demi hukum, dari semula tidak pernah ada dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan.
b. Voidable; bila salah satu syarat subyektif tidak dipenuhi, perjanjiannya
bukannya batal demi hukum, tetapi salah satu puhak dapat memintakan pembatalan itu. Perjanjiannya sendiri tetap mengikat kedua belah pihak,
selama tidak dibatalkan oleh hakim atas permintaan pihak yang berhak meminta pembatalan tadi pihak yang tidak cakap atau pihak yang
memberikan sepakatnya secara tidak bebas
C. Tinjauan kredit dan Perjanjian Kredit Bank
1. Tinjauan Umum Tentang Kredit a. Pengertian Kredit
Pada dasarnya pemberian kredit dapat diberikan oleh siapa saja yang memiliki kemampuan untuk melalui perjanjian utang piutang antara pemberi utang kreditur di
satu pihak dan penerima pinjaman debitur dilain pihak. Setelah perjanjian tersebut disepakati, maka lahirlah kewajiban pada diri kreditur yaitu untuk menyerahkan uang
yang diperjanjikan kepada debitur dengan hak untuk menerima kembali uang itu dari debitur pada waktunya, disertai dengan bunga yang disepakati oleh kedua belah
pihak. Kata kredit berasal dari bahasa Romawi “credere” yang artinya “percaya. Dalam
bahasa Belanda istilahnya “vertrouwen” , dalam bahasa Inggris “belive” atau “trust” atau “confidence”, kesemuanya berarti percaya, secara umum kredit itu pula dapat
Universitas Sumatera Utara
diartikan sebagai “ the ability to borrow on the opinion conceived by the lender that he will be repaid.
74
Menurut OP. Simorangkir, kredit adalah pemberian prestasi misalnya uang, barang dengan balas prestasi kontraprestasi yang akan terjadi pada waktu yang
akan datang. Kehidupan ekonomi modern adalah prestasi uang, yang dengan demikian transaksi kredit menyangkut uang sebagai alat kredit. Kredit berfungsi
kooperatif antara di pemberi kredit dan si penerima kredit atau antara kreditur dan debitur. Mereka menarik keuntungan dan saling menanggung resiko. Singkatnya,
kredit dalam arti luas didasarkan atas componen kepercayaan, resiko dan pertukaran ekonomi di masa-masa mendatang.
75
74
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung Tahun 1991,, hal 23
75
OP. Simorangkir, Seluk Beluk Bank Komersial, Aksara Persada Indonesia, Jakarta, Tahun 1988, hal 91
Jika dihubungkan dengan Bank, maka terkandung pengertian bahwa bank selaku pemberi kredit percaya untuk meminjamkan sejumlah uang kepada nasabah karena
debitur dapat dipercaya kemampuannya untuk membayar lunas pinjamannya setelah jangka waktu tertentu. Sedangkan dalam masyarakat umum istilah kredit tidak asing
lagi dan bahkan dapat dikatakan popular atau merakyat sehingga dalam kehidupan sehari-hari sudah dicampur adukkan begitu saja dengan istilah hutang. Tetapi,
sungguhpun kata kredit sudah berkembang kemana-mana, dalam tahap apapun dan kemanapun arah perkembangannya, dalam setiap kata kredit tetap mengandung unsur
“kepercayaan”, yaitu bahwa debitur dapat membayar kredit kembali.
Universitas Sumatera Utara
Selain unsur kepercayaan pada kredit ada unsur lainnya yaitu mempunyai pertimbangan tolong menolong. Bila dilihat dari pihak kreditur, unsur penting dalam
kegiatan kredit Semarang ini adalah untuk mengambil keuntungan dari modal dengan mengambil kontraprestasi, sedangkan bila dipandang dari segi debitur adanya
bantuan dari kreditur untuk menutupi kebutuhan yang berupa prestasi. Hanya saja antara prestasi dan kontraprestasi tersebut ada suatu masa yang memisahkannya.
