15 Komisi Pemilihan Umum Kota Medan sebagai objek penelitian karena kota
Medan adalah barometer perkembangan situasi dan kondisi di Provinsi Sumatera
Utara.
Keberhasilan Komisi Pemilihan Umum Kota Medan dalam menyelenggarakan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2009 di
Kota Medan tidak terlepas dari peran serta organisasi peserta Pemilu, instansi terkait dan masyarakat Kota Medan. Pelaksanaan Pemungutan Suara pada tanggal
8 Juli 2009 yang diselenggarakan oleh Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara KPPS sebanyak 3.277 TPS secara serentak di Kota Medan dan dihadiri
oleh saksi-saksi dari pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden dan dipantau oleh Pemantau Pemilu dimana pelaksanaan tersebut berjalan secara Jujur Adil,
Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian tentang Bagaimana Peran dan Fungsi Komisi Pemilihan Umum Kota Medan dalam Pemilihan Presiden Tahun 2009?
1.2 Perumusan Masalah
Dalam rancangan penelitian ini, penulis perlu menegaskan dan merumuskan masalah yang akan diteliti dari latar belakang masalah yang telah
diuraikan, maka dapat dirumuskan yang menjadi perumusan masalah adalah:
“Peran dan Fungsi Komisi Pemilihan Umum Kota Medan Dalam Pemilihan Presiden tahun 2009?”
Universitas Sumatera Utara
16
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui peran dan fungsi Komisi Pemilihan Umum Kota Medan dalam pemilihan umum Presiden tahun 2009.
1.4. Signifikansi Penelitian
Signifikansi dari penelitian ini adalah: 1.
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang kajian ilmu politik.
2. Bagi penulis, penelitian ini merupakan media untuk mengasah kemampuan membuat karya ilmiah dan juga menambah pengetahuan dalam
menganalisis bagaimana proses undang - undang dapat dilahirkan. 3.
Bagi FISIP USU, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi yang dapat memperkaya bahan penelitian dalam bidang ilmu
politik.
1.5. Kerangka Teori
Untuk memudahkan penelitian, diperlukan pedoman dasar berfikir yaitu kerangka teori. Mustahil apabila seseorang menulis ataupun meneliti suatu
permasalahan tanpa menggunakan kerangka teori, karena penelitian ataupun tulisan tesebut bias dianggap tidah sah, bila dilihat dari syarat suatu tulisan.
Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut, seorang peneliti perlu menyusun
Universitas Sumatera Utara
17 kerangka teori sebagai landasan berfikir, untuk menggambarkan dari sudut mana
peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih.
3
Selanjutnya Singarimbun menyebutkan bahwa :
“Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep dan kontruksi, defenisi dan proposisi untuk menerangkan fenomena sosial secara sistematis dengan
cara merumuskan hubungan antara konsep, ringkasnya teori adalah hubungan satu konsep dengan konsep lainnya untuk menjelaskan gejala
tertentu”.
4
1.5.1 Teori Peran
Peran berarti laku, bertindak. Didalam kamus besar bahasa Indonesia peran ialah perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan di masyarakat.
5
Sedangkan makna peran yang dijelaskan dalam status, kedudukan dan peran dalam masyarakat, dapat dijelaskan melalui
beberapa cara, yaitu pertama, penjelasan historis. Menurut penjelasan histories, konsep peran semula dipinjam dari kalangan yang memiliki hubungan erat
dengan drama atau teater yang hidup subur pada zaman yunani kuno atau romawi. Dalam hal ini, peran berarti karakter yang disandang atau
dibawakan oleh seorang actor dalam sebuah pentas dengan lakon tertentu. Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial. Peran dalam ilmu sosial berarti
suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki jabatan tertentu,
3
Hadari Namawi, Metode Penelitian Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada Univesity Press,1987,hal. 40.
4
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 1989, hal. 37.
5
E.St Harahap, dkk, Kamus besar bahasa Indonesia, Bandung: Balai Pustaka, 2007, hal. 854.
Universitas Sumatera Utara
18 seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang didudukinya
tersebut. Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat
adalah orang yang melaksanakan pendidikan ditempat-tempat tertentu, tidak mesti lembaga pendidikan formal, tetapi juga bisa dimesjid, surau mushola,
dirumah, dan sebagainya.
