Permasalahan Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Tinjauan Pustaka

B. Permasalahan

Adapun yang menjadi permasalahan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : - Bagaimana Peradilan Tata Usaha Negara di dalam menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara ? - Bagaimana pihak ketiga yang berkepentingan dapat diikutsertakan di Peradilan Tata Usaha Negara ? - Bagaimana prosedur serta akibat hukum masuknya pihak ketiga dalam sengketa Tata Usaha Negara yang sedang berlangsung ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana pihak ketiga yang berkepentingan dapat diikutkan di Peradilan Tata Usaha Negara di dalam menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara . 2. Untuk mengetahui bagaimana pihak ketiga yang berkepentingan dapat diikutkan di Peradilan Tata Usaha Negara . 3. Untuk mengetahui proses serta akibat hukum masuknya pihak ketiga dalam sengketa Tata Usaha Negara yang sedang berlangsung.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah : Universitas Sumatera Utara 1. Secara teoritis agar dapat dipahami bahwa secara yuridis pihak ketiga yang kepentingannya terkait dengan perkara yang sedang berlangsung, secara hukum dapat diikutsertakan untuk membela kepentingannya, bagaimana prosedur serta akibat hukumnya. 2. Secara praktis untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak yang mempunyai perhatian tentang topik penelitian ini, terutama mahasiswa Fakultas Hukum memperoleh masukan-masukan tentang intervenient dalam proses peradilan di Pengadilan Tata Usaha Negara.

