Syarat-syarat Masuknya Pihak Ketiga Dalam Proses Sengketa Tata Usaha Negara

C. Syarat-syarat Masuknya Pihak Ketiga Dalam Proses Sengketa Tata Usaha Negara

Dengan masuknya atau terdaftar suatu surat gugatantentu saja akan menimbulkan reaksi tertentu dari pihak PTUN yang bersangkutan. Reaksi dimaksud adalah bahwa PTUN akan melakukan pemeriksaan untuk memproses gugatan tersebut sesuai dengan hukum acara yang berlaku menurut UU No. 5 Tahun 1986 UU tentang peradilan TUN. Jadi surat gugatan itu merupakan berkas yang pertama masuk di PTUN dan merupakan dasar dari proses selanjutnya masuknya surat gugatan bukanlah satu-satunya dasar dari seluruh proses pemeriksaan yang akan dilakukan oleh PTUN. PTUN di dalam melakukan pemeriksaan atas gugatan yang ditanganinya acapkali menemukan adanya kepentingan pihak lain di luar kepentingan penggugat tersebut, yang mutlak dipertimbangkan. Sebab kita tahu bahwa tujuan peradilan TUN sebenarnya tidak semata-mata memberikan perlindungan terhadap hak-hak perseorangan, tetapi sekaligus juga melindungi hak-hak masyarakat umum. Menurut hemat penulis, bahwa UU No. 5 Tahun 1986 memberikan hak untuk menggugat kepada pihak ketiga yang berkepentingan. Dalam konkretnya, orang atau badan hukum perdata yang dapat dirugikan oleh keluarnya suatu keputusan TUN dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu : - Kelompok pertama adalah orang-orang atau badan hukum perdata sebagai alamat yang dituju oleh suatu keputusan TUN. Di sini orang atau badan hukum perdata tersebut. Karena itu jelas ia berhak untuk mengajukan Universitas Sumatera Utara gugatan ke PTUN yang berwenang. - Kelompok kedua adalah orang atau badan hukum perdata yang dapat disebut sebagai pihak ketiga yang berkepentingan meliputi : a. Individu-individu yang merupakan pihak ketiga yang berkepentingan. Yang maksud dalam kelompok ini sangat luas pariasinya. Mereka itu merasa terkena kepentingannya secara tidak langsung oleh keluarnya suatu keputusan TUN yang sebenarnya di alamatkan oleh orang lain. Kepentingan mereka ini ada yang berlawanan dengan kepentingan dari si alamat yang dituju oleh keputusan TUN yang bersangkutan. Adapun yang berkepentingan pihak ketiga itu bersifat paralel dengan kepentingan dari si alamat yang dituju oleh keputusan TUN yang bersangkutan. b. Organisasi-organisasi kemasyarakatan atau badan usaha hukum perdata sebagai pihak ketiga dapat merasa berkepentingan dengan tujuan-tujuan yang mereka perjuangkan sesuai dengan Anggaran Dasarnya. Secara umum dapat dikatakan bahwa kepentingan organisasi kemasyarakatan memang dapat secara tidak langsung terkena oleh keluarnya suatu keputusan TUN. Namun yan penting adalah jawaban atas pertanyaan apakah setiap organisasi yang merasa kepentingannya dirugikan secara tidak langsung oleh keluarnya suatu keputuan TUN itu dengan sendirinya diberi hak untuk menggugat ? Kalau jawabannya, maka kita akan menjurus ke arah dibenarkannya Universitas Sumatera Utara berlakunya actio popularis yang membenarkan setiap orang mengajukan gugatan, padahal asas semacam itu berlaku dalam UU kita. Dengan demikian yang perlu dijawab adalah seberapa berat bobot terkenanya kepentingan yang tidak langsung itu yang menyebabkan seseorang atau badan hukum perdata tersebut lalu dapat diberikan hak untuk menggugat ? Tentu jawabannya adalah tergantun dari berat ringannya kepentingan kerugian yang dirasakan akibat keluarnya suatu keputusan TUN yang dipersengketakan itu Jadi ringkasnya, yang diberikan hak untuk menggugat di Pengadilan TUN menurut UU No. 5 Tahun 1986 hanyalah orang atau Badan Hukum Perdata. Baik orang maupun Badan Hukum Perdata itu dapat berkedudukan sebagai alamat yang dituju secara langsung oleh keputusan TUN yang digugat maupun sebagai pihak ketiga yang