Tinjauan Umum Tentang Jaminan

BAB II LEMBAGA JAMINAN PEMBEBANAN DEPOSITO SEBAGAI

JAMINAN KREDIT

A. Tinjauan Umum Tentang Jaminan

Pentingnya jaminan dalam perjanjian kredit bank adalah sebagai salah satu sarana perlindungan hukum bagi keamanan bank dalam mengatasi risiko, yaitu agar terdapat suatu kepastian bahwa nasabah debitor akan melunasi pinjamannya. Dalam Penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 disebutkan bahwa jaminan pemberian kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitor untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, bank melakukan penilaian atas jaminan collateral 26 sebelum memberikan kredit kepada nasabah debitor dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian. 27 Kerangka hukum jaminan dalam KUH Perdata diatur dalam Buku II Hukum Benda, Bab ke-19, Bagian Kesatu, Pasal 1131 yang berbunyi “ Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan ” . Selanjutnya Pasal 1132 berbunyi “ Kebendaan tersebut 26 Collateral is the proverty subject to a security interest, and includes accounts and chattel paper which have been sold. Lihat Steven Emanuel, Secured Transaction, Larchmont NY: Harvard Law School, 1976, h. 5. 27 W.S.Weerasooria, Banking Law and Financial System in Australia, Australia: Butterworths, 1993, h. 554. Universitas Sumatera Utara menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya; pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila di antara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan. 28 Dalam Pasal 1131 KUH Perdata terjemahan R. Subekti dan Tjitrosudibio tersebut di atas, kata “tanggungan” adalah terjemahan dari “aansprakelijk”. Sebenarnya yang lebih tepat dipakai bukan tanggungan melainkan tanggung jawab atau tanggung gugat, 29 Demikian juga kata “waarborg” seharusnya diterjemahkan sebagai penjamin atau penanggung bukan jaminan. 30 Adakalanya kata “borg” 31 dapat diartikan sebagai agunan yang sama maknanya dengan jaminan. 32 Deposito termasuk di dalam jenis benda bergerak tak bertubuh atau lebih dikenal dengan piutang, oleh karena itu dari ketiga lembaga yang ada, peneliti mencoba Jadi “borg” tidak sama maknanya dengan “waarborg”. Berdasarkan jenis lembaga jaminan deposito yang diatur oleh KUHPerdata, adapun untuk lembaga jaminan kelembagaan ini dikenal dua macam, yaitu : gadai, cessie. 28 Dalam bahasa Belanda Pasal 1131 tersebut berbunyi “Alle de roerende en onroerende goederen van den schuldenaar, zoo wel tegenwoordige als toekomstige, zijn voor deszelfs persoonlijke verbintenissen aansprakelijke”. Pasal 1132 berbunyi “Die goedern strekken tot gemeenschappelijken waarborg voor zijne schuldeischers; delzelver opbrengst wordt onder hen, pondspondsgelijk, naar evenredigheid van eens eiders inschuld, verdeeld, ten ware er tusschen de schuldeischers wettige redenen van voorrang mogten bestaan” 29 Marjanne Termorshuizen, Kamus Hukum Belanda Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1999, hal. 6. 30 Ibid., h. 524. 31 Ibid., h. 69. 32 Lihat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1990, h. 11 dan 348. Istilah “jaminan” dijumpai dalam Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 yang diartikan harus bersifat kebendaan zakelijk, yang mempunyai akibat kebendaan yang dinamakan hak preferensi droit de preference dan hak mengikuti bendanya droit de suite Universitas Sumatera Utara membandingkan manakah yang lebih effisien untuk dipakai di dalam praktek penjaminannya.

