mancanegara maupun wisatawan nusantara. Dengan berbasis alam dan budaya, jumlah desa wisatakampung wisata dari tahun 2008 yang hanya ada
30 desakampung di DIY, semakin tumbuh berkembang dan sampai tahun 2014 meningkat menjadi 112 desakampung wisata dengan berbagai kriteria
Yaitu Majumandiri 30 desakampung, Berkembang 40 desakampung dan Perintisan 42 desakampung. Secara kuantitas perkembangan tersebut
sangat menggembirakan akan tetapi dilihat dari kualitas prosentasenya masih rendah, dikarenakan masi ada berbagai permasalahan dalam pengembangan
desa wisata yaitu sebagai berikut : 1 Sebagian besar manajemenpengelolaan daya tarik desa wisata masih
konvensional dan belum optimal 2 Kebutuhan aksesbilitas dan amenitas fasilitas wisata lainnya di desa
kampung wisata masih belum tercukupiterpenuhi 3 Kuantitas dan kualitas pemasaran informasi promosi desa wisata masih
rendah baik langsung maupun melalui media massa 4 Pemahaman dan pelaksanaan sadar wisata dan sapta pesona sebagian
masyarakat desa wisata belum maksimal 5 Masih ada beberapa desa wisata belum terbentuk kelembagaan yang
terorganisasi dengan baikprofesional 6 Sebagian besar kualitas SDMmasyarakat pengetahuan dan kemampuan
kreatifitas dalam pengelolaan desa wisata masih rendah. 7 Minat berinvestasi dan CSR dari para stakeholder selain pemerintah untuk
berpartisipasi dalam pengembangan desakampung wisata masih rendah
3.2. Telaahan Visi, Misi, dan Program Pimpinan Daerah Terpilih
RPJPD Tahun 2005-2025 merupakan kaidah penuntun pembangunan daerah yang memuat haluan dan arah kebijakan dalam perspektif 20 tahun ke depan guna
mengangkat derajat manusia seutuhnya seluruh lapisan masyarakat DIY, dengan menempatkan dimensi budaya sebagai arus utama mainstream pembangunan.
Sejak kelahiran Yogyakarta, tujuan sejatinya sudah tersandang intrinsic sebagai misi ‘istimewa’, yang terkandung dalam nilai-nilai filosofis ‘Hamêmayu-Hayuning
Bawânâ’.
Visi dari RPJPD 2005 – 2025 adalah sebagai berikut : “Daerah Istimewa Yogyakarta pada Tahun 2025 sebagai Pusat Pendidikan,
Budaya dan Daerah Tujuan Wisata Terkemuka di Asia Tenggara dalam lingkungan Masyarakat yang Maju, Mandiri dan Sejahtera”.
Misi RPJPD adalah sebagai berikut :
1. Mewujudkan pendidikan berkualitas, berdaya saing, dan akuntabel yang didukung oleh sumberdaya pendidikan yang handal.
2. Mewujudkan budaya adiluhung yang didukung dengan konsep, pengetahuan budaya, pelestarian dan pengembangan hasil budaya, serta nilai-nilai budaya
secara berkesinambungan. 3. Mewujudkan kepariwisataan yang kreatif dan inovatif.
4. Mewujudkan sosiokultural dan sosioekonomi yang inovatif, berbasis pada kearifan budaya lokal, ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemajuan, kemandirian, dan
kesejahteraan rakyat. RPJMD tahun 2012-2017 berada pada transisi tahapan lima tahun kedua
2010-2014 dan ketiga 2015-2019 dalam tata waktu RPJPD DIY. Penekanan pada lima tahun kedua adalah pada pembangunan fasilitas-fasilitas pendukung utama
keunggulan daerah yang memiliki daya dukung berantai positif backward effect and forward effect untuk mendorong kemajuan daerah dan melanjutkan pembangunan
kompetensi kepariwisataan yang berdaya saing dan banding tinggal. Lima tahun ketiga mempunyai penekanan pada pendayagunaan kapasitas produk unggulan
pariwista daerah melalui peningkatan fasilitas utama pendukung keunggulan produk wisata daerah untuk meningkatkan akselerasi usaha ekonomi daerah DIY.
