Perjanjian Pada Umumnya Tinjauan Hukum Tentang Pemberian Kredit dengan Jaminan Deposito (Studi Pada Bank Mandiri Medan)

3. Menentukan kriteria nasabah kredit yang diberikan, berdasar pada kriteria nasabah yang jelas. 57

B. Perjanjian Pada Umumnya

Dalam sistem Hukum Perdata Indonesia, perikatan dapat timbul dari dua hal, yaitu pertama dari perjanjian atau kesepakatan para pihak dan kedua yaitu yang timbulnya karena Undang-Undang. Perikatan diartikan sebagai perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain pemenuhan prestasi dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu kontra prestasi. Hukum perjanjian dalam KUH Perdata menganut asas konsensualisme. Konsensualisme berasal dari akar kata konsensus yang berarti sepakat. Kesepakatan dapat berupa suatu perjanjian tertulis, atau lisan atau kebiasaan yang terjadi dalam satu sifat atau lingkup transaksi tertentu 58 Perjanjian pada umumnya bersifat bilateral dan timbal balik, artinya suatu pihak yang memperoleh hak-hak dari perjanjian itu, juga menerima kewajiban-kewajiban yang merupakan kebalikan dari hak hak yang diperolehnya. Sebaliknya suatu pihak Pihak yang berhak menuntut prestasi kreditur mendapatkan perlindungan hukum untuk meminta pemenuhan, atau pemulihan atau ganti rugi dalam hal pihak yang harus memenuhi prestasi debitur dalam keadaan tidak dapat baik karena tidak mampu atau sebab lainnya memenuhi prestasi dimaksud. 57 Ibid 58 R. Subekti, Aneka Perjanjian, cetakan ke 10, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal. 3 Universitas Sumatera Utara yang memikul kewajiban kewajiban juga memperoleh hak-hak yang dianggap merupakan kebalikan dari kewajiban yang dibebankan padanya. 59 Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab terdahulu bahwa perjanjian atau perikatan diatur dalam buku III KUH Perdata, salah satu sarjana kita menyebutkan bahwa “perjanjian atau perikatan atau verbintenis mengandung pengertian suatu hubungan Hukum Kekayaanharta benda antara dua orang atau lebih, yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada para pihak lain untuk menunaikan prestasi”. 60 59 R. Subekti, Hukum Perjanjian, cetakan ke 21, PT Intermasa, Jakarta 2005, hal. 30 60 Mariam Darus Badrulzaman, Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, PT.Adytia Bhakti, Bandung 1983, hal 1 Dari pengertian singkat di atas di jumpai beberapa unsur yang memberi wujud pengertian perjanjian, yaitu: hubungan hukum rechsbetrekking yang menyangkut hukum kekayaan antara dua orang persoon atau lebih, yang memberi kepada satu pihak dan kewajiban kepada pihak lain tentang suatu prestasi. Perjanjianverbintenis adalah hubungan hukumrechsbetrekking yang oleh hukum itu sendiri diatur dan disahkan cara perhubungannya. Oleh karena itu perjanjian yang mengandung hubungan hukum antara peroranganpersoon adalah hal-hal yang terletak dan berada dalam lingkungan hukum.

