Evaluasi Efek Program Ikhtiar Baytul Maal Bogor Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus Desa Sukaluyu Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor)

(1)

OLEH

IMAM MUTTAQIEN H14102042

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(2)

RINGKASAN

IMAM MUTTAQIEN. H14102042. Evaluasi Program Ikhtiar Baytul Maal Bogor Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus Desa Sukaluyu Kecamatan Taman Sari) (dibimbing oleh WIWIK RINDAYANTI).

Kemiskinan di Kabupaten Bogor sampai sekarang masih menjadi masalah yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor meningkat menjadi 26.56 persen pada tahun 2005 (1.089.027 jiwa). Salah satu solusi yang ditawarkan adalah Program Ikhtiar Baytul Maal Bogor. Program ini berada dibawah semacam Lembaga Swadaya Masyarakat dari komunitas umat Islam. Skema-skema yang dibuat diperuntukkan bagi kalangan masyarakat yang tidak mampu sejauh ini hanya mampu membantu untuk sesaat. Untuk itu Program Ikhtiar Baytul Maal beserta Yayasan Peramu sebagai mitra di lapangan mencoba menerapkan sistem penyaluran dana untuk kaum miskin dengan tujuan nantinya mereka bisa memenuhi kebutuhan utamanya secara mandiri. Sebagaimana kita dalam menjalankan suatu kegiatan berupa program/proyek penting bagi kita selaku pelaksana dilapangan mengetahui kekurangan dan kelebihan atas kegiatan yang kita lakukan sebagai evaluasi. Apalagi menyangkut amanah dari masyarakat, maka dari itu diperlukan evaluasi dan monitoring dalam melaksanakan suatu program agar masyarakat selaku pemberi dana mengetahui penggunaan dana yang telah diberikan untuk disalurkan secara transparan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan Program Ikhtiar Baytul Maal Bogor dan menganalisis efek pelaksanaan Program Ikhtiar Baytul Maal Bogor.

Program yang berbasis pada pemberdayaan berbasis komunitas (cummunity based empowerment) menitikberatkan pada masyarakat yang kurang mampu untuk bisa mandiri. Masyarakat yang kurang mampu disini adalah masyarakat yang belum mampu memenuhi kebutuhan pokok secara minimal dan masyarakat yang sudah mampu memenuhi kebutuhan pokoknya namun belum mampu memenuhi kebutuhan psikologisnya atau yang lebih dikenal Keluarga Pra-Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 (BKKBN, 1996).

Melalui konsep Grameen Bank dan konsep ekonomi syariah yang diterapkan Program Ikhtiar mencoba membuat komunitasnya dan menyatu di masyarakat. Selama kurang lebih 7 tahun program ini berjalan belum ada kegiatan pemantauan atau monitoring dari pihak luar yang independen untuk menilai apakah program berjalan dengan baik atau tidak, atau apakah program telah sesuai dengan Prosedur Operasi Standar. Hal ini penting karena Baytul Maal sebagai pengemban amanat yaitu pemegang dan penyalur dana dari masyarakat. Masyarakat perlu tahu atas penggunaan dana yang telah diberikan. Penelitian ini memberikan gambaran tentang bagaimana Program Ikhtiar berjalan dan efeknya kepada masyarakat melalui serangkaian evaluasi yang dibuat. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan pengambilan data primer. Adapun data primer yang diambil merupakan persepsi dari masyarakat tentang Program Ikhtiar yang sudah berjalan


(3)

selama 7 tahun.

Hasil penelitian ini memberikan output berupa gambaran dan penjelasan program yang dilaksanakan serta efeknya terhadap kesejahteraan masyarakat. Output yang menjadi fokus disini adalah efek program terhadap perkonomian dan sosial masyarakat peserta. Efek program yang dilihat meliputi modal, pendapatan, tabungan, aset rumah tangga dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan sosial masyarakat. Pada pendapatan efeknya menunjukkan adanya peningkatan pendapatan masyarakat perempuan dari awalnya mereka tidak memiliki penghasilan menjadi memiliki penghasilan. Pada modal efeknya menunjukkan adanya peningkatan modal rata-rata 1 juta rupiah. Pada efek terhadap aset rumah tangga pun terjadi peningkatan yaitu bertambah sebesar16,66 persen.

Peningkatan pada aset yang kecil ini dimaklumi karena mereka dituntut untuk konsisten dalam menggunakan pinjaman. Kekonsistenan dalam menggunakan dana pinjaman sesuai ketika mengajukan pinjaman kepada kelompok. Ketika meminjam dana untuk digunakan untuk usaha, harus digunakan untuk usaha. Sehingga dana yang mereka pinjam selama ini memang digunakan untuk usaha. Selanjutnya efek pada tabungan bagi mereka adalah seluruhnya mereka menjadi memiliki tabungan sebagai simpanan yang bisa mereka ambil sewaktu-waktu. Sebelumnya kebanyakan dari mereka tidak memiliki tabungan. Tabungan ini merupakan hasil dari tabungan wajib yang merupakan bagian rangkaian program. Kemudian pada efek sosial mereka menjadi mengenal sesama anggota akibat dari pertemuan rutin kelompok. Dalam dinamika kelompok diajarkan untuk mengemukakan pendapat kepada forum yang terdiri dari sesama anggota, ketua dan fasilitator kelurahan/petugas lapangan. Mengemukakan masalah-masalah yang dihadapi kepada fasilitator dan juga kepada anggota yang lain sehingga mereka menjadi saling mengenal untuk memecahkan masalah bersama-sama. Selanjutnya perbedaan jumlah pinjaman diantara peserta tidak menjadi perbedaan mereka dalam status sosial di dalam kelompok. Karena semakin besar jumlah pinjaman maka semakin besar pula tanggungan responden untuk mengangsur lebih besar.

Melalui evaluasi program ini dimasa yang akan datang diharapkan mampu menyalurkan dana dan menerapkan Program Ikhtiar lebih banyak lagi ke wilayah kantong-kantong kemiskinan khususnya yang ada di Kabupaten Bogor dan Provinsi lain pada umumnya. Perlu adanya reward and punishment terhadap anggota per kelompok dan majelis-majelis dari seluruh desa yang rutin membayar angsuran pinjaman dan bagi yang telat membayar angsuran pinjaman. Program ini agar diajukan ke Pemerintah Kabupaten Bogor untuk dijadikan program kerja dalam mengentaskan kemiskinan di Kabupaten Bogor.


(4)

EVALUASI EFEK PROGRAM IKHTIAR BAYTUL MAAL BOGOR TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

(STUDI KASUS DESA SUKALUYU KECAMATAN TAMAN SARI KABUPATEN BOGOR)

OLEH

IMAM MUTTAQIEN H14102042

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007


(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Imam Muttaqien

Nomor Registrasi Pokok : H14102042 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Evaluasi Efek Program Ikhtiar Baytul Maal Bogor Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus Desa Sukaluyu Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Wiwik Rindayanti, M.S. NIP. 131 653 137

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan:


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Maret 2007

Imam Muttaqien H14102042


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama IMAM MUTTAQIEN lahir tanggal 27 Mei 1985 di Bogor. Penulis lahir sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Na’im Djunaidi, S.T dan Alfiah Ahmad. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar pada SD Negeri Sukatani IV Cimanggis Depok kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 3 Cimanggis Depok dan lulus pada 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Islam PB. Sudirman Jakarta Timur dan lulus pada tahun 2002.

Pada tahun 2002 penulis melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu dan mengembangkan pola pikir, sehingga menjadi sumber daya manusia yang berguna bagi pembangunan. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ilmu Ekonomi dan Manajemen. Selama kuliah, penulis aktif dibeberapa kegiatan kampus. Penulis pernah menjabat sebagai Kepala Divisi Riset dan Pengembangan pada Himpro mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi (HIPOTESA) dan Staf Pengembangan Sumber Daya Manusia Dewan Perwakilan Mahasiswa TPB . Selain itu penulis juga aktif sebagai atlet futsal di UKM Futsal IPB dan pernah bermain di klub Produta SA Bandung sebagai pemain futsal professional.


(8)

KATA PENGANTAR

Penelitian ini merupakan hasil pengamatan penulis pada kegiatan Program Ikhtiar Baytul Maal. Penulis tertarik dengan kegiatan penyaluran dana zakat yang dilakukan oleh Baytul Maal, karena saat ini peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin menjadi masalah yang membutuhkan penanganan serius untuk dientaskan. Perangkap kemiskinan yang semakin membuat masyarakat terpuruk. Untuk itu Baytul Maal ingin mencoba mengentaskan rantai perangkap kemiskinan melalui Program Ikhtiarnya.

Penelitian ini mencoba untuk menilai apakah Program Ikhtiar Baytul Maal yang dijalankan sudah baik atau belum dengan menilainya melalui persepsi dari peserta program tentang pelaksanaan program serta melihat pengaruhnya terhadap kondisi ekonomi dan sosial. Sehingga bisa menjadi masukan kepada pelaksana/pihak terkait tentang program apakah layak untuk dijalankan terus atau tidak.

Penelitian ini merupakan bagian dari proses belajar memahami respon masyarakat terhadap program dan juga sekaligus memahami tahapan-tahapan kegiatan dari program. Dengan segala keterbatasan yang ada penelitian ini diharapkan bermanfaat, paling tidak untuk informasi awal Baytul Maal untuk peningkatan kualitas pelayanannya.

Penelitian ini adalah hasil maksimal yang dapat dikerjakan oleh penulis. Bersamaan dengan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil selama penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna dan memiliki banyak keterbatasan. Namun penulis berharap tulisan ini bermanfaat bagi pembaca.

Penulis


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. “Skripsi ini berjudul Evaluasi Efek Program Ikhtiar Baytul Maal Bogor Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus Desa Sukaluyu Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor)“.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ir. Wiwik Rindayanti, M.S. yang telah memberikan bimbingan secara moril yang dengan sabar membantu dalam penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

2. Nunung Nuryartono, Ph.D sebagai dosen penguji utama, yang telah memberikan banyak masukan dan dukungan serta perbaikan mengenai metode analisis dan literatur review pada penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

3. Jaenal Effendi, M.A. sebagai komisi pendidikan, yang telah memberikan banyak perbaikan dalam penulisan skripsi ini, sehingga skripsi ini menjadi jauh lebih baik.

4. Baytul Maal Bogor dan Yayasan Peramu beserta staf yang telah membantu dalam menyediakan data dan wawancara, serta kepada masyarakat Desa Sukaluyu yang telah bersedia untuk diwawancara.

5. Orang tua penulis, yaitu Naim Djuanaedi, S.T, Sa’diah Djunaedi, A.Md, Ma’Jur, Ma’Endes dan Keluarga Besar serta terima kasih kepada Abu Salsabila, S.Pi, Vina Sari Dewi, Hidayat,S.Pi, Edwin Suharyadie,S.Pi, Ibu Yunarsih, Tante Netta Gantina, Tante Wiwid, Pak Adil Nugraha, Ibu Yetty Hidayat, yang selalu memberi semangat dan membantu penulis. Terima kasih untuk keceriaan yang selalu diberikan oleh Adam Wahyu Ramadhan dan Meutia Salsabila.