TARGET SASARAN POKOK RPJPD Periode RPJMD Tahun 2012-2017 :
1. Membangun perekonomian masyarakat melalui peningkatan dari sektor pariwisata dan sektor pendukung, dengan prioritas tahapan pada: Peningkatan
iklim usaha kepariwisataan dan pendukungnya serta Pengembangan usaha pariwisata.
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk industri kerajinan pendukung kegiatan pariwisata seiring dengan adanya peningkatan modal terhadap UKM,
dengan prioritas tahapan pada: Peningkatan industri kerajinan pendukung pariwisata dan fasilitasi permodalan bagi UKM.
3. Meningkatkan promosi pariwisata baik di dalam negeri maupun di luar negeri dengan titik berat pada: Pengembangan pemasaranpromosi terpadu antara
pelaku usaha industri pariwisata, perdagangan, investasi dan kebudayaan. Visi, Misi dan Program Gubernur DIY Tahun 2012-2017 yang disampaikan
dalam Sidang Paripurna DPRD DIY pada tanggal 21 September 2012 dengan tema “Yogyakarta Menyongsong Peradaban Baru” merupakan ide dasar dan pedoman
dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2012- 2017. Daerah Istimewa Yogyakarta dalam membangun peradaban barunya yang
unggul dengan strategi budaya: membalik paradigma ‘among tani’ menjadi ‘dagang layar’, dari pembangunan berbasis daratan ke kemaritiman, dengan menggali,
mengkaji dan menguji serta mengembangkan keunggulan lokal local genius. Konsekuensinya, Laut Selatan bukan lagi ditempatkan sebagai halaman belakang,
tetapi justru dijadikan halaman depan. Perubahan paradigmatis ini paralel, bahkan terdukung oleh kebijakan ekonomi
nasional dengan ditempatkannya wilayah Kulon Progo dalam program MP3EI Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Eknomi Indonesia.
Pembangunan di wilayah Kulon Progo meliputi Pelabuhan Perikanan Tanjung Adikarta, Bandara Internasional, Kawasan Industri, Kawasan Agropolitan dan
Minapolitan, Kawasan Wisata Maritim, serta Kawasan Industri Baja yang mengandung deposit vanadium, yang di dunia hanya ditemukan di Kulonprogo dan Meksiko. Selain
itu, juga direncanakan pembangunan Pelabuhan Samudera untuk memfasilitasi transportasi ekspor produk-produk hasil industri.
Secara konseptual, strategi pembangunan yang meletakkan wilayah Pantura sebagai pusat pertumbuhan growth pole, asas pemerataannya sudah sulit dipenuhi.
Akibatnya, terjadi marginalisasi di luar growth-pole, di Jawa bagian Selatan. Makin padatnya transportasi di jalur utara membawa implikasi melemahnya carrying capacity
Pantura sebagai growth-pole. Konsekuensinya, perlu melakukan kaji ulang terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW secara komprehensif, menyeluruh dan
lengkap, dengan menempatkan Jawa bagian Selatan sebagai lokasi penyebaran pertumbuhan.Maka, mengalihkan pusat pertumbuhan ekonomi dari wilayah Pantura
ke Pantai Selatan Pansel dengan berkembangnya klaster-klaster industri kecil dan agribisnis di pedesaan, serta industri kelautan, perikanan dan pariwisata maritim di
wilayah pesisir, yang didukung oleh infrastruktur jalan selatan-selatan, menjadi pilihan strategis yang harus diwujudkan.
Bertolak dari pemahaman di atas, berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD DIY dan perkembangan lingkungan strategis, maka
perlu diwujudkan suatu kondisi dinamis masyarakat yang maju namun tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang adiluhung, sehingga dirumuskan Visi
Pembangunan DIY yang akan dicapai selama lima tahun mendatang sebagai berikut:
Visi Pembangunan DIY 2012– 2017: “Daerah Istimewa Yogyakarta Yang Lebih Berkarakter, Berbudaya, Maju,
Mandiri dan Sejahtera Menyongsong Peradaban Baru” Daerah Istimewa Yogyakarta yang lebih berkarakter dimaknai sebagai kondisi
masyarakat yang lebih memiliki kualitas moral yang positif, memanusiakan manusia sehingga mampu membangun kehidupan yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi
orang lain. Pengertian lebih berkarakter sebenarnya berkorelasi secara langsung maupun tidak langsung dengan berbudaya, karena kararkter akan terbentuk melalui
budaya.