1. Jenis-jenis Perjanjian

Menurut Abdulkadir Muhammad, membagi perjanjian ke dalam 4 jenis, yaitu : Universitas Sumatera Utara 1 Perjanjian timbal balik dan sepihak 2 Perjanjian bernama dan tidak bernama 3 Perjanjian obligator dan kebendaan 4 Perjanjian konsensual dan real. 61 Sedangkan menurut Mariam Darus Badrulzaman membedakan perjanjian menjadi 14 jenis adalah sebagai berikut : 1 Perjanjian timbal balik, adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pokok bagi kedua belah pihak, misalnya perjanjian jual beli. 2 Perjanjian cuma-cuma Pasal 1314 KUH Perdata, adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan suatu keuntungan pada pihak lain tanpa menerima suatu manfaat bagi dirinya sendiri. contoh dari perjanjian ini adalah perjanjian hibah. 3 Perjanjian atas beban, adalah perjanjian dimana terhadap prestasi dari pihak yang satu selalu terdapat kontraprestasi dari pihak lain, dan antara kedua prestasi itu ada hubungannya menurut hukum. 4 Perjanjian bernama benoemd overeenkomst, adalah perjanjian yang diatur dan telah mempunyai nama sendiri yang diberikan oleh pembuat undang- undang sebagaimana yang terdapat dalam Bab V sampai dengan Bab XVIII KUHPerdata. 5 Perjanjian tidak bernama onbenoemde overeenkomst, yaitu perjanjian- perjanjian yang tidak diatur dalam KUHPerdata tetapi terdapat ditengah- 61 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan , PT.Citra Aditya Bakti, Bandung Tahun 1990, hal 227-228 Universitas Sumatera Utara tengah masyarakat. Perjanjian jenis ini lahir didalam praktek disebabkan adanya asas kebebasan berkontrak, mengadakan perjanjian atau partij otonomi. Contoh perjanjian ini yang paling sering dipergunakan antara lain asalah perjanjian leasing dan perjanjian beli-sewa. 6 Perjanjian Obligator, yaitu perjanjian dimana para pihak sepakat mengikatkan diri untuk melakukan penyerahan suatu benda kepada pihak lain. 7 Perjanjian Kebendaan zakelijk overeenkomst, yaitu perjanjian dengan mana seseorang menyerahkan haknya atas sesuatu benda kepada pihak lain yang membebankan kewajiban obligasi pihak itu untuk menyerahkan benda tersebut kepada pihak lain levering. 8 Perjanjian Konsensual , yaitu perjanjian dimana diantara kedua belah pihak telah mencapai persesuaian kehendak untuk mengadakan perikatan. Menurut kitab undang-undang hukum perdata. Perjanjian ini sudah mempunyai kekuatan mengikat pasal 1338 KUHPerdata. 9 Perjanjian riil, yaitu perjanjian yang hanya berlaku sesudah terjadinya penyerahan barang. Misalnya perjanjian penitipan barang Pasal 1694 KUHPdt, pinjam pakai Pasal 1740 KUHPdt. 10 Perjanjian Liberatoir, yaitu perjanjian dimana para pihak membebaskan diri dari kewajiban yang ada, misalnya pembebasan utang kwijtschelding Pasal 1438 KUHPdt. 11 Perjanjian Pembuktian bewijs overeenkommst, yaitu perjanjian dimana para pihak menentukan pembuktian apakah yang berlaku diantara mereka. Universitas Sumatera Utara 12 Perjanjian Untung-untungan, yaitu perjanjian yang objeknya ditentukan kemudian. Misalnya perjanjian asuransi. 13 Perjanjian Publik, yaitu perjanjian yang sebagian atau seluruhnya dikuasai oleh hukum publik karena salah satu pihak yang bertindak adalah pemerintah dan pihak lainnya swasta. 14 Perjanjian campuran contractus sui generis, yaitu perjanjian yang mengandung bebagai unsur perjanjian. Misalnya pemilik hotel yang menyewakan kamar sewa-menyewa dan juga menyediakan makanan jual beli serta juga memberikan pelayanan. 62

2. Syarat sahnya suatu perjanjian

Dalam membuat suatu perjanjian harus meliputi seluruh syarat-syarat sahnya suatu perjanjian yang di dalamnya terdiri dari para subjek dan objek perjanjian. Pasal 1320 KUH Perdata merumuskan 4 syarat untuk sahnya perjanjian, ke empat syarat tersebut adalah : a. Adanya kata sepakat b. Pihak – pihak yang membuat perjanjian harus cakap bertindak dalam hukum. c. Isi perjanjian harus mengenai suatu perbuatan hukum tertentu atau harus memuat suatu prestasi yang dapat dilaksanakan. d. Isi perjanjian harus memuat suatu sebab yang halal. 62 Mariam Darus Badrulzaman, dkk., Perjanjian Kredit Bank, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, Tahun 1991, hal 66-69 Universitas Sumatera Utara Syarat pertama dan kedua di namakan sebagai syarat-syarat subjektif karena berhubungan dengan subjek perjanjian, sedangkan syarat ketiga dan keempat merupakan syarat objektif karena berhubungan dengan objek perjanjiannya. 63 63 Ibid 73