(10)

6. Penulis juga sangat terbantu dengan kritik, saran dan dorongan semangat teman-teman di Departemen Ilmu Ekonomi, karena itu tiada kata-kata yang mampu melukiskan rasa terima kasih penulis kepada mereka semua, terutama Thamie, Fickry, Iqbal, Andros, Ismail, Tasya, Ade Holis, Nur, Irma, Wirda, Ratna, Mala, Lia, Adife, Rudi, Iyas, Hani, Ulan, siera, rini, Priaga, Sotoy dan teman-teman Ilmu Ekonomi yang lain khususnya angkatan 39 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

7. Keluarga Besar Departemen Ilmu Ekonomi dan Fakultas Ekonomi dan Manajemen, kepada seluruh Dosen dan Staf yang selalu memberikan dukungan kepada penulis semasa penulis menjalankan studi di Departemen Ilmu Ekonomi.

8. Keluarga besar UKM Futsal IPB dan Tim Produta S.A IPB Bandung beserta pengurus terutama Sumarno, Ikbar, Wahono, Jack, dan Iksan yang telah banyak membantu dan juga seluruh anggota tim futsal yang pernah bermain di klub Produta S.A Bandung, Bravo Futsal IPB.

Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak lainnya yang membutuhkan.

Bogor, Maret 2007

Imam Muttaqien H14102042


(11)

OLEH

IMAM MUTTAQIEN H14102042

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(12)

RINGKASAN

IMAM MUTTAQIEN. H14102042. Evaluasi Program Ikhtiar Baytul Maal Bogor Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus Desa Sukaluyu Kecamatan Taman Sari) (dibimbing oleh WIWIK RINDAYANTI).

Kemiskinan di Kabupaten Bogor sampai sekarang masih menjadi masalah yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor meningkat menjadi 26.56 persen pada tahun 2005 (1.089.027 jiwa). Salah satu solusi yang ditawarkan adalah Program Ikhtiar Baytul Maal Bogor. Program ini berada dibawah semacam Lembaga Swadaya Masyarakat dari komunitas umat Islam. Skema-skema yang dibuat diperuntukkan bagi kalangan masyarakat yang tidak mampu sejauh ini hanya mampu membantu untuk sesaat. Untuk itu Program Ikhtiar Baytul Maal beserta Yayasan Peramu sebagai mitra di lapangan mencoba menerapkan sistem penyaluran dana untuk kaum miskin dengan tujuan nantinya mereka bisa memenuhi kebutuhan utamanya secara mandiri. Sebagaimana kita dalam menjalankan suatu kegiatan berupa program/proyek penting bagi kita selaku pelaksana dilapangan mengetahui kekurangan dan kelebihan atas kegiatan yang kita lakukan sebagai evaluasi. Apalagi menyangkut amanah dari masyarakat, maka dari itu diperlukan evaluasi dan monitoring dalam melaksanakan suatu program agar masyarakat selaku pemberi dana mengetahui penggunaan dana yang telah diberikan untuk disalurkan secara transparan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan Program Ikhtiar Baytul Maal Bogor dan menganalisis efek pelaksanaan Program Ikhtiar Baytul Maal Bogor.

Program yang berbasis pada pemberdayaan berbasis komunitas (cummunity based empowerment) menitikberatkan pada masyarakat yang kurang mampu untuk bisa mandiri. Masyarakat yang kurang mampu disini adalah masyarakat yang belum mampu memenuhi kebutuhan pokok secara minimal dan masyarakat yang sudah mampu memenuhi kebutuhan pokoknya namun belum mampu memenuhi kebutuhan psikologisnya atau yang lebih dikenal Keluarga Pra-Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 (BKKBN, 1996).

Melalui konsep Grameen Bank dan konsep ekonomi syariah yang diterapkan Program Ikhtiar mencoba membuat komunitasnya dan menyatu di masyarakat. Selama kurang lebih 7 tahun program ini berjalan belum ada kegiatan pemantauan atau monitoring dari pihak luar yang independen untuk menilai apakah program berjalan dengan baik atau tidak, atau apakah program telah sesuai dengan Prosedur Operasi Standar. Hal ini penting karena Baytul Maal sebagai pengemban amanat yaitu pemegang dan penyalur dana dari masyarakat. Masyarakat perlu tahu atas penggunaan dana yang telah diberikan. Penelitian ini memberikan gambaran tentang bagaimana Program Ikhtiar berjalan dan efeknya kepada masyarakat melalui serangkaian evaluasi yang dibuat. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan pengambilan data primer. Adapun data primer yang diambil merupakan persepsi dari masyarakat tentang Program Ikhtiar yang sudah berjalan


(13)

selama 7 tahun.

Hasil penelitian ini memberikan output berupa gambaran dan penjelasan program yang dilaksanakan serta efeknya terhadap kesejahteraan masyarakat. Output yang menjadi fokus disini adalah efek program terhadap perkonomian dan sosial masyarakat peserta. Efek program yang dilihat meliputi modal, pendapatan, tabungan, aset rumah tangga dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan sosial masyarakat. Pada pendapatan efeknya menunjukkan adanya peningkatan pendapatan masyarakat perempuan dari awalnya mereka tidak memiliki penghasilan menjadi memiliki penghasilan. Pada modal efeknya menunjukkan adanya peningkatan modal rata-rata 1 juta rupiah. Pada efek terhadap aset rumah tangga pun terjadi peningkatan yaitu bertambah sebesar16,66 persen.

Peningkatan pada aset yang kecil ini dimaklumi karena mereka dituntut untuk konsisten dalam menggunakan pinjaman. Kekonsistenan dalam menggunakan dana pinjaman sesuai ketika mengajukan pinjaman kepada kelompok. Ketika meminjam dana untuk digunakan untuk usaha, harus digunakan untuk usaha. Sehingga dana yang mereka pinjam selama ini memang digunakan untuk usaha. Selanjutnya efek pada tabungan bagi mereka adalah seluruhnya mereka menjadi memiliki tabungan sebagai simpanan yang bisa mereka ambil sewaktu-waktu. Sebelumnya kebanyakan dari mereka tidak memiliki tabungan. Tabungan ini merupakan hasil dari tabungan wajib yang merupakan bagian rangkaian program. Kemudian pada efek sosial mereka menjadi mengenal sesama anggota akibat dari pertemuan rutin kelompok. Dalam dinamika kelompok diajarkan untuk mengemukakan pendapat kepada forum yang terdiri dari sesama anggota, ketua dan fasilitator kelurahan/petugas lapangan. Mengemukakan masalah-masalah yang dihadapi kepada fasilitator dan juga kepada anggota yang lain sehingga mereka menjadi saling mengenal untuk memecahkan masalah bersama-sama. Selanjutnya perbedaan jumlah pinjaman diantara peserta tidak menjadi perbedaan mereka dalam status sosial di dalam kelompok. Karena semakin besar jumlah pinjaman maka semakin besar pula tanggungan responden untuk mengangsur lebih besar.

Melalui evaluasi program ini dimasa yang akan datang diharapkan mampu menyalurkan dana dan menerapkan Program Ikhtiar lebih banyak lagi ke wilayah kantong-kantong kemiskinan khususnya yang ada di Kabupaten Bogor dan Provinsi lain pada umumnya. Perlu adanya reward and punishment terhadap anggota per kelompok dan majelis-majelis dari seluruh desa yang rutin membayar angsuran pinjaman dan bagi yang telat membayar angsuran pinjaman. Program ini agar diajukan ke Pemerintah Kabupaten Bogor untuk dijadikan program kerja dalam mengentaskan kemiskinan di Kabupaten Bogor.


(14)

EVALUASI EFEK PROGRAM IKHTIAR BAYTUL MAAL BOGOR TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

(STUDI KASUS DESA SUKALUYU KECAMATAN TAMAN SARI KABUPATEN BOGOR)

OLEH

IMAM MUTTAQIEN H14102042

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007


(15)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Imam Muttaqien

Nomor Registrasi Pokok : H14102042 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Evaluasi Efek Program Ikhtiar Baytul Maal Bogor Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus Desa Sukaluyu Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Wiwik Rindayanti, M.S. NIP. 131 653 137

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan:


(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Maret 2007

Imam Muttaqien H14102042


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama IMAM MUTTAQIEN lahir tanggal 27 Mei 1985 di Bogor. Penulis lahir sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Na’im Djunaidi, S.T dan Alfiah Ahmad. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar pada SD Negeri Sukatani IV Cimanggis Depok kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 3 Cimanggis Depok dan lulus pada 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Islam PB. Sudirman Jakarta Timur dan lulus pada tahun 2002.

Pada tahun 2002 penulis melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu dan mengembangkan pola pikir, sehingga menjadi sumber daya manusia yang berguna bagi pembangunan. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ilmu Ekonomi dan Manajemen. Selama kuliah, penulis aktif dibeberapa kegiatan kampus. Penulis pernah menjabat sebagai Kepala Divisi Riset dan Pengembangan pada Himpro mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi (HIPOTESA) dan Staf Pengembangan Sumber Daya Manusia Dewan Perwakilan Mahasiswa TPB . Selain itu penulis juga aktif sebagai atlet futsal di UKM Futsal IPB dan pernah bermain di klub Produta SA Bandung sebagai pemain futsal professional.


(18)

KATA PENGANTAR

Penelitian ini merupakan hasil pengamatan penulis pada kegiatan Program Ikhtiar Baytul Maal. Penulis tertarik dengan kegiatan penyaluran dana zakat yang dilakukan oleh Baytul Maal, karena saat ini peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin menjadi masalah yang membutuhkan penanganan serius untuk dientaskan. Perangkap kemiskinan yang semakin membuat masyarakat terpuruk. Untuk itu Baytul Maal ingin mencoba mengentaskan rantai perangkap kemiskinan melalui Program Ikhtiarnya.

Penelitian ini mencoba untuk menilai apakah Program Ikhtiar Baytul Maal yang dijalankan sudah baik atau belum dengan menilainya melalui persepsi dari peserta program tentang pelaksanaan program serta melihat pengaruhnya terhadap kondisi ekonomi dan sosial. Sehingga bisa menjadi masukan kepada pelaksana/pihak terkait tentang program apakah layak untuk dijalankan terus atau tidak.

Penelitian ini merupakan bagian dari proses belajar memahami respon masyarakat terhadap program dan juga sekaligus memahami tahapan-tahapan kegiatan dari program. Dengan segala keterbatasan yang ada penelitian ini diharapkan bermanfaat, paling tidak untuk informasi awal Baytul Maal untuk peningkatan kualitas pelayanannya.

Penelitian ini adalah hasil maksimal yang dapat dikerjakan oleh penulis. Bersamaan dengan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil selama penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna dan memiliki banyak keterbatasan. Namun penulis berharap tulisan ini bermanfaat bagi pembaca.

Penulis


(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. “Skripsi ini berjudul Evaluasi Efek Program Ikhtiar Baytul Maal Bogor Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus Desa Sukaluyu Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor)“.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ir. Wiwik Rindayanti, M.S. yang telah memberikan bimbingan secara moril yang dengan sabar membantu dalam penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

2. Nunung Nuryartono, Ph.D sebagai dosen penguji utama, yang telah memberikan banyak masukan dan dukungan serta perbaikan mengenai metode analisis dan literatur review pada penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

3. Jaenal Effendi, M.A. sebagai komisi pendidikan, yang telah memberikan banyak perbaikan dalam penulisan skripsi ini, sehingga skripsi ini menjadi jauh lebih baik.

