Adab bagi yang mengundang

B u k u S i s w a K e l a s X 144 AYO MENDALAMI MATERI Selanjutnya Anda pelajari uraian berikut ini dan Anda kembangkan dengan mencari ma- teri tambahan dari sumber belajar lainnya. Adab mengundang dan memenuhi undangan Bagi orang-orang yang akan mengundang dan memenuhi undangan, maka perlu menge- tahui dan memperhatikan pedoman dan adab-adabnya, di antaranya:

A. Adab bagi yang mengundang

1. Tidak mengkhususkan mengundang orang-orang kaya saja, tanpa mengundang orang miskin, berdasarkan sabda Nabi Saw, ُءا َرَقُفلْا ُكَ ْة�ُي َو ِءاَيِنْغ َأ اْا ا َهـَل َع ْدُي ِة َمْيِل َوْلا ُما َعَط ِما َعَطلا ُ َث� Artinya : “Sejelek-jelek makanan adalah makanan walimah di mana orang- orang kayanya diundang dan orang-orang miskinnya ditinggalkan.” HR. Bukhari Mus- lim 2. Tidak mengundang seorang yang diketahui akan memberatkannya kalau diundang. 3. Disunahkan mengucapkan selamat datang kepada para tamu sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwasanya tatkala utusan Abi Qais datang kepada Nabi Saw, Beliau bersabda: َما َدَن َاَو َي�ا َز َخ َ ْي�َغ اْوُءا َج َن ْي� ِذَلا ِدْفَوْل ِب� ًابَحْرَم Artinya :“Selamat datang kepada para utusan yang datang tanpa merasa terhina dan menyesal.” HR. Bukhari 4. Menghormati tamu dan menyediakan hidangan untuk tamu makanan semampunya saja. Akan tetapi, tetap berusaha sebaik mungkin untuk menyediakan makanan yang terbaik. Allah ta’ala telah berirman yang mengisahkan Nabi Ibrahim ‘As bersama tamu-tamunya : ٢٧ َنوُ ُك ْأ َة� اَأ َلاَق ْمِْي�َلِإ ُهَب َرَقَف٢٦ ٍن ي�َِس ٍل ْجِعِب َءاَبَن� ِِلْهَأ َلِإ َغاَرَف 145 Akhlak Kurikulum 2013 Artinya : “Dan Ibrahim datang pada keluarganya dengan membawa daging anak sapi gemuk kemudian ia mendekatkan makanan tersebut pada mereka tamu-tamu Ibrahim sambil berkata: ‘Tidakkah kalian makan?’” QS. Aż- Żariyat [51]: 26-27 5. Dalam penyajiannya tidak bermaksud untuk bermegah-megah dan berbangga- bangga, tetapi bermaksud untuk mencontoh Rasulullah Saw. dan para Nabi sebelum beliau, seperti Nabi Ibrahim As. Beliau diberi gelar “Abu Difan” Bapak para tamu karena betapa mulianya beliau dalam menjamu tamu. 6. Hendaknya juga, dalam pelayanannya diniatkan untuk memberikan kegembiraan kepada sesama muslim. 7. Mendahulukan tamu yang sebelah kanan daripada yang sebelah kiri. Hal ini dilakukan apabila para tamu duduk dengan tertib. 8. Mendahulukan tamu yang lebih tua daripada tamu yang lebih muda, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw: اَن ِم َسْيَلَف َن�َ ْي� ِبَك ْر ِقَوُي َو َن�َ ْي�ِغ َص ْ َحْ َي� ْمَـل ْنَم Artinya : “Barang siapa yang tidak mengasihi yang lebih kecil dari kami serta tidak menghormati yang lebih tua dari kami bukanlah golongan kami.” HR Bukhari. Hadis ini menunjukkan perintah untuk menghormati orang yang lebih tua. 9. Jangan mengangkat makanan yang dihidangkan sebelum tamu selesai menikmatinya. 10. Di antara adab orang yang memberikan hidangan ialah mengajak mereka berbincang- bincang dengan pembicaraan yang menyenangkan, tidak tidur sebelum mereka tidur, tidak mengeluhkan kehadiran mereka, bermuka manis ketika mereka datang, dan merasa kehilangan tatkala pamitan pulang. 11. Mendekatkan makanan kepada tamu tatkala menghidangkan makanan tersebut kepadanya sebagaimana Allah ceritakan tentang Ibrahim As: ْمِْي�َلِإ ُهَب َرَقَف Artinya :“Kemudian Ibrahim mendekatkan hidangan tersebut pada mereka.” QS. Aż-Żāriyāt [51]: 27 12. Mempercepat untuk menghidangkan makanan bagi tamu sebab hal tersebut merupakan penghormatan bagi mereka. 13. Merupakan adab dari orang yang memberikan hidangan ialah melayani para tamunya dan menampakkan kepada mereka kebahagiaan serta menghadapi mereka dengan B u k u S i s w a K e l a s X 146 wajah yang ceria dan berseri-seri. 14. Adapun masa penjamuan tamu adalah sebagaimana dalam sabda Rasulullah Saw, ُه َمِـثْؤُي َة� َح ِهْي ِخ َ أ َدْن ِع َ ْي�ِقُي ْن َ أ ٍِل ْس ُم ٍل ُجَرِل ُل ِحَـي َاَو ، ٌة َلْيَلَو ٌم ْوَي ُهُتَنِأ�ا َجَو ٍم َي�َأ ُةَث َاَث ُةَفاَيِضلَا ِهِب ُهْي ِر ْقُي ُ َل ًء ْي َث� َاَو ُه َدْنِع ُ ْي�ِقُي : َلاَق ، ُهَمِـثْؤُي َفْيَكَو ِه َلْو ُسَر َي� :اْوُلاَق Artinya: “Menjamu tamu adalah tiga hari, adapun memuliakannya sehari sema- lam dan tidak halal bagi seorang muslim tinggal pada tempat saudaranya sehingga ia menyakitinya.” Para sahabat berkata: “Ya Rasulullah, bagaimana menyakitin- ya?” Rasulullah Saw. berkata: “Sang tamu tinggal bersamanya sedangkan ia tidak mempunyai apa-apa untuk menjamu tamunya.” Muttafaq ‘alih 15. Hendaknya mengantarkan tamu yang mau pulang sampai ke depan rumah.

B. Adab bagi yang diundang