6
Jadi, dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian peran guru adalah perangkat tingkah laku atau tindakan yang dimiliki seseorang dalam
memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Seseorang dikatakan menjalankan peran manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari status yang disandangnya. Dalam kaitannya dengan peran, tidak semuanya mampu untuk menjalankan peran
yang melekat dalam dirinya. Oleh karena itu, tidak jarang terjadi kekurang berhasilan dalam menjalankan perannya. Ada beberapa faktor yang
menentukan kekurang berhasilan ini. Dalam ilmu sosial, ketidakberhasilan ini terwujud dalam kegagalan peran, disensus peran dan konflik peran.
Kegagalan peran terjadi ketika seseorang enggan atau tidak melanjutkan peran individu yang harus dimainkannya. Implikasinya, tentu saja mengecewakan
terhadap mitra perannya. Orang yang telah mengecewakan mitra perannya akan kehilangan kepercayaan untuk menjalankan perannya secara maksimal,
6
Syiful Bahri Djamarah, Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.Jakarta: PT. Rineka Cipta 1997, hal. 31.
Universitas Sumatera Utara
19 termasuk peran lain, dengan mitra yang berbeda pula, sehingga stigma negatif
akan melekat pada dirinya. Teori peran adalah sebuah sudut pandang dalam sosiologi dan psikologi
sosial yang menganggap sebagian besar aktivitas harian diperankan oleh kategori- kategori yang ditetapkan secara sosial misalnya ibu, manajer, guru. Setiap peran
sosial adalah serangkaian hak, kewajiban, harapan, norma, dan perilaku seseorang yang harus dihadapi dan dipenuhi. Model ini didasarkan pada pengamatan bahwa
orang-orang bertindak dengan cara yang dapat diprediksikan, dan bahwa kelakuan seseorang bergantung pada konteksnya, berdasarkan posisi sosial dan faktor-
faktor lain. Teater adalah metafora yang sering digunakan untuk mendeskripsikan teori peran. Meski kata peran sudah ada di berbagai bahasa Eropa selama
beberapa abad, sebagai suatu konsep sosiologis, istilah ini baru muncul sekitar tahun 1920-an dan 1930-an. Istilah ini semakin menonjol dalam kajian sosiologi
melalui karya teoretis Mead, Moreno, dan Linton. Dua konsep Mead, yaitu pikiran dan diri sendiri, adalah pendahulu teori peran.
7
Tergantung sudut pandang umum terhadap tradisi teoretis, ada serangkaian ‘jenis’ dalam teori peran. Teori ini
menempatkan persoalan-persoalan berikut mengenai perilaku sosial: 1.
Pembagian buruh dalam masyarakat membentuk interaksi di antara posisi khusus heterogen yang disebut peran,
7
Mead, George H. Mind, Self, and Society. Chicago: University of Chicago Press.
Universitas Sumatera Utara
20 2.
Peran sosial mencakup bentuk perilaku ‘wajar’ dan ‘diizinkan’, dibantu oleh norma sosial, yang umum diketahui dan karena itu mampu
menentukan harapan, 3.
Peran ditempati oleh individu yang disebut ‘aktor’, 4.
Ketika individu menyetujui sebuah peran sosial yaitu ketika mereka menganggap peran tersebut ‘sah’ dan ‘konstruktif’, mereka akan memikul
beban untuk menghukum siapapun yang melanggar norma-norma peran, 5.
Kondisi yang berubah dapat mengakibatkan suatu peran sosial dianggap kedaluwarsa atau tidak sah, yang dalam hal ini tekanan sosial
berkemungkinan untuk memimpin perubahan peran, dan 6.
Antisipasi hadiah dan hukuman, serta kepuasan bertindak dengan cara prososial, menjadi sebab para agen patuh terhadap persyaratan peran.
