Tahap proses dismissal pasal 62 UU No. 51986

sesuai dengan tahapan-tahapannya. Sebelum pemeriksaan dilakukan dengan acara biasa, harus terlebih dahulu diawali dengan proses rapat permusyarawatan proses dismissal yang dilanjutkan dengan proses pemeriksaan persiapan, baik rapat permusyawaratan oleh Ketua TUN maupun pemeriksaan persiapan oleh Majelis Hakim yang bersangkutan, termasuk bagian dari fungsi peradilan justiele functie. Dari ketentuan yang mengatur tentang hukum acara peradilan TUN tersebut, dapat diketahui bahwa proses pemeriksaan suatu sengketa PTUN ternyata mengenal beberapa tahapan, yaitu : a. Tahap rapat permusyawaratan proses dismissal b. Tahap proses pemeriksaan persiapan

c. Tahap proses persidangan

d. Tahap pengucapan keputusan Tahapan-tahapan proses pemeriksaan sengketa ini perlu dijabarkan secara terperinci agar mudah perlu dijabarkan secara terperinci agar mudah dimengerti dan dibandingkan dalam pembicaraan selanjutnya tentang materi pokok skripsi ini, sebagaimana diuraikan dalam Bab IV berikut :

a. Tahap proses dismissal pasal 62 UU No. 51986

Setiap gugatan telah masuk di PTUN selalu pada permulaannya akan ditanganidiperiksa dari segi ketatausahaan administrasi lebih dahulu oleh staf Kepaniteraan yang lazim disebut dengan istilah penelitian administratif yaitu penelitian pendahuluan yang bersifat formal ketatausahaan peradilan. Setelah itu baru dilakukan proses dismissal oleh Ketua TUN terhadap gugatan Universitas Sumatera Utara dimaksud, guna untuk menentukan apakah gugatan yang diajukan itu dapat diterima atau tidak, apakah gugatan telah memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditentukan dalam pasal 56 UU No. 5 Tahun 1986 dan apakah memang termasuk wewenang TUN yang bersangkutan untuk mengadilinya. Pendeknya apakah gugatan tersebut dinyatakan lolos dismissal atau tidak. Menyangkut tentang penelitian administratif oleh staf Kepaniteraan ini, SEMA No. 2 tanggal 9 Juli 1991 memberikan petunjuk-petunjuk sebagai berikut : 1. Setelah surat gugatan tercatat dan terdaftar di kepaniteraan atau telah mempunyai nomor perkara, maka haruslah dilakukan penelitian administratif hendaknya dilakukan dari segi-segi formalnya saja yang mengenai bentuk maupun isi gugatan sesuai dengan maksud pasal 56 UU No. 5 Tahun 1986 dan jangan sampai menyangkut segi materi gugatan pokok perkara. 2. Panitera harus memberikan petunjuk-petunjuk seperlunya kepada pihak penggugat dan dapat meminta kepada pihak penggugat untuk memperbaiki gugatan yang dipandang perlu sebelum gugatan diteruskan kepada Ketua. Panitera tidak berhak menolak pendaftaran perkara yang bersangkutan dengan dalih apapun juga yang berkaitan dengan materi gugatan. 3. Untuk memudahkan pemeriksaan perkara pada tahap selanjutnya maka setelah suatu gugatan didaftar dan memperoleh nomor perkara, oleh staf Kepaniteraan Bidang Perkara perlu dibuatkan resume gugatan terlebih Universitas Sumatera Utara dahulu sebelum diajukan kepada Ketua TUN dengan bentuk formal yang isinya pada pokoknya sebagai berikut : 1 Siapa-siapa subjeknya identitas para pihak dan apakah penggugat sebagai pihak sendiri ataukah diwakili oleh kuasanya yang sya. Bila diwakili kuasa, apakah surat kuasa khusus sudah terlampir atau belum dalam surat gugatan tersebut 2 Apakah yang menjadi objek gugatan dan menjelaskan jenis perkaranya. Apakah objek gugatan itu sepintas masuk dalam pengertian Keputusan TUNPenetapan Tertulis beschiking menurut pasal 1 butir 3 UU No. 586. 3 Ringkasan dari alasan gugatan diteliti apakah posita gugatan memenuhi ketentuan pasal 53 ayat 2 huruf a, b, c UU No. 51986 atau mengemukakan alasan pelanggaran terhadap asas-asas umum pemerintahan yang baik. 4 Apakah yang menjadi tuntutan petitum gugatan tersebut hanya berisi tuntutan pokok ataukah disertai dengan tuntutan tambahan berupa pembebanan salah satu kewajiban sebagaimana ditentukan pasal 97 ayat 9, 10, dan 11 UU No. 5 Tahun 1986. 5 Apakah di dalambeserta surat gugatan terdapat permohonan prodeo pasal 60, acara cepat pasal 98, penangguhanpenundaan pelaksanaan keputusan TUN yang digugat tersebut pasal 67, sebab apabila terdapat permohonan demikian haruslah sesegera mungkin dilakukan terlebih Universitas Sumatera Utara dahulu dipertimbangkan oleh Ketua TUN sebelum ditetapkan penunjukan Majelis Hakimnya yang memeriksa dan memutus pokok sengketanya. 