3. Implikasi untuk Asuhan Kebidanan Pendidikan Kebidanan
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja puteri memiliki status gizi baik, namun mengalami kejadian Premenstrual Syndrome PMS.
Oleh karena itu diharapkan tenaga kesehatan bidan memberikan asuhan kebidanan pendidikan kesehatan pada remaja puteri dalam upaya penanggulangan kejadian
Premenstrual Syndrome PMS yang dihadapi oleh para remaja puteri tersebut dengan tetap mempertahankan status gizinya yang sudah baik, sehingga derajat kesehatan
remaja puteri semakin meningkat dan segala kegiatan maupun aktivitas yang dilakukan berjalan dengan lancar.
41
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 165 orang remaja puteri siswi di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun 2012, maka peneliti dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Berdasarkan karakteristik responden dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berada pada umur 13 tahun yaitu sebanyak 57 orang 34,5 dan
sebagian kecil berada pada umur 11 tahun yaitu sebanyak 1 orang 0,6. Berdasarkan tingkat kelas responden mayoritas berada di kelas tiga yaitu
sebanyak 80 orang 48,5. 2.
Dari 165 orang remaja puteri siswi di SMP Negeri 3 Berastagi mayoritas memiliki status gizi baik berjumlah 118 orang 71,5, sedangkan remaja
puteri siswi yang memiliki status gizi yang kurang berjumlah 47 orang 28,5.
3. Dari 165 orang remaja puteri siswi di SMP Negeri 3 Berastagi mayoritas
mengalami kejadian Premenstrual Syndrome PMS berjumlah 108 orang 65,5 dan sebagian kecil yang tidak mengalami kejadian Premenstrual
Syndrome PMS berjumlah 57 orang 34,5. 4.
Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi square didapat bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan
kejadian Premenstrual Syndrome PMS pada remaja puteri siswi di SMP Negeri 3 Berastagi tahun 2012 dengan nilai p value = 0,175 p 0,05,
sehingga Ho gagal ditolak.
42
B. Saran
1. Bagi peneliti sendiri agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang status gizi
dan kejadian Premenstrual Syndrome PMS untuk penelitian berikutnya apabila melanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi.
2. Bagi institusi pendidikan agar mempersiapkan mahasiswa bidan dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan wawasannya terutama mengenai hubungan status gizi dengan kejadian Premenstrual Syndrome PMS.
3. Bagi profesi kebidanan agar mampu mengkaji, menganalisa, mendiagnosa,
dan memberikan perawatan dengan baik pada setiap wanita yang mengalami kejadian Premenstrual Syndrome PMS.
4. Bagi para remaja puteri agar lebih memperhatikan dan mengatur kebutuhan
gizi lewat makanan yang dikonsumsi setiap hari, sehingga dapat
meminimalkan kejadian Premenstrual Syndrome PMS.
43