Kondisi ini mengakibatkan adanya resiko yang berupa ketidaktentuan, sehingga oleh karenanya diperlukan suatu jaminan dalam pemberian kredit tersebut.
76
Sebelum kredit dikucurkan, terlebih dahulu Bank akan melakukan penilaian melalui suatu prosedur terhadap nasabah yang memohon kredit untuk memperoleh
keyakinan bahwa kredit yang disalurkan pasti akan kembali. Penilaian tersebut mencakup kriteria-kriteria tertentu dan mempunyai ukuran-ukuran yang menjadi
standard setiap Bank. Penilaian oleh Bank adalah untuk mendapat nasabah yang benar-benar layak dilakukan melalui analisis 5C dan 7P.
b. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit
77
Character merupakan sifat atau watak calon debitur nasabah yang dilihat dari latar belakang pekerjaan ataupun yang bersifat pribadi seperti gaya hidup,
Penilaian dengan analisis 5C adalah sebagai berikut : 1. Character Watak
76
Mohammad Djumhana, Hukum Perbankan Di Indonesia, Citra Adytia Bhakti, Bandung Tahun 1998 hal 231.
77
Rahman, Hasanuddin, Aspek-aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti , Bandung, 1995, hal 32
Universitas Sumatera Utara
keadaan keluarga, hobby dan jiwa sosial nasabah. Berdasarkan sifat dan watak tersebut diambil suatu kesimpulan tentang kemampuan nasabah untuk membayar
kredit. 2. Capital Modal
Untuk mengetahui apakah penggunaan modal usaha oleh nasabah sudah efektif atau tidak. Hal ini dilihat dari laporan keuangan nasabah, serta melihat sumber-
sumber modal nasabah berapa persen modal sendiri dan modal pinjaman. 3. Capacity Kemampuan
Capacity merupakan analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah untuk membayar kredit. Kemampuan ini dilihat dari kemauan nasabah dalam mengelola
bisnis yang didasarkan pada latar belakang pendidikan dan pengalan dalam mengelola usahanya.
4. Condition Kondisi
Suatu penilaian untuk memprediksi kondisi ekonomi, social, politik untuk masa yang akan dating, juga menilai prospek bidang usaha yang akan dibiayai apakah
benar-benar baik sehingga kemingkinan kredit untuk macet relatif kecil. 5. Collateral Jaminan
Merupakan jaminan yang diberikan calon debitur, baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Biasanya nilai jaminan lebih besar dari jumlah kredit yang diberikan.
Jaminan juga perlu diteliti keabsahannya sehingga bila terjadi masalah, suatu jaminan tersebut dapat dipergunakan secepat mungkin.
78
78
Ibid, hal 33
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan penilaian 7P “Priciple” terdiri dari: 1.
Personality Penilaian nasabah dari segi kepribadiannya berdasarkan tingkah laku sehari-
hari maupun kepribadiannya dimasa lalu. 2.
Party Yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam golongan-golongan tertentu
berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Nasabah yang diklasifikasikan kedalam golongan tertentu akan memperoleh fasilitas yang berbeda dari bank.
3. Purpose
Penelitian untuk mengetahui tujuan nasabah untuk mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan nasabah mengajukan kredit dapat
bermacam-macam, misalnya untuk investasi, modal kerja, konsumsi, produksi dan lain-lain.
4. Prospect
Yaitu menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak.
5. Payment
Merupakan ukuran kemampuan nasabah untuk mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin
banyak sumber penghasilan nasabah semakin baik, sehingga apabila salah satu usahanya rugi dapat ditutupi dengan pendapatan dari usaha lainnya.
Universitas Sumatera Utara
6. Profitability
Untuk menganalisis sebagaimana kemampuan nasabah dalam memperoleh laba. Profitability diukur dari period eke periode apakah tetap sama atau semakin
meningkat. 7.