4. Baytul Maal Bogor dan Yayasan Peramu beserta staf yang telah membantu dalam menyediakan data dan wawancara, serta kepada masyarakat Desa Sukaluyu yang telah bersedia untuk diwawancara.

5. Orang tua penulis, yaitu Naim Djuanaedi, S.T, Sa’diah Djunaedi, A.Md, Ma’Jur, Ma’Endes dan Keluarga Besar serta terima kasih kepada Abu Salsabila, S.Pi, Vina Sari Dewi, Hidayat,S.Pi, Edwin Suharyadie,S.Pi, Ibu Yunarsih, Tante Netta Gantina, Tante Wiwid, Pak Adil Nugraha, Ibu Yetty Hidayat, yang selalu memberi semangat dan membantu penulis. Terima kasih untuk keceriaan yang selalu diberikan oleh Adam Wahyu Ramadhan dan Meutia Salsabila.


(20)

6. Penulis juga sangat terbantu dengan kritik, saran dan dorongan semangat teman-teman di Departemen Ilmu Ekonomi, karena itu tiada kata-kata yang mampu melukiskan rasa terima kasih penulis kepada mereka semua, terutama Thamie, Fickry, Iqbal, Andros, Ismail, Tasya, Ade Holis, Nur, Irma, Wirda, Ratna, Mala, Lia, Adife, Rudi, Iyas, Hani, Ulan, siera, rini, Priaga, Sotoy dan teman-teman Ilmu Ekonomi yang lain khususnya angkatan 39 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

7. Keluarga Besar Departemen Ilmu Ekonomi dan Fakultas Ekonomi dan Manajemen, kepada seluruh Dosen dan Staf yang selalu memberikan dukungan kepada penulis semasa penulis menjalankan studi di Departemen Ilmu Ekonomi.

8. Keluarga besar UKM Futsal IPB dan Tim Produta S.A IPB Bandung beserta pengurus terutama Sumarno, Ikbar, Wahono, Jack, dan Iksan yang telah banyak membantu dan juga seluruh anggota tim futsal yang pernah bermain di klub Produta S.A Bandung, Bravo Futsal IPB.

Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak lainnya yang membutuhkan.

Bogor, Maret 2007

Imam Muttaqien H14102042


(21)

BAB I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Saat ini kemiskinan merupakan salah satu fenomena di negara dunia ketiga yang menjadi perhatian di berbagai forum nasional. Perhatian ini didasarkan atas banyaknya jumlah masyarakat yang miskin yang ada di Indonesia. Jika banyak masyarakat yang miskin berarti banyak masyarakat yang kesusahan dalam memenuhi kebutuhannya. Terutama jika mereka tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, maka akan banyak ekses negatif yang bisa ditimbulkan. Sebagai contoh ekses negatif yang ditimbulkan adalah kasus busung lapar yang terjadi di desa-desa.

Tabel 1.1 Perkembangan Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 1970 - 2004

Tahun Jumlah

(juta jiwa) Prosentase 1970 1976 1980 1984 1987 1990 1993 1996 1996(revisi metode) 1998 1999 2002 2003 2004 70.0 54,2 43,2 35 30 27,2 25,9 22,5 34,5 80 47,9 38,4 37,4 36,1 60,0 40,4 28,6 21,6 17,4 15,1 13,7 11,3 17,5 42,1 23,4 18,4 17,4 16,7


(22)

Kemiskinan di Kabupaten Bogor sampai sekarang masih menjadi masalah yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor meningkat menjadi 26.56 persen pada tahun 2005 (1.089.027 jiwa). (Nuryartono, 2006). Kemiskinan yang terjadi adalah kemiskinan struktural yang disebabkan oleh struktur perekonomian yang belum mampu untuk mengentaskan. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang bukan disebabkan oleh rajin tidaknya individu bekerja, tetapi disebabkan oleh adanya sistem atau struktur yang mencegah sebagian besar orang untuk menjadi kuat, sejahtera, bahkan kaya. Sekuat apa pun seseorang bekerja, dia tidak bisa meningkatkan taraf hidupnya karena struktur mencegah dia untuk berkembang. Oleh karena itu, munculnya persoalan kemiskinan struktural dan meningkatnya jumlah pengangguran terbuka di Kabupaten Bogor bertalian erat dengan struktur perekonomiannya.

Penduduk miskin (Sosial ekonomi rendah) -- pendapatan rendah

Produktivitas masyarakat dan negara (rendah)

• Hasil (output) • Prestasi sekolah

Morbiditas Mortalitas (tinggi)

Status kesehatan dan status gizi rendah

• Pangan • Kesehatan • Perumahan (Lingkungan) • Pendidikan (rendah/tidak

layak) Daya beli barang dan

jasa umum serta (termasuk gizi dan pelayanan kesehatan) rendah

• Partisipasi (rendah) • Absensi (meningkat) • Kecerdasan dan

keterampilan (rendah)


(23)

Strategi untuk mengatasi kemiskinan tidak lepas dari strategi pembangunan yang dianut suatu negara. Program-program yang telah dilakukan untuk memerangi kemiskinan seringkali tidak memberikan hasil yang menggembirakan karena adanya perangkap kemiskinan (poverty trap) yang tidak berujung pangkal, seperti tercantum pada Gambar 1.1.

Maka Program Ikhtiar Baytul Maal diharapkan mampu memutuskan mata rantai dari lingkaran perangkap kemiskinan. Melalui penyaluran pinjaman yang mudah dan ringan, sistem pemberdayaan yang diterapkan dan rasa kekeluargaan antar sesama diharapkan mata rantai kemiskinan akan bisa lepas dan masyarakat dengan perlahan dan pasti bisa keluar dari kemiskinannya.

Namun demikian, masih terdapat hal yang perlu disempurnakan terutama menyangkut permasalahan program pengentasan kemiskinan yang seyogyanya tidak hanya diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar, tetapi juga pada upaya penciptaan kesempatan aktivtitas ekonomi bagi keluarga miskin.

Masalah kemiskinan adalah masalah yang akan selalu terus dibahas selama masih banyak masyarakat yang mengalaminya. Untuk itu jika hal ini tidak segera diatasi maka akan berimplikasi besar terhadap tingkat kehidupan masyarakat nantinya. Beberapa dampak sosial yang akan terjadi yaitu tingkat kriminalitas yang tinggi, gizi buruk, tingkat pendidikan yang rendah, daya beli masyarakat yang rendah, dan tingkat kesehatan yang buruk yang kesemuanya pada akhirnya bermuara pada rendahnya kualitas sumber daya manusia.

Berbagai macam upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor untuk mengatasi masalah kemiskinan ini salah satunya dengan menerbitkan berbagai


(24)

skema-skema penyaluran dana (social net) bagi masyarakat miskin atau kurang mampu beberapa diantaranya Jaring Pengaman Sosial (JPS), Bantuan Tunai Langsung (BLT), Skema Garda Emas (Gerakan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat), P2KP (Program Pengentasan Kemiskinan Perkotaan) dan masih banyak lagi. Namun, kesemuanya tidak memberikan hasil yang optimal, sebagai buktinya sebagian besar program tersebut tidak berjalan sustainable berhenti ditengah jalan, padahal dalam penanganan kemiskinan membutuhkan kesinambungan diantaranya seperti Garda Emas dan Jaringan Pengaman Sosial. Program-program tersebut hanya bersifat sementara dan jangka pendek, serta kelangsungan program-program tcrsebut terindikasi masih dalam tahap trial and error. Selain itu pula, masalah dana juga menjadi alasan klasik bagi penerapan program-program tersebut.

Meskipun demikian, tidak berarti program-program jangka pendek itu tidak bermanfaat, setidaknya telah membantu masyarakat miskin dalam hal meningkatkan konsumsi mereka sehingga berdampak ekonomi juga. Namun selain program jangka pendek juga diperlukan program jangka panjang yang mampu memberdayakan masyarakat miskin secara mendasar agar masyarakat miskin memiliki ketahanan ekonomi yang tangguh menghadapi gejolak lingkungan dan resiko ekonomi yang dihadapinya.

Masyarakat miskin tidak boleh lagi hanya dijadikan obyek, tetapi harus terlibat menjadi subyek pengentasan kemiskinan. Selama ini masyarakat miskin hanya diberikan dana sumbangan/bantuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi hanya sebatas itu saja, padahal sebenarnya terdapat potensi pada mereka.


(25)

Potensi dalam hal ini adalah dalam memberdayakan mereka sehingga nantinya mereka bisa mandiri dalam usaha untuk keluar dari kemiskinannya.

Oleh karenanya, dengan menjadikan masyarakat miskin menjadi subyek pegentasan kemiskinan, program pengentasan kemiskinan lebih bermartabat dan sesuai dengan harkat kemanusiaan. Dengan ketentuan seperti itu, upaya pengentasan kemiskinan akan melibatkan seluruh lapisan masyarakat mulai Pengusaha, Akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan Pemerintah serta seluruh stakeholder yang terlibat untuk mewujudkan kegotong-royongan dalam mewujudkan kesejahteraan.

Baytul Maal Bogor bekerja sama dengan Yayasan Peramu sebagai lembaga non pemerintah berinisiatif membantu pemerintah dalam pelaksanaan dilapangan melalui motivasi keislamannya untuk memecahkan masalah kemiskinan yang ada di Kabupaten Bogor. Melalui program yang dinamakan Program Ikhtiar dan konsep Grameen Bank yang diterapkan, Baytul Maal Bogor dan Yayasan Peramu menyalurkan dana ke wilayah kantong-kantong kemiskinan masyarakat kurang mampu yang ada di wilayah Kabupaten Bogor. Namun, wilayah yang dicakup belum terakomodasi seluruhnya karena terbatasnya dana zakat yang disalurkan. Semakin besar dana zakat yang terkumpul maka akan semakin banyak pula wilayah yang akan terbantu.

Program Ikhtiar Baytul Maal adalah salah satu dari dua program yang merupakan program pemberdayaan berbasis komunitas (community based empowerment) melalui pelayanan keuangan mikro (microfinance services), dengan mekanisme kelompok (participatory group), yang ditujukan secara khusus bagi


(26)

kaum perempuan dari keluarga berpenghasilan rendah (women of the poor or low income family) (Peramu, 2006). Gambaran Program Ikhtiar ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana program tersebut dijalankan.

Untuk itu, dirasa perlu untuk mengetahui bagaimana sebenarnya gambaran Program Ikhtiar diterapkan dimasyarakat sehingga dari gambaran tersebut kita bisa menganalisis dampak/efeknya apakah hasilnya bermanfaat atau tidak. Selain itu, program ini menyangkut dana umat yang telah diamanatkan kepada Baytul Maal apakah ditunaikan dengan baik atau tidak. Sejak melakukan kegiatannya pada tahun 1999 hingga tahun 2006 Program Ikhtiar sudah memiliki 2638 orang dengan terbagi menjadi 180 majelis yang tersebar di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Tamansari, Kecamatan Ciampea dan Kecamatan Tenjolaya. Adapun total alokasi dana yang sudah disalurkan hingga tahun 2006 sebesar Rp. 2.878.286.000.- (Baytul Maal, 2006).

I.2 Perumusan Masalah

Baytul Maal Bogor melalui Yayasan Peramu sebagai mitranya menyusun strategi dan orientasi melalui pendekatan pemberdayaan dan sistem “bawah atas” (bottom-up) yang melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses pengambilan keputusan dari mulai tahap perencanaan, pelaksanaan sampai dengan monitoring.

