mancanegara   maupun   wisatawan   nusantara.   Dengan   berbasis   alam   dan budaya, jumlah desa wisatakampung wisata  dari tahun 2008 yang hanya ada
30 desakampung    di  DIY,  semakin  tumbuh  berkembang  dan sampai  tahun 2014 meningkat menjadi 112 desakampung wisata dengan berbagai kriteria
Yaitu Majumandiri 30 desakampung, Berkembang 40 desakampung  dan Perintisan   42   desakampung.   Secara   kuantitas   perkembangan   tersebut
sangat menggembirakan akan tetapi dilihat dari kualitas prosentasenya masih rendah, dikarenakan masi ada berbagai permasalahan   dalam pengembangan
desa wisata yaitu sebagai berikut : 1 Sebagian besar manajemenpengelolaan daya tarik desa wisata masih
konvensional dan belum optimal 2 Kebutuhan aksesbilitas dan amenitas fasilitas wisata lainnya di desa
kampung  wisata masih belum tercukupiterpenuhi 3 Kuantitas dan kualitas pemasaran informasi  promosi desa wisata masih
rendah baik langsung maupun melalui media massa 4 Pemahaman dan pelaksanaan sadar wisata dan sapta pesona sebagian
masyarakat desa wisata belum maksimal 5 Masih ada beberapa  desa wisata belum terbentuk kelembagaan yang
terorganisasi dengan baikprofesional 6 Sebagian besar kualitas SDMmasyarakat pengetahuan dan kemampuan
kreatifitas  dalam pengelolaan desa wisata masih rendah. 7 Minat berinvestasi dan CSR dari para stakeholder selain pemerintah untuk
berpartisipasi dalam pengembangan desakampung wisata masih rendah
3.2. Telaahan Visi, Misi, dan Program Pimpinan Daerah Terpilih
RPJPD Tahun 2005-2025 merupakan kaidah penuntun pembangunan daerah yang memuat haluan dan arah kebijakan dalam perspektif 20 tahun ke depan guna
mengangkat derajat manusia seutuhnya   seluruh lapisan  masyarakat  DIY, dengan menempatkan   dimensi   budaya   sebagai   arus   utama   mainstream   pembangunan.
Sejak kelahiran Yogyakarta, tujuan   sejatinya sudah tersandang intrinsic sebagai misi   ‘istimewa’,   yang   terkandung   dalam   nilai-nilai   filosofis   ‘Hamêmayu-Hayuning
Bawânâ’.
Visi dari RPJPD 2005 – 2025 adalah sebagai berikut : “Daerah   Istimewa   Yogyakarta   pada   Tahun   2025   sebagai   Pusat   Pendidikan,
Budaya   dan   Daerah   Tujuan   Wisata   Terkemuka   di   Asia   Tenggara   dalam lingkungan Masyarakat yang Maju, Mandiri dan Sejahtera”.
Misi RPJPD adalah sebagai berikut :
1. Mewujudkan pendidikan berkualitas, berdaya saing, dan akuntabel yang didukung oleh sumberdaya pendidikan yang handal.
2. Mewujudkan   budaya   adiluhung   yang   didukung   dengan   konsep,   pengetahuan budaya,   pelestarian   dan   pengembangan   hasil   budaya,   serta   nilai-nilai   budaya
secara berkesinambungan. 3. Mewujudkan kepariwisataan yang kreatif dan inovatif.
4. Mewujudkan sosiokultural dan sosioekonomi yang inovatif, berbasis pada kearifan budaya lokal, ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemajuan, kemandirian, dan
kesejahteraan rakyat. RPJMD   tahun   2012-2017   berada   pada   transisi   tahapan   lima   tahun   kedua
2010-2014 dan ketiga 2015-2019 dalam tata waktu RPJPD DIY. Penekanan pada lima   tahun   kedua   adalah   pada   pembangunan   fasilitas-fasilitas   pendukung   utama
keunggulan daerah yang memiliki daya dukung berantai positif backward effect and forward effect untuk mendorong kemajuan daerah dan melanjutkan pembangunan
kompetensi  kepariwisataan  yang   berdaya  saing  dan   banding    tinggal.   Lima  tahun ketiga   mempunyai   penekanan   pada   pendayagunaan   kapasitas  produk  unggulan
pariwista daerah melalui  peningkatan  fasilitas utama pendukung keunggulan produk wisata  daerah untuk meningkatkan  akselerasi usaha ekonomi daerah DIY.