Dalam hal perbedaan dalam teori peran, di satu sisi ada sudut pandang yang lebih fungsional, yang dapat dibedakan dengan pendekatan tingkat lebih
mikro berupa tradisi interaksionis simbolis. Jenis teori peran ini menyatakan bagaimana dampak tindakan individu yang saling terkait terhadap masyarakat,
serta bagaimana suatu sudut pandang teori peran dapat diuji secara empiris. Kunci pemahaman teori ini adalah bahwa konflik peran terjadi ketika seseorang
diharapkan melakukan beberapa peran sekaligus yang membawa pertentangan harapan. Peranan role merupakan proses dinamis kedudukan status. Apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah
Universitas Sumatera Utara
21 untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan
karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya mengatakan peranan mencakup tiga hal, antara lain:
8
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan bermasyarakat. 2.
Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat. Merton dalam Raho mengatakan bahwa peranan didefinisikan sebagai pola
tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari orang yang menduduki status tertentu. Sejumlah peran disebut sebagai perangkat peran role-set.
9
Dengan demikian perangkat peran adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan
berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-status sosial khusus. Wirutomo 1981 : 99-101
10
mengemukakan pendapat David Berry bahwa dalam peranan yang berhubungan dengan pekerjaan, seseorang diharapkan
menjalankan kewajiban-kewajibannya yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya. Peranan didefinisikan sebagai seperangkat harapan-harapan yang
8
Soerjono Soekanto, , Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru, Rajawali Pers Jakarta, 2009hal. 212
9
Cohen Bruce J, Sosiologi Suatu Pengantar, penerbit Rineka Cipta, 2007, hal, 67.
10
Ibid., hal99
Universitas Sumatera Utara
22 dikenakan kepada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Peranan
ditentukan oleh norma-norma dalam masyarakat, maksudnya kita diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan masyarakat di dalam pekerjaan kita, di
dalam keluarga dan di dalam peranan-peranan yang lain. Selanjutnya dikatakan bahwa di dalam peranan terdapat dua macam harapan, yaitu: pertama, harapan-
harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran, dan kedua harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran
terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya. Dalam pandangan
David Berry, peranan-peranan dapat dilihat sebagai bagian dari struktur masyarakat sehingga struktur masyarakat dapat dilihat sebagai pola-pola peranan
yang saling berhubungan. Teori peranan menegaskan bahwa perilaku politik adalah perilaku dalam
menjalankan peranan politik. Teori ini berasumsi bahwa sebagian besar perilaku politik adalah akibat dari tuntutan atau harapan terhadap peranan yang kebetulan
di pegang aktor politik. Seseorang yang menduduki posisi tertentu diharapkan atau diduga berperilaku tertentu pula. Harapan ataupun dugaan itulah yang
membentuk peranan.
11
Konsep peranan ini pada dasarnya berhubungan dan harus dibedakan dengan konsep posisi sosial. Posisi ini merupakan elemen organisasi,
letak dalam ruang sosial, kategori keanggotaan organisasi. Sedangkan peranan adalah aspek fisiologis organisasi yang meliputi fungsi, adaptasi, dan proses.
11
Mas’oed, Mohtar, Studi Hubungan Internasional, Tingkat Analisi dan Teorisasi, Universitas Gadjah Mada, 1989. hal 45
Universitas Sumatera Utara
23 Peranan juga diartikan sebagai tuntutan yang diberikan secara struktural norma-
norma, harapan, larangan, tanggung jawab dimana didalamnya terdapat serangkaian tekanan dan kemudahan yang menghubungkan, membimbing, dan
mendukung fungsinya dalam organisasi. Peranan tersebut selain ditentukan oleh pelaku peran tersebut juga ditentukan oleh harapan pihak lain, termasuk juga
kemampuan, keahlian, serta kepekaan pelaku peran tersebut terhadap tuntutan dan situasi yang mendorong dijalankannya peranan. Peranan juga bersifat dinamis, di
mana dia akan menyesuaikan diri terhadap kedudukan yang lebih banyak agar kedudukannya dapat diakui oleh masyarakat.
12
Peranan dapat diartikan sebagai orientasi atau konsepsi dari bagian yang dimainkan oleh suatu pihak dalam posisi sosialnya. Dengan peranan tersebut, sang
pelaku peran baik itu individu maupun organisasi akan berperilaku sesuai dengan harapan orang atau lingkungannya. Dalam hal ini peranan menjalankan konsep
melayani untuk menghubungkan harapan-harapan yang terpola dari orang lain atau lingkungan dengan hubungan dan pola yang menyusun struktur sosial.
