38
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
2.1 Gambaran Umum Kota Medan
2.1.1 Letak Geografis
Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subur di wilayah dataran
rendah timur dari propinsi Sumatera Utara dengan ketinggian berada di 22,5 meter di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan
Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka. Secara geografis, Medan terletak pada 3,30°-3,43° LU dan 98,35°-98,44° BT
dengan topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat dan timur Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli dan Serdang. Di sebelah utara berbatasan
dengan Selat Malaka. Letak yang strategis ini menyebabkan Medan berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa baik itu domestik
maupun internasional.
25
Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2000-2500 mm per tahun. Suhu udara di Kota Medan berada pada
maksimum 32,4°C dan minimum 24°C. Kotamadya Medan memiliki 21 Kecamatan dan 158 Kelurahan. Adapun luas wilayah masing-masing kecamatan
dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
25
Pemko Medan. Profil Kota Medan, Medan : Pemerintah Kotamadya Medan, 2004 hal.36
Universitas Sumatera Utara
39
Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Medan Berdasarkan Kecamatan
No Kecamatan
Luas Km² Presentase
1. Medan Tuntungan
20,68 7,80
2. Medan Selayang
12,81 4,83
3. Medan Johor
14,58 5,50
4. Medan Amplas
11,19 4,22
5. Medan Denai
9,05 3,41
6. Medan Tembung
7,99 3,01
7. Medan Kota
5,27 1,99
8. Medan Area
5,52 2,08
9. Medan Baru
5,84 2,20
10. Medan Polonia
9,01 3,40
11. Medan Maimun
2,98 1,13
12. Medan Sunggal
15,44 5,83
13. Medan Helvetia
13,16 4,97
14. Medan Barat
6,82 2,57
15. Medan Petisah
5,33 2,01
16. Medan Timur
7,76 2,93
17. Medan Perjuangan
4,09 1,54
18. Medan Deli
20,84 7,86
19. Medan Labuhan
36,67 13,83
20. Medan Marelan
23,82 8,89
Universitas Sumatera Utara
40
21. Medan Belawan
26,25 9,90
Jumlah
265,10 100
2.1.2. Komposisi Penduduk
Penduduk Kota Medan terdiri dari berbagai macam suku atau etnis. Sebelum kedatangan bangsa asing ke wilayah Medan yang merupakan bagian dari wilayah
Sumatera Timur pada saat itu, penduduk Medan masih dihuni oleh suku-suku asli, seperti : Melayu, Simalungun, dan Karo. Namun, seiring dengan hadir dan
berkembangnya perkebunan tembakau di Sumatera Timur maka demografi penduduk Medan berubah dengan hadirnya suku-suku pendatang, seperti Jawa,
Batak Toba, Cina, dan India. Suku-suku pendatang itu tinggal menetap dan telah bercampur baur dengan penduduk asli sehingga Kota Medan sampai saat ini
dihuni oleh berbagai macam etnis, seperti : Melayu, Simalungun, Batak Toba, Mandailing, Cina, Angkola, Karo, Tamil, Benggali, Jawa, dan lain sebagai. Suku-
suku yang ada di Kota Medan ini hidup secara harmonis dan toleran antara satu
suku dengan yang lain. 2.1.3 Latar Belakang Historis
Kotamadya Medan awalnya adalah sebuah perkampungan kecil yang dinamakan kampung ‘MEDAN PUTRI.’ Letaknya berada di antara pertemuan
Universitas Sumatera Utara
41 Sungai Deli dan Sungai Babura dan termasuk wilayah XII Kuta Hamparan
Perak.
26
Hadirnya perkebunan tembakau di wilayah Sumatera Timur telah membawa perubahan yang signifikan baik dari segi ekonomi, sosial, dan demografi.
Keuntungan yang didapat dari perkebunan tembakau begitu besar sehingga mempengaruhi perkembangan perekonomian di Sumatera Timur. Keuntungan itu
tidak hanya dirasakan oleh pihak pengusaha perkebunan saja tetapi juga dirasakan oleh pihak sultan dan raja-raja yang berkuasa di Sumatera Timur. Keuntungan
yang didapat berkat hadirnya perkebunan tembakau di Sumatera Timur telah mengangkat kondisi sosial-ekonomi pihak penguasa Sumatera Timur. Sebelum
kedatangan
Belanda, para raja hidup dalam keadaan melarat. Setelah kedatangan Belanda, gaya hidup pihak penguasa Sumatera Timur pun berubah. Mereka tidak
melewatkan sedikt waktu pun untuk mengadakan pesta-pesta mewah untuk menyambut tamu-tamu Eropa. Selain itu, banyak orang dari luar wilayah
Sumatera Timur datang ke wilayah ini untuk mencari nafkah sehingga mempengaruhi demografi Sumtera Timur pada saat itu. Seiring dengan
perkembangan perkebunan tembakau di Sumatera Timur, pihak pengusaha perkebunan mulai memperkerjakan kuli-kuli Cina. Awalnya pihak pengusaha
mempekerjakan penduduk asli, yaitu Batak dan Melayu, tetapi karena mereka
26
Tengku Luckman Sinar. Bangun dan Runtuhya Kerajaan Melayu Di Sumatera Timur. Hal. 334
Universitas Sumatera Utara
42 cenderung malas bekerja maka pihak pengusaha tidak mempekerjakan penduduk
asli lagi. Namun pada akhirnya pihak pengusaha pihak pengusaha mendatangkan kuli-kuli yang berasal dari Jawa dan India dengan sistem kontrak.Dengan
demikian komposisi penduduk wilayah Sumatera Timur tidak hanya didiami oleh penduduk asli tetapi juga didami oleh suku-suku pendatang, seperti Jawa, Cina,
India, dan suku Batak Toba yang datang ke Sumatera Timur untuk mencari nafkah.