1. Gadai a. Pengertian Gadai

Deposito termasuk dalam katagori benda bergerak yang tidak berwujud, sehingga atasnya dapat dibebani hak gadai. Terhadap gadai atas benda bergerak tersebut maka hukum yang berlaku adalah ketentuan hukum KUH Perdata Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160. Pemberian gadai pada dasarnya adalah suatu jaminan dalam pelaksanaan suatu prestasi yang akan diberikan oleh debitur untuk masa yang akan datang mengingat bahwa gadai memberikan kekuasaan kepada pemegang gadai untuk mengambil pelunasan dari barang gadai secara didahulukan. 33 “Hak gadai atas benda-benda bergerak dan atas piutang-piutang bahwa diletakkan dengan membawa barang gadainya dibawah kekuasaan si berpiutang atau seseorang pihak ketiga, tentang siapa telah disetujui oleh kedua belah pihak”. Hak gadai terjadi dengan penyerahan benda gadai secara nyata, sehingga benda tersebut berada di bawah kekuasaan kreditur. Hak kebendaan jaminan atas benda bergerak itu ada pada pemegang gadai. Hal tersebut tercantum dalam Pasal 1152 ayat 1 KUH Perdata, yaitu: 33 Budi Untung, kredit perbankan Di Indonesia,Andi, Yokyakarta,tahun 2000, hal 86 Universitas Sumatera Utara Gadai merupakan perjanjian accecoir, maksudnya adalah bahwa sebelum diadakan perjanjian gadai, terlebih dahulu harus ada perjanjian kredit sebagai perjanjian pokoknya. Menurut ketentuan Pasal 1150 bahwa pihak yang mengadaikan disebut “pemberi gadai” dan pihak yang menerima gadai disebut “penerima atau pemegang gadai”. Pasal 1150 KUH Perdata mendefinisikan gadai sebagai berikut : “ Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang –orang berpiutang lainnya; dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan ”. Selanjutnya, Volmar dengan bahasanya sendiri, ia memberikan pengertian gadai adalah : “Sebuah hak atas benda bergerak milik orang lain yang dimaksud tujuannya bukan memberikan kepada orang yang berhak terhadap gadai itu penerima gadai nikmat benda tersebut, tetapi hanyalah untuk memberikan kepadanya jaminan tertentu bagi pelunasan suatu barang”. 34 Dari perumusan di atas dapat disimpulkan bahwa gadai adalah suatu hak kebendaan yang mempunyai objek berupa benda bergerak yang berwujud dan tidak berwujud yang penyerahannya dilakukan oleh debitur atau orang lain atas nama debiturpihak ketiga dengan fungsi untuk menjamin pemenuhan piutang kreditur, 34 Volmar,pengantar study Hukum Perdata, Jilid I, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Tahun 1994, hal 310 Universitas Sumatera Utara dimana gadai mempunyai hak untuk didahulukan hak preferen dari kreditur-kreditur lainnya, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang. 35 Di dalam perjanjian gadai terdapat beberapa unsur yuridis yang terdapat dalam pelaksanaan perjanjian gadai antara lain :

b. Unsur-unsur Yuridis Dari Perjanjian Gadai

36 1. obyek gadai adalah barang bergerak 2. subyek gadai adalah perorangan atau badan usaha 3. syarat gadai bahwa benda gadai harus diserahkan kepada kreditor inbezitstelling 4. pihak yang menyerahkan barang adalah debitor atau kuasanya 5. kreditor gadai mempunyai hak didahulukan penagihannya dari kreditor-kreditor lainnya 6. pengecualian atas hak didahulukan meliputi 2 dua hal yaitu biaya lelang dan biaya penyelamatan barang. Barang bergerak yang menjadi obyek gadai meliputi barang bergerak berwujud dan barang bergerak tidak berwujud. 37 35 Ibid. 36 Tan Kamello, Karakter Hukum Perdata Dalam Fungsi Perbankan Melalui Hubungan Antara Bank dengan Nasabah, Kampus USU 2 September 2006. 37 Lihat Pasal 1152 bis dan 1153 KUHPerdata. Tidak sah perjanjian gadai apabila obyek gadai tidak dilepaskan dari kekuasaan debitor. Benda jaminan gadai tidak dibolehkan berada dalam tangan debitur, walaupun hal tersebut diperjanjikan, karena sangat bertentangan dengan prinsip gadai. Larangan ini sekaligus menunjukkan pula bahwa perjanjian gadai bersifat riil. Mahkamah Agung dalam salah satu pertimbangan hukumnya menetapkan bahwa dalam Universitas Sumatera Utara hubungan “ pand ” gadai, pemilikan atas barang jaminan tetap berada pada debitor, namun penguasaan secara fisik atas barang tersebut berada di tangan kreditor. 38 Cessie adalah suatu cara pengalihan piutang atas nama yang diatur dalam Pasal 613 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Pengalihan ini terjadi atas dasar suatu peristiwa perdata, seperti perjanjian jual-beli antara kreditor lama dengan calon kreditor baru.