TARGET SASARAN POKOK  RPJPD Periode RPJMD Tahun 2012-2017 :
1. Membangun   perekonomian   masyarakat   melalui   peningkatan   dari   sektor pariwisata dan sektor pendukung, dengan prioritas tahapan pada: Peningkatan
iklim   usaha   kepariwisataan   dan   pendukungnya   serta   Pengembangan   usaha pariwisata.
2. Meningkatkan   kualitas   dan   kuantitas   produk   industri   kerajinan   pendukung kegiatan  pariwisata seiring  dengan  adanya  peningkatan  modal  terhadap  UKM,
dengan   prioritas   tahapan   pada:   Peningkatan   industri   kerajinan   pendukung pariwisata dan fasilitasi permodalan bagi UKM.
3. Meningkatkan   promosi   pariwisata   baik   di   dalam   negeri   maupun   di   luar   negeri dengan   titik   berat   pada:   Pengembangan   pemasaranpromosi   terpadu   antara
pelaku usaha industri pariwisata, perdagangan, investasi dan kebudayaan. Visi,   Misi dan  Program    Gubernur  DIY Tahun  2012-2017  yang disampaikan
dalam Sidang Paripurna DPRD DIY pada tanggal 21 September 2012 dengan tema “Yogyakarta   Menyongsong   Peradaban   Baru”   merupakan   ide   dasar   dan   pedoman
dalam  menyusun   Rencana   Pembangunan   Jangka   Menengah   Daerah  Tahun   2012- 2017.   Daerah   Istimewa   Yogyakarta   dalam   membangun   peradaban   barunya   yang
unggul dengan strategi budaya: membalik paradigma ‘among tani’ menjadi ‘dagang layar’,   dari   pembangunan   berbasis   daratan   ke   kemaritiman,   dengan   menggali,
mengkaji   dan   menguji   serta   mengembangkan   keunggulan   lokal   local   genius. Konsekuensinya,   Laut   Selatan   bukan   lagi   ditempatkan   sebagai   halaman   belakang,
tetapi justru dijadikan halaman depan. Perubahan paradigmatis ini paralel, bahkan terdukung oleh kebijakan ekonomi
nasional   dengan   ditempatkannya   wilayah   Kulon   Progo   dalam   program   MP3EI Masterplan   Percepatan   dan   Perluasan   Pembangunan   Eknomi   Indonesia.
Pembangunan   di   wilayah   Kulon   Progo   meliputi   Pelabuhan   Perikanan   Tanjung Adikarta,   Bandara   Internasional,   Kawasan   Industri,   Kawasan   Agropolitan   dan
Minapolitan, Kawasan Wisata Maritim, serta Kawasan Industri Baja yang mengandung deposit vanadium, yang di dunia hanya ditemukan di Kulonprogo dan Meksiko. Selain
itu,   juga   direncanakan   pembangunan   Pelabuhan   Samudera   untuk   memfasilitasi transportasi ekspor produk-produk hasil industri.
Secara konseptual, strategi pembangunan yang meletakkan wilayah Pantura sebagai pusat pertumbuhan growth pole, asas pemerataannya sudah sulit dipenuhi.
Akibatnya, terjadi marginalisasi di luar  growth-pole, di Jawa bagian Selatan. Makin padatnya transportasi di jalur utara membawa implikasi melemahnya carrying capacity
Pantura sebagai  growth-pole. Konsekuensinya, perlu melakukan kaji ulang terhadap Rencana   Tata   Ruang   Wilayah   RTRW   secara   komprehensif,   menyeluruh   dan
lengkap,   dengan   menempatkan   Jawa   bagian   Selatan   sebagai   lokasi   penyebaran pertumbuhan.Maka, mengalihkan pusat pertumbuhan ekonomi dari wilayah Pantura
ke Pantai Selatan Pansel dengan berkembangnya klaster-klaster industri kecil dan agribisnis di pedesaan, serta industri kelautan, perikanan dan pariwisata maritim di
wilayah pesisir, yang didukung oleh infrastruktur jalan selatan-selatan, menjadi pilihan strategis yang harus diwujudkan.
Bertolak dari pemahaman di atas, berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD DIY dan perkembangan lingkungan strategis, maka
perlu   diwujudkan   suatu   kondisi   dinamis   masyarakat   yang   maju   namun   tetap menjunjung   tinggi   nilai-nilai   budaya   yang   adiluhung,   sehingga   dirumuskan   Visi
Pembangunan DIY yang akan dicapai selama lima tahun mendatang  sebagai berikut:
Visi Pembangunan DIY 2012– 2017: “Daerah Istimewa Yogyakarta Yang Lebih Berkarakter, Berbudaya, Maju,
Mandiri dan Sejahtera Menyongsong Peradaban Baru” Daerah Istimewa Yogyakarta yang lebih berkarakter dimaknai sebagai kondisi
masyarakat yang lebih memiliki kualitas moral  yang positif, memanusiakan manusia sehingga   mampu   membangun   kehidupan   yang   bermanfaat   bagi   dirinya   dan   bagi
orang   lain.   Pengertian   lebih   berkarakter   sebenarnya   berkorelasi     secara   langsung maupun tidak langsung dengan berbudaya, karena kararkter akan terbentuk melalui
budaya.
Daerah   Istimewa   Yogyakarta   yang  berbudaya  dimaknai   sebagai   kondisi
dimana   budaya   lokal   mampu   menyerap   unsur-unsur   budaya   asing,   serta   mampu memperkokoh   budaya   lokal,kemudian   juga   mampu   menambah   daya   tahan   serta
mengembangkan identitas budaya masyarakat setempat dengan kearifan lokal local wisdom dan keunggulan lokal local genius.Berbudaya juga dimaknai sebagai upaya
pemberadaban   melalui   proses   inkulturasi   dan   akulturasi.   Inkulturasi   adalah   proses internalisasi nilai-nilai tradisi dan upaya keras mengenal budaya sendiri, agar berakar
kuat   pada   setiap   pribadi,   agar   terakumulasi     terbentuk   menjadi   ketahanan   budaya masyarakat. Sedangkan akulturasi adalah proses sintesa budaya lokal dengan budaya
luar, karena sifat lenturnya budaya lokal, sehingga secara selektif menyerap unsur- unsur budaya luar yang memberi nilai tambahmemperkaya khasanah budaya lokal.
Daerah   Istimewa   Yogyakarta   yang  maju  dimaknai   sebagai   peningkatan
kualitas kehidupan masyarakat secara lebih merata.  Peningkatan kualitas kehidupan adalah kondisi dimana terjadi peningkatan mutu kehidupan masyarakat dari berbagai
aspek atau ukuran dibanding daerah lain. Lebih merata dimaknai sebagai menurunnya ketimpangan antar penduduk dan menurunnya ketimpangan antar wilayah.
Tingkat kemajuan masyarakat dinilai berdasarkan berbagai ukuran. Ditinjau dari indikator sosial, tingkat kemajuan diukur dari kualitas sumber daya manusianya.
Masyarakat   dikatakan   makin   maju   apabila   sumber   daya   manusianya   memiliki kepribadian, berakhlak mulia, dan berkualitas pendidikan yang tinggi.
Kemajuan masyarakat juga diukur berdasarkan indikator kependudukan, ada kaitan yang erat antara kemajuan masyarakat dengan laju pertumbuhan penduduk,
termasuk   derajat   kesehatan.   Daerah   yang   sudah   maju   ditandai   dengan   laju pertumbuhan penduduk yang lebih kecil; angka harapan hidup yang lebih tinggi; dan
kualitas pelayanan sosial yang lebih baik. Secara keseluruhan kualitas sumber daya manusia yang makin baik akan tercermin dalam produktivitas yang makin tinggi.
Ditinjau dari tingkat perkembangan ekonomi, kemajuan masyarakat diukur dari tingkat kemakmurannya yang tercermin pada tingkat pendapatan dan pembagiannya.
Tingginya   pendapatan   rata-rata   dan   ratanya   pembagian   ekonomi   masyarakat menjadikan daerah tersebut lebih makmur dan lebih maju. Daerah yang maju pada
umumnya adalah daerah yang sektor industri dan sektor jasanya telah berkembang. Peran sektor industri manufaktur sebagai penggerak utama laju pertumbuhan makin
meningkat, baik dalam segi penghasilan, sumbangan dalam penciptaan pendapatan nasional maupun dalam penyerapan tenaga kerja. Selain itu, dalam proses produksi
berkembang keterpaduan antarsektor, terutama sektor industri, sektor pertanian, dan sektor-sektor   jasa;   serta   pemanfaatan   sumber   alam   yang   bukan   hanya   ada   pada
pemanfaatan ruang daratan, tetapi juga ditransformasikan kepada pemanfaatan ruang kelautan secara rasional, efisien, dan berwawasan lingkungan, mengingat Indonesia
sebagai   negara   kepulauan   yang   berciri   nusantara.   Lembaga   dan   pranata   ekonomi telah   tersusun,   tertata,   dan   berfungsi   dengan   baik,   sehingga   mendukung
perekonomian   yang   efisien   dengan   produktivitas   yang   tinggi.   Daerah   yang   maju umumnya   adalah   daerah   yang   perekonomiannya   stabil.   Gejolak   yang   berasal   dari
dalam maupun luar negeri dapat diredam oleh ketahanan ekonominya. Selain memiliki berbagai indikator sosial ekonomi yang lebih baik, masyarakat
yang maju juga telah memiliki sistem dan kelembagaan politik, termasuk hukum yang mantap.   Lembaga   politik   dan   kemasyarakatan   telah   berfungsi   berdasarkan   aturan
dasar, yaitu konstitusi yang ditetapkan oleh rakyatnya. Daerah yang maju juga ditandai oleh   adanya   peran   serta   rakyat   secara   nyata   dan   efektif   dalam   segala   aspek
kehidupan, baik ekonomi, sosial, politik, maupun pertahanan dan keamanan. Dalam
aspek   politik,   sejarah   menunjukkan   adanya   keterkaitan   erat   antara   kemajuan masyarakat   dan  sistem  politik   yang  dianutnya.   Bangsa   yang   maju  pada   umumnya
menganut   sistem   demokrasi,   yang   sesuai   dengan   budaya   dan   latar   belakang sejarahnya. Bangsa yang maju adalah bangsa yang hak-hak warganya, keamanan,
dan ketenteraman terjamin dalam kehidupannya. Selain unsur-unsur tersebut, bangsa yang maju juga harus didukung dengan infrastruktur yang maju.
Daerah Istimewa Yogyakarta yang maju dimaknai sebagai masyarakat yang makmur   secara   ekonomi   sehingga   perlu   dikembangkan   pembangunan   bidang
perekonomian   baik   yang   menyangkut   industri,   perdagangan,   pertanian,   dan   sektor jasa   lainnya   yang   ditopang   dengan   pembangunan   sarana   prasarana   dengan
mengedepankan   semangat   kerakyatan   dan   bukan   kapitalisme.   Daerah   Istimewa Yogyakarta yang maju adalah juga masyarakat yang tingkat pengetahuan dan kearifan
tinggi   yang   ditandai   dengan   tingkat   pendidikan   dan   tingkat   partisipasi   pendidikan penduduknya   serta   jumlah   dan   kualitas   tenaga   ahli   dan   tenaga   professional   yang
dihasilkan oleh sistem pendidikan yang tinggi. Daerah Istimewa Yogyakarta yang maju juga   merupakan   masyarakat   yang   derajat   kesehatannya   tinggi,   laju   pertumbuhan
penduduk kecil, angka harapan hidup tinggi dan kualitas pelayanan sosial baik. Di samping itu, Daerah Istimewa Yogyakarta yang maju adalah masyarakat yang memiliki
sistem   dan   kelembagaan   politik   dan   hukum   yang   mantap,   terjamin   hak-haknya, terjamin keamanan dan ketenteramannya, juga merupakan masyarakat yang peran
sertanya dalam pembangunan di segala bidang nyata dan efektif. Selain hal-hal telah disebutkan   diatas,   Daerah   Istimewa   Yogyakarta   yang   maju   adalah   masyarakat
kehidupannya didukung oleh infrastruktur yang baik, lengkap dan memadai. Daerah Istimewa Yogyakarta yang Maju juga dimaknai sebagai masyarakat sejahtera secara
ekonomis, karena pembangunan perekonomiannya berbasis pada ilmu pengetahuan. Konsekuensinya lembaga perguruan tinggi harus menjadi pusat keunggulan --center
of excelence-- yang sekaligus memiliki tiga predikat, sebagai teaching, research and entrepreneurial university.
