Pemilihan Umum Kerangka Teori

30 stimulus yang dihadapi. Pengambilan keputusan yang mengakibatkan tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara spontan dan dalam waktu yang singkat. Misalnya, bila seseorang merasa sakit kepala, maka secara cepat, tanpa berfikir lama, ia akan bertindak untuk mengatasi rasa sakit tersebut dengan membeli obat di warung dan kemudian meminumnya, atau tindakan-tindakan lain.  Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang dan merupakan pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab itu perilaku itu dapat merupakan layar di mana segala ungkapan diri orang dapat dilihat. Misalnya orang yang sedang marah, senang, gusar, dan sebagainya dapat dilihat dari perilaku atau tindakannya. Teori fungsi ini berkeyakinan bahwa perilaku mempunyai fungsi untuk menghadapi dunia luar individu, dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya menurut kebutuhannya. Oleh sebab itu di dalam kehidupan manusia perilaku itu tampak terus-menerus dan berubah secara relatif.

1.5.4. Pemilihan Umum

Pemilihan umum atau yang disingkat dengan Pemilu merupakan suatu partisipasi politik masyarakat biasa dalam mempengaruhi suatu kebijakan. Pada hakikatnya Pemilu bertujuan untuk memilih wakil-wakil rakyat untuk menduduki jabatan-jabatan publik. Jabatan-jabatan publik yang dimaksud meliputi wakil- Universitas Sumatera Utara 31 wakil legislatif dan eksekutif baik ditingkat pusat ataupun daerah. Wakil-wakil rakyat ini bertugas untuk menjalankan kedaulatan rakyat yang telah diserahkan kepada mereka. Di Indonesia sendiri, pelaksanaan Pemilu pertama kali dilakukan pada tahun 1955. Dalam perjalanan sejarah pelaksanaan Pemilu di Indonesia, Pemilu tahun 1955 ini dinilai yang paling demokratis karena memiliki jumlah peserta yang paling banyak dibandingkan dengan pemilu- pemilu lainnya. Memasuki masa Orde Baru ada penurunan terhadap jumlah peserta Pemilu.Hal ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah pada saat itu yang melakukan fusi terhadap partai- partai pada Orde Lama. Dalam pemerintahan Orde Baru tercatat hanya ada 3 kompetitor dalam pemilu yaitu Partai Persatuan Pembangunan fusi partai- partai Islam dan Partai Demokrasi Indonesia fusi partai- partai nasionalis dan Kristen. Banyak kalangan menilai bahwa era pemerintahan ini merupakan era pemerintahan yang anti demokrasi karena mengekang kebebasan individu dan kelompok. Gulingnya rezim otoriter Orde Baru yang digantikan oleh Era Reformasi membawa semangat baru bagi pembangunan demokrasi di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan diambilnya kebijakan-kebijakan yang menyokong tonggak demokrasi di Indonesia. Salah satu buktinya adalah dengan adanya pembatasan masa kekuasaan presiden dua periode yang bertujuan untuk menghindari kekuasaan yang otoriter, yakni hanya 2 periode saja. 21 Selain itu kebebasan untuk 21 Dpr.go.id diunggah tanggal 15 desember 2013 pukul 23.07 Universitas Sumatera Utara 32 mendirikan organisasi-organisasi politik menjadi sebuah pelepas dahaga akan kehidupan demokrasi yang telah di rampas oleh rezim militer orde baru. Kehidupan terus tumbuh di era reformasi sekalipun terkadang terjadi pasang surut dalam perjalanannya. Salah satu produk reformasi yang membawa pencerahan bagi iklim demokrasi adalah dengan diselenggarakannya pemilihan kepala pemerintahan baik di tingkat pusat maupun daerah secara langsung. Sebelumnya pemimpin pemerintahan pusat dan daerah hanya dilakukan oleh lembaga perwakilan dewan perwakilan rakyat saja, namun sejak tahun 2004 pemilihan umum dilaksanakan secara langsung. Pemilihan umum tahun 2004 menggunakan sistem pemilihan umum yang berbeda-beda, bergantung untuk memilih siapa. Dalam pemilu 2004, rakyat Indonesia memilih presiden, anggota parlemen DPR, DPRD I, dan DPRD II, serta DPD Dewan Perwakilan Daerah. Untuk ketiga maksud pemilihan tersebut, terdapat tiga sistem pemilihan yang berbeda. Sistem pemilu yang digunakan adalah Proporsional dengan Daftar Calon Terbuka. Proporsional Daftar adalah sistem pemilihan mengikuti jatah kursi di tiap daerah pemilihan. Jadi, suara yang diperoleh partai-partai politik di tiap daerah selaras dengan kursi yang mereka peroleh di parlemen. Untuk memilih anggota parlemen, digunakan sistem pemilu Proporsional dengan varian Proporsional Daftar terbuka. Untuk memilih anggota DPD, digunakan sistem pemilu Lainnya, yaitu Single Non Transverable Vote SNTV. Sementara untuk memilih presiden, digunakan sistem pemilihan Universitas Sumatera Utara 33 MayoritasPluralitas dengan varian Two Round System Sistem Dua Putaran. Putaran pertama seluruh pasangan capres-cawapres yang ada bertarung untuk memperoleh mayoritas 50 plus 1. Jika di dalam putaran pertama ada di antara pasangan capres-cawapres yang beroleh suara 50 dengan sedikitnya 20 suara di setiap dari setengah jumlah provinsi yang ada di Indonesia, maka pasangan tersebut otomatis menang. Namun, jika tidak ada satu pun pasangan yang memenuhi syarat tersebut, maka diadakan pemilu putaran kedua. Putaran kedua menghendaki pasangan capres-cawapres yang beroleh suara terbanyak otomatis terpilih selaku presiden dan wakil presiden Republik Indonesia. Sistem pemilihan presiden tersebut diatas tetap dipertahankan dan digunakan untuk pemilihan presiden tahun 2009.

1.6. Pembatasan Masalah