Daerah Istimewa Yogyakarta yang berbudaya dimaknai sebagai kondisi
dimana budaya lokal mampu menyerap unsur-unsur budaya asing, serta mampu memperkokoh budaya lokal,kemudian juga mampu menambah daya tahan serta
mengembangkan identitas budaya masyarakat setempat dengan kearifan lokal local wisdom dan keunggulan lokal local genius.Berbudaya juga dimaknai sebagai upaya
pemberadaban melalui proses inkulturasi dan akulturasi. Inkulturasi adalah proses internalisasi nilai-nilai tradisi dan upaya keras mengenal budaya sendiri, agar berakar
kuat pada setiap pribadi, agar terakumulasi terbentuk menjadi ketahanan budaya masyarakat. Sedangkan akulturasi adalah proses sintesa budaya lokal dengan budaya
luar, karena sifat lenturnya budaya lokal, sehingga secara selektif menyerap unsur- unsur budaya luar yang memberi nilai tambahmemperkaya khasanah budaya lokal.
Daerah Istimewa Yogyakarta yang maju dimaknai sebagai peningkatan
kualitas kehidupan masyarakat secara lebih merata. Peningkatan kualitas kehidupan adalah kondisi dimana terjadi peningkatan mutu kehidupan masyarakat dari berbagai
aspek atau ukuran dibanding daerah lain. Lebih merata dimaknai sebagai menurunnya ketimpangan antar penduduk dan menurunnya ketimpangan antar wilayah.
Tingkat kemajuan masyarakat dinilai berdasarkan berbagai ukuran. Ditinjau dari indikator sosial, tingkat kemajuan diukur dari kualitas sumber daya manusianya.
Masyarakat dikatakan makin maju apabila sumber daya manusianya memiliki kepribadian, berakhlak mulia, dan berkualitas pendidikan yang tinggi.
Kemajuan masyarakat juga diukur berdasarkan indikator kependudukan, ada kaitan yang erat antara kemajuan masyarakat dengan laju pertumbuhan penduduk,
termasuk derajat kesehatan. Daerah yang sudah maju ditandai dengan laju pertumbuhan penduduk yang lebih kecil; angka harapan hidup yang lebih tinggi; dan
kualitas pelayanan sosial yang lebih baik. Secara keseluruhan kualitas sumber daya manusia yang makin baik akan tercermin dalam produktivitas yang makin tinggi.
Ditinjau dari tingkat perkembangan ekonomi, kemajuan masyarakat diukur dari tingkat kemakmurannya yang tercermin pada tingkat pendapatan dan pembagiannya.
Tingginya pendapatan rata-rata dan ratanya pembagian ekonomi masyarakat menjadikan daerah tersebut lebih makmur dan lebih maju. Daerah yang maju pada
umumnya adalah daerah yang sektor industri dan sektor jasanya telah berkembang. Peran sektor industri manufaktur sebagai penggerak utama laju pertumbuhan makin
meningkat, baik dalam segi penghasilan, sumbangan dalam penciptaan pendapatan nasional maupun dalam penyerapan tenaga kerja. Selain itu, dalam proses produksi
berkembang keterpaduan antarsektor, terutama sektor industri, sektor pertanian, dan sektor-sektor jasa; serta pemanfaatan sumber alam yang bukan hanya ada pada
pemanfaatan ruang daratan, tetapi juga ditransformasikan kepada pemanfaatan ruang kelautan secara rasional, efisien, dan berwawasan lingkungan, mengingat Indonesia
sebagai negara kepulauan yang berciri nusantara. Lembaga dan pranata ekonomi telah tersusun, tertata, dan berfungsi dengan baik, sehingga mendukung
perekonomian yang efisien dengan produktivitas yang tinggi. Daerah yang maju umumnya adalah daerah yang perekonomiannya stabil. Gejolak yang berasal dari
dalam maupun luar negeri dapat diredam oleh ketahanan ekonominya. Selain memiliki berbagai indikator sosial ekonomi yang lebih baik, masyarakat
yang maju juga telah memiliki sistem dan kelembagaan politik, termasuk hukum yang mantap. Lembaga politik dan kemasyarakatan telah berfungsi berdasarkan aturan
dasar, yaitu konstitusi yang ditetapkan oleh rakyatnya. Daerah yang maju juga ditandai oleh adanya peran serta rakyat secara nyata dan efektif dalam segala aspek
kehidupan, baik ekonomi, sosial, politik, maupun pertahanan dan keamanan. Dalam
aspek politik, sejarah menunjukkan adanya keterkaitan erat antara kemajuan masyarakat dan sistem politik yang dianutnya. Bangsa yang maju pada umumnya
menganut sistem demokrasi, yang sesuai dengan budaya dan latar belakang sejarahnya. Bangsa yang maju adalah bangsa yang hak-hak warganya, keamanan,
dan ketenteraman terjamin dalam kehidupannya. Selain unsur-unsur tersebut, bangsa yang maju juga harus didukung dengan infrastruktur yang maju.