Kemandirian   dan   kemajuan   masyarakat   tidak   hanya   dicerminkan   oleh perkembangan ekonomi semata, tetapi mencakup aspek yang lebih luas. Kemandirian
dan   kemajuan   juga   tercermin   dalam   keseluruhan   aspek   kehidupan,   dalam kelembagaan,   pranata-pranata,   dan   nilai-nilai   yang   mendasari   kehidupan  budaya,
politik dan sosial.
Daerah Istimewa Yogyakarta yang  mandiri  adalah kondisi masyarakat yang
mampu   memenuhi   kebutuhannyaself-help,   mampu   mengambil   keputusan   dan tindakan   dalam   penanganan   masalahnya,   mampu   merespon   dan   berkontribusi
terhadap   upaya   pembangunan   dan   tantangan   zaman   secara   otonom   dengan mengandalkan   potensi   dan   sumberdaya   yang   dimiliki.   Masyarakat   sudah   tidak
bergantung   sepenuhnya   kepada   pemerintah   daerah   dalam   menyelesaikan permasalahan-permasalahan   dan   dalam   upaya   meningkatkan   kesejahteraan.
Masyarakat   Mandiri   juga   ditandai   dengan  civil   society  yang   kuat,   agar   mampu sebagai jembatan antara rakyat dengan negara. Civil society yang mampu mencegah
otoritas negara tidak memasuki domain society secara berlebihan, dan yang mampu menjalankan peran sebagai suplemen dan komplemen dari negara.
Kemudian   Daerah   Istimewa   Yogyakarta   yang  sejahtera  dimaknai   sebagai   kondisi
masyarakat yang relatif terpenuhi kebutuhan hidupnya baik spiritual maupun material secara layak dan berkeadilan sesuai dengan perannya dalam kehidupan.
Menyongsong   Peradaban   Baru  dimaknai   sebagai   awal   dimulainya
harmonisasi hubungan dan tata laku antar-sesama rakyat, antara warga masyarakat dengan lingkungannya, dan antara insan dengan Tuhan Yang Maha Pencipta, serta
kebangkitan kembali kebudayaan yang maju, tinggi dan halus, serta adiluhung.
Misi Pembangunan Daerah 2012 – 2017
1. Membangun peradaban yang berbasis nilai-nilai kemanusiaan; 2. Menguatkan perekonomian daerah yang didukung dengan semangat kerakyatan,
inovatif dan kreatif; 3. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik;
4. Memantapkan prasarana dan sarana daerah. Misi   membangun   peradaban   berbasis   nilai-nilai   kemanusiaan,   dimaknai
sebagai   misi   yang   diemban   untuk   meningkatkan   derajat   kesehatan   masyarakat, mengembangkan pendidikan yang berkarakter yang didukung dengan pengetahuan
budaya, pelestarian dan pengembangan hasil budaya, serta nilai-nilai budaya. Misi ini juga   mengemban  upaya   untuk   meningkatkan   kualitas   hidup   masyarakat   dengan
memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menjunjung tinggi nilai-nilai budaya untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Misi ini juga dimaknai
sebagai upaya mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermartabat, meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka   mencerdaskan   kehidupan   bangsa.   Misi   ini   juga   dimaknai   sebagai   upaya mendorong peningkatan derajat kesejahteraan seluruh masyarakat DIY.
