Ciri dan Sifat Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara

RI No. R.04PUIV1986 tanggal 16 April 1986, dan setelah diadakan pembahasan di DPR RI melalui empat tingkat pembicaraan, dan pada tanggal 20 Desember 1986 DPR RI mengambil keputusan menyetujui RUU Peraturan untuk disyahkan menjadi undang-undang. Presiden RI pada tanggal 29 Desember 1986, mengesahkan RUU Peradilan Tata Usaha Negara menjadi Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 “Peradilan Tata Usaha Negara” Lembaran Negara RI No. 77 Tahun 1986 dan Tambahan Lembaran Negara No. 3344. 6 Ciri-ciri sifat Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara menurut hemat Ditentukannya empat macam lingkungan peradilan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 10 ayat 1 UU No. 14 Tahun 1970 yang disebutkan di atas, dapat diartikan bahwa Negara Indonesia yang menganut prinsip Negara Hukum dalam sistem peradilannya menggunakan multi jurisdiction systeem sistem peradilan ganda, dimana salah satu diantaranya adalah peradilan Tata Usaha Negara yang diatur dalam UU No. 5 Tahun 1986. Dengan demikian jelaslah bahwa Peradilan Tata Usaha Negara merupakan salah satu pelaksana kekuasaan Kehakiman yang ditugasi untuk memeriksa, memutar dan menyelesaikan sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara. Oleh karenaitu, tujuan Peradilan Tata Usaha Negara sebenarnya tidak semata-mata memberikan perlindungan terhadap hak-hak perseorangan, tetapi sekaligus juga melindungi hak-hak masyarakat.