4. Apabila Kepaniteraan di dalam melakukan penelitian administratif dimaksud menemui kekurangan-kekurangan yang sifatnya tidak prinsipil, maka penggugat dapat dianjurkan agar memperbaiki dan menyempurnakan gugatannya atas kekurangan yang diteliti tersebut. Hasil penelitian administratif tersebut harus dilaporkan kepada Ketua PTUN untuk bahan pertimbangan dalam proses dismissal. Dismissal process ini merupakan tahap penyaringan atau filter yang dilakukan Ketua PTUN dengan penanganan yang bersifat inguisitoir belaka terhadap gugatan yang diajukan tidak ada proses antara pihak-pihak, tidak ada acara tukar menukar jawaban dan dokumen serta tidak ada pembuktian. Dalam proses dismissal ini, para pihak yang berperkara belum dihadirkan. Dalam tahap ini ada dua alternatif keputusan yang dapat diambil Ketua PTUN, yaitu : 1. Ketua PTUN menyatakan gugatan dapat diterima, yang berarti dapat dilanjutkan pemeriksaannya lolos dismissal sehingga ditetapkanlah Majelis Hakim yang akan memeriksa dan mengadili perkara tersebut. Dalam hal ini tidak perlu dibuatkan suatu penetapan lolos dismissal yang dibuatkan adalah penetapan penunjukan Majelis Hakimnya. 2. Ketua PTUN dengan sengketa segala pertimbangannya memutuskan dengan suatu penetapan yang menyatakan bahwa gugatan tidak dapat diterima atau didak Universitas Sumatera Utara berdasar. Alternatif ini diambil apabila : a. Pokok gugatan nyata-nyata tidak termasuk dalam wewenang PTUN. b. Syarat-syarat gugatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 56 tidak dipenuhi pengguat, sekalipun ia telah diberitahudiperingatkan c. Gugatan tersebut didasarkan pada alasan-alasan yang tidak layak d. Apa yang dituntut dalam gugatan sebenarnya sudah dipenuhi oleh keputusan TUN yang digugat e. Gugatan diajukan sebelum waktunya prematur atau telah lewat waktnya daluarsa Meskipun dalam proses dismissal tersebut para pihak berperkara belum hadir, akan tetapi penetapan dismissal tersebut harus diucapkan di hadapan para pihak yang berperkara. Oleh karena itu kedua belah pihak harus dipanggil untuk mendengarkannya. Pemanggilan kedua belah pihak dilakukan dengan surat tercatat oleh Panitera atas perintah Ketua. Apabila penggugat keberatan atas penetapan dismissal tersebut maka ia dapat mengajukan verzet perlawanan dalam tenggang waktu 14 hari setelah mengucapkan penetapan, apabila hadir atau sejak diterimanya salinan penetapan yang dikirimkan oleh Panitera dengan surat tercatat jika penggugat tidak menghadiri pengucapan penetapan dismissal itu. Perlawanan tersebut diajukan harus pula memenuhi syarat-syarat seperti gugatan biasa menurut pasal 56 UU No. 5 Tahun 1986. Gugatan perlawanan ini diperiksa dalam acara singkat oleh Majelis Hakim yang ditunjuk oleh Ketua, dengan Universitas Sumatera Utara dibantu oleh seorang Panitera Pengganti yang ditunjuk oleh Panitera. Majelis Hakim yang ditunjuk untuk memeriksa dan memutus gugatan perlawanan, terdapat dua kemungkinan mengenai keputusan yang akan diambil, yakni : 1. Membenarkan perlawanan yang diajukan oleh Pelawan Apabila alternatif ini yang diambil yaitu menyatakan pelawan adalah sebagai pelawan yang benar, maka penetapan dismissal yang dikeluarkan Ketua PTUN tersebut menjadi gugur demi hukum, dan selanjutnya pokok gugatan akan diperiksa, diputus dan diselesaikan menurut acara biasa. 2. Gugatan perlawanan ditolak, atau pelawan dinyatakan sebagai pelawan yang tidak benar. Terhadap penolakan ini, konsekwensi juridis yang timbul tergantung pada alasan yang digunakan dalam penolakan tersebut. Apabila alasannya gugatan cacat, maka penggugat dapat mengajukan gugatan tersebut setelah gugatan direvisi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Akan tetapi apabila penolakan tersebut yang berlaku. Akan tetapi apabila penolakan tersebut dengan alasan lain, maka gugatan tidak dapat diajukan kembali. Hal ini tidak menutup kemungkinan untuk mengajukan gugatan tersebut kepada lembaga pengadilan yang lain. Terhadap putusan mengenai perlawanan ini tidak dapat digunakan upaya hukum apapun, sehingga putusan terhadap penolakan gugatan perlawanan itu diangap sebagai putusan tingkat pertama dan terakhir dan telah berkekuatan hukum tetap. Universitas Sumatera Utara Perlu dikonfirmasikan, bahwa apabila Ketua PTUN berhalangan maka kewenangan proses dismissal ini dilakukan oleh Wakil Ketua. Selain itu perlu pula diketahui, adanya tahap proses dismissal ini justru sangat memberi manfaat dan keuntungan bagi penggugat, sebab kalau semua gugatan yang masuk diteruskan ke proses persidangan tanpa melalui dismissal process dikuatirkan akan banyak waktu, tenaga, pikiran dan biaya yang terbuang percuma untuk pemeriksaan perkara yang tidak memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam UU No. 5 Tahun 1986 yang pada akhirnya gugatan tersebut dinyatakan tidak dapat diterima atau tidak berdasar, Setelah Ketua melakukan dismissal proses dan gugatan dinyatakan lolos dismisal maka berkas perkara diserahkan kepada Majelis Hakim yang telah ditunjuk oleh Ketua PTUN untuk selanjutnya melakukan tahapan pemeriksaan persiapan, persidangan dan pengucapan putusan.

b. Tahap proses pemeriksaan persiapan pasal 63 UU No. 51986