Pendekatan pemberdayaan dengan dua elemen pokok yaitu kemandirian, partisipasi dan penguatan kelembagaan lokal merupakan hal baru dalam penyaluran dana zakat. Hal ini seperti yang diterapkan oleh Baytul Maal dimana


(27)

sebelumnya mustahik hanya semata menerima apa yang telah diberikan oleh para muzaki tanpa ada kelanjutan yang berkesinambungan hanya selesai begitu saja. Oleh karena itu, muncul berbagai permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimanakah pelaksanaan Program Ikhtiar yang dilakukan oleh Baytul Maal ?

2. Bagaimanakah efek pelaksanaan Program Ikhtiar bagi masyarakat miskin ?

I.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk :

1. Menganalisis pelaksanaan Program Ikhtiar yang dilakukan oleh Baytul Maal.

2. Menganalisis efek pelaksanaan Program Ikhtiar bagi masyarakat miskin.

I.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian yang dilaksanakan ini diharapkan berguna dan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Sebagai masukan positif bagi berbagai pihak terkait, terutama bagi para penyelenggara negara baik pusat maupun daerah dalam upaya menanggulangi kemiskinan.

2. Sebagai masukan bagi pengembangan kajian keilmuan, khususnya berkaitan dengan penyaluran dana zakat sebagai solusi kemiskinan.


(28)

3. Temuan atau hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi berbagai pihak tentang penanggulangan kemiskinan pedesaan dari pemerintah sebagai bahan rekomendasi positif, khususnya bagi para peneliti lanjutan atau peneliti sejenis dan relevan.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini membahas bagaimana pengaruh penyaluran dana zakat yang disalurkan melalui Baytul Maal Bogor mampu meningkatkan kesejahteraan mustahik. Penelitian yang dilakukan merupakan studi kasus dari pelaksanaan salah satu program Baytul Maal Bogor yaitu Program Ikhtiar. Penelitian dilakukan di Kecamatan Taman Sari Desa Sukaluyu Kabupaten Bogor. Pengkajian dilakukan dengan analisis deskriptif terhadap program yang dilaksanakan dengan melakukan tahapan evaluasi. Dengan menggunakan jenis tahapan evaluasi sewaktu berjalan (on going evaluation). Program Ikhtiar yang sudah berjalan selama 7 tahun ini dinilai apakah program tersebut sudah sesuai dengan prosedur dan apakah program tersebut memiliki pengaruh ekonomi terhadap masyarakat.


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Batasan dan Pengertian Kemiskinan

Masalah kemiskinan di negara-negara berkembang merupakan salah satu gejala yang paling mengancam ketidakseimbangan pembangunan. Berbagai sudut pandang dapat diguanakan untuk menelaah masalah kemiskinan. Sudut pekerjaan sosial melihat masalah kemiskinan tidak hanya sekedar ukuran tingkat penghasilannya saja, tetapi juga berbagai fenomena yang mempengaruhi kondisi sosial dan kemanusiaannya, yaitu sebagai suatu masalah kompleks yang menyangkut keterbatasan penghidupan dan kehidupan manusia penyandangnya meliputi aspek material, spiritual maupun aspek sosialnya.

BAPPENAS dalam Suryati (2005) dalam mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau kelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.

Kemiskinan menurut BPS (2002) dikategorikan sebagai keadaan dimana seseorang tidak mampu memenuhi standar minimum kebutuhan pokok untuk dapat hidup secara layak atau sering dikatakan sebagai kemiskinan konsumsi. Definisi mempermudah untuk melihat indikator orang miskin, tetapi definisi ini sangat kurang memadai karena tidak cukup untuk memenuhi realitas kemiskinan yang dapat menjerumuskan ke kesimpulan yang salah bahwa menaggulangi kemiskinan cukup hanya dengan meyediakan bahan makanan yang memadai dan tidak cocok


(30)

untuk para pengambilan keputusan ketika merumuskan kebijakan lintas sektor. Menurut BKKBN dalam Suryati (2005), keberadaan Keluarga Sejahtera (KS) digolongkan ke dalam lima tingkatan sebagai berikut :

1. Keluarga Pra Sejahtera (Pra S), yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic needs) secara minimal, seperti kebutuhan spiritual, pangan, sandang, pangan dan kesehatan.

2. Keluarga Sejahtera I (KS I), yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya (social psychological needs). Seperti kebutuhan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi.

3. Keluarga Sejahtera II (KS II), yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya (development needs), seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.

4. Keluarga Sejahtera III (KS III), yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan materi dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

5. Keluarga Sejahtera III plus (KS III plus), yaitu keluaga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, psikologisnya, dan pengembangan serta dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.


(31)

Berbagai indikator tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tetapi hal ini bukan merupakan kesalahan dan kebenaran mutlak. Karena program penanggulangan kemiskinan dimasa lalu dan banyak yang berhasil dan masih berlangsung hingga saat ini. Indikator-indikator tersebut dikemukakan secara kuantitatif dengan melihat prosentase hasil dari program-program penanggulangan kemiskinan seberapa banyak tingkat keberhasilan menurunkan tingkat kemiskinan rumah tangga.

2.1.2 Faktor-faktor penyebab kemiskinan

Kemiskinan dapat disebabkan oleh adanya bencana kelaparan dan terjadinya kelaparan kronis, ditemukannya penyakit yang membahayakan nyawa manusia, banyaknya pengangguran karena minimnya kesempatan kerja yang tersedia, kelebihan penduduk (over population) perusakan lingkungan hidup (Sumitro, 1994)

Masalah kemiskinan dapat juga muncul sebagai implikasi lanjut dari masalah pengangguran. BPS (1994) mendefinisikan pengangguran (terbuka) sebagai : a) Orang yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan, dan b) Orang yang sudah pernah bekerja namun karena satu hal berhenti atau diberhentikan dan sedang mencari pekerjaan. Nurkse (1953) mengemukakan bahwa selain disebabkan oleh pengangguran, masalah kemiskinan juga disebabkan oleh pengangguran, masalah kemiskinan perkotaan juga disebabkan oleh faktor ekstenal (ketidaksempurnaan pasar, pembangunan dibawah standar dan keterbelakangan) dan faktor internal pelaku (kurangnya modal untuk membuka


(32)

usaha).

Rusli (1995) menjelaskan bahwa kemiskinan dapat disebabkan karena sekelompok masyarakat tidak terintegrasi dengan masyarakat luas, apatis dan cenderung menyerah pada nasib, tingkat pedidikan rendah, serta tidak mempunyai daya juang dan kemampuan untuk memikirkan masa depan.

2.1.3 Transparansi dan Akuntabilitas

Untuk menjaga transparansi pengelolaan kegiatan dan pengangguran dana Program Ikhtiar di tataran masyarakat di wilayah Kota Bogor dan sekitarnya UPK (Unit Pelaksana Kegiatan) dalam hal ini Yayasan Peramu sebagai mitra Baytul Maal memberikan laporan-laporan kegiatan penyaluran yang telah dilaksanakan. Kemudian laporan-laporan tersebut disebarluaskan ke masyarakat yang memang harus mengetahuinya seperti para muzakki yang telah memberikan zakatnya. Hal ini untuk menunjukkan bahwa dana yang diamanatkan kepada Baytul Maal telah dikelola dengan baik dan disalurkan ke orang-orang yang tepat menerimanya.

2.2 Kerangka Teori

2.2.1 Konsep Zakat

Pengertian zakat ditinjau dari segi bahasa mempunyai beberapa arti, yaitu al- barakatu (keberkahan), Al namaa (pertumbuhan dan perkembangan), Ath thaharatu (kesucian), dan Ash shalahu (kebesaran). Pengertian zakat secara istilah, secara umum adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah Subhanawataala mewajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang


(33)

berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula. Hubungan pengertian zakat menurut bahasa dengan pengertian menurut istilah sangat nyata dan erat sekali, yakni bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan baik. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam Al quran surat At taubah ayat 103 dan surat Ar ruum ayat 39 (Hafidhuddin,2002) Al Quran surat At taubah ayat 103 berbunyi :

” Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa buat mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Sedangkan dalam Al quran surat Ar ruum ayat 39 berbunyi :

Dan sesuatu riba yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka harta itu tidak manambah pada sisi Allah. Dan yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai ridha Allah, maka (yang berbuat demikian ) itulah orang-orang yang melipatkangandakan hartanya”.

Selain dari dasar yang termaktub didalam alquran, maka dengan mengacu pada alquran pula negara menerapkannya dalam Undang-Undang negara dengan menyesuaikan pada kondisi dan lingkungan masyarakat sebagai acuan dalam mengelola zakat.

Berbagai upaya untuk memperbaiki manajemen pengelolaan zakat. Terdapat empat perundangan sampai saat ini yang terkait dengan zakat, yaitu :

a. Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat.

b. Undang-undang Nomor 17 tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas UU No.7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

c. Keputusan Menteri Agama Nomor 581 Tahun 1999 tentang pelaksanaan UU No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat.


(34)

Berdasarkan perundang-undangan yang telah dikeluarkan, pemerintah mendirikan berbagai badan-badan amil zakat (BAZ) sebagai wadah pengumpulan dan pengelolaan zakat. Selain BAZ, bermunculan juga berbagai lembaga –lembaga amil zakat yang pendiriannya diprakarsai oleh masyarakat atau badan non pemerintah.

2.2.2 Persyaratan Lembaga Pengelolaan Zakat

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI nomor 581 tahun 1999, dikemukakan bahwa lembaga amil zakat memiliki persyaratan teknis antara lain :

1. Berbadan hukum

2. Memiliki data muzakki dan mustahik 3. Memiliki program kerja yang jelas 4. Memiliki pembukuan yang baik

5. Memiliki surat pernyataan siap di audit

Adapun syarat dari amil menurut Qardhawi (1991) menyatakan seseorang yang ditunjuk menjadi amil zakat/pengelola zakat harus memiliki persyaratan sbb:

1. Beragama Islam

2. Amanah dan jujur. Sifat ini penting karena berkaitan dengan menyerahkan kepercayaan umat. Artinya para muzakki akan dengan rela menyerahkan zakatnya melalui lembaga pengelola zakat, jika lembaga ini memang patut dan layak dipercaya. Keamanahan ini ditunjukkan dalam bentuk transparansi dalam menyamapaikan laporan pertanggungjawaban secara


(35)

secara berkala dan juga ketepatan penyalurannya sejalan dengan ketentuan syariah Islamiyyah.

3. Mukallaf yaitu orang dewasa yang sehat akal pikirannya yang siap menerima tanggung jawab mengurus urusan umat.

4. Mengerti dan memahami hukum-hukum zakat yang menyebabkan ia mampu melakukan sosialisasi segala sesuatu yang berkaitan dengan zakat kepada masyarakat.

5. Memilih kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya (profesional).

Kesungguhan amil zakat dalam melaksanakan tugas.