Misi   menguatkan   perekonomian   daerah   yang   didukung   dengan   semangat kerakyatan,   inovatif   dan   kreatif,   dimaknai   sebagai   misi   yang   diemban   untuk
meningkatan daya saing pariwisata guna memacu pertumbuhan ekonomi daerah yang berkualitas   dan   berkeadilan.  Misi   ini   juga   mengemban  upaya   untuk   meningkatkan
produktivitas rakyat agar rakyat lebih menjadi subyek dan aset aktif pembangunan daerah   dan   mampumenciptakan   pertumbuhan   ekonomi   yang   tinggi   dan   merata,
mengurangi   tingkat   kemiskinan,   mengurangi   ketimpangan   pendapatan   dan   tingkat pengangguran, serta membangkitkan daya saing agar makin kompetitif.
Misi meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik, dimaknai sebagai misi yang diemban untuk mendorong pemerintah daerah ke arah katalisator dan mampu
mengelola   pemerintahan   secara   efisien,   efektif,   mampu   menggerakkan   dan mendorong   dunia   usaha   dan   masyarakat   lebih   mandiri.  Misi   ini   juga   mengemban
upaya untuk menyelenggarakan pemerintahan yang bertanggung jawab, efektif, dan efisien.   Misi   ini   juga   dimaknai   sebagai   upaya   menjaga   sinergitas   interaksi   yang
konstruktif di antara domain negara, sektor swasta, dan masyarakat, meningkatkan efektivitas   layanan   birokrasi   yang   responsif,   transparan,   dan   akuntabel,   serta
meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik. Misi   memantapkan   prasarana   dan   sarana   daerah,   dimaknai   sebagai   misi
yang diemban dalam upaya meningkatkan pelayanan publik dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan kesesuaian Tata Ruang.  Misi ini juga mengemban  upaya
dalam menyediakan layanan publik yang berkualitas yang sesuai dengan tata ruang, serta daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Hubungan Visi dan Misi Jangka Panjang Daerah dengan Visi dan Misi Jangka Menengah Daerah
Visi dan Misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah tidak terlepas dari Visi dan Misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang. Visi Jangka Menengah adalah
bentuk dari sebuah visi antara menuju visi jangka panjang. Misi yang dibawadiemban dalam jangka menengah adalah misi antara yang mendukung misi jangka panjang.
Misi pertama Mewujudkan pendidikan berkualitas, berdaya saing, dan akuntabel yang
didukung   oleh   sumberdaya  pendidikan  yang   handal  dan  Misi   kedua   Mewujudkan budaya adiluhung yang didukung dengan konsep, pengetahuan budaya, pelestarian
budaya   dan   pengembangan   hasil   budaya,   serta   nilai-nilai   budaya   secara berkesinambungan   dalam   Rencana   Pembangunan   Jangka   Panjang   Daerah   akan
ditampung,   dipertajam   dan   difokuskan   pada   Misi   pertama   Rencana   Pembangunan Jangka Menengah Daerah. Misi ketiga Mewujudkan kepariwisataan yang kreatif dan
inovatif dan Misi keempat Mewujudkan sosiokultural dan sosioekonomi yang inovatif, berbasis pada kearifan budaya lokal, ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemajuan,
kemandirian,   dan   kesejahteraan   rakyat   dalam   Rencana   Pembangunan   Jangka Panjang   Daerah   akan  ditampung,   dipertajam   dan   difokuskan   pada   Misi   kedua
Rencana   Pembangunan   Jangka   Menengah   Daerah.   Sedangkan   Misi   ketiga   dan keempat   Rencana   Pembangunan   Jangka   Menengah   Daerah   diharapkan   mampu
mendukung dan menjadi katalisator Misi pertama dan kedua Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.
Pergeseran paradigma pembangunan dari “among tani” menuju ke “dagang layar” adalah sebuah cita-cita jangka panjang ultimate goal yang yang perlu dirintis
menjadi sebuah milestone dalam jangka menengah. Konsep among tani didasari atas konsep perdagangan dan ekonomi klasik di DIY yang berkembang selama ini melalui
semangat   bertahan   dengan   basis   dominasi   pengembangan   pertanian.   Adapun semangat   paradigma   dagang   layar   merupakan   konsep   kemajuan   kesejahteraan
masyarakat     berbasis   perdagangan   menuju   perdagangan   internasional   dengan strategi   mutakhir,   berakar   kuat   pada     kearifan   lokal,   tetapi   unggul   dan   mampu
menandingi perdagangan bebas era global.   Strategi mutakhir ini adalah penerapan “Ekonomy Supply-Chain” dengan harapan petani  dan nelayan bisa bersatu padu, saling
menolong mengatasi kelemahan, bekerjasama mencapai keunggulan.   Untuk itu, petani dan nelayan  sangat   memerlukan   kemudahan   untuk   mencapai   pasar   secara   efisien
dengan membangun jaringan yang sangat efektif dalam menyalurkan produk menuju pasar global maupun dunia ekspor.
Untuk itu kawasan Pulau Jawa bagian selatan ini perlu dibangun jejaring aliran produk   efisien   yang   berpotongan   pada   simpul-simpul   sentra   perdagangan.  Dalam
menyalurkan produk ke pasar global, Yogyakarta akan memiliki peran penting sebagai pusat hub  mobilitas orang  yang menyalurkan produk dari kawasan ekonomi yang
terbentang   dari   Pacitan   hingga   Cilacap.   Implikasinya,   wilayah   DIY   menjadi   pusat perdagangan   pengumpul   produk,   sekaligus   sebagai   “Hubungan   Perdagangan”
produk-produk di bagian selatan Pulau Jawa.   Selain itu budaya maritim dilestarikan dengan   meningkatkan    produk   laut   Samudera   Hindia,   menumbuh  kembangkan
pelabuhan dalam rangka menuju Pusat Perdagangan Jalur Pantai Selatan Jawa. Melalui paradigma  among tani dagang layar  tersebut, perekonomian daerah
mampu   tumbuh   secara   merata,   berkualitas,   dan   berkeadilan.   Artinya,   paradigma tersebut   sangat   mendukung   pencapaian   kesejahteraan   masyarakat   yang   selaras
dengan harapan Misi  ke-2 RPJMD DIY,  sekaligus sebagai penajaman dari Misi ke-3 dan   Misi  ke-4  dari   RPJPD   DIY.    Dalam   Misi   ke-2,   Pembangunan   DIY   memang
diarahkan   untuk   mendorong   pertumbuhan   sektor-sektor   yang   mendukung pertumbuhan   ekonomi   berbasiskan   sektor   pariwisata   yang   berdaya   saing   tinggi,
namun tetap berusaha memberdayakan sektor yang tidak langsung berkaitan dengan pariwisata   seperti   pertanianperkebunan   kehutanan,   perikanankelautan   dsb.   untuk
mencapai peningkatan dan penguatan  ekonomi masyarakat Yogyakarta.
3.3. Telaahan Renstra KL dan Renstra ProvinsiKabupatenKota 3.3.1. Renstra Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI  2010 – 2014
Visi : “Terwujudnya   bangsa   Indonesia   yang   mampu   memperkuat  jati   diri
dan karakter bangsa serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat” Misi :
1. Melestarikan nilai, keragaman dan kekayaan budaya dalam rangka memperkuat jati diri dan karakter bangsa.
2. Mengembangkan industri pariwisata berdaya saing, destinasi yang Berkelanjutan dan menerapkan pemasaran yang bertanggung jawab
responsible marketing. 3. Mengembangkan sumberdaya kebudayaan dan pariwisata.
4. Menciptakan tata pemerintahan yang responsif, transparan dan akuntabel
Tujuan :
1. Meningkatkan kesadaran, apresiasi , kreativitasdan pemahaman masyarakat terhadap nilai dan keragaman Budaya.
2. Meningkatkan kualitas perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan warisan budaya.
3. Mengembangkan kepariwisataanyangmampumemberikan kontribusi yang signifikan terhadap Perekonomian nasional dan kesejahteraan
masyarakat 4. Meningkatkan kapasitas sumberdaya pembangunan kebudayaan dan
pariwisata 5. Mewujudkan pengelolaan tugas dan fungsi Kementerian kebudayaan
dan kepariwisataan yang bersih dan berwibawa.