Daerah Istimewa Yogyakarta yang maju dimaknai sebagai masyarakat yang makmur secara ekonomi sehingga perlu dikembangkan pembangunan bidang
perekonomian baik yang menyangkut industri, perdagangan, pertanian, dan sektor jasa lainnya yang ditopang dengan pembangunan sarana prasarana dengan
mengedepankan semangat kerakyatan dan bukan kapitalisme. Daerah Istimewa Yogyakarta yang maju adalah juga masyarakat yang tingkat pengetahuan dan kearifan
tinggi yang ditandai dengan tingkat pendidikan dan tingkat partisipasi pendidikan penduduknya serta jumlah dan kualitas tenaga ahli dan tenaga professional yang
dihasilkan oleh sistem pendidikan yang tinggi. Daerah Istimewa Yogyakarta yang maju juga merupakan masyarakat yang derajat kesehatannya tinggi, laju pertumbuhan
penduduk kecil, angka harapan hidup tinggi dan kualitas pelayanan sosial baik. Di samping itu, Daerah Istimewa Yogyakarta yang maju adalah masyarakat yang memiliki
sistem dan kelembagaan politik dan hukum yang mantap, terjamin hak-haknya, terjamin keamanan dan ketenteramannya, juga merupakan masyarakat yang peran
sertanya dalam pembangunan di segala bidang nyata dan efektif. Selain hal-hal telah disebutkan diatas, Daerah Istimewa Yogyakarta yang maju adalah masyarakat
kehidupannya didukung oleh infrastruktur yang baik, lengkap dan memadai. Daerah Istimewa Yogyakarta yang Maju juga dimaknai sebagai masyarakat sejahtera secara
ekonomis, karena pembangunan perekonomiannya berbasis pada ilmu pengetahuan. Konsekuensinya lembaga perguruan tinggi harus menjadi pusat keunggulan --center
of excelence-- yang sekaligus memiliki tiga predikat, sebagai teaching, research and entrepreneurial university.
Kemandirian dan kemajuan masyarakat tidak hanya dicerminkan oleh perkembangan ekonomi semata, tetapi mencakup aspek yang lebih luas. Kemandirian
dan kemajuan juga tercermin dalam keseluruhan aspek kehidupan, dalam kelembagaan, pranata-pranata, dan nilai-nilai yang mendasari kehidupan budaya,
politik dan sosial.
Daerah Istimewa Yogyakarta yang mandiri adalah kondisi masyarakat yang
mampu memenuhi kebutuhannyaself-help, mampu mengambil keputusan dan tindakan dalam penanganan masalahnya, mampu merespon dan berkontribusi
terhadap upaya pembangunan dan tantangan zaman secara otonom dengan mengandalkan potensi dan sumberdaya yang dimiliki. Masyarakat sudah tidak
bergantung sepenuhnya kepada pemerintah daerah dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan dan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan.
Masyarakat Mandiri juga ditandai dengan civil society yang kuat, agar mampu sebagai jembatan antara rakyat dengan negara. Civil society yang mampu mencegah
otoritas negara tidak memasuki domain society secara berlebihan, dan yang mampu menjalankan peran sebagai suplemen dan komplemen dari negara.
