P
P
ERKEMBANGAN
E
KONOMI
M
AKRO
20
realisasi usaha yang paling tinggi dengan saldo bersih masing-masing yaitu 52,94, 33,33 dan 22,22 Grafik1.11.
Perkembangan tiap sektor ekonomi yang memiliki kontribusi terhadap pembentukan PDRB akan dianalisis lebih lanjut dalam sub bab berikut ini.
1.3.1 Sektor Pertanian
Pada triwulan III-2009 sektor pertanian mengalami pertumbuhan sebesar 3,95 y.o.y. Share sektor pertanian pada periode berjalan masih merupakan share yang
paling besar dalam perekonomian Sulawesi Tenggara yaitu sebesar 33,46 Grafik 1.10 dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 1,37 Tabel 1.5. Namun
pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan III-2009 sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan III-2008 dan triwulan II-2009 yang masing-masing tercatat sebesar
6,71 y.o.y dan 4,15 y.o.y. Meski mengalami perlambatan, perkembangan sektor pertanian masih menunjukkan
pertumbuhan yang positif antara lain didorong oleh peningkatan pembiayaan dari perbankan, yang meningkat sebesar 84,30 y.o.y dari Rp82,97 Milyar menjadi sebesar
Rp152,92 Milyar. Selain itu pertumbuhan sektor pertanian juga didorong oleh pertumbuhan pada sub
sektor perkebunan yang antara lain bersumber dari produksi kakao yang mencapai puncak pada bulan Juli 2009. Hal ini tercermin dari adanya kegiatan ekspor kakao pada triwulan III-
-40.0 -30.0
-20.0 -10.0
- 10.0
20.0 30.0
40.0 50.0
60.0
T r
w -I
T r
w -I
I T
r w
-I II
T r
w -I
V T
r w
-I T
r w
-I I
T r
w -I
II
2008 2009
PERTANIAN, P ERKEBUN AN, PETERNAKAN , KEHUTAN AN DAN
PERIKANAN PERTAMBAN GAN
IN DUSTRI PEN GO LAHAN LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH
PERDAGANGAN, HO TEL DAN RESTO RAN
PENGANKUTAN DAN KO MUNIKASI KEUAN GAN, P ERSEWAAN JASA
PERUSAHAAN JASA - JASA
Grafik 1.11 Perkembangan Realisasi Kegiataan Usaha Pada SKDU
Sumber: SKDU Bank Indonesia KEndari
PERKEMBANGAN
E
KONOMI
M
AKRO
21
Sumber: Data Dinas Pertanian Prov. Sulawesi Tenggara
2009 yang tercatat sebesar 1.696,80 Ton Tabel 1.3. Pada sub sektor tanaman bahan makanan terjadi perlambatan pertumbuhan yang
disebabkan oleh mulai berkurangnya masa panen padi yang mencapai puncaknya pada bulan Agustus 2009 yang tercermin dari penurunan luas lahan panen padi dari 31.848 Ha pada
triwulan II-2009 menjadi 20.042 Ha yang berdampak pada penurunan produksi padi dari 124.047,96 Ton pada triwulan II-2009 menjadi 78.063 Ton Tabel 1.6.
Berdasarkan Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha SKDU, realisasi kegiatan usaha pada sektor pertanian juga mengalami trend melambat dengan nilai Saldo Bersih SB 4,26
menurun dibandingkan nilai SB pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 12,77 Grafik 1.10. Perlambatan ini terutama didorong oleh penurunan SB realisasi usaha pada sub
sektor tanaman bahan makanan yang tercatat -16,67. Selain itu, saldo bersih realisasi usaha sub sektor perkebunan meski masih tumbuh positif namun terjadi perlambatan
dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari nilai SB dengan nilai 30,77 menjadi 7,69.. Pada sektor pertanian, perhatian pemerintah daerah sangat diperlukan dalam
penyediaan barang modal yang dapat meningkatkan kualitas pertanian Sulawesi Tenggara khususnya untuk sub sektor tabama komoditas padi yang dengan kondisi mesin yang ada
saat ini belum dapat memberikan nilai tambah bagi hasil beras Sulawesi Tenggara agar dapat bersaing dengan beras dari daerah lain, diperlukan mesin dengan kualitas dan kapasitas yang
lebih baik namun harga yang tidak terjangkau oleh pelaku usaha pertanian. Pada sub sektor perkebunan, komoditas kakao, belum lancarnya realisasi pelaksanaan gerakan nasional kakao
menyebabkan menurunnya kuantitas dan kualitas kakao Sulawesi Tenggara, sehingga pengawasan dan perhatian pemerintah daerah dalam hal ini sangat diperlukan.