a. Sepakat

Sepakat diartikan sebagai pernyataan kehendak menyetujui, seia-sekata atau persesuaian kehendak dari kedua subjek mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian yang diadakan. Apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu, juga dihendaki oleh pihak yang lain, mereka menghendaki sesuatu yang sama secara timbal balik. Dalam kata sepakat ini, para pihak harus mempunyai kebebasan kehendak, artinya dalam mencapai atau menentukan kata sepakat tersebut para pihak tidak boleh mendapatkan sesuatu tekanan, yang mengakibatkan adanya cacat bagi perwujudan kehendak tersebut. Menurut Pasal 1321 KUH Perdata, ada tiga hal yang menyebabkan cacat kehendak dalam suatu perjanjian. Ketiga hal tersebut terlihat dalam rumusan pasalnya sebagai berikut “ tiada sepakat yang sah apabila sepakat itu diberikan karena kekhilafan, atau diperoleh dengan paksaan atau penipuan”. Selain kekhilafan dwaling, paksaan dwang ataupun penipuan bedrog, belakangan ini juga berkembang faham cacat kehendak juga bisa terjadi dalam hal penyalahgunaan keadaan misbruik van omstandigheden. Universitas Sumatera Utara Penyalahgunaan keadaan berlatarbelakang ketidak seimbangan keadaan mengenai keunggulan pihak yang satu terhadap yang lain. Dalam perkembangannya, penyalahgunaan keadaan ini bisa berwujud dalam hal keunggulan ekonomi, ataupun keunggulan kejiwaan, sehingga dengan keunggulan ini jika disalahgunakan oleh salah satu pihak akan melahirkan penyalahgunaan keadaan. 64 1. Keadaan-keadaan istimewa bijzondere omstandigheden, seperti keadaan darurat, ketergantungan, seroboh, jiwa yang kurang waras dan tidak berpengalaman. Menurut Panggabean, penyalahgunaan keadaan dapat terjadi jika memenuhi empat syarat, sebagai berikut : 2. Suatu hal yang nyata kenbaarheid, diisyaratkan bahwa salah satu pihak mengetahui atau semestinya mengetahui bahwa pihak karena keadaan istimewa tergerak hatinya untuk menutup suatu perjanjian. 3. Penyelahgunaan misbruik, salah satu pihak telah melaksanakan perjanjian itu walaupun dia mengetahui atau seharusnya mengerti bahwa dia seharusnya tidak melakukannya. 4. Hubungan kausal causaal verband, adalah penting bahwa tanpa menyalahgunakan keadaan itu maka perjanjian itu tidak akan ditutup. Penyalahgunaan keadaan itu berhubungan dengan terjadinya perjanjian, yang menyangkut keadaan-keadaan yang berperan untuk terjadinya suatu perjanjian 64 Ignatius Ridwan, Widyadharma, Hukum Perbankan , Ananta, Summary,Tahun 1995, hal 17 Universitas Sumatera Utara dimana memanfaatkan keadaan orang lain sedemikian rupa untuk membuat perjanjian itu disepakati. 65

