BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam mensyariatkan perkawinan supaya manusia mempunyai keturunan dan keluarga yang sah menuju kehidupan bahagia dunia akhirat di bawah
naungan cinta kasih dan Ridha Illahi. Bahwasannya manusia diciptakan berpasang-pasangan, agar merasa tentram dalam hidup.
1
Hal ini sesuai dengan apa yang terkandung di dalam surat an-Nisa Ayat1:
ﺎﻬ أﺎ سﺎ ا
اﻮ ﺗا ﻜ ر
يﺬ ا ْ ﻜ ﺧ
ْﻦ ﺲْﻔ
ةﺪﺣاو ﺧو
ﺎﻬْ ﺎﻬﺟْوز
ﺚ و ﺎ ﻬْ
ﺎًﺎﺟر اًﺮﻴﺜآ
ًءﺎﺴ و اﻮ ﺗاو
ﻪ ا يﺬ ا
نﻮ ءﺎﺴﺗ ﻪ
مﺎﺣْرﺄْاو نإ
ﻪ ا نﺎآ
ْ ﻜْﻴ ﻋ ﺎًﻴ ر
ا ءﺎﺴ
4 :
1
Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah
menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
Allah yang dengan mempergunakan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan peliharalah hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
an-Nisa’4: 1
Ikatan perkawinan pernikahan adalah suatu hal yang sangat sakral, baik menurut ajaran agama ataupun kedudukannya dalam Undang-Undang
Perkawinan No 1 Tahun 1974 misalnya dalam Pasal 1 Undang-Undang
1
Amir Taat Nasution, Rahasia Perkawinan Dalam Islam, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1994, h. 1
1
2
Perkawinan No 1 Tahun 1974 dikatakan bahwa “perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami isteri dengan tujuan
membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia atau kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
2
Dengan adanya Undang-Undang Perkawinan tersebut tuntutan pokok yang telah lama diperjuangkan terutama oleh pergerakan wanita Indonesia segala
golongan sebagian besar telah terpenuhi. Adapun asas-asas atau prinsip-prinsip perkawinan yang tertera dalam Undang-Undang Perkawinan No 1 Tahun 1974 ini
adalah sebagai berikut : 1.
Asas sukarela 2.
Asas partisipasi keluarga 3.
Asas perceraian dipersulit 4.
Asas monogami poligami dibatasi dan diperketat 5.
Asas kedewasaan calon mempelai usia nikah 6.
Asas memperbaiki dan meningkatkan derajat kaum wanita 7.
Asas selektivitas.
3
Dalam hal asas-asas yang ada dalam Undang-Undang Perkawinan di atas, penulis akan lebih memfokuskan pembahasaan tentang asas kedewasaan calon
mempelai yang akan melangsungkan pernikahan yaitu mengenai pembatasaan usia dalam perkawinan yang merupakan salah satu asas penting, karena undang-
2
Bakri A. Rahman dan Ahmad Sukardja, Hukum Perkawinan Menurut Hukum Islam, UU Perkawinan dan Hukum Perdata BW,
Jakarta: PT Hida Karya Agung, 1996, h.7.
3
Lihat Undang-Undang Perkawinan No 1 Tahun 1974 Pada Pasal 7 Ayat 1
3
undang perkawinan sudah mengatur dengan jelas mengenai batasan usia dimana dalam undang-undang dijelaskan bahwa setiap calon suami dan calon istri yang
hendak melakukan akad pernikahan, harus benar-benar telah matang secara fisik maupun psikis rohani, atau harus sudah siap jasmani maupun rohani.
Oleh karena itu, pernikahan membutuhkan persiapan yang matang, yaitu kematangan fisik serta kedewasaan mental bukan cinta semata yang terjebak oleh
buaian cinta romantis, sehingga mereka terpaksa menikah pada usia muda. Hal tersebut tentunya sangat bertentangan dengan ketentuan pada pasal 7 ayat 1
Undang-Undang Perkawinan No 1 Tahun1974, yang menjelaskan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan
pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Disisi lain untuk mewujudkan sebuh pernikahan yang sejahtera yakni
sebuah keluarga yang bahagia dan tentram dengan sebaik-baiknya, maka suami isteri memegang peranan utama dalam mewujudkan keluarga bahagia sejahtera,
diantaranya perlu meningkatkan pengetahuan dan pengertian tentang bagaimana membina kehidupan keluarga sesuai dengan tuntunan agama dan ketentuan hidup
bermasyarakat sehingga diharapkan setiap anggota keluarga khususnya suami isteri mampu menciptakan stabilitas kehidupan rumah tangga yang penuh dengan
ketentraman dan kedamaian. Karena stabilitas kehidupan rumah tangga inilah yang merupakan modal dasar bagi berbagai upaya pembinaan keluarga yang
sejahtera.
4
Dalam mencapai kesejahteraan tersebut tentunya sangat dipengaruhi oleh banyak hal salah satunya kedewasaan atau kematangan suami istri yang mana
tanpa dibarengi oleh kedewasaan sangat mustahil untuk meraih kebahagiaan karena akan mepengaruhi pola fikir dalam berumah tangga misalnya dalam hal
pemecahan masalah yang terjadi dalam rumah tangga tentunya sangat berbeda ketika diselesaikan dengan cara fikir yang baik dan dewasa dengan pola fikir yang
tidak dewasa tentunya permasalah yang diselesaikanpun bukan membawa solusi akan tetapi membawa dampak yang kurang baik terhadap keadaan keluarga dan
tentunya akan mempengaruhi kebahagian keluarga yang diharapkan. Dalam hal ini penulis melihat dan mengamati kehidupan masyarakat Desa
Tanjung Sari Kecamatan Cijeruk Bogor dalam hal pernikahan. Dimana diantara rmereka masih banyak yang menikah dibawah umur. Terjadinya pernikahan
tersebut tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor tertentu. Untuk itu penulis ingin mengetahui lebih jauh mengenai faktor yang
mendukung terjadinya pernikahan dibawah umur serta pengaruhnya terhadap kesejahteraan rumah tangga, yang terjadi dimasyarakat khususnya di Desa
Tanjung Sari, oleh karenanya penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh yang penulis susun dalam bentuk skripsi. Adapun judul yang diangkat adalah
“Pengaruh Pernikahan Dibawah Umur Terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga Study Kasus pada Masyarakat di Desa Tanjung Sari Kecamatan
Cijeruk Bogor”.
5
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah