17 kerangka teori sebagai landasan berfikir, untuk menggambarkan dari sudut mana
peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih.
3
Selanjutnya Singarimbun menyebutkan bahwa :
“Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep dan kontruksi, defenisi dan proposisi untuk menerangkan fenomena sosial secara sistematis dengan
cara merumuskan hubungan antara konsep, ringkasnya teori adalah hubungan satu konsep dengan konsep lainnya untuk menjelaskan gejala
tertentu”.
4
1.5.1 Teori Peran
Peran berarti laku, bertindak. Didalam kamus besar bahasa Indonesia peran ialah perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan di masyarakat.
5
Sedangkan makna peran yang dijelaskan dalam status, kedudukan dan peran dalam masyarakat, dapat dijelaskan melalui
beberapa cara, yaitu pertama, penjelasan historis. Menurut penjelasan histories, konsep peran semula dipinjam dari kalangan yang memiliki hubungan erat
dengan drama atau teater yang hidup subur pada zaman yunani kuno atau romawi. Dalam hal ini, peran berarti karakter yang disandang atau
dibawakan oleh seorang actor dalam sebuah pentas dengan lakon tertentu. Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial. Peran dalam ilmu sosial berarti
suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki jabatan tertentu,
3
Hadari Namawi, Metode Penelitian Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada Univesity Press,1987,hal. 40.
4
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 1989, hal. 37.
5
E.St Harahap, dkk, Kamus besar bahasa Indonesia, Bandung: Balai Pustaka, 2007, hal. 854.
Universitas Sumatera Utara
18 seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang didudukinya
tersebut. Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat
adalah orang yang melaksanakan pendidikan ditempat-tempat tertentu, tidak mesti lembaga pendidikan formal, tetapi juga bisa dimesjid, surau mushola,
dirumah, dan sebagainya.
6
Jadi, dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian peran guru adalah perangkat tingkah laku atau tindakan yang dimiliki seseorang dalam
memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Seseorang dikatakan menjalankan peran manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari status yang disandangnya. Dalam kaitannya dengan peran, tidak semuanya mampu untuk menjalankan peran
yang melekat dalam dirinya. Oleh karena itu, tidak jarang terjadi kekurang berhasilan dalam menjalankan perannya. Ada beberapa faktor yang
menentukan kekurang berhasilan ini. Dalam ilmu sosial, ketidakberhasilan ini terwujud dalam kegagalan peran, disensus peran dan konflik peran.
Kegagalan peran terjadi ketika seseorang enggan atau tidak melanjutkan peran individu yang harus dimainkannya. Implikasinya, tentu saja mengecewakan
terhadap mitra perannya. Orang yang telah mengecewakan mitra perannya akan kehilangan kepercayaan untuk menjalankan perannya secara maksimal,
6
Syiful Bahri Djamarah, Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.Jakarta: PT. Rineka Cipta 1997, hal. 31.
Universitas Sumatera Utara
19 termasuk peran lain, dengan mitra yang berbeda pula, sehingga stigma negatif
akan melekat pada dirinya. Teori peran adalah sebuah sudut pandang dalam sosiologi dan psikologi
sosial yang menganggap sebagian besar aktivitas harian diperankan oleh kategori- kategori yang ditetapkan secara sosial misalnya ibu, manajer, guru. Setiap peran
sosial adalah serangkaian hak, kewajiban, harapan, norma, dan perilaku seseorang yang harus dihadapi dan dipenuhi. Model ini didasarkan pada pengamatan bahwa
orang-orang bertindak dengan cara yang dapat diprediksikan, dan bahwa kelakuan seseorang bergantung pada konteksnya, berdasarkan posisi sosial dan faktor-
faktor lain. Teater adalah metafora yang sering digunakan untuk mendeskripsikan teori peran. Meski kata peran sudah ada di berbagai bahasa Eropa selama
beberapa abad, sebagai suatu konsep sosiologis, istilah ini baru muncul sekitar tahun 1920-an dan 1930-an. Istilah ini semakin menonjol dalam kajian sosiologi
melalui karya teoretis Mead, Moreno, dan Linton. Dua konsep Mead, yaitu pikiran dan diri sendiri, adalah pendahulu teori peran.
7
Tergantung sudut pandang umum terhadap tradisi teoretis, ada serangkaian ‘jenis’ dalam teori peran. Teori ini
menempatkan persoalan-persoalan berikut mengenai perilaku sosial: 1.
Pembagian buruh dalam masyarakat membentuk interaksi di antara posisi khusus heterogen yang disebut peran,
7
Mead, George H. Mind, Self, and Society. Chicago: University of Chicago Press.
Universitas Sumatera Utara
20 2.