Triwulan I Triwulan II Triwulan III
Produksi Padi Ton 60,762
124,048 78,063
Luas Lahan Ha 31,180
29,884 16,755
Luas Panen Ha 15,600
31,848 20,042
Supply Pupuk Ton Urea
4,479 5,144
5,552 Superphos
686 1,608
1,947 ZA
650 984
1,577 NPK
1,285 1,857
1,417 Organik
108 94
282 2009
Indikator
Tabel 1.6 Produksi Padi Prov. Sultra 2009
P
P
ERKEMBANGAN
E
KONOMI
M
AKRO
22 1.3.2
Sektor Pertambangan Perkembangan sektor pertambangan Provinsi Sulawesi Tenggara pada
triwulan III-2009 mengalami pertumbuhan sebesar 8,78 y.o.y. Share sektor
pertambangan pada perekonomian Sulawesi Tenggara pada periode berjalan sebesar 4,74 dengan kontribusi sebesar 0,41 Grafik 1.10. Pertumbuhan sektor pertambangan
mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 28,09. Perlambatan sektor pertambangan dikonfirmasi oleh menurunnya pertumbuhan
pembiayaan perbankan terhadap kredit sektor pertambangan yang tercatat -17,09 y.o.y dari Rp12,35 Milyar pada triwulan III-2008 menjadi Rp10,23 Milyar.
Selain itu, turunnya produksi komoditas utama sektor pertambangan yaitu biji nikel dari 361.457 WMT pada triwulan III-2008 menjadi 264.806 WMT Grafik 1.12 turut
mendorong perlambatan pertumbuhan sektor pertambangan. Ekspor komoditas sektor pertambangan juga mengalami penurunan volume dari 571.841,492 WMT menjadi 473.047
WMT Grafik 1.12 yang turut mengkonfirmasi perlambatan sektor pertambangan.
Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha SKDU juga menegaskan perlambatan pertumbuhan sektor pertambangan melalui angka saldo bersih perkembangan realisasi usaha
pada triwulan III-2009 yang tercatat -16,67 Grafik 1.11, angka tersebut menunjukkan tendensi menurunnya realisasi usaha sektor pertambangan.
Selanjutnya sesuai hasil liason Bank Indonesia Kendari dengan perusahaan pertambangan, penurunan aktivitas pertambangan biji nikel disebabkan oleh masih
rendahnya permintaan dunia terhadap komoditas biji nikel sebagai dampak dari krisis
-100 -
100 200
300 400
500 600
- 100,000
200,000 300,000
400,000 500,000
600,000 700,000
800,000
Q1 Q2
Q3 Q4
Q1 Q2
Q3 Q4
Q1 Q2
Q3 2007
2008 2009
Biji Nikel Pertumbuhan
Sumber: PT. Antam Tbk
Grafik 1.12 Produksi Biji Nikel PT.Antam, Tbk
PERKEMBANGAN
E
KONOMI
M
AKRO
23
keuangan global. Selain itu mulai berkurangnya aktivitas pertambangan emas di Bombana dengan ditutupnya sebagian area pertambangan juga turut memberikan sumbangan
perlambatan pertumbuhan sektor pertambangan.
1.3.3 Sektor Industri Pengolahan