Kemudian Daerah Istimewa Yogyakarta yang sejahtera dimaknai sebagai kondisi
masyarakat yang relatif terpenuhi kebutuhan hidupnya baik spiritual maupun material secara layak dan berkeadilan sesuai dengan perannya dalam kehidupan.
Menyongsong Peradaban Baru dimaknai sebagai awal dimulainya
harmonisasi hubungan dan tata laku antar-sesama rakyat, antara warga masyarakat dengan lingkungannya, dan antara insan dengan Tuhan Yang Maha Pencipta, serta
kebangkitan kembali kebudayaan yang maju, tinggi dan halus, serta adiluhung.
Misi Pembangunan Daerah 2012 – 2017
1. Membangun peradaban yang berbasis nilai-nilai kemanusiaan; 2. Menguatkan perekonomian daerah yang didukung dengan semangat kerakyatan,
inovatif dan kreatif; 3. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik;
4. Memantapkan prasarana dan sarana daerah. Misi membangun peradaban berbasis nilai-nilai kemanusiaan, dimaknai
sebagai misi yang diemban untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, mengembangkan pendidikan yang berkarakter yang didukung dengan pengetahuan
budaya, pelestarian dan pengembangan hasil budaya, serta nilai-nilai budaya. Misi ini juga mengemban upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan
memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menjunjung tinggi nilai-nilai budaya untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Misi ini juga dimaknai
sebagai upaya mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermartabat, meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Misi ini juga dimaknai sebagai upaya mendorong peningkatan derajat kesejahteraan seluruh masyarakat DIY.
Misi menguatkan perekonomian daerah yang didukung dengan semangat kerakyatan, inovatif dan kreatif, dimaknai sebagai misi yang diemban untuk
meningkatan daya saing pariwisata guna memacu pertumbuhan ekonomi daerah yang berkualitas dan berkeadilan. Misi ini juga mengemban upaya untuk meningkatkan
produktivitas rakyat agar rakyat lebih menjadi subyek dan aset aktif pembangunan daerah dan mampumenciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan merata,
mengurangi tingkat kemiskinan, mengurangi ketimpangan pendapatan dan tingkat pengangguran, serta membangkitkan daya saing agar makin kompetitif.
Misi meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik, dimaknai sebagai misi yang diemban untuk mendorong pemerintah daerah ke arah katalisator dan mampu
mengelola pemerintahan secara efisien, efektif, mampu menggerakkan dan mendorong dunia usaha dan masyarakat lebih mandiri. Misi ini juga mengemban
upaya untuk menyelenggarakan pemerintahan yang bertanggung jawab, efektif, dan efisien. Misi ini juga dimaknai sebagai upaya menjaga sinergitas interaksi yang
konstruktif di antara domain negara, sektor swasta, dan masyarakat, meningkatkan efektivitas layanan birokrasi yang responsif, transparan, dan akuntabel, serta
meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik. Misi memantapkan prasarana dan sarana daerah, dimaknai sebagai misi
yang diemban dalam upaya meningkatkan pelayanan publik dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan kesesuaian Tata Ruang. Misi ini juga mengemban upaya
dalam menyediakan layanan publik yang berkualitas yang sesuai dengan tata ruang, serta daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Hubungan Visi dan Misi Jangka Panjang Daerah dengan Visi dan Misi Jangka Menengah Daerah
Visi dan Misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah tidak terlepas dari Visi dan Misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang. Visi Jangka Menengah adalah
bentuk dari sebuah visi antara menuju visi jangka panjang. Misi yang dibawadiemban dalam jangka menengah adalah misi antara yang mendukung misi jangka panjang.
