23
Akhlak Kurikulum 2013
ِت َا َضُف ْلا ُكْ َة� َوُه َكْيِنْعَي َا اَم ُكْ َة�َو ٍةَ ْب� ُش َ ُك ُكْ َة� ُعَرَوْلَا
Artinya: “Wara’ adalah meninggalkan setiap perkara syubhat yang masih samar, ter- masuk pula meninggalkan hal yang tidak bermanfaat untukmu, yang dimaksud adalah
meninggalkan perkara mubah yang berlebihan.”
Sahl At-Tursturiy berkata bahwa seorang tidaklah dapat mencapai hakikat iman hing- ga ia memiliki empat sifat:
1 Menunaikan amalan wajib dengan disempurnakan amalan sunnah, 2 Makan makanan halal dengan sifat wara’,
3 Menjauhi larangan secara lahir dan batin, 4 Sabar dalam hal-hal tadi hingga maut menjemput.
2. Dalil Naqli Tentang Wara’
ِهْيِن ْعَي َا ا َم ُه ُكْ َة� ِءْر َ ْلا ِم َا ْسِإ ِن ْس ُح ْن ِم
Artinya : “Sebagian dari kebaikan Islamnya seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya.” HR. At-Tirmidzi
Makna hadis ini mencakup setiap yang tidak bermanfaat dari ucapan, penglihatan, pendengaran, tangan, berjalan, berpikir dan seluruh gerak yang tampak ataupun yang ti-
dak batin. Hadis ini telah mencakup semua makna yang terkandung dalam lafal wara’.
3. Manfaat Wara’
Adapun manfaat wara’ sebagai berikut ; 1 Terhindar dari adzab Allah Swt., pikiran menjadi tenang dan hati menjadi tentram.
2 Menahan diri dari hal yang dilarang. 3 Tidak menggunakan waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.
4 Mendatangkan cintaAllah Swt. karenaAllah Swt. mencintai orang-orang yang wara’. 5 Membuat doa dikabulkan, karena manusia jika mensucikan makanan, minuman dan
bersikap wara’, lalu mengangkat kedua tangannya untuk berdoa, maka doanya akan segera dikabulkan.
6 Mendapatkan keridhaan Allah Swt. dan bertambahnya kebaikan. 7 Terdapat perbedaan tingkatan manusia di dalam surga sesuai dengan perbedaan
tingkatan wara’ mereka.
B u k u S i s w a K e l a s X
24
Contoh: Seseorang meninggalkan kebiasaan mendengarkan dan memainkan musik secara berlebihan hingga lalai akan kewajibannya sebagi muslim, karena dia tahu bahwa
bermusik atau mendengarkan musik itu ada yang mengatakan halal dan ada yang men- gatakan haram.
C. Zuhud 1. Pengertian
Menurut bahasa zuhud, dari kata
َدَهَز
diartikan dengan berpaling dan meninggal- kan atau menyendiri, Sementara kata
ُةَداَهَزلَا - ُدَهَزلَا
yang juga akar kata zuhud, berarti meninggalkan mengharapbergantung kepada dunia, atau meninggalkan sesuatu karena
suatu kehinaan baginya. Menurut istilah zuhud adalah tidak berhasrat terhadap sesuatu yang mubah walau-
pun kesempatan untuk memperoleh atau mengerjakannya ada. Hal itu dilakukan untuk melatih dan membersihkan diri, dan untuk mendahulukan kepentingan orang lain dari
kepentingan diri sendiri. Tumbuhnya sikap zuhud pada seseorang melalui suatu proses setelah orang memiliki
iman yang makin tebal dan kuat serta adanya keinginan yang besar terhadap kehidupan akhirat yang lebih kekal. Sedangkan kehidupan dunia ini ibarat permainan belaka dan
bersifat sementara. Dari segi kadarnya, zuhud dapat dibagi atas tiga tingkatan yaitu:
1. Derajat pertama terendah adalah menghindari dunia padahal hatinya sangat berkeinginan dan sangat tertarik, akan tetapi berusaha sekuat-kuatnya untuk
menghindari nya dan merasa cukup dengan yang sudah dimiliki. 2. Derajat kedua yaitu meninggalkan keduniaan karena pandangan rendah dan hina
terhadap orang yang rakus dan tamak terhadap harta. 3. Derajat ketiga adalah meninggalkan dunia karena zuhud semata karena adanya
pandangan bahwa dunia tidak berarti sedikitpun dibandingkan dengan kenikmatan akhirat.
Jadi zuhud bukan berarti tidak memiliki harta benda, tapi zuhud adalah meninggalkan ketergantungan hati kepada hal-hal yang bersifat duniawi. Dengan demikian, ada dan
tidak adanya harta benda, perasaan dan hatinya tetap sama, tidak terpengaruh.
2. Dalil naqli
Dalil naqli tentang zuhud dijelaskan pada QS. Al-Qashash [28]:77;
َاَو َكْيَلِإ ُه َن َس ْح َ
أ ا َ َك ْن ِس ْح َ
أَو اَيْن ُدلا َن ِم َكَبي ِصَن َسْنَت اَو َة َر ِخآاا َرا َدلا َه َك َة�آ ا َمي�ِف ِغَتْباَو ٧ َن ي� ِد ِسْف ُ ْلا ُب ِحُـي َا َه َنِإ ِضْر
أاا ي ِن� َدا َسَفْلا ِغْبَت
25
Akhlak Kurikulum 2013
Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi
dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepada- mu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
QS. Al-Qas ̣as ̣ [28]:77 Ayat di atas menunjukkan bahwa betapa luhurnya ajaran Islam dibanding dengan
ajaran atau falsafah lain yang ada di muka bumi ini. Islam menganjurkan adanya ke- seimbangan hidup, yaitu dengan menjadikan dunia ini sebagai ladang dan alat untuk
mencari kebahagiaan akhirat. Bukan menjadikannya sebagai tujuan. Zuhud dengan sikap meninggalkan dunia secara berlebihan sama tercelanya dengan mereka yang mengejar
kehidupan dunia tanpa mempedulikan urusan akhirat.
3. Membiasakan Perilaku Zuhud
Seorang muslim seyogyanya untuk membiasakan perilaku zuhud. Dalam hal ini zahid adalah sebutan bagi orang yang berperilaku zuhud. Seorang zahid atau yang berperilaku
zuhud memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut: a. Hidup sederhana, sekalipun kaya raya.
b. Tidak menumpuk-numpuk harta. c. Menghindari hidup berfoya-foya dan bermegah-megah.
d. Senantiasa mengedepankan kepentingan akhirat. e. Sangat berhati-hati dalam memperoleh atau mencari nafkah.
f. Tidak mudah terpengaruh dengan kesenangan duniawi. Dunia adalah ladang untuk akhirat.
Berperilaku zuhud bukan berarti meninggalkan dunia, tidak mau berusaha, hanya beribadah shalat, zikir, berdoa, mengaji, dan sebagainya, tetapi menjadikan dunia ini
sekedar sarana untuk menuju akhirat, dia bekerja tetapi tidak sampai melalaikan ke- wajibannya sebagai seorang hamba yaitu beribadah. Karena orang yang berperilaku
zuhud tidak menjadikan kehidupan dunia sebagai tujuan akhirnya, tetapi hanya semen- tara sebagai jembatan menuju kehidupan yang sebenarnya yakni akhirat. Orang yang
berperilaku zuhud yakin bahwa semakin haus akan kenikmatan dunia maka hidupnya akan sengsara di dunia dan akhirat. Sabda Rasulullah Saw.: Dunia adalah ladang untuk
akhirat.”
4. Hikmah Zuhud