10)Tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pemegang Saham Utama Emiten atau Perusahaan Publik tersebut.

11)Tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik tersebut.

Tugas dan tanggung jawab komite audit yang diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-643/BL/2012 adalah:

1) Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan Emiten atau Perusahaan Publik kepada publik dan atau pihak otoritas antara lain laporan keuangan, proyeksi, dan laporan lainnya terkait dengan informasi keuangan Emiten atau Perusahaan Publik.

2) Melakukan penelaahan atas ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan kegiatan Emiten atau Perusahaan Publik.

3) Memberikan pendapat independen dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara manajemen dan Akuntan atas jasa yang diberikannya.


(61)

43 4) Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris

mengenai penunjukan Akuntan yang didasarkan pada independensi, ruang lingkup penugasan, dan fee.

5) melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal dan mengawasi pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas temuan auditor internal.

6) Melakukan penelaahan terhadap aktivitas pelaksanaan manajemen risiko yang dilakukan oleh Direksi, jika Emiten atau Perusahaan Publik tidak memiliki fungsi pemantau risiko di bawah Dewan Komisaris.

7) Menelaah pengaduan yang berkaitan dengan proses akuntansi dan pelaporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik. 8) Menelaah dan memberikan saran kepada Dewan Komisaris

terkait dengan adanya potensi benturan kepentingan Emiten atau Perusahaan Publik.

9) Menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi Emiten atau Perusahaan Publik.

Berdasarkan beberapa peraturan yang mengatur mengenai komite audit dapat disimpulkan bahwa, komite audit merupakan suatu komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk membantu kinerja dewan komisaris dalam mewujudkan suatu praktik usaha yang sesuai dengan peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku.


(1)

123

30 BMRI 2014 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1 855.039.673.000.000 34,38216898

31 INAF 2010 Husni, Mucharam &Rasidi 0 733.957.862.392 27,32171746

32 INAF 2011 Husni, Mucharam &Rasidi 0 1.114.901.669.774 27,73978733

33 INAF 2012 Hendrawinata Eddy & Siddharta (Kreston Internasional) 1 1.188.618.790.410 27,80381307

34 INAF 2013 Hendrawinata Eddy & Siddharta (Kreston Internasional) 1 1.294.510.669.195 27,88915388

35 INAF 2014 Hendrawinata Eddy & Siddharta (Kreston Internasional) 1 1.248.343.275.406 27,85283841

36 JSMR 2010 Hadori Sugiarto Adi & Rekan 0 18.952.129.334.000 30,57293741

37 JSMR 2011 Hadori Sugiarto Adi & Rekan 0 21.432.133.718.000 30,69591249

38 JSMR 2012 Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto 1 24.753.551.441.000 30,83999009

39 JSMR 2013 Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto 1 28.366.345.328.000 30,97622453

40 JSMR 2014 Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto 1 31.857.947.989.000 31,09230801

41 KAEF 2010 Hendrawinata Gani & Hidayat 0 1.657.291.834.312 28,13620596

42 KAEF 2011 Hendrawinata Eddy & Siddharta (Kreston Internasional) 1 1.794.399.675.018 28,21569164

43 KAEF 2012 Hendrawinata Eddy & Siddharta (Kreston Internasional) 1 2.076.347.580.785 28,3616315

44 KAEF 2013 Hendrawinata Eddy & Siddharta (Kreston Internasional) 1 2.471.939.548.890 28,5360242

45 KAEF 2014 Hendrawinata Eddy & Siddharta (Kreston Internasional) 1 2.968.184.626.297 28,71897164

46 PTBA 2010 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1 8.772.699.000.000 29,80266563

47 PTBA 2011 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1 11.507.104.000.000 30,0739857

48 PTBA 2012 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1 12.728.981.000.000 30,17490248

49 PTBA 2013 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1 11.677.155.000.000 30,08865548

50 PTBA 2014 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1 14.812.023.000.000 30,32646033

51 PTPP 2010 Soejatna, Mulyana & Rekan 1 5.444.073.899.824 29,32554878


(2)

