Interpretasi dan Diskusi Hasil
mengalami gejala – gejala yang sama dan kekuatan Premenstrual Syndrome PMS yang sama sebagaimana dialami oleh wanita yang lebih tua.
Berdasarkan teori yang ada bahwa Premenstrual Syndrome PMS adalah kombinasi gejala yang terjadi sebelum haid dan menghilang dengan keluarnya darah
menstruasi serta dialami oleh banyak wanita setiap siklus menstruasinya Brunner and Sunddart, 2001.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai Kejadian Premenstrual Syndrome PMS terhadap 165 orang responden sesuai dengan hasil penelitian terdahulu
yang pernah diteliti oleh orang lain dan sesuai dengan tinjauan teoritis yang mendukung adanya kejadian Premenstrual Syndrome PMS pada remaja puteri yang terjadi sebelum
haid dan menghilang dengan keluarnya darah menstruasi serta dialami oleh banyak wanita setiap siklus menstruasinya.
1.3. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Premenstrual Syndrome pada Remaja Puteri di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun 2012
Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi square pada hubungan status gizi dengan kejadian Premenstrual Syndrome PMS pada remaja puteri di SMP
Negeri 3 Berastagi Tahun 2012 dengan taraf signifikan 5 dan nilai p-value 0,175 atau dengan rumus Continuity correction
pada nilai α =0,05 dan df = 1 didapat nilai p = 0,175 p
≥ 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian Premenstual Syndrome PMS pada remaja
puteri di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun 2012. Berdasarkan hasil penelitian Setyarini 2010 menemukan bahwa ada hubungan
antara status gizi dengan kejadian Premenstrual Syndrome PMS dengan menggunakan
38
desain penelitian analitik cross sectional dengan menggunakan data primer. Jumlah sampel 186 responden diambil secara ranom sampling. Hasil analisa menggunakan Uji
mann Whit ney dengan taraf signifikan α = 0,05. Dari hasil penelitian yang diperoleh
bahwa sebagian besar Premenstrual Syndrome PMS yang dialami oleh responden mempunyai status gizi kurang dengan nilai p = 0,011.
Menurut teori yang ada bahwa ada hubungan antara status gizi dengan kejadian Premenstrual Syndrome PMS, di mana gizi kurang atau terbatas selain akan
mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh, juga akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi yang berpengaruh terhadap kejadian Premenstrual Syndrome PMS,
tetapi akan membaik bila asupan nutrisinya baik. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 165 orang responden di SMP Negeri 3 Berastagi tahun 2012 dapat dilihat
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian Premenstrual Syndrome PMS.
Hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti tidak sesuai dengan teori yang sebenarnya serta hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya
yang diteliti oleh Setyarini 2010. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor jumlah responden atau banyak sedikitnya jumlah responden yang
berpengaruh terhadap hasil penelitian, perbedaan cara pemilihan sampel penelitian, perbedaan kriteria sampel, dan metode yang digunakan.
Dapat disimpulkan bahwa Kejadian Premenstrual Syndrome PMS yang dialami responden tidak hanya dipengaruhi oleh status gizinya, tetapi dapat juga dipengaruhi
oleh penyebab premenstrual syndrome PMS yang lain meliputi: ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesterone kelebihan estrogen atau kekurangan
progesteron dalam fase luteal dari siklus menstruasi, faktor-faktor evolusi dan genetik,
39
gangguan fungsi serotin, jumlah prolaktin yang terlalu banyak dapat mengganggu mekanisme tubuh yang mengontrol, produksi estrogen dan progesteron, kelebihan atau
defisiensi kortison dan androgen, kelebihan hormon anti dieresis, abnormalitas sekresi opiate endrogen atau melatonin, defisiensi vitamin A, B
1
, B
6
atau mineral seperti magnesium, hipoglikemia reaktif, alergi hormone, toksi haid, stres dan masalah
emosional, masalah social, gaya hidup, misalya kurang olahraga, diet tinggi gula, minum alkohol, konsumsi tinggi garam.