Protection Tujuannya adalah bagaimana untuk menjaga agar kredit yang diberikan mendapat
jaminan perlindungan sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman. Jaminan perlindungan yang diberikan nasabah dapat berupa jaminan barang, jaminan
orang atau jaminan asuransi.
79
Jenis kredit dapat dibedakan menurut berbagai kriteria, yaitu
c. Jenis Kredit secara umum
80
a Kredit perbankan kepada masyarakat untuk kegiatan usaha, dan atau
konsumsi. Kredit ini diberikan oleh bank pemerintah atau bank swasta kepada dunia usaha guna membiayai sebagian kebutuhan permodalan, dan
atau kredit dari bank kepada individu untuk membiayai pembelian kebutuhan hidup yang berupa barang maupun jasa.
: 1. Dari segi lembaga pemberi dan penerima kredit yang menyangkut
struktur pelaksanaan kredit di Indonesia, maka jenis kredit dapat digolongkan menjadi sebagai berikut :
79
Ibid, hal 34-35
80
Mohammad Djumhana, Op.Cit, hal 233-237
Universitas Sumatera Utara
b Kredit likuiditas, yaitu kredit yang diberikan oleh bank sentral kepada bank-
bank yang beroperasi di Indonesia, yang selanjutnya digunakan sebagai dana untuk membiayai kegiatan perkreditan.
c Kredit lansung, kredit ini diberikan oleh Bank Indonesia kepada lembaga
pemerintah, atau semi pemerintah. Misalnya BI memberikan kredit langsung kepada Bulog dalam rangka pelaksanaan program pengadaan pangan, atau
pemberian kredit langsung kepada pertamina, atau kepada pihak lainnya. 2.
Dari segi jangka waktu, kredit dikelompokkan mejadi : a
Kredit jangka pendek short term loan, yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum 1 tahun. Bentuknya dapat berupa kredit rekening koran, kredit
penjualan, kredit pembeli dan kredit wesel. b
Kredit jangka menengah medium term loan, yaitu kredit berjangka waktu antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun.
c Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 tahun.
Pada umumnya kredit ini yaitu kredit investasi yang bertujuan untuk menambah modal usaha perusahaan dalam rangka rehabilitasi, ekspansi
perluasan dan pendirian proyek baru. 3. Dari segi penggunaannya, kredit dikelompokkan mejadi :
a Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan oleh bank pemerintah atau bank
swasta kepada perseorangan untuk membiayai keperluan konsumsi sehari- hari.
Universitas Sumatera Utara
b Kredit produktif, baik kredit investasi maupun kredit eksploitasi. Kredit
ivestasi adalah kredit yang ditujukan untuk pembiayaan modal tetap, yaitu peralatan produksi, gedung dan mesin-mesin, dan untuk membiayaai
rehabilitasi dan ekspansi. Kredit eksploitasi adalah kredit yang ditujukan untuk pembiyaan kebutuhan dunia usaha akan modal kerja yang berupa
persediaan bahan baku, persediaan produk hasil, barang dalam proses produksi, serta piutang, dengan jangka waktu yang pendek.
c Perpaduan
antara kredit konsumtif dan kredit produktif semi konsumtif dan semi produktif.
4. Dari segi dokumen, kredit ini terdiri dari : a
Kredit ekspor, yaitu semua bentuk kredit sebagai sumber pembiayaan bagi usaha ekspor bisa dalam bentuk kredit langsung maupun kredit tidak
langsung, seperti pembiayaan kredit modal kerja, kredit investasi untuk jenis industri yang berorientasi ekspor.
b Kredit impor.
5. Dari segi besar kecilnya, kredit ini terdiri dari : a
Kredit kecil, yaitu kredit yang diberikan kepada pengusaha yang digolongkan sebagai pengusaha kecil.
b Kredit menengah, yaitu kredit yang diberikan kepada pengusaha yang asetnta
lebih besar daripada pengusaha kecil. c
Kredit besar. 6. Dari segi jaminan, kredit ini terdiri dari :
Universitas Sumatera Utara
a Kredit tanpa jaminan, atau kredit blangko unsecured loan, yaitu pemberian
kredit yang menentukan bahwa bank wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai
dengan yang diperjanjikan. b
Kredit dengan jaminan secured loan, dimana kredit yang diberikan pihak kreditur mendapat jaminan bahwa debitur dapat melunasi hutangnya.