2.2.3 Konsep Penyaluran Dana Zakat

Penyaluran dana ZIS untuk pembiayaan pada usaha kecil menurut sifat penggunaannya dapat dibagi menjadi dua hal (Antonio,2001) :

a. Sedangkan menurut keperluannya, Antonio membagi pembiayaan produktif menjadi dua yaitu pembiayaan modal kerja dan investasi. Pembiayaan produktif yaitu, pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi

Pembiayaan

Prod

Kons b. Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi


(36)

Gambar 2.2 Jenis-jenis Pembiayaan Berdasarkan Sifat Penggunaannya

Maryanto (2003) mengemukakan bahwa, salah satu komponen pendukung pembangunan nasional adalah adanya lembaga intermediasi yang menghimpun dana dari masyarakat, dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau dalam bentuk lainnya. Lembaga intermediasi yang ada dibedakan dalam tiga kategori yakni (a) berbentuk bank tunduk pada Undang-Undang (UU) Pokok Perbankan ; (b) berbentuk Koperasi Simpan Pinjam (KSP) tunduk pada UU koperasi; dan (c) Lembaga Keuangan Mikro (LKM) lainnnya yang belum diatur dalam UU, sesuai dengan UU perbankan, bank yang ada di Indonesia dibagi dalam dua jenis yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Tentunya keberadaan lembaga tersebut memiliki peranan yang sangat penting dalam memberikan kontribusi berupa bantuan dana bagi kegiatan pengusaha kecil yang selama ini memiliki kendala dalam mengembangkan usahanya karena kesulitan mengakses dana. Pelayanan Bank Umum dan BPR yang telah ada saat ini belum dapat menjangkau sampai ke pelosok pedesaan, begitu pula keberadaan bank tersebut belum mampu memberikan harapan yang cukup besar dalam mengatasi permasalahan usaha kecil dalam hal mendapatkan modal. Pengusaha kecil yang ingin memperoleh pembiayaan melalui bank, bank mensyaratkan jaminan (agunan), sedangkan keberadaan mereka pada umumnya hidup dibawah garis kemiskinan, yang tentunya kenyataan ini menyulitkan para


(37)

pengusaha kecil.

Lembaga keuangan yang telah disebutkan di atas, yang tentunya menjadi harapan bagi pengusaha kecil dalam mengakses dana, juga ada lembaga lain yang keberadaannya tidak jauh berbeda yaitu menghimpun dana dari masyarakat muzaki dan menyalurkan kembali ke masyarakat mustahik, memberikan alternatif bagi para pengusaha kecil, yang umumnya tergolong mustahik, dapat mengakses dana melalui lembaga ini.

2.2.4 Konsep Grameen Bank

Konsep Grameen Bank pertama kali diperkenalkan oleh Muhammad Yunus pada masyarakat miskin di negara Bangladesh. Beliau adalah seorang akademisi yang peduli akan kemiskinan yang terjadi di negaranya. Melihat hal tersebut beliau merasa terpanggil untuk memecahkan masalah kemiskinan yang terjadi di negaranya tersebut. Lalu dia membuat konsep bank yang diperuntukkan untuk kaum miskin ini memiliki perbedaan dengan bank konvensional. Beberapa perbedaan itu seperti tingkat bunga yang sangat rendah, jumlah pinjaman yang relatif sangat kecil, dan tingkat pengembalian yang cukup lama untuk jumlah pinjaman yang kecil serta adanya pembinaan dan pendampingan bagi kaum wanita sebagai peminjam (Yunus, 1998).

Grameen Bank merupakan organisasi non-profit yang lebih mementingkan pengurangan kemiskinan dibandingkan mencari keuntungan. Nasabah yang diberi pinjaman untuk dibina adalah kaum wanita, karena wanita dianggap sebagai tulang punggung keluarga dalam mengelola keuangan keluarga. Nasabah-nasabah


(38)

tersebut dikumpulkan menjadi kelompok-kelompok semacam Forum Diskusi Kelompok yang didalamnya dilakukan kegiatan organisasi dengan menunjuk seorang ketua. Selain kegiatan organisasi juga dilakukan kegiatan ekonomi yaitu simpan pinjam dan menabung.

Selain itu pula, dalam setiap yang berkaitan dengan kegiatan perbankan terdapat yang dinamakan manajemen resiko, grameen bank pun mempunyai hal itu. Jika dalam perbankan konvensional menggunakan agunan dan jaminan-jaminan lain, dalam konsep ini pengelolaan manajemen resiko terdapat dalam kegiatan kelompok itu sendiri. Hal ini merupakan salah satu yang membedakan grameen bank dengan bank-bank konvensional. Pada awal terbentuknya kelompok terlebih dahulu mereka diberikan pelatihan dan penyuluhan kemudian dibentuk semcam kepengurusan kecil berupa ketua dan anggota. Dalam pemilihan anggota, tidak semua orang yang ingin menjadi anggota diterima, tetapi ada seleksi yang melibatkan ketua dan anggota. Orang yang boleh menjadi anggota adalah orang yang memiliki pekerjaan dan mampu membayar cicilan. Karena dalam konsep kelompok ini jika ada anggota yang tidak mampu membayar cicilan maka beban tersebut akan ditanggung oleh anggota lain, sistem ini di Indonesia dikenal dengan nama tanggung renteng.

Program Ikhtiar Baytul Maal mengadopsi sistem grameen bank dalam penyaluran dana dengan menambahkan konsep syariah dalam hal penggenaan bunga. Jika sistem grameen bank biasa mengenakan bunga kepada nasabah walaupun bunganya sangat kecil tetapi dalam Program Ikhtiar ini tidak dikenakan bunga tetapi mnggunakan sistem bagi hasil.


(39)

2.2.5 KonsepPendapatan

Novita (2004) mengemukakan bahwa tingkat pendapatan keluarga dipengaruhi oleh pendidikan dan pekerjaan. Semakin tinggi pendidikan dan status pekerjaan maka semakin besar pendapatan keluarga.

Dalam studinya, Saefudin dan Marisa (1984) mengemukakan definisi rumah tangga, pendapatan dan pendapatan rumah tangga:

1. Rumah tangga adalah semua anggota keluarga yang termasuk satu unit anggaran belanja keluarga (satu dapur), termasuk anak yang sedang sekolah di kota atas biaya keluarga dan orang lain yang ikut makan secara teratur, meskipun tidak tidur di rumah, tetapi tidak termasuk orang yang tinggal di rumah tetapi tidak makan

2. Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang atau natura. Secara garis besar pendapatan dapat digolongkan menjadii tiga bagian yaitu:

a. Gaji dan upah, yaitu imbalan yang diperoleh seseorang setelah melakukan pekerjaan untuk orang lain, perusahaan swasta atau pemerintah (di pasar tenaga kerja)

b. Pendapatan dari usaha sendiri, yaitu nilai total hasil produksi dikurangi biaya yang dibayar (baik dalam bentuk uang atau natura).

c. Pendapatan dari sumber lain, yaitu pendapatan yang diperoleh tanpa pencurahan tenaga kerja, antara lain hasil dari menyewakan asset (ternak, rumah dan barang lain), bunga uang, sumbangan dari pihak atau pensiun


(40)

3. Pendapatan rumah tangga, yaitu total pendapatan dari setiap anggota rumah tangga dalam bentuk uang, yang diperoleh baik sebagai gaji atau upah, usaha rumah tangga atau sumber lain.

2.2.6 Konsep Pemberdayaan dan Pendampingan

Prakarna dan Moeljarto (1996) mengemukakan pemberdayaan memiliki akar historis dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat yang berawal dari proses perendahan martabat eksistensi manusia yang menimbulkan lahirnya “manusia yang berkuasa menghadapi manusia yang dikuasai”. Namun seiring dengan berjalannya waktu keinginan untuk membangun masyarakat yang lebih manusiawi menghasilkan sistem alternatif yang mementingkan proses pemberdayaan yang proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan. Pertama kecenderungan primer, yakni proses pemberdayaan yang menekankan kepada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi dengan upaya membangun aset material guna mendukung kemampuan mereka melalui organisasi. Kecenderungan sekunder menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar memiliki kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog.

Pemberdayaan sebagai suatu gagasan tidak berbeda dengan gagasan tentang self determination, yakni suatu prinsip yang pada intinya mendorong klien untuk menentukan nasib sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitan dengan


(41)

upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi sehingga klien memiliki kesadaran dan kekuasaan penuh dalam menentukan hari depannya.

Narayan (2002) menyebutkan bahwa pemberdayaan merupakan pengembangan aset dan kapabilitas penduduk miskin untuk berpartisipasi dalam, bernegosiasi dengan mempengaruhi, mengontrol, dan mengendalikan institusi yang akuntabel yang berpengaruh pada kehidupan mereka. Keberhasilan pemberdayaan kaum miskin tampak dari meningkatnya kebebasan mereka memilih dan bertindak dalam situasi yang berbeda yang pada pembuktiannya kerapkali mengandung empat unsur : akses pada informasi, keterlibatan dan partisipasi, akuntabilitas dan kapasitas pengorganisasian lokal.

Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan masyarakat adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai proyaek pembangunan, tetapi merupakan subjek dari upaya pembangunan itu sendiri. Berdasarkan konsep demikian dikembangkan berbagai pendekatan :

a. Upaya pemberdayaan masyarakat harus terarah. Ini yang secara populer disebut sebagai pemihakan. Ia ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai kebutuhannya. Karena dasarnya adalah kepercayaan kepada rakyat, maka program ini harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat yang akan dibantu mempunyai beberapa tujuan yakni supaya bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan mengenali kemampuan serta kebuthan mereka. Selain itu sekaligus meningkatkan kemampuan masyarakat dengan


(42)

pengalaman dalam merancang, melaksanakan, mengelola dan mempertanggugjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonominya.

b. Harus menggunakan pendekatan kelompok karena secara sendiri-sendiri warga masyarakat yang kurang berdaya sulit untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Karena organisasi adalah satu sumber kekuatan yang penting maka untuk pemberdayaan, pengorganisasian masyarakat ini menjadi penting sekali. Pendekatan kelompok adalah juga paling efektif, dan dilihat dari sumber penggunaan sumberdaya juga lebih efisien.

c. Adanya pendampingan, penduduk miskin pada umumnya mempunyai keterbatasan dalam mengembangkan dirinya. Oleh karena itu, diperlukan pendamping untuk membimbing mereka dalam upaya memperbaiki kesejahteraannya. Pendampingan ini dalam konsep pemberdayaan sangat esensial dan fungsinya adalah menyertai proses pembentukan dan menyelenggarakan kelompok masyarakat sebagai fasilitator, komunikator atau administrator, serta membantu mencari jalan pemecahan masalah yang tidak dapat dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.

Konsep pemberdayaan masyarakat seperti diuraikan di atas adalah sebuah konsep yang relatif baru. Ia bertolak belakang pada konsep pembangunan yang berorientasi pada ”proyek”. Artinya peran birokrasi yang besar, dan seringkali dijalankan sebagai program pemerintah untuk membantu masyarakat miskin, tetapi masyarakat itu sendiri tidak terlibat didalamnya. Ia bertentangan dengan konsep pembangunan dimana birokrasi berfungsi sebagai tangan yang memberi


(43)

(patronizing hands).

2.2.7 Evaluasi

2.2.7.1 Pengertian Evaluasi

Valera et al (1987) mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan yang didesain untuk mendapat informasi objektif tentang aktivitas proyek untuk menilai efektifitas, signifikansi dan efisiensi.