Peranan juga dapat diartikan sebagai tuntutan yang diberikan secara struktural norma-norma, harapan, tabu, tanggung jawab, dan lainnya, di mana di dalamnya
terdapat serangkaian tekanan dan kemudahan yang menghubungkan, membimbing, dan mendukung fungsinya dalam organisasi.
13
Jadi peranan dapat dikatakan sebagai pelaksanaan dari fungsi-fungsi oleh struktur-struktur tertentu.
Peranan ini tergantung juga pada posisi atau kedudukan struktur itu dan harapan
12
Op.cit., Soerjono Soekamto, hal 221.
13
http:globalonlinebook1.blogspot.com201306pengertian-teori-peranan-adalah.html diakses pada tanggal 11 Desember 2013 pukul 21.30.
Universitas Sumatera Utara
24 lingkungan sekitar terhadap struktur tadi. Peranan juga dipengaruhi oleh situasi
dan kondisi serta kemampuan dari aktor tersebut,
14
Lagi menurut Dougherty Pritchard dalam Bauer
15
, teori peran ini memberikan suatu kerangka konseptual dalam studi perilaku di dalam organisasi. Mereka menyatakan bahwa peran itu
melibatkan pola penciptaan produk sebagai lawan dari perilaku atau tindakan h. 143. Lebih lanjut, Dougherty Pritchard dalam Bauer
16
mengemukakan bahwa relevansi suatu peran itu akan bergantung pada penekanan peran tersebut oleh
para penilai dan pengamat biasanya supervisor dan kepala sekolah terhadap produk atau outcome yang dihasilkan. Dalam hal ini, strategi dan struktur
organisasi juga terbukti mempengaruhi peran dan persepsi peran atau role perception .
17
Ditinjau dari perilaku organisasi, peran ini merupakan salah satu komponen dari sistem sosial organisasi, selain norma dan budaya organisasi. Di
sini secara umum peran dapat didefinisikan sebagai “expectations about appropriate behavior in a job position leader, subordinate”. Ada dua jenis
perilaku yang diharapkan dalam suatu pekerjaan, yaitu 1 role perception, yaitu persepsi seseorang mengenai cara orang itu diharapkan berperilaku; atau dengan
kata lain adalah pemahaman atau kesadaran mengenai pola perilaku atau fungsi yang diharapkan dari orang tersebut, dan 2 role expectation, yaitu cara orang
lain menerima perilaku seseorang dalam situasi tertentu. Dengan peran yang dimainkan seseorang dalam organisasi, akan terbentuk suatu komponen penting
14
Ibid., diakses pada tanggal 11 Desember 2013 pukul 22.00.
15
Bauer, Jeffrey C, Role Ambiguity and Role Clarity: A Comparison of Attitudes in Germany and the United States. Dissertation, University of Cincinnati – Clermont, 2003m hal. 55.
16
Ibid., hal. 56
17
Ibid., hal 58
Universitas Sumatera Utara
25 dalam hal identitas dan kemampuan orang itu untuk bekerja. Dalam hal ini, suatu
organisasi harus memastikan bahwa peran-peran tersebut telah didefinisikan dengan
jelas. Scott et al. dalam Kanfer
18
menyebutkan lima aspek penting dari peran, yaitu:
1. Peran itu bersifat impersonal: posisi peran itu sendiri akan menentukan
harapannya, bukan individunya. 2.
Peran itu berkaitan dengan perilaku kerja task behavior yaitu, perilaku yang diharapkan dalam suatu pekerjaan tertentu.
3. Peran itu sulit dikendalikan role clarity dan role ambiguity
4. Peran itu dapat dipelajari dengan cepat dan dapat menghasilkan beberapa
perubahan perilaku utama. 5.
Peran dan pekerjaan jobs itu tidaklah sama - seseorang yang melakukan satu pekerjaan bisa saja memainkan beberapa peran.