Misi pertama Mewujudkan pendidikan berkualitas, berdaya saing, dan akuntabel yang
didukung oleh sumberdaya pendidikan yang handal dan Misi kedua Mewujudkan budaya adiluhung yang didukung dengan konsep, pengetahuan budaya, pelestarian
budaya dan pengembangan hasil budaya, serta nilai-nilai budaya secara berkesinambungan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah akan
ditampung, dipertajam dan difokuskan pada Misi pertama Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. Misi ketiga Mewujudkan kepariwisataan yang kreatif dan
inovatif dan Misi keempat Mewujudkan sosiokultural dan sosioekonomi yang inovatif, berbasis pada kearifan budaya lokal, ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemajuan,
kemandirian, dan kesejahteraan rakyat dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah akan ditampung, dipertajam dan difokuskan pada Misi kedua
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. Sedangkan Misi ketiga dan keempat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah diharapkan mampu
mendukung dan menjadi katalisator Misi pertama dan kedua Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.
Pergeseran paradigma pembangunan dari “among tani” menuju ke “dagang layar” adalah sebuah cita-cita jangka panjang ultimate goal yang yang perlu dirintis
menjadi sebuah milestone dalam jangka menengah. Konsep among tani didasari atas konsep perdagangan dan ekonomi klasik di DIY yang berkembang selama ini melalui
semangat bertahan dengan basis dominasi pengembangan pertanian. Adapun semangat paradigma dagang layar merupakan konsep kemajuan kesejahteraan
masyarakat berbasis perdagangan menuju perdagangan internasional dengan strategi mutakhir, berakar kuat pada kearifan lokal, tetapi unggul dan mampu
menandingi perdagangan bebas era global. Strategi mutakhir ini adalah penerapan “Ekonomy Supply-Chain” dengan harapan petani dan nelayan bisa bersatu padu, saling
menolong mengatasi kelemahan, bekerjasama mencapai keunggulan. Untuk itu, petani dan nelayan sangat memerlukan kemudahan untuk mencapai pasar secara efisien
dengan membangun jaringan yang sangat efektif dalam menyalurkan produk menuju pasar global maupun dunia ekspor.
Untuk itu kawasan Pulau Jawa bagian selatan ini perlu dibangun jejaring aliran produk efisien yang berpotongan pada simpul-simpul sentra perdagangan. Dalam
menyalurkan produk ke pasar global, Yogyakarta akan memiliki peran penting sebagai pusat hub mobilitas orang yang menyalurkan produk dari kawasan ekonomi yang
terbentang dari Pacitan hingga Cilacap. Implikasinya, wilayah DIY menjadi pusat perdagangan pengumpul produk, sekaligus sebagai “Hubungan Perdagangan”
produk-produk di bagian selatan Pulau Jawa. Selain itu budaya maritim dilestarikan dengan meningkatkan produk laut Samudera Hindia, menumbuh kembangkan
pelabuhan dalam rangka menuju Pusat Perdagangan Jalur Pantai Selatan Jawa. Melalui paradigma among tani dagang layar tersebut, perekonomian daerah
mampu tumbuh secara merata, berkualitas, dan berkeadilan. Artinya, paradigma tersebut sangat mendukung pencapaian kesejahteraan masyarakat yang selaras
dengan harapan Misi ke-2 RPJMD DIY, sekaligus sebagai penajaman dari Misi ke-3 dan Misi ke-4 dari RPJPD DIY. Dalam Misi ke-2, Pembangunan DIY memang
diarahkan untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi berbasiskan sektor pariwisata yang berdaya saing tinggi,
namun tetap berusaha memberdayakan sektor yang tidak langsung berkaitan dengan pariwisata seperti pertanianperkebunan kehutanan, perikanankelautan dsb. untuk
mencapai peningkatan dan penguatan ekonomi masyarakat Yogyakarta.
3.3. Telaahan Renstra KL dan Renstra ProvinsiKabupatenKota 3.3.1. Renstra Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI 2010 – 2014
Visi : “Terwujudnya bangsa Indonesia yang mampu memperkuat jati diri
dan karakter bangsa serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat” Misi :
1. Melestarikan nilai, keragaman dan kekayaan budaya dalam rangka memperkuat jati diri dan karakter bangsa.
2. Mengembangkan industri pariwisata berdaya saing, destinasi yang Berkelanjutan dan menerapkan pemasaran yang bertanggung jawab
responsible marketing. 3. Mengembangkan sumberdaya kebudayaan dan pariwisata.