Di dalam pemberian kredit ini bank menanggung resiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat.
2. Perjanjian Kredit
a. Pengertian Perjanjian kredit
Perjanjian kredit Bank adalah suatu perjanjian dimana objek perjanjiannya adalah mengenai pinjaman yang diberikan oleh suatu bank kepada seorang debitur. Subjek
perjanjian kredit bank adalah pihak bank sendiri dan debitur, sedangkan objek perjanjian kredit bank adalah suatu pinjaman yang diberikan oleh bank kepada
debitur.
81
81
Ahmad Anwari, Praktek Perbankan Deposito Berjangka, PT. Balai Aksara, Jakarta.,Tahun 1979, hal 30
Perjanjian kredit bank dilaksanakan berdasarkan atas kesepakatan di antara kedua belah pihak yaitu pihak bank sebagai kreditur dan pihak nasabah sebagai debitur,
yang dilandasi dengan kepercayaan, terutama kepercayaan dari pihak bank sebagai pemberi kredit kepada debitur.
Universitas Sumatera Utara
Objek perjanjian kredit bank biasanya memuat besarnya pinjaman yang diberikan, jenis pinjamannya, cara penarikan pinjaman, jangka waktunya, cara pembayaran
kembali, suku bunga, syara-syarat yang harus dipenugi oleh debitur dan lainnya. Jadi perjanjian kredit bank adalah suatu perjanjian dimana objek perjanjiannya
khusus mengenai pinjaman yang diberikan poleh suatu bank kepada debiturnya dimana suatu bank berhak atas suatu prestasi dan debitur wajib memenuhi prestasi
tersebut dan sebaliknya.
82
Sebagai mana telah di uraikan pada bab terdahulu bahwa perjanjian kredit adalah identik dengan perjanjian pinjam-meminjam dan tunduk kepada ketentuan Bab XIII
dari Buku III KUH Perdata.
83
2 Dalam perjanjian kredit sudah ditentukan bahwa pemberi kredit adalah bank atau
lembaga pembiayaan, dan tidak dimungkinkan diberikan oleh individu, Akan tetapi, perjanjian kredit tidak tepat dikuasai oleh ketentuan Bab XIII dari
Buku III KUH Perdata, sebab antara perjanjian pinjam-meminjam dengan perjanjian kredit terdapat beberapa perbedaan, yaitu pada hal-hal :
1. Perjanjian kredit selalu bertujuan dan tujuan tersebut biasanya berkaitan dengan program pembangunan; biasanya dalam perjanjian kredit sudah ditentukan
penggunaan uang yang akan diterima, sedangkan dalam perjanjian pinjam pakai tidak ada ketentuan tersebut dan debitur dapat menggunakan uang secara
bebas.
82
Ibid
83
Marhainis Abdul, Hay Hukum Perbankan Indonesia, Pradnya Paramita, Bandung, 1975, hal 67
Universitas Sumatera Utara
sedangkan dalam perjanjian pinjam-meminjam, pemberi pinjaman dapat dilakukan oleh individu.
3. Pengaturan yang berlaku bagi perjanjian kredit berbeda dengan perjanjian pinjam-
meminjam. Pada perjanjian kredit berlaku ketentuan UUD 1945, ketentuan bidang ekonomi dalam GBHN, ketentuan-ketentuan umum KUH Perdata, UU
Perbankan, paket Kebijakan Pemerintah dalam Bidang ekonomi terutama bidang perbankan, Surat-surat Edaran Bank Indonesia SEBI dan sebagainya, sedangkan
perjanjian pinjam-meminjam tunduk semata-mata pada KUH Perdata Bab III Buku III
4. Pada perjanjian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah telah
ditentukan bahwa pengembalian uang pinjaman itu harus disertai bunga, imbalan, atau pembagian hasil, sedangkan dalam perjanjian pinjam-meminjam hanya
berupa bunga saja, dan bunga inipun baru ada apabila diperjanjikan. 5.