1.5.2. Teori Organisasi
Teori Organisasi adalah teori yang mempelajari kinerja dalam sebuah organisasi, Salah satu kajian teori organisasi, diantaranya membahas tentang
bagaimana sebuah organisasi menjalankan fungsi dan mengaktualisasikan visi dan misi organisasi tersebut. Selain itu, dipelajari bagaimana sebuah organisasi
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang didalamnya maupun lingkungan kerja
18
Kanfer, R, Task-specific motivation: An integrative approach to issues of measurement, mechanisms, processes, and determinants. Journal of Social and Clinical Psychology, 1987, hal. 197
Universitas Sumatera Utara
26 organisasi tersebut. Menurut Lubis dah Husein 1987 bahwa teori organisasi itu
adalah sekumpulan ilmu pengetahuan yang membecarakan mekanisme kerjasama dua orang atau lebih secara sistematis untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Teori organisasi merupakan sebuah teori untuk mempelajari kerjasama pada setiap individu.
19
Dalam pembahasan mengenai teori organisasi, mencakup masalah teori- teori organisasi yang pernah ada dan berlaku beserta sejarah dan
perkembangannya hingga sekarang. Yaitu meliputi teori organisasi klasik, teori organisasi neoklasik dan teori organisasi modern.
20
1. Teori Organisasi Klasik Teori Tradisional
Teori klasik classical theory berisi konsep-konsep tentang organisasi mulai tahun 1800 abad 19. Secara umum digambarkan oelh para teoritisi klasik
sebagai sangat desentralisasi dan tugas-tugasnya terspesialisasi, serta memberikan petunjuk mekanistik struktural yang kaku tidak mengandung kreativitas.
a Teori Birokrasi
Teori ini dikemukakan oleh Max Weber dalam bukunya “The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism”. Kata birokrasi mula-mula berasal dari kata legal-
rasional. Organisasi itu legal, karena wewenangnya berasal dari seperangkat aturan prosedur dan peranan yang dirumuskan secara jelas, dan organisasi disebut
rasional dalam hal penetapan tujuan dan perancangan organisasi untuk mencapai tujuan tersebut.
19
http:www.anneahira.comteori-organisasi.htm diakses pada tanggal 11 Desember 2013 pukul 22.30.
20
http:tkampus.blogspot.com201203unsur-organisasi.html diakses pada tanggal 11 Desember 2013 pukul 23.00.
Universitas Sumatera Utara
27 b
Teori Administrasi Teori ini sebagian besar dikembangkan atas dasar sumbangan Henri Fayol
dan Lyndall Urwick dari Eropa serta Mooney dan Reily dari Amerika. Henry Fayol industrialis dari Perancis, pada tahun 1841-1925 mengemukakan dan
membahas 14 kaidah manajemen yang menjadi dasar perkembangan teori administrasi adalah :
Pembagian kerja Division Of Work
Wewenang dan tanggung jawab Authorityand
Responsibility
Disiplin Discipline
Kesatuan perintah Unity Of Command
Kesatuan pengarahan Unity Of Direction
Mendahulukan kepentingan umum daraipada pribadi
Balas jasa Remuneration Of Personnel
Sentralisasi Centralization
Rantai scalar Scalar Chain
Aturan Oreder
Keadilan Equity
Kelanggengan Personalia Stability Of Tenure Of Personnel
Inisiatif Initiative
Semangat korps Spirit De Corps
Universitas Sumatera Utara
28 c
Manajemen Ilmiah Manajemen ilmiah scientific management dikembangkan mulai tahun
1900 oleh Frederick Winslow Taylor. Ada 2 pendapat tentang manajemen ilmiah. Pendapat pertama mengatakan manajemen ilmiah adalah penerapan metode
ilmiah pada studi, analisa dan pemecahan masalah-masalah organisasi. Pendapat kedua mengatakan manajemen ilmiah adalah seperangkat mekanisme atau teknik
“a bag of tricks” untuk meningkatkan efisiensi kerja organisasi. 2.
Teori Neo Klasik Teori Hubungan atau Manusiawi Teori neoklasik secara sederhana sebagai teori aliran hubungan
manusiawi The human relation movement. Teori neoklasik dikembangkan atas dasar teori klasik. Anggapan teori ini adalah menekankan pentingnya aspek
psikologis dan social karyawan sebagai individu maupun sebagai bagian kelompok kerjanya atas dasar anggapan ini maka teori neoklasik mendifinisikan
‘suatu organisasi’ sebagai sekelompok orang dengan tujuan bersama. 3.