E. Tinjauan Pustaka

1. Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya keputusan Tata Usaha Negara, bermasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Pihak ketiga yang berkepentingan maksudnya pihak lain di luar penggugat dan tergugat yang mempunyai kepentingan terhadap suatu objek sengketa yang ditetapkan penggugat intervensi atau tergugat intervensi dalam suatu perkarasengketa Tata Usaha Negara yang sedang ditangani pengadilan Tata Usaha Negara. Di dalam UU No. 5 Tahun 1986 tidak ada dirumuskan mengenai pengertiandefinisi istilah “intervenient” atau “intervensi” ini. Namun Universitas Sumatera Utara demikian, dalam skripsi ini penulis mencoba mengetengahkan mengenai intervensi intervenient tersebut. Sesuai perkembangan arus informasi dan komunikasi, maka penggunaan istilah “intervensi” ini mengalami konotasi meluas sesuai dengan bidang ilmu yang menggunakannya. Namun pada prinsipnya pengertian dasarnya tidaklah dihilangkaneliminir. Dalam Hukum Acara Perdata pengertian intervenient ini dijelaskan dengan suatu suatu contoh kasus yaitu : Dalam jual beli rumah dan tanah, A selaku penggugat dalam pokok perkara menggugat B, oleh karena B telah menjual rumah dan tanah kepadanya, akan tetapi tidak mau menyerahkan bangunan rumah dan tanahnya yang telah ia jual kepadanya. Mendengar tentang adanya gugatan itu, C yang juga merasa telah membeli rumah dan tanah tersebut dari B, datang ke persidangan, lalu dengan lisan atau tertulis mengemukakan kehendaknya untuk mencampuri perkara tersebut sebagai pihak ketiga. Ia, pihak ketiga ini disebut pihak intervenient. Apabila intervensi dikabulkan maka perdebatan menjadi perdebatan segi tiga. 1 Pengertian Intervenient dalam Hukum Acara Perdata seagaimana dijelaskan dengan contoh di atas, tentu sekali mempunyai persamaan dengan pengertian intervenient dalam Hukum Acara Perdata sebagaimana dijelaskan 1 R. Subekti, Hukum Acara Perdata, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Bina Cipta, Bandung, 1982, hal. 71. Universitas Sumatera Utara contoh di atas, tentu sekali mempunyai persamaan dengan pengertian intervenient dalam Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, yaitu masuknya pihak lainketiga dalam suatu perkara antara penggugat dan tergugat. Perbedaannya adalah : dalam Hukum Acara Peradilan TUN pihak ketiga dimaksud adalah hanya orang atau Badan Hukum Perdata saja, sednagkan dalam Hukum Acara Perdata, pihak intervenient itu tidak dibatasi, siapa saja pun boleh sebagai pihak intervensi termasuk abdan hukum publik. Dalam proses pemriksaan sengketa TUN di Peradilan TUN dimungkinkan adanya pihak ketiga intervenient yaitu orang atau badan hukum perdata untuk ikut serta atau diikutsertakan dalam proses pemeriksaan satu sengketa yang sedang berjalan. Ny. Retnowulan Sutanto, SH dan Iskandar Oeriokartawinata, SH dalam bukunya berjudul “Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek “mengemukakan bahwa intervensi dalam bahsa Belanda disebut pula “Tussenkomst”. 2 Tussenkomst atau intervensi diartikan sebagai pencampuran piihak ketiga atas kemauan sendiri yang ikut dalam proses, dimana pihak keiga ini 2 Retnowulan Sutanstio, dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek, Penerbit Alumni, Bandung, 1983, Hal. 50. Universitas Sumatera Utara tidak memihak baik kepada penggugat maupun tergugat, melainkan hanya memperjuangkan kepentingan sendiri. 3 1 Atas prakarsa sendiri Selain tussenkomst atau intervensi, di dalam hukum acara perdata dalam prakteknya dikenal lagi adanya pihak ketiga yang berkepentingan dalam suatu , di dalam hukum acara perdata dalam prakteknya dikenal lagi adanya pihak ketiga yang berkepentingan dalam suatu Peradilan Umum c.q. Pengadilan Negeri, yaitu dalam : - Vrijwaring atau penjaminan terjadi apabila di dalam suatu perkara yang sedang diperiksa oleh pengadilan, di luar pihak yang berperkara, ada pihak ketiga yang ditarik masuk dalam perkara tersebut. - Voeging, yaitu penggabungan pihak ketiga yang merasa berkepentingan lalu mengajukan permohonan kepada Majelis agar diperkenankan mencampuri proses tersebut dan menyatakan ingin menggabungkan diri kepada salah satu pihak penggugat atau tergugat. Dalam Bahasa Belanda hal ini disebut Voeging Van Partijen. Dalam Hukum Acara Peradilan TUN, mengenai tussenkomst, voeging dan vrijwaring dalam hukum acara perdata ini, dikenal hanya satu istilah saja yaitu “intervenient atau intervensi”. 3. Pasal 83 mengatur kemungkinan masuknya pihak ketiga dalam proses, motivasi masuknya pihak ketiga dapat dibagi dalam 3 kategori yakni : 3 Ibid, hal. 49 Universitas Sumatera Utara Dalam hal pihak ketiga ingin mempertahankan dan membela hak dan kepentingannya agar tidak dirugikan oleh putusan pengadilan yang sedang berjalan, sebagai pihak yang mandiri dan berdiri di tengah- tengah antara pihak penggugat dan pihak tergugat. Cara masuknya pihak ketiga dalam proses perkaran ini, dalam proses perdata disebut “tusserkomst” mencampuri. Karena ikut sertanya dalam proses atas prakarsanya sendiri, maka ia harus mengajukan permohonan dengan mengemukakan alasan-alasan serta hal yang dituntut, sesuai dengan ketentuan pasal 56. 2 Atas permintaan salah satu pihak Masuknya pihak ketiga dalam proses perkara atas permohonan salah satu pihak, guna memperkuat kedudukan salah satu pihak atau agar pihak ketiga selama proses tersebut bergabung dengan dirinya untuk memperkuat posisi hukum dalam sengketa. Cara ini dalam acara perdata disebut ”voeging” ikutserta. 3 Atas prakarsa hakim yang memeriksa Masuknya pihak ketiga dalam proses perkara yang sedang berjalan atas prakarsa hakim yang memeriksa perkara. Masuknya pihak ketiga dalam proses baik atas prakarsa sendiri, maupun atas prakarsa hakim ditarik masuk dalam proses, ditempatkan pada pihak penggugat, dan tidak diberikan kepada tergugat. Universitas Sumatera Utara

F. Metode Penelitian