BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Endometriosis merupakan salah satu penyakit jinak ginekologi yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di
negara-negara maju maupun berkembang, telah banyak penelitian yang dilakukan terhadap endometriosis, namun hingga kini penyebab
dan patogenesisnya masih belum diketahui secara pasti. Dalam satu hal para ahli sepakat bahwa pertumbuhan endometriosis sangat
dipengaruhi hormon steroid, terutama estrogen. Endometriosis merupakan suatu penyakit inflamasi yang
mempengaruhi lebih kurang 5-10 wanita usia reproduksi di Amerika Serikat. Endometriosis merupakan suatu keadaan dimana dijumpainya
jaringan endometrium diluar cavum uteri, terutama pada peritoneum pelvis dan ovarium. Keluhan utama yang timbul berupa nyeri pelvik
kronik, nyeri saat bersetubuh, dan infertilitas.
1
2.3
Endometriosis dapat juga diturunkan secara poligenik, dimana insiden relatif dari
endometriosis sebesar 7 kali dibandingkan pada wanita dengan tidak dijumpainya riwayat endometriosis dalam keluarga.
2
Terdapat juga hubungan antara kromosom 7 dan 10 dengan kejadian endometriosis,
namun hubungan gen pada regio ini masih belum sepenuhnya dapat dijelaskan.
2,4,5
Endometriosis merupakan suatu kejadian ektopik dari jaringan yang secara morfologi dan fungsional menyerupai jaringan
Universitas Sumatera Utara
endometrium yang terimplantasi pada regio selain daripada uterus. Meskipun endometriosis terjadi paling sering dalam rongga intrapelvis,
banyak kasus endometriosis ekstrapelvis di seluruh tubuh yang telah dilaporkan. Sejak Sampson mengatakan adenomiosis sebagai
endometriosis, kejadiannya telah dilaporkan tidak hanya di jaringan intrapelvis yang termasuk fossa Douglas, cul de sac posterior dan
anterior dari peritoneum pelvis, ligamentum uterosakralis, rektum, kolon, oviducts, tetapi juga pada jaringan ekstrapelvis yaitu hati , paru-
paru, dan saraf serebral dan perifer. Bahkan dalam endometriosis ekstraperitoneal, endometriosis subkutan inguinalis jarang dilaporkan,
dengan angka kejadian sebesar 0,3~0,8. Walaupun menstruasi retrograd merupakan hal yang biasa
terjadi pada seorang wanita, namun tidak semua wanita dengan menstruasi retrograd menderita endometriosis. Sistem imunitas
mungkin telah berubah pada wanita dengan endometriosis, dan telah terdapat hipotesa bahwa penyakit ini dapat berkembang sebagai
akibat dari berkurangnya sistem imunitas tubuh dan berkurangnya mekanisme fagositosis sel-sel endometrium yang berada pada rongga
pelvis. Endometriosis dapat disebabkan oleh penurunan pembersihan dari sel-sel endometrium pada cairan peritoneum yang disebabkan
oleh penurunan aktivitas dari Sel Natural Killer atau penurunan aktivitas dari makrofag. Penurunan sitotoksisitas yang dimediasi oleh
aktivitas selular berhubungan dengan endometriosis. Pada endometriosis dijumpai penurunan aktivitas dari dari sel NK.
6.7
8,9,10
Universitas Sumatera Utara
Terdapat bukti bahwa endometriosis berhubungan dengan inflamasi peritoneum subklinis yang ditandai dengan peningkatan
volume cairan peritoneum, peningkatan konsentrasi sel darah putih pada cairan peritoneum terutama makrofag dengan peningkatan
status aktivasi dan peningkatan sitokin inflamasi, faktor pertumbuhan, dan substansi pemicu angiogenesis.
Telah dilaporkan bahwa pada babon peradangan subklinis dari peritoneum terjadi selama
menstruasi dan setelah injeksi intrapelvis pada endometrium. Ditemukan status aktivitas basal dari makrofag di peritoneum yang
lebih tinggi pada wanita dengan endometriosis dan hal ini berhubungan dengan fungsi fertilitas dengan menurunankan motilitas
sperma, meningkatkan fagositosis sperma. Hal ini mempengaruhi fertilisasi, kemungkinan disebabkan oleh peningkatan sekresi dari
sitokin seperti tumor necrosis factor TNF
.10
Hubungan endometriosis dengan juga ditandai dengan berhubungan peningkatan serum dan penanda proses inflamasi pada
cairan peritoneum ditemukan pada beberapa penelitian. Nyeri pelvis dan keluhan-keluhan dari endometriosis dapat berkurang dengan
pemberian obat anti inflamasi, sehingga hal ini mendukung bahwa dalam endometriosis proses inflamasi memberikan kontribusi sebagai
salah satu patogenesis dari penyakit ini. Kemampuan sel inflamasi merespon patogen adalah penting
untuk mempertahankan kesehatan organisme multiseluler. Pada mamalia, limfosit seharusnya meninggalkan sirkulasi dan berpindah ke
11,12
Universitas Sumatera Utara
organ limfoid sekunder, seperti nodus limfe, dimana antigen berada. Setelah antigen dijumpai, pengiriman terkendali dari sistem imun ke
lokasi inflamasi membentuk pertahanan host. Adhesi molekul mengontrol trafficking leukosit konstitutif dan inflamasi.
L-selectin memainkan peran dalam langkah awal dalam perekrutan leukosit dari sirkulasi ke tempat inflamasi perifer yaitu
rolling leukocytes yang diikuti oleh aktivasi leukosit, adesi yang kuat dan transmigrasi leukosit ke dalam jaringan interstisial.
13,14
15
L-selektin CD62L merupakan suatu sel adesi glikoprotein dengan berat molekul
65-75 kDa yang berasal dari limfosit.
16
Molekul ini memainkan peranan yang penting pada proses perlekatan limfosit ke sel endotel
pada daerah inflamasi, yang secara imunologi disebut sebagai the rolling phenomenon, dan menyebabkan limfosit dapat bermigrasi dari
aliran darah. L-selectin diekspresikan pada seluruh granulosit dan monosit
dan kebanyakan limfosit.
16
Ekspresi L-selectin pada permukaan leukosit memfasilitasi interaksi yang memungkinkan leukosit untuk
meninggalkan aliran darah, dan membuat kontak yang acak untuk mengaktivasi sel endotel dimana mereka akan mulai untuk berputar
dan melekat secara baik.
16
L-Selectin secera eksklusif diekspresikan pada leukosit.
14
Sel T naive mengekspresikan L Selectin yang tinggi pada bagian
permukaan.
14
L-selektin penting untuk pengikatan limfosit pada high endothel venules HEV dan invasi leukosit ke dalam tempat inflamasi.
Universitas Sumatera Utara
Dari penelitian yang dilakukan Odagiri dkk menunjukkan pada endometriosis manusia dijumpai adanya ekspresi L Selectin pada sel
interstisial, termasuk limfosit dan makrofag namun tidak ditemukan ekspresi L selectin pada epitel. Dari pemeriksaan imunohistokimia
pada endometrium eutopik, tidak ditemukan adanya ekspresi L- Selectin. Sehingga mereka menyimpulkan bahwa L-selektin memiliki
peranan penting dalam endometriosis.
16
1.2 Rumusan Masalah