Pada perjanjian kredit, bank harus mempunyai keyakinan akan kemampuan debitur akan pengembalian kredit yang diformulasikan dalam bentuk jaminan
baik materiil maupun immateril, sedangkan pada perjanjian pinjam-meminjam, jaminan merupakan pengaman bagi kepastian pelunasan hutang dan inipun baru
ada apabila diperjanjikan, dan jaminan itu hanya merupakan jaminan secara fisik atau materiil saja.
84
84
Djuhaendah, Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah Dan Benda Lain Yang Melekat Pada Tanah Dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horizontal, Pt.Cipta Aditya Bakti,
bandung.thn 1996 hal 174
Universitas Sumatera Utara
Senada dengan pendapat di atas, menurut Ibrahim juga ia berpendapat bahwa “ perjanjian kredit berbeda dengan perjanjian pinjam-meminjam yang diatur dalam Bab
III Buku III KUH Perdata, baik dari pengertian, subjek pemberi kredit, pengaturan, tujuan dan jaminannya”. Akan tetapi dengan perbedaan tersebut tidaklah berarti dapat
dilepaskan sama sekali dari akarnya yaitu sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan dunia bisnis saat itu.
85
Penyerahan uang kepada penerima kredit bergantung pula pada sifat dan jenis kredit yang diperjanjikan. Jika kredit itu dalam bentuk investasi, maka pencairannya
dilakukan berdasarkan progress fisik proyek yang dibiayai. Jika pinjaman dalam bentuk rekening koran, maka pencairannya dilakukan dalam bentuk plafond ke dalam
rekening korang, penarikan oleh debitur tergantung kebutuhannya tetapi dalam limit plafond yang disediakan. Oleh karena itu keberadaan perjanjian kredit sangat penting
karena berfungsi sebagai dasar hubungan kontraktual antara para pihak. Dalam perjanjian kredit dapat ditelusuri berbagai hal tentang pemberian, pengelolaan
Perjanjian kredit adalah suatu perjanjian pokok yang bersifat riil artinya terjadinya perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan uang oleh bank kepada
nasabah debitur. Dalam praktek, ada kemungkinan pinjaman yang diperjanjikan dalam perjanjian kredit tidak jadi dicairkan. Ini terjadi jika bank mendapat informasi
baru yang tidak menguntungkan tentang debitur. Ada juga kemungkinan bahwa besarnya jumlah yang diserahkan berlainan dengan jumlah yang semula disetujui di
dalam perjanjian kredit.
85
Johanes, Ibrahim, Cros Default Dan Cross Collateral Sebagai Upaya Penyelesaian Kredit Bermasalah, Refika Aditama, Bandung, 2004, hal 28
Universitas Sumatera Utara
ataupun penatalaksanaan kredit itu sendiri. Untuk itu sangat perlu diperhatikan bersama.
86
1 Terdapat kedua belah pihak serta ada persetujuan pinjam meminjam antar
kreditur dan debitur. Perjanjian kredit bank dilaksanakan berdasarkan atas kesepakatan diantara kedua
belah pihak yaitu pihak bank sebagai kreditur dan pihak nasabah sebagai debitur, yang dilandasi dengan kepercayaan, terutama kepercayaan dari pihak bank sebagai
pemberi kredit kepada debiturnya. Terjadinya perjanjian kredit harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
2 Mempunyai jangka waktu tertentu.
3 Hak kreditur untuk menuntut dan memperoleh pembayaran serta kewajiban
debitur untuk membayar prestasi yang diterima.