Menurut Departemen Pertanian (1990) Input (masukan) adalah semua jenis barang, jasa, dana, tenaga manusia, teknologi dan sumberdaya lainnya, yang perlu tersedia untuk terlaksananya suatu kegiatan dalam rangka menghasilkan output (hasil) dan mencapai tujuan suatu program atau proyek. Output (hasil) adalah produk atau jasa tertentu yang diharapkan dapat dihasilkan oleh suatu kegiatan dari input yang tersedia untuk mencapai tujuan program/proyek. Effect (pengaruh langsung) adalah hasil yang diperoleh dari efek proyek yang merupakan kenyataan yang sesungguhnya dihasilkan oleh proyek pada tingkat yang lebih luas dan menjadi tujuan jangka panjang proyek. Dampak (impact) juga dapat diartikan sebagai perubahan akhir dalam kondisi kehidupan kelompok sasaran yang diakibatkan (sepenuhnya atau sebagian) oleh pelaksanaan suatu program atau proyek.

Evaluasi merupakan proses keorganisasian untuk mernperbaiki aktivitas berjalan dan untuk membantu manajemen dalam perencanaan, pemrograman dan pengambilan keputusan. Evaluasi mempunyai tujuan untuk menilai sejauh mana suatu kegiatan ataupun hasil relevan dengan tujuan program. Selain itu juga evaluasi dimaksudkan untuk menilai sejauh mana input yang diberikan dalam suatu


(44)

program memberikan hasil yang optimum pada pencapaian tujuan.

Sarwititi (2002) juga mengemukakan bahwa evaluasi merupakan suatu proses belajar bagi semua pihak yang terkait dengan program untuk melakukan tindakan-tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin pencapaian tujuan program.. Tindakan perbaikan tersebut dapat dilakukan untuk memperbaiki pelaksanaan yang bersumber dari evaluasi dan monitoring.

2.2.7.2 Jenis Evaluasi

Jenis evaluasi berdasarkan waktu terdiri dari tiga jenis yaitu : 1. Evaluasi sewaktu berjalan (on going evaluation)

Suatu analisis yang dilakukan ketika pelaksanaan proyek sedang berlangsung yang dilakukan untuk membantu para pengambil keputusan apakah proyek dapat dipertahankan atau tidak.

2. Evaluasi akhir (terminal evaluation)

Evaluasi yang dilaksanakan paling tidak enam sampai dua belas bulan setelah proyek berakhir atau sebelum memulai fase proyek berikutnya sebagai pengganti ex post evaluation (evaluasi menyeluruh) pada proyek-proyek berjangka waktu singkat yang kebanyakan berjangka waktu satu tahun.

3. Evaluasi menyeluruh (ex post evaluation)

Evaluasi yang dilaksanakan pada saat perkembangan proyek telah tercapai sepenuhnya, yaitu beberapa tahun setelah proyek ini berakhir, bila manfaat dan dampak yang diharapkan dari proyek telah terealisasi sepenuhnya.


(45)

2.3 Kerangka Konseptual

Penyaluran zakat sebagai suatu investasi bagi mustahik merupakan salah satu strategi dari Baytul Maal Bogor (BMB) dalam rangka pencapaian tujuan agar mustahik dapat mengatasi kemiskinannya. Program ini merupakan suatu program terpadu yang memberikan penyaluran zakat kepada mustahik tidak hanya modal usaha namun juga pengawasan, pendampingan, dan pembinaan terhadap mustahik. Pembinaan baik pada bidang ekonomi maupun bidang sosial (seperti pendidikan, kesehatan, dan sikap mental). Penyaluran zakat sebagai modal usaha diharapkan akan mendorong peningkatan pendapatan mustahik secara berkelanjutan, sedangkan berbagai pembinaan yang diberikan selain diharapkan menjadi pendorong usaha namun juga membawa perubahan sikap hidup yang lebih baik yang juga akan membawa mustahikke arah penghidupan yang lebih baik.

Karateristik Keluarga Miskin - Tingkat Pendapatan - Jenis Usaha - Jumlah Tanggungan

Keluarga

- Tingkat Pendidikan - Umur

YAYASAN PERAMU BAYTUL MAAL

BOGOR

Kondisi awal :

Banyak pengangguran, pendapatan rendah, sarana lingkungan buruk

(Keluarga Miskin PROGRAM IKHTIAR)

Mekanisme Tahapaan-tahapan

Program (Konsep Grameen Bank dan


(46)

Program terus berlangsung

EVALUASI

Proses :

Analisis Deskriptif Input :

- Alokasi Dana - Fasilitator

Output

Ekonomi dan Sosial : - Modal - Pendapatan - Aset Produktif - Tabungan Sosial :

- Interaksi Sosial - Partisipasi - Tanggung Jawab

- Status Sosial

- Pelatihan - Pendampingan

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Pemikiran Konseptual

2.4 Penelitian Terdahulu

Suprobo (2004), Penelitian ini merupakan evaluasi terhadap program P2KP (Proyek Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan) yang diselenggarakan di kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang, Propinsi Jawa Tengah.

Data diperoleh dari wawancara dan kuisioner mengenai proyek tentang penyediaan input, proses dan output yang dihasilkan. Data dijabarkan dengan tabel frekuensi untuk mengetahui hubungan antar variabel. Program P2KP berupa


(47)

pemberian dana bergulir ini telah mampu meningkatkan modal, pendapatan, asset rumah tangga dan tabungan dari pesertanya yang berada di kelurahan Purwoyoso Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah.

2.5 Hipotesa Penelitian

1. Semakin tepat pemilihan calon peserta Program Ikhtiar dan keterlibatan keluarga miskin pada Program Ikhtiar maka Program Ikhtiar dapat dilanjutkan terus pelaksanaannya.

2. Semakin baik input (Dana, Fasilitator) maka Program Ikhtiar dapat terus dilanjutkan pelaksanaannya.

3. Semakin baik pelaksanaan proses pada Program Ikhtiar (sosialisasi, pendampingan, pelatihan) maka menentukan pencapaian output.

4. Semakin tepat pemilihan calon peserta, input dan pelaksanaan proses maka output tercapai.

5. Ketepatan pemilihan calon peserta, Input. proses dan output telah tepat dan terlaksana sesuai dengan prosedur serta melibatkan keluarga mi s kin maka dapat menjadi dasar untuk terus menjalankan program


(48)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di daerah Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor yang merupakan daerah binaan Baytul Maal Bogor melalui Program Ikhtiar dengan bekerja sama dengan Yayasan Peramu sebagai pelaksana dilapangan. Pemilihan wilayah ini karena wilayah ini cukup bisa mewakili sampel yang dibutuhkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus – November 2006.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini adalah merupakan desain studi kasus dengan jenis data yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan masyarakat mitra penerima dana Baytul Maal dan juga pihak karyawan Yayasan Peramu serta pihak-pihak terkait. Sedangkan data sekunder diambil dari arsip dan laporan-laporan Yayasan Peramu serta pustaka dan studi literatur.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Untuk mengetahui secara lengkap mengenai latar belakang, sifat-sifat serta karateristik dari individu, kelompok, lembaga maupun masyarakat digunakan metode studi kasus (Sevilla dkk, 1993). Untuk mendapatkan informasi yang lebih komprehensif dilakukan pemberian kuisioner kepada para


(49)

mustahik responden dan wawancara dengan pengelola Baytul Maal. Hasil ini dapat dilihat pada Lampiran 1

Tabel. 3.1 Cara Pengumpulan Data

Jenis Pengumpulan

Data

Objek Penelitian / Informan

Keterangan

Dokumentasi (sekunder) -

Dokumentasi

administrasi (data profil desa dan arsip UPK (Unit Pelaksana Kegiatan) Ikhtiar dan Kelurahan)

Kuisioner (primer)

30 responden anggota perempuan UPK Ikhtiar yang menjadi anggota dari tahun 1999 sampai dengan 2006 yang memiliki penghasilan.

Menggambarkan

kesejahteraan keluarga dan usaha produktif yang dimiliki anggota perguliran dana. Data tentang pengalaman berusaha dan pendapatan usaha

Wawancara mendalam (primer)

Ketua kelompok, anggota kelompok, Faskel, dan tokoh-tokoh masyarakat. Informasi tentang tahap-tahap pelaksanaan UPK Ikhtiar. Observasi lapang (primer) -

Data langsung ke lokasi usaha, tempat tinggal dan bangunan fisik dan kegiatan kelompok

Data primer yang diambil menggunakan kuisioner ini merupakan persepsi masyarakat peserta atas kondisi kesejahteraan mereka pada tahun 1999 sebelum adanya Program Ikhtiar dan pada tahun 2006 saat Program Ikhtiar berlangsung. Data atau informasi yang diberikan langsung dicatat pada kuisioner atau panduan pertanyaan. Pada setiap kuisioner diberi nomor urut sesuai dengan urutan responden ketika dilakukan pendataan dan wawancara.


(50)

Teknik observasi dimaksudkan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui metode wawancara dan kuisioner. Observasi dilakukan selama pengumpulan data di daerah penelitian, terutama pada waktu mengadakan wawancara dan responden. Hal-hal yang diobservasi adalah yang berhubungan dengan penelitian yaitu kondisi rumah, usaha yang dijalankan, aktivitas sehari-hari, keadaan umum Desa Sukaluyu. Hasil-hasil informasi yang diperoleh dapat dipergunakan untuk mengkaji sampai sejauh mana dampak dari Program Ikhtiar Baytul Maal Bogor bagi keluarga miskin dan keefektifan program penyaluran dana zakat tersebut.

Data sekunder mencakup semua data yang berhubungan dengan petunjuk pelaksanaan Program Ikhtiar, data monografi desa, serta data-data lain yang dapat digunakan untuk melengkapi penelitian ini.

3.4 Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan nonprobability sampling, dimana setiap anggota populasi tidak memiliki peluang yang sama untuk dijadikan anggota sampel. Teknik pengambilan sampelnya dilakukan secara sengaja (purposif).

Pertimbangan dalam pengambilan sampel ini adalah mustahik yang data awalnya terdaftar di arsip Yayasan Peramu. Dalam penelitian ini thesample frame responden diambil berdasarkan data awal yang terdapat arsip Yayasan Peramu yang berjumlah 40 responden. Walaupun sebenarnya populasi datanya besar akan tetapi yang telah didata oleh Yayasan Peramu berjumlah 40 orang. Kemudian dari 40 sample frame tersebut dipilih 30 contoh sembarang. Walpole (1995)


(51)

mengemukakan responden berjumlah 30 orang mengacu pada konsep teorema limit pusat yang menyatakan bahwa jumlah sampel yang besar (n ≥ 30) akan menyebar secara normal dan pertimbangan bahwa uji rata-rata sampel berjumlah minimal 30 orang.

Kelemahan dalam pengambilan sampel ini adalah kurang banyaknya sampel yang dijadikan sebagai responden karena keterbatasan biaya dan waktu. Akan tetapi, peneliti melakukan hal ini bukan karena sekedar keterbatasan semata tetapi juga karena mempertimbangkan sampel responden yang sangat homogen.

3.5MetodeAnalisis

Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

deskriptif dengan menggunakan dua bentuk pendekatan, yaitu pendekatan kuantitatif dengan sajian data yang ditampilkan dalam bentuk tabel/grafik dan pendekatan kualitatif dengan mengumpulkan data fakta-fakta dilapangan hasil wawancara dengan narasumber. Subagyo (2003) menyatakan statistika deskriptif adalah bagian statistika mengenai pengumpulan data, penyajian, penentuan nilai-nilai statistika, pembuatan diagram atau gambar mengenai sesuatu hal. Data yang disajikan dalam bentuk yang lebih mudah dipahami atau dibaca. Pendeskripsian hasil penelitian dijelaskan dengan berdasarkan atas persepsi dari responden terhadap keberhasilan Program Ikhtiar Baytul Maal dan melihat kondisi kesejahteraan mereka ketika sebelum dan saat Program Ikhtiar sudah berjalan selama 7 tahun.


