Faktor-faktor Penghambat dalam Memberikan Perlindungan Hukum

a. batas paling banyak nilai nominal dana untuk penarikan tunai melalui mesin ATM baik menggunakan Kartu ATM atau Kartu Kredit adalah sebesar Rp 10.000.000,00 sepuluh juta Rupiah tiap rekening dalam satu hari. b. batas paling banyak nilai nominal dana yang dapat ditransfer antar Penerbit Kartu ATM melalui mesin ATM adalah sebesar Rp 25.000.000,00 dua puluh lima juta Rupiah tiap rekening dalam satu hari dengan ketentuan sebagai berikut: 1 batas paling banyak nilai nominal dana berlaku untuk transfer dana antar Penerbit melalui mesin ATM dimana rekening pengirim dan rekening penerima berada pada Penerbit yang berbeda; dan 2 batas paling banyak nilai nominal dana tidak berlaku untuk transfer dana intra Penerbit Kartu ATM dimana rekening pengirim dan penerima berada pada Penerbit yang sama. Sebagai peningkatan keamanan dalam menggunakan kartu kredit, Bank Indonesia melalui SEBI tersebut juga telah memuat ketentuan baru yakni Penggunaan teknologi PIN paling kurang 6 enam digit sebagai sarana verifikasi dan autentikasi pada Kartu Kredit. Penerbit Kartu Kredit di Indonesia wajib telah mengimplementasikan teknologi PIN paling kurang 6 enam digit baik untuk Kartu Kredit baru maupun penggantian Kartu Kredit lama renewal paling lambat pada tanggal 31 Desember 2014.

D. Faktor-faktor Penghambat dalam Memberikan Perlindungan Hukum

terhadap Nasabah sebagai Konsumen Kartu Kredit Perlindungan hukum yang diberikan kepada nasabah sebagai konsumen kartu kredit tidak serta merta dapat dilaksanakan. Ada beberapa faktor penghambat yang dapat mempengaruhi perlindungan hukum terhadap nasabah, yakni : 122 122 Trias Palupi Kurianingrum, “Perlindungan Nasabah Kartu Kredit Ditinjau dari Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen”, Tesis, Universitas Diponegoro, 2008, hlm. 175 1. Dilihat dari sisi pelaku usaha Konsumen memiliki hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan atau jasa. Oleh karena itu, bank dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabahnya dengan tetap memperhatikan prinsip perlindungan nasabah dan prinsip kehati-hatian. Namun, guna memberikan pelayanan yang terbaik itu tidak menutup kemungkinan adanya human error yang dilakukan oleh pegawai bank, misalnya dalam hal billing statement ringkasan tagihan pada penggunaan kartu kredit yang terlambat diterima oleh nasabah. Dalam hal ini, bank harus bertangggung jawab atas kerugian yang diderita nasabah karena keterlambatan itu mengakibatkan semakin besarnya jumlah biaya berikut bunga yang bertambah yang harus dikeluarkan oleh nasabah. 123 2. Dilihat dari sisi nasabah sebagai konsumen Telah kita ketahui bersama bahwa nasabah memiliki posisi atau kedudukan yang lemah bila dibandingkan dengan posisi atau kedudukan bank. Dengan posisi dan kedudukan seperti ini, nasabah dituntut untuk lebih bijak bertindak dalam melakukan suatu tindakan yang berkenaan dengan jasa perbankan. Kelalaian nasabah seperti tidak memperhatikan informasi dengan jelas dan lengkap mengenai suatu produk perbankan dan tidak telitinya nasabah dalam mengisi suatu formulir atau aplikasi dan 123 Beni Sindhunata, “Pentingnya Aplikasi Informasi untuk Perbankan” diakses dari http:www.investor.co.idhomepentingnya-aplikasi-teknologi-informasi-untuk-perbankan14893 pada tanggal 3 Juli 2012 kurang memperhatikan klausul-klausul yang tertuang dalam perjanjian sebelum menandatangani perjanjian tersebut menjadikan nasabah berada dalam posisi yang sulit bila memiliki masalah dengan pihak bank. Adalah suatu kewajiban bagi nasabah bank untuk membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan atau jasa demi keamanan dan keselamatan Pasal 5 butir a UUPK. 3. Dilihat dari faktor lain Kemajuan perbankan sangat dipengaruhi oleh penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi. Pada penggunaan kartu kredit, bank yang dulunya menggunakan magnetic stripe, di masa sekarang dituntut untuk menggunakan teknologi Chip pada semua kartu kredit. Penggunaan magnetic stripe perlu diubah dengan Chip karena dengan menggunakan magnetic stripe, data yang tersimpan pada magnetic stripe yang sudah berhasil disimpan dalam skimmer akan mudah dipalsukan apabila kemudian dicetak ke dalam kartu yang lain. Implementasi teknologi Chip akan mengubah metode bertransaksi bagi pengguna kartu kredit yang semula di-swipe atau digesek menjadi di-dip atau dimasukkan ke alat penerima transaksi kartu kredit atau lebih dikenal dengan Electronic Data Capture EDC. 124 124 www.google.comPeningkatan-Keamanan-Kartu-Kredit-dengan-Teknologi Kemajuan penggunaan teknologi pada kartu kredit turut mempengaruhi timbulnya tindak pidana seperti pemalsuan kartu, penipuan bahkan pembobolan rekening.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas yang menjelaskan Perlindungan Hukum terhadap Nasabah sebagai Konsumen Kartu Kredit, maka