87
Perjanjian kredit adalah suatu perjanjian pokok yang bersifat riil artinya terjadinya perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan uang oleh bank kepada
nasabah debitur. Perjanjian kredit harus diikuti dengan penyerahan uang secara riil kepada debitur. Dalam praktek, ada kemungkinan pinjaman yang diperjanjikan dalam
perjanjian kredit tidak jadi dicairkan. Ini terjadi jika bank mendapat informasi baru yang tidak menguntungkan tentang debitur. Ada juga kemungkinan bahwa besarnya
jumlah yang diserahkan berlainan dengan jumlah yang semula disetujui di dalam perjanjian kredit.
Penyerahan uang kepada penerima kredit bergantung pula pada sifat atau jenis kredit yang diperjanjikan. Jika kredit itu dalam bentuk investasi, maka pencairannya
86
Wawacara dengan Bapak Andri Antoni,staf bank mandiri medan, Tanggal 2 maret 2010
87
Halle, R. H, Credit Analisys A Complete Guide, Jhon Wiley and Sons Inc, New York, 1983, hal 53
Universitas Sumatera Utara
dilakukan berdasarkan
progress
fisik proyek yang dibiayai. Jika pinjaman dalam bentuk rekening koran, maka pencairannya dilakukan dalam bentuk plafond ke dalam
rekening koran, penarikan oleh debitur tergantung kebutuhannya tetapi dalam limit plafond yang disediakan.
Dilihat dari bentuknya, perjanjian kredit perbankan pada umumnya menggunakan bentuk perjanjian baku
standard contract.
Artinya, perjanjiannya telah disediakan oleh bank dalam bentuk blanko, sedangkan debiturnya tinggal mempelajari dan
memahaminya dengan baik. Kelemahan dari perjanjian ini, jika dilihat dari sudut debitur, adalah debitur tinggal memiliki salah satu pilihan dari dua pilihan yakni
menerima atau menolak, tanpa adanya kemungkinan melakukan negosiasi atau tawar menawar dengan bank. Dalam hal ini debitur tidak dapat berbuat banyak dalam
menghadapi kreditur karena perjanjian baku telah ditentukan oleh bank. Keberadaan perjanjian kredit sangat penting karena berfungsi sebagai dasar
hubungan kontraktual antara para pihak. Dalam perjanjian kredit dapat ditelusuri berbagai hal tentang pemberian, pengelolaan ataupun penatalaksanaan kredit itu
sendiri. Untuk itu sangat perlu untuk diperhatikan bersama. Perjanjian kredit itu memiliki tiga fungsi, yaitu :
a. Berfungsi sebagai perjanjian pokok, artinya perjanjian kredit merupakan
sesuatu yang menentukan batal atau tidak batalnya perjanjian lain yang mengikutinya, misalnya perjanjian pengikatan jaminan;
b. Berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan hak dan
kewajiban di antara kreditur dan debitur; c.
Berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit.
88
88
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 1996, hal 97.
Universitas Sumatera Utara
b. Jenis-jenis Perjanjian Kredit
Secara yuridis ada dua jenis perjanjian atau pengikatan kredit yang digunakan bank dalam memberikan kreditnya yaitu :
1. Perjanjianpengikatan kredit di bawah tangan atau akta di bawah tangan,
yaitu perjanjian pemberian kredit oleh bank kepada nasabahnya yang dibuat hanya di antara mereka kreditur dan debitur tanpa notaris. Dalam akta perjanjian
kredit ini, saksi turut serta membubuhkan tanda tangannya, karena saksi merupakan salah satu alat pembuktian dalam perkara perdata.
2. Perjanjianpengikatan kredit yang dibuat oleh dan di hadapan notaris notariil
atau akta otentik, yaitu perjanjian pemberian kredit oleh bank kepada nasabahnya yang hanya dibuat oleh atau dihadapan notaris.
89
D. Bentuk Perjanjian Kredit dan Kredit Bermasalah 1. Bentuk Perjanjian Kredit