b. Cakap

Orang yang membuat perjanjian itu harus cakap menurut hukum. Pada asasnya, setiap prang yang sudah dewasa atau akil-baliq dan sehat pikirannya adalah cakap menurut hukum. Pasal 1330 KUH Perdata disebut sebagai orang-orang yang tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian adalah: 1 Orang-orang yang belum dewasa; 2 Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan; 3 Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh Undang- undang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa Undang-undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu. KUH Perdata menyatakan bahwa orang-orang yang belum dewasa adalah orang- orang yang belum berumur 21 tahun danatau tidak telah menikah. Secara a contrario, menurut Satrio, menyimpulkan bahwa dewasa adalah mereka yang : 1 telah berumur 21 tahun; dan 2 telah menikah, termasuk mereka yang belum berumur 21 tahun tetapi telah menikah. 66 Orang di dalam pengampuan juga termasuk tidak cakap. Tetapi tentang pengampuan atau curatele ini harus diingatkan bahwa curatele tidak pernah terjadi demi hukum, tetapi selalu harus didasarkan atas permohonan sesuai Pasal 434 65 Hendry Panggabean, Penyalahgunaan Keadaan Sebagai Alasan Baru Untuk Membatalkan Perjanjian, PT. Liberty, Yogyakarta, 2001, hal 40 66 J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir dari Undang- Undang, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, Tahun 1995, hal 5 Universitas Sumatera Utara sampai dengan Pasal 445 KUH Perdata dan ia baru mulai berlaku sejak ada ketetapan pengadilan atas permohonan itu Pasal 446 KUH Perdata. Satrio menegaskan bahwa orang yang ditaruh di bawah pengampuan, disebabkan karena: 1 Gila sakit otak, dungu onnoozelheid, mata gelap rezernij; 2 Lemah akal zwakheid van vermogens; dan 3 Pemborosan. 67

c. Suatu hal tertentu

Hal tertentu artinya adalah objek perjanjian itu sendiri, yaitu apa yang diperjanjikan. Hak-hak dan kewajiban yang timbul dari perjanjian itu harus jelas disebutkan di dalamnya. Pasal 1333 KUH Perdata menyebutkan bahwa: “Suatu perjanjian harus mempunyai sebagai pokok suatu barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya. Tidaklah menjadi halangan bahwa jumlah barang tidak tentu, asal saja jumlah itu terkemudian dapat ditentukan atau dihitung”.

d. Sebab yang halal

Sebab yang halal bukan berarti sesuatu hal yang menyebabkan perjanjian itu dibuat, tetapi menunjuk kepada pokok atau substansi dari apa yang diperjanjikan itu harus halal adanya. Hukum perjanjian tidak mempermasalahkan motivasi apa yang 67 Ibid Universitas Sumatera Utara mencetuskan pembuatan perjanjian, tetapi kepada substansi atau isi dari pada perjanjian itu. Konsekuensi dari tidak dipenuhinya salah satu atau kedua syarat subjektif maka perjanjian dapat dibatalkan vernietigbaar atau voidable. Dalam hal ini salah satu pihak dapat memohonkan pembatalan perjanjian kepada hakim di pengadilan negari. Sepanjang perjanjian itu tidak dibatalkan oleh hakim, maka menurut subekti, perjanjian itu tetap mengikat para pihak sepanjang ada kesediaan para pihak. Sedangkan jika salah satu syarat objektif tidak terpenuhi maka perjanjian itu batal demi hukum nietig atau null and void artinya bahwa demi hukum, perjanjian itu tidak pernah lahir dan tidak pernah ada suatu perikatan apapun. 68 Perjanjian dianggap sah dan mengikat secara penuh bagi para pihak yang membuatnya sejauh tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum yang berlaku, tidak melanggar kesusilaan dan ketertiban umum. Perjanjian dianggap sah dan mengikat secara penuh bagi para pihak yang membuatnya sejauh tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum yang berlaku. 69 Hapusnya perjanjian harus benar-benar dibedakan dengan hapusnya perikatan, karena suatu perikatan dapat saja hapus sedangkan perjanjiannya yang merupakan salah satu sumbernya masih tetap ada. Oleh karena itu Jika membicarakan hapusnya

