21
perkawinan akan terlantarlah dirinya dan istrinya, maka hukum melakukan perkawinan bagi orang tersebut adalah haram.
d. Melakukan perkawinan hukumnya makruh bagi orang yang mempunyai
kemampuan untuk melakukan perkawinan juga cukup mempunyai kemampuan untuk menahan diri sehingga tidak memungkinkan dirinya
tergelincir berbuat zina sekiranya tidak kawin. Hanya saja orang ini tidak mempunyai keinginan yang kuat untuk dapat memenuhi kewajiban suami
isteri dengan baik. e.
Menikah diMubahkan bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukannya, tetapi apabila tidak melakukannya tidak khawatir akan
berbuat zina dan apabila melakukannya juga tidak akan menelantarkan isteri. Hukum mubah ini juga ditujukan bagi orang yang antara pendorong
dan penghambatnya untuk kawin itu sama, seperti mempunyai keinginan tetapi belum mempunyai kemampuan, mempunyai kemampuan untuk
melakukan tetapi belum mempunyai kemauan yang kuat.
7
B. Perkawinan di Bawah Umur Menurut UU No. 1 Tahun 1974
1. Pengertian Perkawinan Di Bawah Umur
Dalam Pasal 1 Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dikatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dengan wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk
7
Abd. Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, h. 18-22
22
keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
8
Apabila dianalisis lebih lanjut, kondisi perkawinan di Indonesia secara umum dapat dikategorikan mempunyai pola perkawinan muda. Usia muda
secara global dimulai sejak umur 12 dua belas tahun dan berakhir sekitar 21 dua puluh satu tahun.
9
Jadi perkawinan usia muda adalah perkawinan yang dilaksanakan di mana kedua calon mempelai atau salah satunya berusia 12
dua belas sampai 21 dua puluh satu tahun. Sarlito Wirawan Sarwono melihat bahwa usia kedewasaan untuk
siapnya seseorang memasuki hidup berumah tangga harus diperpanjang menjadi 20 dua puluh tahun untuk wanita dan 25 dua puluh lima tahun
untuk pria.
10
Hal ini diperlukan untuk mewujudkan kemaslahatan dan menghindari kerusakan, baik dari segi kesehatan maupun tanggung jawab
sosial. Sedangkan yang dimaksud dengan perkawinan di bawah umur adalah
perkawinan yang dilangsungkan oleh satu calon mempelai atau keduanya belum memenuhi syarat umur yang ditentukan dalam Undang-undang No. 1
Tahun 1974 maupun dalam Kompilasi Hukum Islam. Dalam hal ini pasal 7
8
Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Citra Umbara, 2007, Cet. I
9
Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan dan Bagian-bagiannya, Yogyakarta: Gajah Mada Press, 1989, h. 219
10
Helmi Karim, Kedewasaan Untuk Menikah Problematika Hukum Islam Kontemporer, Jakarta: Putaka Firdaus, 1994, Cet. I, h. 70
23
ayat 1 Undang-undang No.1 Tahun 1974, yaitu perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah
mencapai umur 16 tahun. Sedangkan perkawinan di bawah umur dalam pandangan hukum Islam
tidak selamanya negatif, karena pada kenyataannya banyak keluarga yang sukses dalam perkawinannya sekalipun mereka menikah pada usia muda.
Seperti perkawinan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW terhadap Aisyah. Pada saat itu Aisyah baru berusia 6 tahun. Sebagaimana hadits yang
diriwayatkan dari Aisyah r.a yang berbunyi:
ْ ﺎ ﺎﻬْﻋ ﷲا ﻲﺿر ﺔ ﺋﺎﻋ ْﻦﻋ ﺎ ﺛﺪﺣ :
ﷲا لﻮ ر ﺎﻬﺟوﺰﺗ ْﺴﺗ ْ ﻲهو ﺎﻬ ﻰ و ْ ﻲهو و ﻪْﻴ ﻋ ﷲا ﻰ ﺻ
ةﺮْ ﻋ نﺎ ﺛ ـْ ﻰهو ﺎﻬْﻋ تﺎ و ىرﺎﺨ ا اور
Artinya: Dari Aisyah r.a berkata: “Bahwa beliau dinikahi oleh Rasulullah SAW, ketika berumur 6 tahun, mulai bergaul dalam usia 9 tahun,
dan ketika umurnya delapan belas tahun Rasulullah SAW meninggal dunia”.
Riwayat Bukhari. Hadits ini menunjukkan sahnya perkawinan di usia muda. Umur 6
tahun seperti yang diungkapkan di atas, jelas menunjukkan terjadinya perkawinan usia muda oleh Rasulullah SAW. Dengan demikian perkawinan
usia dini atau nikah di bawah umur itu hukumnya sah.
2. Dasar Hukum Pelaksanaan Perkawinan Di bawah Umur