124

53 PTPP 2012 Soejatna, Mulyana & Rekan 1 8.550.850.524.674 29,77705187

54 PTPP 2013 Soejatna, Mulyana & Rekan 1 12.415.669.401.062 30,14998045

55 PTPP 2014 Soejatna, Mulyana & Rekan 1 14.611.864.850.970 30,31285498

56 SMGR 2010 Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young) 1 15.562.998.946.000 30,37591735

57 SMGR 2011 Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young) 1 19.661.602.767.000 30,60968875

58 SMGR 2012 Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young) 1 26.579.083.786.000 30,9111457

59 SMGR 2013 Osman Bing Satrio &Eny (Deloitte) 0 30.792.884.092.000 31,05830474

60 SMGR 2014 Osman Bing Satrio &Eny (Deloitte) 0 34.314.666.027.000 31,16659396

61 TINS 2010 Osman Bing Satrio &Eny (Deloitte) 1 5.881.108.000.000 29,4027663

62 TINS 2011 Osman Bing Satrio &Eny (Deloitte) 1 6.569.807.000.000 29,51350557

63 TINS 2012 Osman Bing Satrio &Eny (Deloitte) 1 6.101.007.000.000 29,43947496

64 TINS 2013 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 0 7.883.294.000.000 29,69576695

65 TINS 2014 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 0 9.752.477.000.000 29,90854242

66 TLKM 2010 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 0 99.758.447.000.000 32,23377285

67 TLKM 2011 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 0 103.054.000.000.000 32,26627424

68 TLKM 2012 Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young) 1 111.369.000.000.000 32,34387013

69 TLKM 2013 Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young) 1 127.951.000.000.000 32,48266849

70 TLKM 2014 Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young) 1 140.895.000.000.000 32,57903605

71 WIKA 2010 Hadori Sugiarto Adi & Rekan 1 6.286.304.902.000 29,46939456

72 WIKA 2011 Hadori Sugiarto Adi & Rekan 1 8.322.979.571.000 29,75004143

73 WIKA 2012 Hadori Sugiarto Adi & Rekan 1 10.945.209.418.000 30,02392298

74 WIKA 2013 Hadori Sugiarto Adi & Rekan 1 12.594.962.700.000 30,16431806


(3)

125

Lampiran 6 : Analisis Variabel Dependen (Integritas Laporan Keuangan)

No Nama Tahun Integritas Laporan Keuangan

Harga Pasar Saham per 31 Desember

Total Ekuitas Jumlah Saham

Beredar

Nilai Buku Saham per 31

Desember

Integritas Laporan Keuangan

1 ADHI 2010 910 861.113.484.045 1.801.320.000 478 2

2 ADHI 2011 580 990.367.790.588 1.801.320.000 550 1

3 ADHI 2012 1.760 1.180.918.969.692 1.801.320.000 656 3

4 ADHI 2013 1.510 1.548.462.792.571 1.801.320.000 860 2

5 ADHI 2014 3.480 1.751.543.349.644 1.801.320.000 972 4

6 ANTM 2010 2.450 8.835.268.321.000 9.538.459.749 926 3

7 ANTM 2011 1.620 10.772.043.550.000 9.538.459.749 1.129 1

8 ANTM 2012 1.280 12.832.316.056.000 9.538.459.749 1.345 1

9 ANTM 2013 1.090 12.793.487.532.000 9.538.459.750 1.341 1

10 ANTM 2014 1.065 11.929.561.267.000 9.538.459.750 1.251 1

11 BBNI 2010 3.875 33.119.626.000.000 18.648.656.458 1.776 2

12 BBNI 2011 3.800 37.843.024.000.000 18.648.656.458 2.029 2

13 BBNI 2012 3.700 43.525.291.000.000 18.648.656.458 2.334 2

14 BBNI 2013 3.950 47.683.505.000.000 18.648.656.458 2.557 2

15 BBNI 2014 6.100 61.021.308.000.000 18.648.656.458 3.272 2

16 BBRI 2010 10.500 36.673.110.000.000 12.334.581.000 2.973 4

17 BBRI 2011 6.750 49.820.329.000.000 24.669.162.000 2.020 3


(4)