Peran sosial mencakup bentuk perilaku ‘wajar’ dan ‘diizinkan’, dibantu oleh norma sosial, yang umum diketahui dan karena itu mampu
menentukan harapan, 3.
Peran ditempati oleh individu yang disebut ‘aktor’, 4.
Ketika individu menyetujui sebuah peran sosial yaitu ketika mereka menganggap peran tersebut ‘sah’ dan ‘konstruktif’, mereka akan memikul
beban untuk menghukum siapapun yang melanggar norma-norma peran, 5.
Kondisi yang berubah dapat mengakibatkan suatu peran sosial dianggap kedaluwarsa atau tidak sah, yang dalam hal ini tekanan sosial
berkemungkinan untuk memimpin perubahan peran, dan 6.
Antisipasi hadiah dan hukuman, serta kepuasan bertindak dengan cara prososial, menjadi sebab para agen patuh terhadap persyaratan peran.
Dalam hal perbedaan dalam teori peran, di satu sisi ada sudut pandang yang lebih fungsional, yang dapat dibedakan dengan pendekatan tingkat lebih
mikro berupa tradisi interaksionis simbolis. Jenis teori peran ini menyatakan bagaimana dampak tindakan individu yang saling terkait terhadap masyarakat,
serta bagaimana suatu sudut pandang teori peran dapat diuji secara empiris. Kunci pemahaman teori ini adalah bahwa konflik peran terjadi ketika seseorang
diharapkan melakukan beberapa peran sekaligus yang membawa pertentangan harapan. Peranan role merupakan proses dinamis kedudukan status. Apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah
Universitas Sumatera Utara
21 untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan
karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya mengatakan peranan mencakup tiga hal, antara lain:
8
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan bermasyarakat. 2.
Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat. Merton dalam Raho mengatakan bahwa peranan didefinisikan sebagai pola
tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari orang yang menduduki status tertentu. Sejumlah peran disebut sebagai perangkat peran role-set.
9
Dengan demikian perangkat peran adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan
berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-status sosial khusus. Wirutomo 1981 : 99-101
10
mengemukakan pendapat David Berry bahwa dalam peranan yang berhubungan dengan pekerjaan, seseorang diharapkan
menjalankan kewajiban-kewajibannya yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya. Peranan didefinisikan sebagai seperangkat harapan-harapan yang
8
Soerjono Soekanto, , Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru, Rajawali Pers Jakarta, 2009hal. 212
9
Cohen Bruce J, Sosiologi Suatu Pengantar, penerbit Rineka Cipta, 2007, hal, 67.
10
Ibid., hal99
Universitas Sumatera Utara
22 dikenakan kepada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Peranan
ditentukan oleh norma-norma dalam masyarakat, maksudnya kita diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan masyarakat di dalam pekerjaan kita, di
dalam keluarga dan di dalam peranan-peranan yang lain. Selanjutnya dikatakan bahwa di dalam peranan terdapat dua macam harapan, yaitu: pertama, harapan-
harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran, dan kedua harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran
terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya. Dalam pandangan
David Berry, peranan-peranan dapat dilihat sebagai bagian dari struktur masyarakat sehingga struktur masyarakat dapat dilihat sebagai pola-pola peranan
yang saling berhubungan. Teori peranan menegaskan bahwa perilaku politik adalah perilaku dalam
menjalankan peranan politik. Teori ini berasumsi bahwa sebagian besar perilaku politik adalah akibat dari tuntutan atau harapan terhadap peranan yang kebetulan
di pegang aktor politik. Seseorang yang menduduki posisi tertentu diharapkan atau diduga berperilaku tertentu pula. Harapan ataupun dugaan itulah yang
membentuk peranan.
11
Konsep peranan ini pada dasarnya berhubungan dan harus dibedakan dengan konsep posisi sosial. Posisi ini merupakan elemen organisasi,
letak dalam ruang sosial, kategori keanggotaan organisasi. Sedangkan peranan adalah aspek fisiologis organisasi yang meliputi fungsi, adaptasi, dan proses.
11
Mas’oed, Mohtar, Studi Hubungan Internasional, Tingkat Analisi dan Teorisasi, Universitas Gadjah Mada, 1989. hal 45
Universitas Sumatera Utara
23 Peranan juga diartikan sebagai tuntutan yang diberikan secara struktural norma-
norma, harapan, larangan, tanggung jawab dimana didalamnya terdapat serangkaian tekanan dan kemudahan yang menghubungkan, membimbing, dan
mendukung fungsinya dalam organisasi. Peranan tersebut selain ditentukan oleh pelaku peran tersebut juga ditentukan oleh harapan pihak lain, termasuk juga
kemampuan, keahlian, serta kepekaan pelaku peran tersebut terhadap tuntutan dan situasi yang mendorong dijalankannya peranan. Peranan juga bersifat dinamis, di
mana dia akan menyesuaikan diri terhadap kedudukan yang lebih banyak agar kedudukannya dapat diakui oleh masyarakat.
