Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau terhadap Staphylococcus aureus

Hermawan 2007 yang juga membuktikan bahwa ekstrak daun sirih hijau dengan pelarut DMSO Dimethil Sulfoxide 10 dengan metode disc diffusion dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan efektifitas kuat. Menurut Harapini et al., 1996 daya antibakteri minyak atsiri daun sirih hijau disebabkan oleh adanya senyawa fenol dan turunannya yang dapat mendenaturasi protein sel bakteri. 26 Heyne 1987 menyebutkan, komponen utama minyak atsiri terdiri dari fenol dan senyawa turunannya. Salah satu senyawa turunan itu adalah kavikol yang memiliki daya bakterisida lima kali lebih kuat dibandingkan fenol. Kehadiran fenol yang merupakan senyawa toksik mengakibatkan struktur tiga dimensi protein terganggu dan terbuka menjadi struktur acak tanpa adanya kerusakan pada struktur kerangka kovalen ikatan disulfida. 5,27 Hal ini menyebabkan rantai polipeptida tidak dapat mempertahankan bentuk asalnya sehingga menyebabkan kerusakan pada dinding sel, dimana dinding sel Staphylococcus aureus hanya terdiri dari beberapa lapis peptidoglikan tanpa adanya tiga polimer pembungkus yang terletak diluar lapisan peptidoglikan yaitu lipoprotein, selaput luar dan lipopolisakarida seperti pada bakteri E.coli sehingga selnya akan lebih mudah terdenaturasi oleh bethel phenol dan derivatnya yang terkandung dalam ekstrak daun sirih hijau sehingga diameter daya hambatnya lebih lebar. 17 Deret asam amino protein tersebut tetap utuh setelah denaturasi, namun aktivitas biologisnya menjadi rusak sehingga protein tidak dapat melakukan fungsinya. 25 Etanol 96, sebagai pelarut ekstrak daun sirih, tidak menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Sedangkan, amoksilin sebagai antibiotika turunan penisilin dengan spektrum luas, digunakan sebagai kontrol positif, menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus secara bermakna. Amoksilin bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri. 17 Varietas lain daun sirih seperti daun sirih merah juga terbukti memiliki efek antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Hal ini dibuktikan dari penelitian Atingul data belum dipublikasikan ternyata ekstrak daun sirih merah dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan efektifitas sedang sampai kuat. 28 Berdasarkan uraian diatas, membuktikan bahwa daun sirih mempunyai peran sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan efektifitas kuat karena mengandung minyak atsiri dengan bethel phenol dan turunannya yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus sehingga dapat digunakan dalam produk kesehatan contohnya pada pasta gigi. Sebagaimana pada penelitian Maharani data belum dipublikasikan didapatkan hasil bahwa pasta gigi yang mengandung ekstrak daun sirih hijau memiliki efek hambat paling besar terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dibandingkan dengan pasta gigi uji lainnya. 29 Oleh karena itu, terbukti bahwa daun sirih hijau mempunyai dasar kuat untuk digunakan sebagai bahan obat alam alternatif untuk mengatasi kejadian resistensi bakteri terhadap antibiotik. 24

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis statistik dan pembahasan terhadap hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa : 1. Ekstrak daun sirih hijau Piper betle L. pada konsentrasi 10 6 , 5.10 6 , dan 10 7 ppm dengan metode disc diffusion secara signifikan menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan efektifitas kuat. 2. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun sirih hijau Piper betle L. maka semakin kuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

5.2 Saran

Setelah dilakukan penelitian tentang efek ekstrak daun sirih hijau Piper betle L. terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, maka disarankan bila akan dilakukan penelitian selanjutnya: 1. Untuk melakukan uji toksikologi ekstrak daun sirih hijau sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus. 2. Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun sirih hijau terhadap Staphylococcus aureus secara in-vivo.