Pada tahun 1887, Kesultanan Deli dipindahkan dari Labuhan ke Kota Medan. Bersamaan dengan itu, Kota Medan dijadikan sebagai Ibukota
Karesidenan Sumatera Timur dengan luas wilayah 90.000 km². Dengan dijadikannya Medan sebagai ibukota Karesidenan Sumatera Timur, maka Medan
menjadi pusat perekonomian Sumatera Timur. Di Kota medan juga dibuka kantor Chartered Bank pada tahun 1888 yang disusul oleh dibukanya kantor
Nederlandsche Handel Maatschaappij pada tahun 1892.Perkembangan perekonomian yang begitu pesat menyebabkan dibukanya Belawan sebagai
pelabuhan internasional Ketika Medan dijadikan Ibukota Karesidenan Sumatera Timur, tumbuh
kampung-kampung yang baru, yaitu : Kampung Petisah Hulu, Kampung Petisah Hilir, Kampung Kesawan, dan Kampung Sungai Rengas. Kampung-kampung ini
dikepalai oleh seorang kepala kampung di bawah komando Kontrolir di Labuhan. Kampung Petisah Hulu disatukan dengan Petisah Hilir yang dikepalai oleh
seorang Kepala Kampung. Kemudian, tumbuh lagi kampung yang baru, yatiu :
Universitas Sumatera Utara
43 Kampung Aur dan Kampung Keling yang dikepalai oleh wakil Kepala
Kampung.
27
Pada tahun 1918 status Medan beralih dari status ibukota Karesidenan Sumatera Timur menjadi status Gementee Kotapraja tetapi kota Maksum dan
Sungai Kera tidak termasuk ke dalam wilayah Kotapraja. Kedua wilayah itu tetap berada dalam kekuasaan Sultan Deli.. Walikota Kotapraja Medan pada saat itu
adalah Baron Daniel Mackay.Selain itu, muncul pula tempat pemukiman baru yang letaknya terpisah dari penduduk pribumi dan berdiam secara eksklusif.
Tempat pemukiman itu ditujukan untuk orang-orang Eropa dan orang-orang Cina. Bahkan di kalangan penduduk pribumi ada juga yang membentuk kelompoknya
sendiri seperti kampung Mandailing. Pada masa itu penduduk Medan berjumlah 43.826 jiwa. Hal ini disebabkan penduduk pribumi telah bercampur-baur dengan
pendatang asing, seperti orang Eropa, orang Cina, dan orang Asia lainnya. Selanjutnya, Medan mengalami perkembangan yang begitu pesat baik dari
segi ekonomi dan pemerintahan. Setelah Indonesia merdeka, Kota Medan menjadi kota otonom yang berada di bawah pengawasan Gubernur Sumatera.
Hal ini sesuai dengan ketetapan Gubernur No.103 padatanggal 17 Mei 1946 mengenai pembentukan 15 kota otonom. Ketika Negara Sumatera
TimurNST terbentuk Medan dijadikan Stadsgemente.