Sasaran Strategis :
1. Meningkatnya iIternalisasi nilai-nilai budaya 2. Meningkatnya kreativitas dan produktivitas para pelaku budaya
3. Meningkatnya bantuan fasilitasi sarana seni budaya 4. Terwujudnya penetapan dan pengelolaan terpadu cagar budaya
5. Terwujudnya revitalisasi museum 6. Meningkatnya pengeluaran dan lama tinggal wisatawan
7. Terwujudnya destinasi pariwisata yang berdaya saing internasional 8. Terwujudnya kapasitas pengelolaan destinasi pariwisata
9. Terwujudnya diversifikasi destinasi pariwisata 10. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia
dan pergerakan wisatawan Nusantara 11. Mendukung peningkatan kontribusi pariwisata bagi perekonomian
nasional terhadap PDB, lapangan kerja, dan investasi 12. Meningkatnya kapasitas SDM aparaturindustri masyarakat bidang
kebudayaan dan pariwisatayang Berdaya saing internasional
13. Meningkatnya kapasitas nasional untukpenelitian dan pengembangan di bidang kebudayaan dan pariwisata yang mudah diakses dan digunakan
oleh masyarkat luas 14. Meningkatnya kualitasmanajemen dan pelayanan publik di bidang
kebudayaan dan pariwisata 15. Meningkatnya transparansi dan akuntabilitaskinerja di lingkungan
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata
Hasil   telaahan   Renstra   Dinas   Pariwisata   DIY   dengan   Restra Kemenparekraf RI maupun Renstra Kab.Kota di DIY adalah :
a.  Renstra Kemenparekraf RI merupakan refleksi PP No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional  yang
berdasarkan   UU   No.   10   Tahun   2009   tentang   Kepariwisataan   yang implementasi   program   aksinya   berwujud   kegiatan-kegiatan   berskala
internasional dan  nasional di pusat maupun daerah. b. Renstra Kemenparekraf RI  secara tidak langsung merupakan inspirasi
dan   referensi   pembentukan   Renstra   Dinas   Pariwisata   DIY;   secara langsung   merupakan   refleksi   dari   Rencana   Induk   Pembangunan
Kepariwisataan   Daerah   RIPPARDA   DIY   tahun   2012-2025.     untuk mengimplementasikan   program   aksi   dalam   bentuk   kegiatan   yang
berskala internasional, nasional maupun local, Dinas Pariwisata DIY selalu bersinegi dengan Kemenparekraf RI baik.
c.   Jadi   keberadaan     Renstra   Dinas   Pariwisata   DIY   senergi   dengan Renstra Kemenparekraf RI dimana dokumen perencanaan keduanya
saling melengkapi dan tidak bertentangan satu sama lainnya.
3.3.2.  Telaahan Renstra KabupatenKota a. Renstra Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta
Visi :
“Terwujudnya   Kota   Yogyakarta   sebagai   Kota   Pariwisata   berbasis budaya yang bertumpu pada kekuatan dan keunggulan budaya lokal
dan   dapat   menjadi   lokomotif   pembangunan   Kota   Yogyakarta   secara menyeluruh “.
Misi :
1. Mengoptimalkan potensi serta daya tarik   pariwisata dan budaya sebagai keunggulan kepariwisataan Yogyakarta.
2. Menggali,   melestarikan   dan   mengembangkan   keunggulan   dan keragaman   budaya   lokal   baik   yang   bersifat   tangible   maupun
intangible sebagai daya tarik kunjungan wisatawan. 3. Meningkatkan   kualitas   sumber   daya   manusia   baik   di   lingkungan
SKPD maupun di masyarakat dan stakeholders kebudayaan dan pariwisata   serta   meningkatkan   dan   mengembangkan   pelayanan
kebudayaan dan pariwisata yang berkualitas. 4. Meningkatkan   koordinasi   internal   maupun   antar   mitra   serta
memperluas   jaringan      network      kebudayaan   dan   pariwisata   di tingkat lokal dan nasional.
b. Renstra Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman Visi :