(52)

keterbatasan. Yaitu dalam penentuan kemiskinan kurang memberikan gambaran kategori kemiskinan yang jelas, hal ini disebabkan karena banyaknya definisi dalam menentukan kategori tingkat kemiskinan seseorang. Pada penelitian ini menggunakan definisi yang dibuat oleh BKKBN dan BPS. Selain itu, karena data yang digunakan untuk dianalisis merupakan data berasal dari kuisioner yang diisi oleh responden tentang persepsi mereka terhadap program dan dirinya. Sehingga mengakibatkan gambaran kondisi mereka dilapangan dengan apa yang diucapkan terkadang tidak sesuai. Dibutuhkan suatu metode pengambilan data yang advance sehingga mampu memberikan gambaran hasil penelitian yang mencerminkan hal yang sesungguhnya.

3.6 Definisi Operasional

1. Program adalah serangkaian kegiatan-kegiatan, proyek-proyek, proses-proses atau pelayanan/jasa-jasa yang terorganisasi dan diarahkan untuk pencapaian suatu tujuan khusus.

2. Efek adalah hasil yang diperoleh dari efek proyek yang merupakan kenyataan yang sesungguhnya dihasilkan oleh proyek pada tingkat yang lebih luas dan menjadi tujuan jangka panjang proyek.

3. Kesejahteraan secara umum adalah tingkat kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan primernya (basic needs) berupa sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan.

4. Program Ikhtiar Baytul Maal Bogor adalah suatu pelaksanaan pekerjaan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan dan dilaksanakan dengan


(53)

terencana, mencakup serangkaian kegiatan yang saling berkaitan dan terkoordinasi untuk mencapai tujuan Program Ikhtiar dengan sejumlah dana dan waktu tertentu.

5. Keluarga miskin (BKKBN, 1999) adalah : 1. Masyarakat yang telah lama miskin

2. Masyarakat yang penghasilannya merosot dan tidak berarti akibat inflasi.

3. Masyarakat yang kehilangan sumber nafkahnya karena krisis ekonomi 4. Masyarakat yang tergolong Pra-KS atau KS-I (data diperoleh

berdasarkan indikator BKKBN )

6. Jenis kelamin, dibagi menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan.

7. Tingkat pendidikan formal adalah suatu jenjang pendidikan yang diikuti oleh seseorang dalam hidupnya yang dapat dikategorikan sebagai berikut (pembagian berdasarkan Depdiknas, 1995)

• Rendah : tidak sekolah sampai dengan tamat SD

• Sedang : jenjang SMP/sederajat (pernah atau hingga tamat SMP/sederajat)

• Tinggi : jenjang SMA/sederajat (pernah atau hingga tamat SMA/sederajat).

8. Tingkat pendapatan adalah suatu jenjang pemasukan keuangan keluarga miskin yang dapat dikategorikan sebagai berikut (Berita resmi BPS Tahun 1999) :


(54)

• Sedang : Rp 301.000,00 - Rp 500.000,00 • Tinggi : > Rp 500.000.00

9. Jumlah tanggungan keluarga adalah j u m l a h anggota keluarga yang masih menjadi beban tanggungan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Jumlah langgungan keluarga dapat dikategorikan sebagai berikut :

• Rendah : 0 - 3 orang • Sedang : 4 - 7 orang • Tinggi : > 7 orang

10.Alokasi dana adalah jumlah dana yang diterima kelurahan untuk melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan Program Ikhtiar. Indikator dana dilihat dari tingkat pengetahuan responden tentang jumlah dana tingkat kemudahan mendapatkan dana bergulir dan tingkat manfaat dana bergulir.

11.Fasilitator kelurahan (faskel) adalah individu atau lembaga yang memberikan bantuan baik berupa pendampingan maupun penyampaian materi pada saat pelatihan dan pelaksanaan proyek. Indikator dilihat dari tingkat pengetahuan responden tentang faskel, tingkat kemampuan faskel, tingkat kehadiran faskel dalam pertemuan, tingkat kehandalan dalam membantu masalah dan tingkat manfaat fasilitator.

12.Pelatihan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Program Ikhtiar untuk menambah pengetahuan, wawasan, meningkatkan kemampuan peserta pelatihan. Dilihat dari tingkat pengetahuan responden tentang pelatihan,


(55)

tingkat kehadiran dalam pelatihan, tingkat keaktifan dalam pelatihan dan tingkat manfaat pelatihan.

13.Pendampingan adalah kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh fasilitator dalam mendampingi para peserta program agar dapat membantu keluarga miskin peserta Program Ikhtiar apabila muncul suatu permasalahan. Indikatornya adalah tingkat pengetahuan responden tentang pendampingan, tingkat kehadiran dalam pendampingan, tingkat keaktifan dalam pendampingan dan tingkat manfaat pendampingan.

14.Ekonomi adalah pemenuhan kebutuhan runah tangga dilihat dari peningkatan modal usaha, peningkatan pendapatan, penambahan aset kepemilikan rumah tangga dan perubahan tingkat tabungan.

15.Peningkatan modal usaha adalah penambah uang yang dapat digunakan untuk memulai usaha dan menambah jumlah usaha.

16.Peningkatan pendapatan adalah penambahan jumlah pemasukan rata-rata per bulan yang diterima keluarga miskin.

17.Penambahan aset rumah tangga adalah bertambahnya barang yang bisa diuangkan dalam waktu jangka pendek maupu jangka panjang.

18.Tabungan adalah simpanan responden dalam bentuk barang maupun uang baik dirumah, di bank maupun pada kelompok.

19.Sosial adalah hubungan bermasyarakat seperti kepedulian terhadap kehidupan orang lain, partisipasi berkelompok (tingkat kehadiran dalam KSM dan manfaat KSM), interaksi sosial (tingkat keterlibatan aktif dalam KSM dan tingkat keeratan hubungan antar anggota dalam KSM), partisipasi


(56)

berkelompok (tingkat kehadiran dalam KSM dan manfaat KSM), munculnya tanggung jawab dan perubahan status sosial.

20.Interaksi Sosial adalah hubungan baik antara anggota KSM, anggota KSM dengan fasilitator kelurahan.

21.Partisipasi merupakan kehadiran anggota dalam kegiatan KSM, tingkat manfaat KSM, tingkat kehadiran dan keaktifan dalam sosialisasi, pelatihan, pendampingan Program Ikhtiar.

22.Tanggung Jawab adalah perilaku peserta Program Ikhtiar terhadap pembayaran angsuran dana guliran dari Baytul Maal.

23.Status Sosial adalah kedudukan keluarga miskin di dalam kelompok yang berkaitan dengan besar kecilnya uang pinjaman.


(57)

IV. GAMBARAN UMUM DESA SUKALUYU

4.1 Program Ikhtiar Baytul Maal

Program Ikhtiar Baytul Maal merupakan program pemberdayaan berbasis komunitas (community based empowerment) melalui pelayanan keuangan mikro (microfinance services), dengan mekanisme kelompok (participatory group), yang ditujukan secara khusus bagi kaum perempuan dari keluarga berpenghasilan rendah (women of the poor or low income family). Program Ikhtiar dirancang untuk menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan dengan berbasis prinsip-prinsip pemberdayaan komunitas, sehingga membutuhkan upaya-upaya yang dilakukan oleh komunitas. Upaya-upaya ini mencakup penyediaan sumber daya yang cukup, mentransformasikan kewenangan membuat keputusan dan tanggung jawab ke tangan komunitas serta meningkatkan kepercayaan dan transparansi.

Pendekatan yang ditempuh Program Ikhtiar menekankan pada pemberdayaan dan partisipasi komunitas dalam jangka panjang melalui perbaikan peran tanggung jawab dalam mengenali tuntutan atau kebutuhan lokal, merumuskan langkah-langkah lokal dan melaksanakannya. Selain itu juga, memberikan bantuan modal usaha bagi peningkatan ekonomi dan kemandirian masyarakat.

Baytul Maal Bogor dalam menjalankan perannya sebagai lembaga penyaluran dana umat melalui pembinaan tentulah semua itu harus terkonsep dengan baik dan benar. Agar apa yang menjadi harapan dapat terealisasikan, perlu


(58)

direncanakan, salah satu perencanaan itu adalah dengan dituangkannya visi dan misi Baytul Maal Bogor dalam melakukan fungsinya sebagai amil zakat

Visinya adalah mewujudkan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadaan dalam ekonomi, sosial, budaya dan politik, mengedepankan rasa persaudaraan dan kasih sayang serta menguatkan dan membela kaum yang terpinggirkan.

Misinya adalah bekerjasama dengan berbagai institusi dan kelompok masyarakat yang peduli untuk mengatasi masalah kemiskinan dan pemiskinan melalui optimasi pendayagunaan zakat dan non zakat, penyadaran orang yang memiliki harta dan kekuatan agar membantu kaum fakir miskin.

Untuk memastikan efektivitas dan konsistensi visi-misinya, maka fungsi-fungsi kelembagaan Baytul Maal Bogor terdiri atas :

1. Badan Pembina

Menetapkan fatwa syariah dan kebijakan pendayagunaan ZIS (Zakat Infaq dan Sedekah) serta menampung dan mengolah pendapat masyarakat tentang ZIS

2. Badan Pengawas

Mengesahkan rencana kerja dan anggaran dan laporan tahunan pengurus serta melaksanakan pengawasan internal terhadap kebijakan, operasional dan program.

Menyusun dan melaksanakan Rencana Kerja Anggaran dan Operasional pengelolaan ZIS yang meliputi penghimpunan, penyaluran dan pendayagunaan ZIS, menyampaikan laporan tahunan serta bertindak dan bertanggung jawab atas nama


(1)

FasiIitator (FaskeI)

26. Apakah anda mengetahui keberadaan fasilitator PI ?

a. Sangat mengetahui, apabila anda telah mengenal dekat faskel, sudah pernah bercakap-cakap dengannya.

b. Mengetahui, apabila anda hanya mengenal faskel dan tidak pernah bercakap-cakap dengannya.

c. Ragu-ragu

d. Tidak mengetahui, apabila anda tidak mengenal faskel dan tidak pernah berkomunikasi dengannya.

e. Sangat tidak mengetahui, apabila anda tidak pernah mengenal, bertemu bercakap-cakap dengan faskel.