Teori Organisasi Modern Teori Organisasi modern disebut juga sebagai sistem pada organisasi
merupakan aliran besar ketiga dalam teori organisasi dan manajemen. Teori modern melihat pada semua unsur organisasi sebagai satu kesatuan dan saling
ketergantungan, yang didalamnya mengemukakan bahwa organisasi bukanlah suatu sistem tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang stabil, akan tetapi
organisasi merupakan sistem terbuka.
Universitas Sumatera Utara
29
1.5.3. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan periiaku individu tergantung kepada keutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat
mengakibatkan perubahan perilaku seseorang adalah apabila stimulus tersebut dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz 1960
perilaku dilatar-belakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz berasumsi bahwa :
Perilaku memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak
berperilaku positif terhadap obyek demi pemenuhan kebutuhannya. Sebaliknya bila obyek tidak dapat memenuhi kebutuhannya maka ia akan
berperilaku negatif. Misalnya, orang mau membuat jamban apabila jamban tersebut benar-benar sudah menjadi kebutuhannya.
Perilaku berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya, dengan perilakunya, dengan
tindakan-tindakannya, manusia dapat melindungi ancaman-ancaman yang datang dari luar. Misalnya, orang dapat menghindari penyakit demam
berdarah, karena penyakit tersebut merupakan ancaman bagi dirinya.
Perilaku berfungsi sebagai penerima obyek dan pemberi arti. Dalam perannya dengan tindakan itu seorang senantiasa menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Dengan tindakan sehari-hari tersebut seseorang telah melakukan keputusan-keputusan sehubungan dengan obyek atau
Universitas Sumatera Utara
30 stimulus yang dihadapi. Pengambilan keputusan yang mengakibatkan
tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara spontan dan dalam waktu yang singkat. Misalnya, bila seseorang merasa sakit kepala, maka secara
cepat, tanpa berfikir lama, ia akan bertindak untuk mengatasi rasa sakit tersebut dengan membeli obat di warung dan kemudian meminumnya,
atau tindakan-tindakan lain.
Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri
seseorang dan merupakan pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab itu perilaku itu dapat merupakan layar di mana segala ungkapan diri orang
dapat dilihat. Misalnya orang yang sedang marah, senang, gusar, dan sebagainya dapat dilihat dari perilaku atau tindakannya.
Teori fungsi ini berkeyakinan bahwa perilaku mempunyai fungsi untuk menghadapi dunia luar individu, dan senantiasa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya menurut kebutuhannya. Oleh sebab itu di dalam kehidupan manusia perilaku itu tampak terus-menerus dan berubah secara relatif.
1.5.4. Pemilihan Umum
Pemilihan umum atau yang disingkat dengan Pemilu merupakan suatu partisipasi politik masyarakat biasa dalam mempengaruhi suatu kebijakan. Pada
hakikatnya Pemilu bertujuan untuk memilih wakil-wakil rakyat untuk menduduki jabatan-jabatan publik. Jabatan-jabatan publik yang dimaksud meliputi wakil-
Universitas Sumatera Utara
31 wakil legislatif dan eksekutif baik ditingkat pusat ataupun daerah. Wakil-wakil
rakyat ini bertugas untuk menjalankan kedaulatan rakyat yang telah diserahkan kepada mereka.
Di Indonesia sendiri, pelaksanaan Pemilu pertama kali dilakukan pada tahun 1955. Dalam perjalanan sejarah pelaksanaan Pemilu di Indonesia, Pemilu
tahun 1955 ini dinilai yang paling demokratis karena memiliki jumlah peserta yang paling banyak dibandingkan dengan pemilu- pemilu lainnya. Memasuki
masa Orde Baru ada penurunan terhadap jumlah peserta Pemilu.Hal ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah pada saat itu yang melakukan fusi terhadap
partai- partai pada Orde Lama. Dalam pemerintahan Orde Baru tercatat hanya ada 3 kompetitor dalam pemilu yaitu Partai Persatuan Pembangunan fusi partai-
partai Islam dan Partai Demokrasi Indonesia fusi partai- partai nasionalis dan Kristen. Banyak kalangan menilai bahwa era pemerintahan ini merupakan era
pemerintahan yang anti demokrasi karena mengekang kebebasan individu dan kelompok.