28
27
Tengku Luckman Sinar, SH. Sejarah Medan Tempo Doeloe, Medan : Perwira,1991 hal. 58
28
Pemdasu. Sumetera Utara Dalam Lintasan Sejarah.hal.314-319
Universitas Sumatera Utara
44 Seiring dengan terbentuknya Propinsi Sumetara Utara maka pemerintahan
Negara Sumatera Timur pun dihapuskan. Propinsi Sumatera Utara yang telah terbentuk itu meliputi wilayah Karesidenan Aceh, Sumatera Timur dan Tapanuli
dengan Medan sebagai puSat pemerintahannya.Tetapi pembentukan propinsi Sumatera Utara menuai protes dari kalangan masyarakat Aceh yang
menginginkan wilayah Aceh menjadi satu propinsi yang otonom dan tetap tunduk pada pemerintah pusat. Setelah melaui perundingan, maka pada tahun 1956 Aceh
tidak lagi menjadi bagian dari Propinsi Sumatera Utara. Dengan demikian, terjadi perubahan jumlah Daerah Otonom tingkat II, yaitu 10 Kabupaten, 3 Kota besar
termasuk Kota Medan, dan 3 kota kecil lainnya. Melalui Keputusan Gubernur Propinsi Sumatera Utara Nomor 66IIIPSU ditetapkan bahwa sejak 21 September
1951, daerah kota Medan diperluas tiga kali lipat dengan mengambil wilayah Kabupaten Deli dan Serdang.. Keputusan tersebut disusul oleh Maklumat
Walikota Medan nomor 2 tanggal 29 September 1951 yang menetapkan luas kota Medan menjadi 5.130 Ha dan meliputi 4 kecamatan, yaitu: Kecamatan Medan,
Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Barat, dan Kecamatan Medan Baru. Empat kecamatan tersebut memiliki 59 Kepenghuluan.
Dalam perkembangan selanjutnya Medan yang telah menjadi Kotamadya, mengalami perluasan daerah. Melalui Peraturan Pemerintah No.22 tahun 1973
ditetapkan bahwa beberapawilayah yang sudah menjadi bagian dari Kabupaten Deli Serdang, dimasukkan ke dalam wilayah Kotamadya Medan, sehingga Medan
memiliki 11 Kecamatan dan 116 Kelurahan. Kemudian, melalui sebuah surat
Universitas Sumatera Utara
45 persetujuan dari Mendagri pada tahun 1986, Kelurahan yang ada di Kotamadya
Medan ditambah menjadi 144 Kelurahan. Sebelas Kecamatan yang ada di
Kotamadya Medan pada saat itu adalah:
1. Kecamatan Medan Kota dengan 26 Kelurahan 2. Kecamatan Medan Timur dengan 18 Kelurahan
3. Kecamatan Medan Barat dengan 13 Kelurahan 4. Kecamatan Medan Baru dengan 18 Kelurahan
5. Kecamatan Medan Deli dengan 6 Kelurahan 6. Kecamatan Medan Labuhan dengan 7 Kelurahan
7. Kecamatan Medan Johor dengan 11 Kelurahan 8. Kecamatan Medan Sunggal dengan 14 Kelurahan
9. Kecamatan Medan Tuntungan dengan 11 Kelurahan 10. Kecamatan Medan Denai dengan 14 Kelurahan
11. Kecamatan Medan Belawan dengan 6 Kelurahan Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan
Melalui Peraturan Pemerintah RI No. 59 tahun 1991 tentang pembentukan beberapa Kecamatan di Sumtera Utara, maka Kecamatan yang ada di Kotamadya
Universitas Sumatera Utara
46 Daerah Tingat II Medan dimekarkan menjadi 19 Kecamatan. Kesembilanbelas
Kecamatan itu adalah: 1. Kecamatan Medan Tuntungan dengan 9 Kelurahan
2. Kecamatan Medan Johor dengan 6 Kelurahan 3. Kecamatan Medan Amplas dengan 8 Kelurahan
4. Kecamatan Medan Denai dengan 5 Kelurahan 5. Kecamatan Medan Tembung dengan 7 Kelurahan
6. Kecamatan Medan Kota dengan 12 Kelurahan 7. Kecamatan Medan Area dengan 12 Kelurahan
8. Kecamatan Medan Baru dengan 6 Kelurahan 9. Kecamatan Medan Polonia dengan 5 Kelurahan
10. Kecamatan Medan Maimun dengan 6 Kelurahan 11. Kecamatan Medan Selayang dengan 6 Kelurahan
12. Kecamatan Medan Sunggal dengan 6 Kelurahan 13. Kecamatan Medan Helvetia dengan 7 Kelurahan
14. Kecamatan Medan Petisah dengan 7 Kelurahan 15. Kecamatan Medan Barat dengan 6 Kelurahan
Universitas Sumatera Utara
47 16. Kecamatan Medan Timur dengan 18 Kelurahan
17. Kecamatan Medan Deli dengan 6 Kelurahan 18. Kecamatan Medan Labuhan dengan 7 Kelurahan
19. Kecamatan Medan Belawan dengan 6 Kelurahan Sumber Badan Pusat Statistik Kota Medan
Kemudian dua wilayah di Kotamadya Medan dimekarkan menjadi wilayah Kecamatan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.35 tahun
1992 tentang pembentukan Kecamatan di Sumatera Utara. Berdasarkan keputusan tersebut, Kecamtan di Kotamadya Medan yang semula berjumlah 19 menjadi 21
Kecamatan. Dua Kecamatan yang mengalami pemekaran
tersebut adalah Kecamatan Medan Marelan dengan 4 Kelurahan dan Kecamatan Medan Perjuangan
dengan 9 Kelurahan.
2.2. Sejarah Pembentukan KPU Medan