126

19 BBRI 2013 7.250 79.326.422.000.000 24.669.162.000 3.216 2

20 BBRI 2014 11.650 97.737.429.000.000 24.669.162.000 3.962 3

21 BBTN 2010 1.640 6.447.278.000.000 8.623.000.000 748 2

22 BBTN 2011 1.210 7.321.643.000.000 8.835.970.500 829 1

23 BBTN 2012 1.450 10.278.871.000.000 10.356.440.500 993 1

24 BBTN 2013 870 11.556.753.000.000 10.564.853.500 1.094 1

25 BBTN 2014 1.205 12.206.406.000.000 10.567.696.000 1.155 1

26 BMRI 2010 6.500 41.542.808.000.000 20.996.494.742 1.979 3

27 BMRI 2011 6.750 62.654.408.000.000 23.333.333.333 2.685 3

28 BMRI 2012 8.100 76.532.865.000.000 23.333.333.333 3.280 2

29 BMRI 2013 7.850 88.790.596.000.000 23.333.333.333 3.805 2

30 BMRI 2014 10.775 104.844.562.000.000 23.333.333.333 4.493 2

31 INAF 2010 80 311.268.183.245 3.099.267.500 100 1

32 INAF 2011 163 609.193.834.668 3.099.267.500 197 1

33 INAF 2012 330 650.102.176.989 3.099.267.500 210 2

34 INAF 2013 153 590.793.367.889 3.099.267.500 191 1

35 INAF 2014 355 591.963.192.465 3.099.267.500 191 2

36 JSMR 2010 3.425 7.740.013.867.000 6.800.000.000 1.138 3

37 JSMR 2011 4.200 9.420.280.261.000 6.800.000.000 1.385 3

38 JSMR 2012 5.450 9.787.785.568.000 6.800.000.000 1.439 4

39 JSMR 2013 4.725 10.866.980.040.000 6.800.000.000 1.598 3

40 JSMR 2014 7.050 11.424.995.629.000 6.800.000.000 1.680 4


(5)

127

42 KAEF 2011 340 1.252.505.683.826 5.554.000.000 226 2

43 KAEF 2012 740 1.441.533.689.666 5.554.000.000 260 3

44 KAEF 2013 590 1.624.354.688.981 5.554.000.000 292 2

45 KAEF 2014 1.465 1.811.143.949.913 5.554.000.000 326 4

46 PTBA 2010 22.950 6.366.736.000.000 2.304.131.850 2.763 8

47 PTBA 2011 17.350 8.165.002.000.000 2.304.131.850 3.544 5

48 PTBA 2012 15.100 8.505.169.000.000 2.304.131.850 3.691 4

49 PTBA 2013 10.200 7.551.569.000.000 2.304.131.850 3.277 3

50 PTBA 2014 12.500 8.670.842.000.000 2.304.131.850 3.763 3

51 PTPP 2010 800 1.261.842.880.698 4.842.436.500 261 3

52 PTPP 2011 485 1.425.439.849.740 4.842.436.500 294 2

53 PTPP 2012 830 1.655.849.031.797 4.842.436.500 342 2

54 PTPP 2013 1.160 1.984.747.306.312 4.842.436.500 410 3

55 PTPP 2014 3.575 2.390.270.175.491 4.842.436.500 494 7

56 SMGR 2010 9.450 12.006.438.613.000 5.931.520.000 2.024 5

57 SMGR 2011 11.450 14.615.096.979.000 5.931.520.000 2.464 5

58 SMGR 2012 15.850 18.164.854.648.000 5.931.520.000 3.062 5

59 SMGR 2013 14.150 21.803.975.875.000 5.931.520.000 3.676 4

60 SMGR 2014 16.200 25.002.451.936.000 5.931.520.000 4.215 4

61 TINS 2010 2.750 4.202.765.000.000 5.033.020.000 835 3

62 TINS 2011 1.670 4.597.795.000.000 5.033.020.000 914 2

63 TINS 2012 1.540 4.558.200.000.000 5.033.020.000 906 2


(6)

128

65 TINS 2014 1.230 5.608.242.000.000 7.447.753.454 753 2

66 TLKM 2010 7.950 44.418.742.000.000 20.159.999.280 2.203 4

67 TLKM 2011 7.050 60.981.000.000.000 20.159.999.280 3.025 2

68 TLKM 2012 9.050 66.978.000.000.000 20.159.999.280 3.322 3

69 TLKM 2013 2.150 77.424.000.000.000 100.799.996.400 768 3

70 TLKM 2014 2.865 86.125.000.000.000 100.799.996.400 854 3

71 WIKA 2010 680 1.801.623.781.000 6.001.540.500 300 2

72 WIKA 2011 610 2.071.561.000.000 6.027.267.500 344 2

73 WIKA 2012 1.480 2.814.005.594.000 6.105.627.500 461 3

74 WIKA 2013 1.580 3.226.958.875.000 6.139.968.000 526 3


Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 102 87

Pengaruh Good Corporate Governance, Profitabilitas Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (2007-2010)

1 46 99

Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 67 129

PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE, AUDIT TENURE DAN UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris pada Perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI).

3 52 17

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Spesialisasi Industri Auditor, Dan Audit Brand Name Terhadap Integritas Laporan Keuangan: Studi Empiris Pada Perusahaan Di Sektor Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014

2 28 127

Pengaruh Mekanisme, Corporate Governance, Kualitas Audit dan Ukuran Perusahaan terhadap Integritas Laporan Keuangan (Pada Perusahaan di Sektor Keuangan yang terdaftar di BEI Periode 2010-2012)

2 6 143

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, AUDIT TENURE, DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015)

4 25 141

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN DAN KUALITAS KANTOR AKUNTAN PUBLIK TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011 -2014)

11 101 131

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, KUALITAS KAP, AUDIT TENURE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-2012.

2 14 27

Skripsi Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan pada Perusahaan Publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 13