Gulingnya rezim otoriter Orde Baru yang digantikan oleh Era Reformasi membawa semangat baru bagi pembangunan demokrasi di Indonesia. Hal ini
dibuktikan dengan diambilnya kebijakan-kebijakan yang menyokong tonggak demokrasi di Indonesia. Salah satu buktinya adalah dengan adanya pembatasan
masa kekuasaan presiden dua periode yang bertujuan untuk menghindari kekuasaan yang otoriter, yakni hanya 2 periode saja.
21
Selain itu kebebasan untuk
21
Dpr.go.id diunggah tanggal 15 desember 2013 pukul 23.07
Universitas Sumatera Utara
32 mendirikan organisasi-organisasi politik menjadi sebuah pelepas dahaga akan
kehidupan demokrasi yang telah di rampas oleh rezim militer orde baru. Kehidupan terus tumbuh di era reformasi sekalipun terkadang terjadi pasang surut
dalam perjalanannya. Salah satu produk reformasi yang membawa pencerahan bagi iklim
demokrasi adalah dengan diselenggarakannya pemilihan kepala pemerintahan baik di tingkat pusat maupun daerah secara langsung. Sebelumnya pemimpin
pemerintahan pusat dan daerah hanya dilakukan oleh lembaga perwakilan dewan perwakilan rakyat saja, namun sejak tahun 2004 pemilihan umum dilaksanakan
secara langsung. Pemilihan umum tahun 2004 menggunakan sistem pemilihan umum yang
berbeda-beda, bergantung untuk memilih siapa. Dalam pemilu 2004, rakyat Indonesia memilih presiden, anggota parlemen DPR, DPRD I, dan DPRD II,
serta DPD Dewan Perwakilan Daerah. Untuk ketiga maksud pemilihan tersebut, terdapat tiga sistem pemilihan yang berbeda. Sistem pemilu yang digunakan
adalah Proporsional dengan Daftar Calon Terbuka. Proporsional Daftar adalah sistem pemilihan mengikuti jatah kursi di tiap daerah pemilihan. Jadi, suara yang
diperoleh partai-partai politik di tiap daerah selaras dengan kursi yang mereka peroleh di parlemen. Untuk memilih anggota parlemen, digunakan sistem pemilu
Proporsional dengan varian Proporsional Daftar terbuka. Untuk memilih anggota DPD, digunakan sistem pemilu Lainnya, yaitu Single Non Transverable Vote
SNTV. Sementara untuk memilih presiden, digunakan sistem pemilihan
Universitas Sumatera Utara
33 MayoritasPluralitas dengan varian Two Round System Sistem Dua
Putaran. Putaran pertama seluruh pasangan capres-cawapres yang ada bertarung
untuk memperoleh mayoritas 50 plus 1. Jika di dalam putaran pertama ada di antara pasangan capres-cawapres yang beroleh suara 50 dengan sedikitnya
20 suara di setiap dari setengah jumlah provinsi yang ada di Indonesia, maka pasangan tersebut otomatis menang. Namun, jika tidak ada satu pun pasangan
yang memenuhi syarat tersebut, maka diadakan pemilu putaran kedua. Putaran kedua menghendaki pasangan capres-cawapres yang beroleh suara terbanyak
otomatis terpilih selaku presiden dan wakil presiden Republik Indonesia. Sistem pemilihan presiden tersebut diatas tetap dipertahankan dan digunakan untuk
pemilihan presiden tahun 2009.
1.6. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti perlu untuk memberi batasan identifikasi masalah dalam meneliti Peran dan fungsi sentral KPU dalam pemilihan umum di
Indonesia. Batasan masalah diperlukan untuk lebih menspesifikkan lagi ruang lingkup permasalahan penelitian.
Adapun pun yang menjadi identifikasi masalah adalah sebagai berikut : 1.
Yang menjadi pokok permasalahan adalah Peran dan Fungsi Komisi Pemilihan Umum Kota Medan sebagai penyelenggara pemilu.