27. Menurut anda, apakah jumlah faskel telah mencukupi untuk menjalankan tugasnya? a. Sudah, langsung ke pertanyaan nomor 29

b. Belum, dilanjutkan ke pertanyaan nomor 28

28.Menurut anda berapakah jumlah fasilitator agar dapat melaksanakan tugas dengan baik ?

a. 1-3 orang b. 4-6 orang c. > 6 orang

29 Menurut anda, apakah faskel telah memiliki kemampuan yang baik untuk Menjalankan tugas di lapangan ?

a. Sangat mampu, apabila faskel menguasai materi dan memahami keadaan masyarakat

b. Mampu, apabila faskel kadang-kadang memahami keadaan masyarakat c. Ragu-ragu/tidak tahu

d. Tidak mampu, apabila faskel mengalami kesulitan ketika beradaptasi dengan masyarakat

e. Sangat tidak mampu, apabila faskel tidak mempunyai keahlian, ketrampilan, sulit memahami keadaan masyarakat

30. Apakah faskel hadir dalam pertemuan PI maupun pertemuan kelompok ? a. Selalu, apabila kehadiran fasilitator 100 % dalam pertemuan

b. Sering, apabila kehadiran faskel > 75 % dalam pertemuan

c. Kadang-kadang apabila kehadiran faskel > 50 % dalam pertemuan d. Jarang, apabila kehadiran faskel > 25 % dalam pertemuan

e. Tidak pernah, apabila kehadiran faskel 0 % dalam pertemuan 31. Apakah faskel dapat diandalkan untuk membantu masalah anda ?

a. Selalu, apabila setiap (100%) masalah anda dapat dibantu faskel

b. Sering, apabila sebagian besar (75%) masalah anda dapat dibantu faskel c. Kadang-kadang, apabila beberapa (50%) masalah anda dapat dibantu faskel d. Jarang, apabila sangat sedikit (25%) bantuan yang dapat diberikan oleh faskel

untuk memecahkan masalah

e. Tidak pernah, apabila anda selalu menyelesaikan masalah anda tanpa bantuan faskel.

32. Apakah keberadaan faskel berguna bagi pengembangan usaha anda ?

a. Sangat bermanfaat, apabila faskel dapat menambah motivasi dan pengetahuan anda tentang pengembangan usaha produktif.


(2)

b. Bermanfaat, apabila faskel dapat menambah motivasi anda untuk mengembangkan usaha produktif.

c. Ragu-ragu/tidak tahu

d. Tidak bermanfaat, apabila faskel tidak menambah motivasi anda untuk mengembangkan usaha produktif

e. Sangat tidak bermanfaat, apabila faskel tidak menambah motivasi anda dan tidak menambah pengetahuan anda tentang pengembangan usaha produktif.

Pendampingan

33. Apakah anda mengetahui informasi mengenai program pendampingan PI

a. Sangat mengetahui, apabila anda benar-benar mencari tahu sendiri ke pihak yang berkaitan

b. Mengetahui, apabila anda diberi tahu dari orang lain/pihak lain c. Ragu-ragu/tidak tahu

d. Tidak mengetahui, apabila anda tidak pernah mendengar informasi tentang program pendampingan

e. Sangat tidak mengetahui, apabila anda sama sekali tidak pernah mendengar informasi tentang pendampingan

34. Berapa kalikah program pendampingan dilakukan selama PI berlangsung ? a.. 1-3 kali

b. 4-6 kali

c. > 6 kali

35. Apakah anda menghadiri pendampingan PI a. Selalu, apabila anda hadir pada setiap (100 %) pendampingan PI b. Sering, apabila anda hadir > (75 %) pendampingan PI

c. Kadang-kadang, apabila anda hadir > (50 %) pendampingan PI 36. Berapa lamakah pendampingan dilakukan ? ..

a. < 1jam b. l-2 jam c. 3-4 jam d. > 4 jam

37. Apakah anda memberikan pendapat/saran/pertanyaan dalam pendampingan : a. Selalu, apabila anda memberikan usul/pertanyaan setiap diadakan pendampingan

oleh PI (minimal 1 kali) memberikan usul pada setiap pendampingan oleh PI b. Sering, apabila tidak pada setiap pendampingan PImemberikanusul/pertanyaan) c. Ragu-ragu/tidak tahu

d. Tidak pernah, apabila anda tidak pernah memberikan usul/pertanyaan di forum tetapi pernah berdiskusi antar peserta pendampingan PI

e. Sangat tidak pernah, apabila anda tidak pernah memberikan usul/pertanyaan di forum dan tidak juga berdiskusi antar peserta (pasif).

38. Apakah pendampingan membawa manfaat bagi anda ?

a. Sangat bermanfaat, apabila anda merasa pendampingan selalu dapat membantu memecahkan masalah anda dan pelaksanaannya tidak mengganggu aktivitas anda


(3)

memecahkan masalah anda dan pelaksanaannya kadang mengganggu aktivitas anda

c. Ragu-ragu/tidak tahu

d. Tidak bennanfaat, apabila anda merasa pendampingan tidak dapat membantu memecahkan masalah anda dan pelaksanaannya kadang mengganggu aktivitas anda.

e. Sangat tidak bermanfaat, apabila anda merasa pendampingan tidak pernah membantu memecahkan masalah anda dan pelaksanaanya mengganggu aktivitas anda

Pelatihan

39. Apakah anda mengetahui informasi adanya pelatihan di PI

a. Sangat mengetahui, apabila anda memperoleh informasi peiatihan dengan mencari tahu sendiri tentang pelatihan ke pihak yang berkaitan

b. Mengetahui, apabila informasi pelatihan diberi tahu dari orang lain/pihak lain

c. Ragu-ragu/tidak tahu

d. Tidak mengetahui, apabila anda tidak pernah mendengar informasi tentang program pelatihan

e. Sangat tidak mengetahui, apabila anda sama sekali tidak pernah mendengar informasi tentang pelatihan

40. Dari manakah anda mengetahui program pelatihan ini ?

a. Teman/tetangga b. Aparat kelurahan

c. Organisasi kemasyarakatan (LKMD, PKK)*

d. Publikasi PI (brosur, pamphlet, selebaran, pengumuman)** e. Fasilitator kelurahan PI

f. Lainnya, sebutkan :

41. Apakah anda menghadiri pelatihan yang diselenggarakan oleh PI

a. Selalu, apabila anda hadir pada setiap (100 %) pelatihan PI b. Sering, apabila anda hadir > 75 % pelatihan PI

c. Kadang-kadang, apabila anda hadir > 50 % pelatihan PI

d. Jarang, apabila anda hadir > 25 % pelatihan PI e. Tidak pernah, apabila anda tidak sekalipun menghadiri pelatihan PI 42.Berapa kalikah program pelatihan dilakukan selama PI berlangsung ?

a. 1-3 kali b. 4-6 kali c. > 6 kali

43. Apakah anda memberikan pendapat/saran/pertanyaan dalam pelatihan : a. Selalu, apabila anda memberikan usul/pertanyaan setiap diadakan

pelatihan oleh PI (minimal 1x memberikan usul pada setiap pelatihan olehPI ).


(4)

usul/pertanyaan c. Ragu-ragu/tidak t a h u

d. Tidak pernah, apabila anda tidak pcrnah membcrikan usul/pertanyaan di forum tetapi pemah berdiskusi antar peserta pelatihan \ PI

e. Sangat tidak pernah, apabila anda tidak pernah memberikan usul/pertanyaan di forum dan tidak juga berdiskusi antar peserta (pasif).

44. Berapa lamakah pelatihan dilakukan ? a. < 1 jam

b. 1-2 jam c. 3-4 jam d. >4jam

45. Siapa sajakah yang hadir dalam pelatihan ? [ ] Fasilitator kelurahan

[ ] Aparat kelurahan [ ] LKMD

[ ] Tokoh masyarakat [ ] Tokoh agama [ ]PKK [ ] Karang Taruna /pemuda [ ] Lainnya, sebutkan :

46. Apakah pelatihan membawa manfaat bagi anda ?

a. Sangat bermanfaat, apabila anda merasa pelatihan selalu dapat membantu memecahkan masalah anda dan pelaksanaannya tidak mengganggu aktivitas anda

b. Bermanfaat, apabila anda merasa pelatihan kadang dapat membantu memecahkan masalah anda dan pelaksanaannya kadang mengganggu aktivitas anda

c. Ragu-ragu/tidak tahu Output

Modal

Apabila anda tidak membuka usaha, langsung ke pertanyaan nomor 64 dst. 47 . Apabila anda membuka usaha, berapa modal usaha anda sebelum mengikuti PI

a. Rp 0,00 - Rp 500.000,00

b. Rp 501.000,00 - Rp 1.000.000,00 c. Rp 1.001.000-Rp 1.500.000,00 d. Rp 1.501.000,00 - Rp 2.000.000,00 e. > Rp 2.000.000,00

48 . Berapakah modal usaha anda, setelah anda mengikuti PI

a: Rp 0,00 - Rp 500.000,00

b. Rp 501.000,00-Rp 1.000.000,00 c. Rp 1.001.000- Rp 1.500.000,00 d. Rp 1.501.000,00-Rp 2.000.000,00 e. > Rp 2.000.000,00


(5)

49. Berapakah besar pendapatan rata-rata setiap bulan anda setelah mengikuti PI a. Rp 0,00-Rp 100.000,00

b. Rp 101.000,00-Rp 300.000,00 c. Rp 301.000,00-Rp 500.000,00 d. Rp 501.000,00- R p 800.000,00 e. > Rp 800.000,00

Asset Produktif

50. Apakah ada pertambahan asset produktif setelah mengikuti PI (misalnya, kendaraan, tanah, bangunan, alat rumah tangga)?

a. Ya, sebutkan

[ ] Kendaraan (motor, mobil, becak, sepeda, truk) [ ] Tanah (sawah, tegalan, kebun)

[ ] Ternak (ayam, itik, kambing, sapi, kerbau) [ ] Bangunan

[ ] Alat rumah tangga (kulkas, TV, radio, mebel, kompor)** [ ] Lainnya, sebutkan :

b. Tidak Tabungan

51 Apakah anda mempunyai tabungan sebelum mengikuti PI a. Ya

b. Tidak

52. Apakah anda mempunyai tabungan seteiah mengikuti PI a. Ya

b. Tidak Interaksi Sosial

53 Apakah anda terlibat dalam kelompok (KSM) ? a. Ya

b. Tidak, iangsung ke pertanyaan no. 54 Apakah anda mengenal anggota kelompok ?

a. Sangat mengenal, apabila anda mengetahui identitas semua (100 %) anggota kelompok anda

b. Mengenal, apabila anda mengetahui identitas sebagian besar (> 75 %)

anggota kelompok anda c. Ragu-ragu

d. Tidak mengenal, apabila anda mengetahui identitas sebagian kecil (> 50 %)

anggota kelompok anda

e. Sangat tidak mengenal, apabila anda sama sekali tidak mengetahui identitas (< 25 %) anggota kelompok anda.

Partisipasi

55 . Apakah anda hadir dalam pertemuan rutin kelompok ?

a. Selalu, apabila anda hadir pada setiap (100%) pertemuan kelompok b. Sering, apabila anda hadir > 75% pertemuan kelompok

c. Kadang-kadang, apabila anda hadir > 50% pertemuan kelompok d. Jarang, apabila anda hadir >25% pertemuan kelompok

e. Tidak pernah, apabila anda tidak sekalipun menghadiri pertemuan kelompok 56. Apakah kelompok (KSM) bermanfaat bag! anda ?


(6)

a. Sangat bermanfaat, apabila KSM selalu dapat membantu masalah anda dan menambah wawasan anda

b. Bermanfaat, apabila KSM dapat membantu masalah anda c. Ragu-ragu/tidak tahu

d. Tidak bermanfaat, apabila KSM tidak dapat membantu masalah anda

e. Sangat tidak bermanfaat, apabila KSM tidak pernah membantu ^masalah anda dan tidak menambah wawasan anda.

Sekian dan Terima Kasih

Tanggal dan Waktu Wawancara : Tempat Wawancara : Pewawancara : Catatan Wawancara :