2. Cessie a. Pengertian Cessie

39 Cessie atau pengalihan hak atas kebendaan tak bertubuh intangible goods kepada pihak ketiga. Kebendaan tak bertubuh di sini biasa berbentuk piutang atas nama. Cessie dapat dilakukan melalui akta otentik atau akta bawah tangan. Syarat utama keabsahan cessie adalah pemberitahuan cessie tersebut kepada pihak terhutang untuk disetujui dan diakuinya. Pihak terhutang di sini adalah pihak terhadap mana si berpiutang memiliki tagihan. Pengaturan mengenai cessie diatur dalam Pasal 613 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia.Dalam praktek transaksi bisnis di Indonesia saat ini, akta cessie biasa dibuat dalam bentuk Assignment Deed. Hal pokok yang diatur dalam Assignment Deed adalah sebagai berikut: 40 a. Para pihak, yaitu pihak yang memiliki piutang Transferor dan pihak yang akan menerima pengalihan piutang transferee; 38 Varia Peradilan, Majalah Hukum Tahun III, No. 34, IKAHI, 1988, h . 11. 39 Suharnoko dan Endah Hartati, Doktrin, Subrogasi, Novasi dan Cessie, Jakarta : Prenada Media, 2005, Hal. 101. 40 http:one.indoskripsi.com diakses pada tanggal 2 januari 2010. Universitas Sumatera Utara b. Pernyataan pengalihan piutang oleh Transferor kepada Transferee dan pernyataan penerimaan pengalihan piutang tersebut oleh Transferee dari Transferor; c. Syarat adanya pemberitahuan dari Transferor kepada pihak yang berhutang dan penegasan si berhutang ini bahwa ia menerima pengalihan hutangnya atau piutang si Transferor kepada Transferee. Sedangkan dalam praktek, dasar diadakannya cessie ini adalah sebagaimana ketentuan penyerahan piutang yang diatur dalam KUH Perdata, khususnya terdapat dalam Pasal 613, yaitu : “Penyerahan akan piutang atas nama dan kehendak tak bertubuh lainnya, dilakukan dengan jalan membuat suatu akta otentik atau dibawah tangan dengan mana hak-hak atas kebendaan itu dilimpahkan kepada orang lain”. Penyerahan yang demikian bagi si berutang tiada akibatnya melainkan setelah penyerahan itu diberikan kepadanya, atau secara tertulis disetujui dan diakuinya. Penyerahan tiap-tiap piutang karena surat-bawa dilakukan dengan penyerahan surat itu; penyerahan tiap-tiap pitang karena surat tunjuk dilakukan dengan penyerahan surat disertai dengan endorsement”. 41 Menurut Budi Untung lebih lanjut dapat dikemukakan bahwa berlakunya secara yuridis formal suatu cessie adalah memenuhi tiga pensyaratan minimal, yaitu : Dari Bunyi Pasal tersebut di atas, maka cessie jaminan hanya dibebankan atas piutang atas bawa, oleh karena itu bilyet deposito yang termasuk sebagai piutang atas nama dapat dibebankan dengan cessie. 41 Budi Untung, Budi Untung, Kredit Perbankan Di Indonesia,Andi, Yokyakarta,tahun 2000, hal 100. Universitas Sumatera Utara 1. Atas pengalihan piutangtagihan tersebut haruslah dilakukan dengan suatu perjanjian cessie baik dengan akta otentik maupun akta di bawah tangan. 2. Adanya pemebritahuan, persetujuan dan pengakuan dari si tertagih bahwa hak atas piutangtagihan sebelumnya tersebut telah dialihkan kepada pihak lain. 3. Adanya penyerahan nyata atas bukti kepemilikan atas piutang tagihan tersebut dari yang berhak sebelumnya kepada yang menerima hak atas piutangtagihan tersebut. 42 Untuk kepentingan dan keamanan bank, ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh kreditur sebelum suatu piutangtagihan diterima dan diikat sebagai jaminan yaitu : 1. Kepastian jumlah tagihan, buktidasar adanya tagihan tersebut serta tanggal jatuh tempo penagihan; 2. Adanya pemberutahuan,persetujuan dan pengakuan dari pihak tertagih mengenai pengalihan tagihan tersebut kepada bank; 3. Untuk setiap pengalihan tagihan tersebut selain harus ada penyerahan nyata atas kepemilikannya, juga harus ada perjanjian pengalihan tersebut, baik dengan akta otentik ataupun dengan akta di bawah tangan. 43 Akan tetapi dalam praktek perbankan sekarang berdasarkan hasil penelitian bahwa pada PT. Bank Mandiri Persero Tbk, pengikatan kredit dengan jaminan deposito tidak memakai lembaga jaminan cessie akan tetapi pengikatannya cukup 42 Ibid,hal 101 43 Ibid Universitas Sumatera Utara dilakukan dengan lembaga jaminan gadai, yang sudah pasti terjamin dan akurat dalam hal pencairannya. 44 Pengertian deposito disebut dalam pasal 1 angka 7 UU Perbankan. Pasal tersebut menyatakan bahwa “Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank”

B. Pengertian Tentang Deposito Sebagai Jaminan Kredit 1. Pengertian Deposito