B. Ciri dan Sifat Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara

6 Martiman Prodjohamidjo, Hukum Peradilan Tata Usaha Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1996, hal. 15 Universitas Sumatera Utara penulis penting disajikan dalam skripsi ini dengan maksud agar menambah pemahaman kita mengenai proses dan mekanisme yang diatur Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. Indroharto, SH 7 - Mereka baik yang berkedudukan sebagai suatu instansi resmi maupun secara global mengetengahkan beberapa ciri-cirisifat dasar dari Hukum Acara Peradilan TUN, yaitu : 1. Dalam proses TUN itu selalu tersangkut dua kepentingan yaitu kepentingan umum dan individu. Dalam proses peradilan TUN yang selalu menjadi inti permasalahan adalah mengenai syah tidaknya pengunaan wewenang pemerintah oleh Badan atau Pejabat TUN menurut Hukum TUN publik. Dalam konkretnya yang disengketakan itu selalu berupa salah satu bentuk tindakan Hukum TUN yang dilakukan oleh Badan atau Pejabat TUN yang berupa suatu Beschiking menurut pengertian Pasal 1 Butir 3 UU No. 5 tahun 1966. 2. Dalam kenyataannya, unsur pokok yang akan berinteraksi dalam proses peradilan TUN itu adalah : - Para hakim dan staf kepaniteraannya - Para pencari keadilan yang akan mengajukan gugatan kepentingan TUN seseorang atau badan hukum perdata - Para Badan atau pejabat TUN yang selalu berkedudukan sebagai tergugat. 7 Indroharto, Usaha Memahami Undang-undang Tentang PTUN, Buku II Beracara di Pengadilan TUN, Edisi Baru, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1994, hal. 25-29. Universitas Sumatera Utara sebagai warga masyarakat biasa, pada suatu saat mungkin memegang kunci penentu jalannya proses suatu perkara karena kejelasan-kejelasan maupun alat-alat bukti berada di tangannya. 3. Tujuan dari gugatan di Peradilan TUN adalah selalu untuk memperoleh putusan hakim yang menyatakan keputusan TUN digugat itu tidak syah atau batal Pasal 53 ayat 1 UU No. 5 Tahun 1986. Dalam proses Hukum Acara Peradilan TUN tidak dikenal gugatan rekonpensi maupun pembarengan beberaa gugatan bersama-sama samenloop van Vorderingen. 4. Dalam proses peradilan TUN terdapat keseragaman dan kesederhanaan dalam arti hukum acaranya hanya terdiri acara biasa dan acara khusus berupa : penyelesaian perkara dengan acara cepat pasal 98, penyelesaian perkara dengan acara singkat pasal 69. Baik yang berbentuk proses dismassal maupun proses perlawanan Pasal 62 dan 118, acara penundaan pelaksanaan keputusan yang digugat Pasal 67 dan acar permohonan untuk bersengketa dengan cuma-cuma Pasal 60 UU No. 51986. 5. Pemeriksaan yang dilakukan selama proses berjalan adalah bersifat contradictoir dengan unsur-unsur yang bersifat ingusitoir. Proses Peradilan Tata Usaha Negara bersifat contradictoir maksudnya bahwa pemeriksaan sengketa sedapat mungkin dilakukan agar para pihak itu sama-sama memperoleh kesempatan untuk mempertahankan pendiriannya dan mengadakan reaksi terhadap pendapat lawan apabila dianggap perlu. Sedangkan sifat inguisatoirnya tampak pada kewenangan hakim untuk melakukan pemeriksaan sendiri tentang Universitas Sumatera Utara fakta-fakta yang diserahkan kepada pengujian tentang kebenaran pembentukan keputusan administratif yang bersifat konkrit, individual dan final yang disengketakan, dengan demikian Hakim Peradilan Tata Usaha Negara adalah dominus litis, ia mengadministrasikan serta mempertimbangkan tentang jalannya proses. Dalam proses Peradilan Tata Usaha Negara ini dapat dikatakan tidak berlaku otonomi pihak yang bersengketa. Hakim Tata Usaha Negara ini tidak bersifat lijdelijk seperti pada hakim perdata. Sekalipun Hakim Tata Usaha Negara pasif dalam arti yang memulai proses adalah selalu penggugat, akan tetapi Hakim Tata Usaha Negaralah yang memimpin dan menentukan arah jalannya proses dan ia pula menentukan segala keputusan yang harus terjadi dalam proses yang bersangkutan. 6. Dalam Hukum Tata Usaha Negara berlaku suatu asas, bahwa selama suatu Keputusan Tata Usaha Negara itu tidak digugat, maka ia selalu dianggap syah menurut hukum. Keputusan Tata Usaha Negara semacam itu berlaku syah dan memperoleh kekuatan hukum tetap kalau tenggang waktu untuk menggugat telah lewat tanpa adanya suatu gugatan yang diajukan terhadapnya. 7. Dalam proses Peradilan Tata Usaha Negara berlaku asas pembuktian bebas yang terbatas, artinya dalam UU Peradilan Tata Usaha Negara telah ditentukan secara limitatif alat-alat bukti Pasal 100 dan di dalam melakukan penilaian hasil pembuktian Hakim dibatasi kebebasannya dengan ketentuan Pasal 107 yang mengatakan bahwa untuk syahnya pembuktian diperlukan Universitas Sumatera Utara sekurang-kurangnya dua alat bukti berdasarkan keyakinan hakim. Selain ciri-ciri dan sifat dasar yang diutarakan Indroharto, SH tersebut, penulis menambahkan lagi beberapa ciri Peradilan Tata Usaha Negara berdasarkan observasi dan analisis penulis yaitu : a. Dalam Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara tidak dikenal adanya gugatan rekonpensi dan putusan propisionil. b. Putusan Peradilan Tata Usah Negara mempunyai daya kerja seperti suatu keputusan hukum publik yang bersifat umum yang berlaku terhadap siapapun erga omnes. c. Hak untuk mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara dibatasi dengan tenggang waktu yang bersifat imperatif Pasal 55. d. Gugatan pada prinsipnya berisi tuntutan pokok agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak syah, di samping tuntutan tambahan lainnya Pasal 53 ayat 1 jo Pasal 97 ayat 9, 10, 11. e. Dalam Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara dikenal fase proses dismisal dan proses pemeriksaan persiapan Pasal 62 dan 63. f. Dalam UU Peradilan Tata Usaha Negara diberikan kemudahan bagi warga masyarakat pencari keadilan, antara lain : 1 Mereka yang tidak pandai membaca dan menulis dibantu oleh Panitera pengadilan untuk merumuskan gugatan. Universitas Sumatera Utara 2 Warga pencari keadilan dari golongan yang tidak mampu diberi kesempatan untuk perkara secara cuma-cuma Pasal 60 3 Apabila terdapat kepentingan penggugat yang cukup mendesak atas permohonan penggugat, pelaksanaan keputusan Tata Usaha Negara dapat ditangguhkan, dan pemeriksaan dapat dilakukan dengan secara cepat oleh Hakim tunggal Pasal 67 dan 98. 4 Penggugat dapat mengajukan gugatannya kepada Peradilan Tata Usaha Negara yang paling dekat dengan tempat kediamannya untuk kemudian diteruskan ke Peradilan Tata Usaha Negara yang berwenang mengadilinya Pasal 54. 5 Dalam hal tertentu gugatan dimungkinkan untuk diadili oleh Peradilan Tata Usaha Negara yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat. 6 Badan atau pejabat Tata Usaha Negara yang dipanggil sebagai saksi diwajibkan untuk datang sendiri Pasal 93. g. Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan telah ditentukan secara limitatif menurut Pasal 53 ayat 2, huruf : 1 Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan peraturan perundang-undangan onrechtmatige, onwetmatige 2 Penyalah gunaan wewenang untuk tujuan lain detournement de pouvoir, abus de droit 3 Bertindak sewenang-wenang willekeur Universitas Sumatera Utara Alasan lainnya yang lazim dipergunakan dalam praktek adalah mengabaikan asas-asas umum pemerintah yang baik, yang berkembang dala praktek penyelenggaraan tugas, fungsi dan urusan pemerintah. h. Dalam melakukan eksekusi Putusan Peradilan Tata Usaha Negara yan telah berkekuatan hukum tetap inkrecht van gewijsde tidak terdapat pelaksanaan serta merta executie bij voorraad dan tidak dikenal eksekusi secara riel. Yang mengeksekusi putusan Peradilan Tata Usaha Negara adalah tergugat itu sendiri tanpa bantuan juru sita atau alat negara. Demikianlah beberapa ciri khas Peradilan Tata Usaha Negara. Seluruh ciri tersebut terkandung dalam UU Peradilan Tata Usaha Negara itu sendiri. Dari ciri-ciri yang dibeberkan di atas, diharapkan dapat memperdalam pemahaman dan pengenalan kita mengenai Peradilan Tata Usaha Negara yang dirasakn masih asing tersebut.

C. Subjek dan Objek Sengketa Tata Usaha Negara