lingkungan hidup, maka program dan kegiatan tersebut perlu direvisi agar sesuai dengan rekomendasi KLHS.
Sampai saat ini kajian dampak lingkungan terhadap pengembangan sektor pariwisata belum sepenuhnya dilakukan karena pelaku sector pariwisata di DIY pada
umumnya masih merupakan industri kecil yang dampak pencemarannya juga relatif kecil.  Namun   demikian   untuk   industri   yang   skalanya   cukup   besar   seperti   sector
akomodasi      perhotelan   dan   usaha   restauran   telah   dilakukan   kajian   Lingkungan Hidup   Strategis   KLHS   agar   pembangunan   kepariwisataan   berbasis   kepedulian
terhadap lingkungan dan berkelanjutran.
3.5.   Isu-isu Strategis
Pengembangan Destinasi Pariwisata: 
Masih rendahnya Length Of Stay. 
Distribusi wisatawan yang belum merata waktu kunjungan dan obyek kunjungan di kabupatenkota.
 Ketergantungan terhadap destinasihub lain Bali dan Jakarta yang masih cukup
tinggi.
 Masih rendahnya peran serta masyarakat  Sadar Wisata dan internalisasi Sapta
Pesona.
 Kualitas Pelayanan Wisata yang belum standar.
 Keterbatasan investasi dibidang pariwisata dalam pengembangan  Daya Tarik
Wisata DTW  baru yang berskala besar.
 Daya dukung destinasi terbatas, pada saat “Peak Season”.
 Daya Saing destinasi  provinsi lain  tumbuh dengan cepat
Pengembangan Pemasaran Pariwisata: 
Kurang terintegrasi dan sinerginya pemasaran yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta.
 Pemasaran dan promosi pariwisata yang belum efektif dan efisien.
 Terbatasnya basis data dan belum optimalnya Sistem Informasi Pemasaran
Pariwisata.
 Belum terbentuknya Badan Pengembangan Promosi  Daerah Istimewa
Pengembangan Kelembagaan dan SDM Pariwisata: 
Kurangnya SDM Pariwisata Profesional yang sudah tersertifikasi 
Koordinasisinergi antar kelembagaan kepariwisataan maupun lintas sektor yang belum efektif.
 Belum optimalnya peran serta asosiasi   kelembagaan pariwisata dalam
mendukung pengembangan kepariwisataan daerah.
 Belum optimalnya kualitas pelayanan masyarakat  di desa wisata terhadap
wisatawan Pengembangan Industrikemitraan Pariwisata:
 Kurangnya kemitraan antar usaha pariwisata, sehingga tidak tercipta rantai nilai
Value Chain produk wisata yang dihasilkan
 Belum terstandardisasinya kualitas berbagai produk kepariwisataan  yang
dihasilkan.
 Iklim persaingan usaha kepariwisataan yang cenderung mengarah kepada
persaingan tidak sehat.
 Rendahnya kesadara kalangan industri pariwisata terhadap pengembangan daya
tarik wisata  dan tanggungjawab sosial korporasi CSR
BAB
IV
VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Perencanaan strategis merupakan proses sistimatis yang berkelanjutan dari pembuatan   keputusan   yang   beresiko   dengan   memanfaatkan   sebanyak-banyaknya
pengetahuan   antisipatif,   pengorganisasian   usaha-usaha   untuk   melaksanakan keputusan tersebut dan mengukur hasilnya melalui umpan balik yang terorganisir dan
sistematis. Perencanaan   stratejik   merupakan   kebutuhan   nyata   untuk   mengatasi
persoalan-persoalan   yang   dihadapi   dalam   lingkungan   yang   senantiasa   berubah sangat   cepat   seperti   dewasa   ini.   Perencanaan   stratejik   merupakan   serangkaian
rencana   tindakan   dan   kegiatan   mendasar   yang   disusun   organisasi   untuk diimplementasikan   seluruh   jajaran   organisasi   dalam   rangka   pencapaian   tujuan
organisasi.
Rencana stategis mencakup  Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, cara pencapaian tujuan yang meliputi Kebijakan dan Program.
4.1. VISI DAN MISI