4. Menciptakan tata pemerintahan yang responsif, transparan dan akuntabel
Tujuan :
1. Meningkatkan kesadaran, apresiasi , kreativitasdan pemahaman masyarakat terhadap nilai dan keragaman Budaya.
2. Meningkatkan kualitas perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan warisan budaya.
3. Mengembangkan kepariwisataanyangmampumemberikan kontribusi yang signifikan terhadap Perekonomian nasional dan kesejahteraan
masyarakat 4. Meningkatkan kapasitas sumberdaya pembangunan kebudayaan dan
pariwisata 5. Mewujudkan pengelolaan tugas dan fungsi Kementerian kebudayaan
dan kepariwisataan yang bersih dan berwibawa.
Sasaran Strategis :
1. Meningkatnya iIternalisasi nilai-nilai budaya 2. Meningkatnya kreativitas dan produktivitas para pelaku budaya
3. Meningkatnya bantuan fasilitasi sarana seni budaya 4. Terwujudnya penetapan dan pengelolaan terpadu cagar budaya
5. Terwujudnya revitalisasi museum 6. Meningkatnya pengeluaran dan lama tinggal wisatawan
7. Terwujudnya destinasi pariwisata yang berdaya saing internasional 8. Terwujudnya kapasitas pengelolaan destinasi pariwisata
9. Terwujudnya diversifikasi destinasi pariwisata 10. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia
dan pergerakan wisatawan Nusantara 11. Mendukung peningkatan kontribusi pariwisata bagi perekonomian
nasional terhadap PDB, lapangan kerja, dan investasi 12. Meningkatnya kapasitas SDM aparaturindustri masyarakat bidang
kebudayaan dan pariwisatayang Berdaya saing internasional
13. Meningkatnya kapasitas nasional untukpenelitian dan pengembangan di bidang kebudayaan dan pariwisata yang mudah diakses dan digunakan
oleh masyarkat luas 14. Meningkatnya kualitasmanajemen dan pelayanan publik di bidang
kebudayaan dan pariwisata 15. Meningkatnya transparansi dan akuntabilitaskinerja di lingkungan
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata
Hasil telaahan Renstra Dinas Pariwisata DIY dengan Restra Kemenparekraf RI maupun Renstra Kab.Kota di DIY adalah :
a. Renstra Kemenparekraf RI merupakan refleksi PP No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional yang
berdasarkan UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan yang implementasi program aksinya berwujud kegiatan-kegiatan berskala
internasional dan nasional di pusat maupun daerah. b. Renstra Kemenparekraf RI secara tidak langsung merupakan inspirasi
dan referensi pembentukan Renstra Dinas Pariwisata DIY; secara langsung merupakan refleksi dari Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Daerah RIPPARDA DIY tahun 2012-2025. untuk mengimplementasikan program aksi dalam bentuk kegiatan yang
berskala internasional, nasional maupun local, Dinas Pariwisata DIY selalu bersinegi dengan Kemenparekraf RI baik.
c. Jadi keberadaan Renstra Dinas Pariwisata DIY senergi dengan Renstra Kemenparekraf RI dimana dokumen perencanaan keduanya
saling melengkapi dan tidak bertentangan satu sama lainnya.
3.3.2. Telaahan Renstra KabupatenKota a. Renstra Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta
Visi :
“Terwujudnya Kota Yogyakarta sebagai Kota Pariwisata berbasis budaya yang bertumpu pada kekuatan dan keunggulan budaya lokal
dan dapat menjadi lokomotif pembangunan Kota Yogyakarta secara menyeluruh “.
Misi :
1. Mengoptimalkan potensi serta daya tarik pariwisata dan budaya sebagai keunggulan kepariwisataan Yogyakarta.
2. Menggali, melestarikan dan mengembangkan keunggulan dan keragaman budaya lokal baik yang bersifat tangible maupun
intangible sebagai daya tarik kunjungan wisatawan. 3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik di lingkungan
SKPD maupun di masyarakat dan stakeholders kebudayaan dan pariwisata serta meningkatkan dan mengembangkan pelayanan
kebudayaan dan pariwisata yang berkualitas. 4. Meningkatkan koordinasi internal maupun antar mitra serta
memperluas jaringan network kebudayaan dan pariwisata di tingkat lokal dan nasional.
b. Renstra Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman Visi :