2. Yang menjadi topik masalah adalah seputar tugas, fungsi dan peran
Komisi Pemilihan Umum kota Medan dalam pemilihan umum.
Universitas Sumatera Utara
34
1.7. Metode Penelitian
Kajian ilmu sosial terhadap satu fenomena sosial sudah tentu membutuhkan kecermatan. Sebagai suatu ilmu tentang metode atau tata cara
kerja, maka metodologi adalah pengetahuan tentang tata cara mengkonstruksi bentuk dan instrument penelitian. Konstruksi teknik dan istumen yang baik dan
benar akan mampu menghimpun data secara obyektif, lengkap dan dapat dianalisa untuk memecahkan suatu permasalahan. Menurut Antonius Birowo, metodologi
akan mengkaji tentang proses penelitian yaitu bagaimana peneliti berusaha menjelaskan apa yang diyakini dapat diketahui dari masalah penelitian yang akan
dilakukan.
22
1.7.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan menggunakan pendekatan analisis yaitu suatu metode dalam meneliti satu objek, kondisi, suatu
sistem pemikiran, ataupun suatu peristiwa yang terjadi di masa sekarang. Menurut Whitney, metode deskriptif adalah pencarian fakta interpretasi yang tepat yang
digunakan untuk mempelajari masalah- masalah yang ada dalam masyarakat dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat, serta hubungan- hubungan kegiatan,
sikap- sikap, pandangan dan proses yang sedang berlangsung juga suatu pengaruh- pengaruh dari suatu fenomena.
23
22
Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi, Yogyakarta : Gintanyali, 2004, hal. 71-72.
23
Mohamad Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia: Jakarta, 1998, hal. 4.
Universitas Sumatera Utara
35
1.7.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Komisi Pemilihan Umum Kota Medan, yang terletak di Jl. Kejaksaan No.37, Medan – Sumatera Utara.
1.7.3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh informasi, keterangan- keterangan atau fakta- fakta yang diperlukan, maka penulis menggunakan tekhnik pengumpulan data sebagai
berikut: 1.
Metode Library Research atau Studi Kepustakaan, yaitu studi yang dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan buku- buku, makalah,
jurnal, ataupun literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. 2.
Metode Penelitian Lapangan Field Research, yaitu dengan cara datang langsung ke lokasi penelitian untuk menghimpun data- data yang
diperlukan dengan cara melakukan wawancara dengan narasumber terkait.
1.7.4. Teknik Analisa Data
Adapun teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara menggunakan metode kualitatif. Jenis analisa data seperti ini banyak
digunakan pada jenis penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu suatu metode yang lebih didasarkan kepada pemberian gambaran yang terperinci yang
Universitas Sumatera Utara
36 mengutamakan penghayatan dan berusaha memahami suatu peristiwa dalam
situasi tertentu menurut pandangan peneliti.
24
Untuk analisis data kualitatif dilakukan pada data yang tidak dapat dihitung berwujud kasus- kasus sehingga
tidak dapat disusun dalam bentuk angka- angka.
1.8. Sistematika Penelitian
Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan lebih terperinci serta untuk mempermudah isi, maka penelitian ini terdiri kedalam 4 empat bab, yakni:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan mengenai Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kerangka
Teori, Metodologi Penelitian, dan Sistematika penelitian.
BAB II : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Dalam bab ini akan menggambarkan segala sesuatu mengenai profil Komisi Pemilihan Umum yaitu: Sejarah lahirnya Komisi
Pemilihan Umum, Struktural lembaga Komisi Pemilihan Umum, serta keanggotaan Komisi Pemilihan Umum.
BAB III : ANALISIS DATA
24
Hadari Nawawi, Op. Cit. hal. 40.
Universitas Sumatera Utara
37 Bab ini nantinya berisikan tentang penyajian data dan fakta yang
diperoleh dari undang-undang, buku-buku, wawancara, dan juga akan menyajikan pembahasan dan analisis data dan fakta tersebut.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis data pada bab – bab sebelumnya serta
berisi adanya saran – saran yang peneliti peroleh setelah melakukan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
38
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
2.1 Gambaran Umum Kota Medan