berkepentingan dengan keluarnya suatu keputusan yang ditujukan kepada orang lain. Baik mereka sebagai alamat yang dituju maupun sebagai pihak ketiga yang berkepentingan baru dapatberhak mengajukan gugatan TUN apabila kepentingan mereka itu sampai pada suatu bobot tertentu yang akan ditentukan dalam yurisprudensi nanti telah dirugikan oleh keluarnya Keputusan TUN yang bersangkutan. Apabila gugatan diajukan oleh orang atau Badan Hukum Perdata yang secara langsung terkena kepentingannya oleh Keputusan TUN yang ditujukan kepadanya, maka yang menjadi pihak ketiga yang akan dimasukkan dalam Universitas Sumatera Utara proses sengketa TUN untuk turut sebagai salah satu pihak yang bersengketa adalah individuorang atau Badan Hukum Perdata yang merasa kepentingannya dirugikan secara tidak langsung oleh terbitnya suatu Keputusan TUN yang disengketakan tersebut. Demikian pula sebaliknya apabila orang atau Badan Hukum Perdata yang merasa kepentingannya dirugikan secara tidak langsung yang mengajukan gugatan, maka yang menjadi pihak ketiga dalam proses pemeriksaan sengketa yang bersangkutan adalah orang atau Badan Hukum Perdata yang secara langsung terkena kepentingannya oleh keputusan TUN yang dipersengketakan itu. Dengan demikian, agar pihak ketiga itu dapat dimasukkan dalam proses sengketa TUN, haruslah dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Orang atau Badan Hukum Perdata yang akan dimasukkan sebagai pihak ketiga interenient dalam proses suatu sengketa TUN haruslah benar-benar mempunyai kepentingan atas objek sengketa atau Keputusan TUN yang digugat itu baik secara langsung maupun tidak langsung. 2. Pihak ketiga yang akan dimasukkan dalam proses pemeriksaan suatu sengketa TUN harus menambah makin jelasnya fakta dan bukti yan diperlukan sehingga diperoleh pertimbangan yang subjekti mungkin dan kebenaran materil atas pokok sengketa. 3. Bahwa pihak ketiga yang ingin masuk dalam proses pemeriksaan suatu sengketa haruslah dapat menunjukkan dan membuktikan bahwa ianya ingin mempunyai kepentingan terhadap keputusan TUN yang digugat objek sengketa itu, dengan mengajukan permohonan secara tertulis kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili sengketa yang akan dimasukinya tersebut. Universitas Sumatera Utara 4. Pihak ketiga tersebut dimasukkannya dalam proses sengketa TUN yang sedang diperiksa bilamana menurut hemat dan pertimbangan Hakim sangat perlu guna memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai inti pokok persengketaan. Selanjutnya, apabila seseorang atau Badan Hukum Perdata yang berposisi selaku pihak ktia itu didudukkan sebagai Tergugat intervensi maka ia hanya dimungkinkan untuk memperkokoh dalil-dalil Tergugat, ia tidak dapat mengajukan tuntutan yang dapat dituangkan dalam diktum putusan akhir PTUN dalam sengketa itu, karena tuntutan semacam itu akan sama artinya dengan tuntutan rekonpensi dalam Hukum Acara Perdata. Sebaliknya kalau pihak ketiga yang masuk dalam proses pemeriksaan itu kepentingannya bersifat paralel dalam kepentingan Penggugat, maka ia dapat masuk dalam proses dengan kedudukan sebagai Penggugat Intervensi, dimana ia dapat mengajukan tuntutan yang paralel dengan apa yang dituntut oleh Penggugat asal. Menurut pantauan penulis, bahwa pihak ketiga yang dimasukkan dalam proses atau suatu sengketa TUN yan bersangkutan ternyata umumnya berposisi sebagai tergugat intervensi, yang berposisi sebagai penggugat intervensi jarang terjadi dalam dalam kasussengketa yang ditangani PTUN Medan selama ini. Menurut hasil riset penulis pihak keiga yang berposisi sebagai penggugat intervensi masih satu berkas perkara dari berjumlah 577 perkara yang masuk, yaitu dalam perkara No. 21G1991PTUN-MDN Universitas Sumatera Utara

BAB IV PROSEDUR SERTA AKIBAT HUKUM INTERVENSI