12
Peranan dapat diartikan sebagai orientasi atau konsepsi dari bagian yang dimainkan oleh suatu pihak dalam posisi sosialnya. Dengan peranan tersebut, sang
pelaku peran baik itu individu maupun organisasi akan berperilaku sesuai dengan harapan orang atau lingkungannya. Dalam hal ini peranan menjalankan konsep
melayani untuk menghubungkan harapan-harapan yang terpola dari orang lain atau lingkungan dengan hubungan dan pola yang menyusun struktur sosial.
Peranan juga dapat diartikan sebagai tuntutan yang diberikan secara struktural norma-norma, harapan, tabu, tanggung jawab, dan lainnya, di mana di dalamnya
terdapat serangkaian tekanan dan kemudahan yang menghubungkan, membimbing, dan mendukung fungsinya dalam organisasi.
13
Jadi peranan dapat dikatakan sebagai pelaksanaan dari fungsi-fungsi oleh struktur-struktur tertentu.
Peranan ini tergantung juga pada posisi atau kedudukan struktur itu dan harapan
12
Op.cit., Soerjono Soekamto, hal 221.
13
http:globalonlinebook1.blogspot.com201306pengertian-teori-peranan-adalah.html diakses pada tanggal 11 Desember 2013 pukul 21.30.
Universitas Sumatera Utara
24 lingkungan sekitar terhadap struktur tadi. Peranan juga dipengaruhi oleh situasi
dan kondisi serta kemampuan dari aktor tersebut,
14
Lagi menurut Dougherty Pritchard dalam Bauer
15
, teori peran ini memberikan suatu kerangka konseptual dalam studi perilaku di dalam organisasi. Mereka menyatakan bahwa peran itu
melibatkan pola penciptaan produk sebagai lawan dari perilaku atau tindakan h. 143. Lebih lanjut, Dougherty Pritchard dalam Bauer
16
mengemukakan bahwa relevansi suatu peran itu akan bergantung pada penekanan peran tersebut oleh
para penilai dan pengamat biasanya supervisor dan kepala sekolah terhadap produk atau outcome yang dihasilkan. Dalam hal ini, strategi dan struktur
organisasi juga terbukti mempengaruhi peran dan persepsi peran atau role perception .
17
Ditinjau dari perilaku organisasi, peran ini merupakan salah satu komponen dari sistem sosial organisasi, selain norma dan budaya organisasi. Di
sini secara umum peran dapat didefinisikan sebagai “expectations about appropriate behavior in a job position leader, subordinate”. Ada dua jenis
perilaku yang diharapkan dalam suatu pekerjaan, yaitu 1 role perception, yaitu persepsi seseorang mengenai cara orang itu diharapkan berperilaku; atau dengan
kata lain adalah pemahaman atau kesadaran mengenai pola perilaku atau fungsi yang diharapkan dari orang tersebut, dan 2 role expectation, yaitu cara orang
lain menerima perilaku seseorang dalam situasi tertentu. Dengan peran yang dimainkan seseorang dalam organisasi, akan terbentuk suatu komponen penting
14
Ibid., diakses pada tanggal 11 Desember 2013 pukul 22.00.
15
Bauer, Jeffrey C, Role Ambiguity and Role Clarity: A Comparison of Attitudes in Germany and the United States. Dissertation, University of Cincinnati – Clermont, 2003m hal. 55.
16
Ibid., hal. 56
17
Ibid., hal 58
Universitas Sumatera Utara
25 dalam hal identitas dan kemampuan orang itu untuk bekerja. Dalam hal ini, suatu
organisasi harus memastikan bahwa peran-peran tersebut telah didefinisikan dengan
jelas. Scott et al. dalam Kanfer
18
menyebutkan lima aspek penting dari peran, yaitu:
1. Peran itu bersifat impersonal: posisi peran itu sendiri akan menentukan
harapannya, bukan individunya. 2.
Peran itu berkaitan dengan perilaku kerja task behavior yaitu, perilaku yang diharapkan dalam suatu pekerjaan tertentu.
3. Peran itu sulit dikendalikan role clarity dan role ambiguity
4. Peran itu dapat dipelajari dengan cepat dan dapat menghasilkan beberapa
perubahan perilaku utama. 5.
Peran dan pekerjaan jobs itu tidaklah sama - seseorang yang melakukan satu pekerjaan bisa saja memainkan beberapa peran.
1.5.2. Teori Organisasi