PERKEMBANGAN
P
ERBANKAN
53
tahun terakhir tabel 3.3.. Namun demikian jika dikaji lebih jauh laba usaha perbankan lebih karena didorong oleh spread antara suku bunga dana dan suku bunga kredit yang cukup besar.
Tw III Tw III
Tw IV Tw I
Tw II Tw III
Tw IV Tw I
Tw II Tw III
Pendapatan Operasional 326,901 413,842 568,810
153,742 326,642 519,764 715,119 194,743 410,581 636,416
Beban Operasional 223,947 279,056 371,884
97,418 234,337 352,941 455,867 128,962 252,239 368,021
Rasio BOPO 68.51
67.43 65.38
63.36 71.74 67.90 63.75 66.22 61.43 57.83
2006 Indikator
2007 2008
2009
Sumbre: LBU
Laba usaha sebagian besar bersumber dari pendapatan operasional yakni sebesar Rp636 miliar, yang terdiri dari pendapatan bunga Rp567 miliar 89,06, Provisi dan Komisi Rp69 miliar
10,83 dan pendapatan lainnya Rp0,7 miliar 0,11, sedangkan biaya bunga tercatat sebesar Rp141 miliar, sehingga pendapatan bunga bersih net interest incomeNII tercatat sebesar Rp426
miliar, meningkat sebesar 25,61 y-o-y. Melihat tingginya pertumbuhan laba bank yang bersumber dari tingginya bunga kredit di
tengah stabilnya kondisi perekenomian nasional, rendahnya BI rate serta rendahnya biaya dana, maka dalam jangka panjang kondisi ini tentunya kurang kondusif bagi perkembangan dunia usaha.
Untuk itu momentum ini seharusnya disikapi perbankan untuk lebih meningkatkan fungsi agen of development di daerah dengan menurunkan bunga kreditnya. Bunga kredit yang rendah akan lebih
mendorong minat masyarakat untuk berusaha dengan memanfaatkan sumber dana perbankan. Rendahnya tingkat bunga kredit diharapkan dapat menjadi stimulus dalam mendorong
pertumbuhan sektor riil yang pada gilirannya akan meningkatkan perekonomian daerah.
3.2. Perkembangan BPR
Sejalan dengan perkembangan bank umum, kinerja BPR Sulawesi Tenggara juga memperlihatkan performa yang cukup baik, sebagaimana terlihat pada beberapa indikator seperti
aset, DPK dan kredit yang disalurkan yang menunjukan peningkatan, baik secara triwulanan q-t-
q maupun tahun berjalan y-t-d. Total aset tercatat sebesar Rp59,53 miliar, meningkat 0,14 dibandingkan triwulan II-2009, peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan DPK
dan pinjaman yang diterima tabel 3.4..
Tabel 3.3 Perkembangan BOPO
PE
P
ERKEMBANGAN
P
ERBANKAN
62
Tw III Tw IV
Tw I Tw II
Tw III q-t-q
y-t-d y-o-y
ASET
56,921 52,892
56,839 59,529
59,615 0.14
12.71 4.73
TOTAL DPK
47,331 46,661
48,374 49,309
50,477 2.37
8.18 6.65
Kredit
43,441 38,083
47,092 48,606
48,799 0.40
28.14 12.33
L D R
91.78 81.62
97.35 98.57
96.68
Indikator Growth
2009 2008
Sumber: LBPR
Di tengah persaingan yang ketat terutama dengan bank umum dalam menghimpun dana
masyarakat, BPR masih tetap mampu meningkatkan penghimpunan dana masyarakat. DPK pada posisi September 2009 tercatat Rp49,37 miliar atau meningkat sebesar 0,12 q-t-q.
Peningkatan terjadi pada tabungan yakni sebesar 0,99, sementara deposito mengalami penurunan sebesar 0,69 q-t-q. tabel 3.5.
Tw III Tw IV
Tw I Tw II
Tw III q-t-q
y-t-d y-o-y
Deposito 19,785
18,530 25,038
24,863 24,264
-2.41 30.94
22.64 Tabungan
27,546 28,131
23,336 24,446
26,213 7.23
-6.82 -4.84
Total 47,331
46,661 48,374
49,309 50,477
2.37 8.18
6.65
DPK Growth
2009 2008
Sumber: LBPR
Dengan meningkatnya DPK yang dihimpun meskipun relatif kecil, memberikan peluang
kepada BPR untuk meningkatkan pangsa penyaluran kreditnya. Kredit tercatat sebesar Rp48,80 miliar, meningkat 0,40 dibandingkan triwulan II-2009 yang sebesar Rp.48,61 miliar,
sehingga pada tahun berjalan y-t-d kredit BPR tumbuh sebesar 28,14.
Tw III Tw IV
Tw I Tw II
Tw III q-t-q
y-t-d y-o-y
Modal Kerja 28,435
24,696 31,389
33,204 31,848
-4.08 28.96
12.00 Investasi
148 146
100 0.00
0.00 0.00
Konsumsi 14,858
13,241 15,603
15,402 16,951 10.06
28.02 14.09
Jumlah 43,441
38,083 47,092
48,606 48,799
0.40 28.14
12.33
Indikator Growth
2009 2008
Sumber: LBPR
Tabel 3.4 Perkembangan Indikator BPR Juta Rp
Tabel 3.5 Perkembangan Penghimpunan DPK BPR
Tabel 3.6 Perkembangan Kredit BPR Menurut Penggunaan
PERKEMBANGAN
P
ERBANKAN
55
Berbeda dengan struktur kredit bank umum yang didominasi oleh kredit konsumsi, kredit berdasarkan penggunaan didominasi oleh kredit modal kerja, dengan pangsa sebesar 65,26,
sementara pangsa kredit konsumsi hanya sebesar 34,74. Kredit konsumsi menunjukkan pertumbuhan sebesar 10,06, sedangkan kredit modal kerja turun sebesar 4,08 q-t-q. tabel
3.6.
Secara sektoral, kredit yang disalurkan BPR sebagian besar terserap
di sektor PHR yakni sebesar Rp25,07 miliar 51,29 diikuti oleh sektor lain-
lain Rp16,93 miliar 34,69, sementara sektor
jasa, industri
dan pertanian
pangsanya masih di bawah 10,00 grafik 3.11.
Dari kondisi ini terlihat bahwa BPR di Sulawesi Tenggara dalam menyalurkan
kreditnya masih fokus pada pembiayaan usaha mikro dan kecil terutama di sektor
perdagangan. Kualitas kredit yang disalurkan oleh BPR pada triwulan III-2009 mengalami sedikit
penurunan dibandingkan triwulan II-2009, sebagaimana terlihat pada pada peningkatan NPL gross dari 6,35 menjadi 6,64. Guna memitigasi risiko kerugian BPR telah membentuk PPAP
yang cukup sebagaimana terlihat pada NPL nett yang sebesar 4,39. Sementara itu dari sisi perolehan laba, hingga triwulan III-2009, BPR Sulawesi Tenggara telah
membukukan laba usaha sebelum pajak sebesar Rp3,13 miliar. Namun demikian rasio BOPO masih relatif tinggi yakni sebesar 78,37, hal ini tidak terlepas dari struktur biaya dana cost of fund BPR
yang masih tinggi.
3.3. Perkembangan Kredit UMKM