BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH SEBAGAI
KONSUMEN KARTU KREDIT
A. Kedudukan Hukum Nasabah sebagai Konsumen Kartu Kredit
Nasabah, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah :
97
1. Orang yang biasa berhubungan dengan atau menjadi pelanggan bank
dalam hal keuangan; 2.
Orang yang menjadi tanggungan asuransi Menurut Kamus Perbankan, nasabah memiliki arti sebagai orang atau
badan yang mempunyai rekening simpanan atau pinjaman pada bank. Selain itu, nasabah juga merupakan orang yang biasa berhubungan dengan atau menjadi
pelanggan bank. Menurut Wikipedia, nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank,
baik itu untuk keperluannya sendiri maupun sebagai perantara bagi keperluan pihak lain.
Menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank. Berdasarkan UU Perbankan, nasabah dapat
dibagi menjadi dua yakni nasabah penyimpan nasabah kreditur dan nasabah peminjam nasabah debitur. Nasabah penyimpan adalah nasabah yang
menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan. Nasabah debitur adalah nasabah yang
97
Lukman Santoso AZ, Op. Cit., hlm. 26
memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang
bersangkutan. Berdasarkan Pasal 2 angka 2 PBI No 77PBI2005 jo No 1010PBI2008
tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah, nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank, termasuk pihak yang tidak memiliki rekening namun
memanfaatkan jasa bank untuk melakukan transaksi keuangan walk-in customer. Dalam praktek perbankan, dikenal tiga macam nasabah.
98
Dari beberapa pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa nasabah merupakan konsumen dari pelayanan jasa perbankan karena nasabah adalah pihak
yang menggunakan produk-produk pelayanan jasa perbankan. Pertama,
nasabah deposan yakni nasabah yang menyimpan dananya pada suatu bank, misalnya dalam bentuk deposito atau tabungan lainnya. Kedua, nasabah yang
memanfaatkan fasilitas kredit perbankan, misalnya kredit usaha kecil, kredit pemilikan rumah KPR dan lain sebagainya. Ketiga, nasabah yang melakukan
transaksi dengan pihak lain melalui bank walk-in customer, misalnya transaksi antara importir dan eksportir.
99
98
Ibid., hlm. 27
99
Lukman Santoso AZ, Op. Cit., hlm. 83
Dengan kata lain, dengan digunakannya produk-produk pelayanan jasa perbankan yang salah
satunya adalah kartu kredit, maka nasabah yang menggunakan kartu kredit disebut juga sebagai konsumen kartu kredit. Nasabah bank menurut Pasal 1 angka 2 UU
No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah juga konsumen, yaitu setiap pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik untuk
kepentingan diri sendiri, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Nasabah bank sebagaimana dikaitkan dengan kedudukannya sebagai subjek hukum dapat berupa orang dan badan hukum.
100
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
Nasabah bank sebagai orang dapat terbagi menjadi orang yang dewasa dan orang yang belum dewasa.
Perjanjian yang dibuat antara bank dan nasabah yang belum dewasa telah memiliki konsekuensi hukum yang berbeda yang diakibatkannya. Konsekuensi
tersebut ialah bahwa perjanjian itu tidak memenuhi persyaratan sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata yaitu syarat perjanjian itu
dilaksanakan oleh pihak yang cakap untuk membuat perjanjian. Pasal 1320 KUHPerdata menyebutkan ada empat syarat sahnya suatu
perjanjian, yaitu :
2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal
Dalam hukum perdata apabila suatu perjanjian dilakukan oleh pihak yang belum dewasa maka perjanjian itu tidak memenuhi persyaratan subjektif yang
berakibat perjanjian dapat dibatalkan. Artinya, perjanjian itu dapat dibatalkan oleh pihak yang dapat mewakili anak yang belum dewasa yaitu orangtua atau walinya
melalui gugatan pembatalan. Dengan kata lain, apabila orangtua dari anak tersebut tidak mengajukan gugatan pembatalan, maka perjanjian tetap sah dan mengikat.
100
Ibid., hlm. 28
Nasabah yang telah dewasa diperbolehkan untuk nasabah kredit atau giro. Hal ini dikarenakan dalam hal pemberian kredit dan atau pembukaan rekening giro
mempunyai risiko bank yang sangat besar. Nasabah berupa badan hukum perlu memperhatikan aspek legalitas badan
hukum tersebut serta kewenangan bertindak dari pihak yang berhubungan dengan bank.
101
B. Hubungan Hukum antara Nasabah, Bank dan Merchant