3. Berakhirnya Perjanjian

68 R. Subekti, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, Tahun 1990, hal 20 69 Ibid Universitas Sumatera Utara suatu perjanjian berarti tidak terlepas dari adanya pembatalan perjanjian, karena hal ini merupakan salah satu unsur dari hapusnya perjanjian. Perikatan jual beli misalnya, dimana di dalamnya terkandung dua prestasi perikatan yaitu perikatan untuk membayar dan perikatan untuk menyerahkan barang levering. Dengan dibayarnya harga jual beli, maka perikatan untuk membayar menjadi hapus. Tetapi hal tersebut belum menghapus perjanjian karena masih ada satu perikatan lagi yang belum dilakukan yaitu perikatan untuk menyerahkan barang. Jadi perikatan akan berakhir jika bermacam-macam perikatan yang terdapat dalam perjanjian itu telah dilaksanakan. 70 1 Pembayaran; Pasal 1381 KUH Perdata menyebutkan sepuluh macam alasan yang menyebabkan perikatan-perikatan dalam suatu perjanjian berakhir. Ke-sepuluh hal tersebut adalah : 2 Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan; 3 Pembaharuan utang; 4 Perjumpaan utang atau kompensasi; 5 Percampuran utang; 6 Pembebasan utang; 7 Musnahnya barang yang terutang; 8 Kebatalanpembatalan; 9 Berlakunya suatu syarat batal, dan 10 Lewatnya waktu. 71 70 Ibid, hal 26-28 71 R. Subekti, Hukum Perjanjian, Op.Cit, hal. 115. Universitas Sumatera Utara Sedangkan menurut Setiawan, suatu perjanjian dapat berakhir disebabkan karena hal-hal sebagai berikut 72 a. Ditentukan dalam perjanjian yang dilakukan oleh para pihak : b. Undang-undang menentukan batas berlakunya suatu perjanjian, contohnya ketentuan Pasal 1066 ayat 3 jo ayat 4 KUH Perdata dimana perjanjian untuk tidak mengadakan pemecahan harta oleh ahli waris hanya dapat dilakukan untuk jangka waktu 5 tahun c. Para pihak atau Undang-undang dapat menentukan bahwa dengan terjadinya peristiwa tertentu maka perjanjian akan hapus, contoh perjanjian pemberian kuasa, akan hapus dengan meninggalnya salah satu pihak Pasal 1813 KUH Perdata. d. Pernyataan menghentikan perjanjian. Hal ini hanya dapat dilakukan oleh kedua belah pihak untuk perjanjian-perjanjian bersifat sementara, seperti perjanjian kerja dan atau perjanjian sewa-menyewa. e. Perjanjian hapus karena putusan hakim f. Karena tujuan dari perjanjian itu telah tercapai g. Dengan persetujuan para pihak. Dimana dari berakhirnya statu perjanjian dapat di sebabkan oleh beberapa factor seperti yang telah di cantumkan di atas bahwasanya perjanjian dapat berakhir disebabkan oleh factor-faktor antara lain adanya kesepakantan untuk mengakhiri statu perjanjian tersebut dan juga factor yang mengharuskan perjanjian itu batal dengan sendirinya.. 4. Batalnya Perjanjian Mengenai Batalnya perjanjian yaitu suatu perjanjian dibuat dengan Tidak memenuhi syarat Pasal 1320 KUH Perdata, bisa berakibat kepada batal-nya Perjanjian Pembatalan bisa dibedakan ke-dalam 2 terminologi yang memiliki konsekuensi Yuridis, yaitu 73

a. Null and Void; Dari awal perjanjian itu telah batal, atau dianggap tidak

pernah ada, apabila syarat objektif tidak dipenuhi. Perjanjian itu batal : 72 R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Putra A, Bardin, Bandung, 1999, hal 69 73 http:www.hukumonline.comklinik_detail.asp?id=3520 diakses pad tanggal 13 januari 2009 pukul 17.00 Universitas Sumatera Utara demi hukum, dari semula tidak pernah ada dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan.

b. Voidable; bila salah satu syarat subyektif tidak dipenuhi, perjanjiannya

bukannya batal demi hukum, tetapi salah satu puhak dapat memintakan pembatalan itu. Perjanjiannya sendiri tetap mengikat kedua belah pihak, selama tidak dibatalkan oleh hakim atas permintaan pihak yang berhak meminta pembatalan tadi pihak yang tidak cakap atau pihak yang memberikan sepakatnya secara tidak bebas

C. Tinjauan kredit dan Perjanjian Kredit Bank