yang dicapai adalah 2,50 dan tingkat pertumbuhan ekonomi Pemerintah Kota tertinggi yang dicapai adalah 8,17. sehingga jarak range antara capaian
maksimum pertumbuhan ekonomi Pemerintah Kota dengan capaian minimum pertumbuhan ekonomi Pemerintah Kota adalah 5,67 8,17 - 2,50. Hasil ini
menunjukkan pertumbuhan ekonomi selama periode tahun pengamatan 2004- 2010 terdapat range yang cukup besar di antara Pemerintah Kota Provinsi
Sumatera Utara, sehingga mengakibatkan pembangunan daerah di antara Pemerintah Kota tersebut ada yang tumbuh lambat dan ada yang tumbuh cepat.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan salah satu prasyarat pembangunan yang harus dipenuhi sebagai landasan pembangunan baik dalam
bidang ekonomi, politik sosial dan kebudayaan. Adanya pertumbuhan ekonomi yang mantap akan mendukung kepada kemajuan bidang-bidang lain sehingga
suatu daerah khususnya daerah Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara tidak terpaku dalam orientasi pada tujuan jangka pendek dan ruang lingkup pemikiran
yang sempit. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk melihat kinerja pembangunan yang dilaksanakan
khussunya dalam bidang ekonomi.
b. Desentralisasi Fiskal
Hasil observasi data selama periode tahun 2004-2010 terhadap variable desentralisasi fiskal Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara menunjukkan
bahwa rata-rata mean desentralisasi fiskal Pemerintah Kota yang diteliti adalah sebesar 6,72. Tingkat desentralisasi fiskal Pemerintah Kota terendah yang
dicapai adalah 2,47 dan tingkat desentralisasi fiskal Pemerintah Kota tertinggi yang dicapai adalah 25,68, sehingga jarak range antara capaian maksimum
Universitas Sumatera Utara
desentralisasi fiskal Pemerintah Kota dengan capaian minimum desentralisasi fiskal Pemerintah Kota adalah 23,21 25,68 - 2,47. Hasil ini menunjukkan
desentralisasi fiskal selama periode tahun pengamatan 2004-2010 terdapat range yang cukup besar di antara Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara, sehingga
mengakibatkan pembangunan daerah di Pemerintah Kota tersebut berjalan lambat. Perbedaan range yang cukup besar menunjukkan bahwa salah satu
Pemerintah Kota di Provinsi Sumatera Utara memiliki Pendapatan Asli Daerah PAD yang sangat rendah sedangkan pengeluaran pemerintahnya cukup besar,
yang membuktikan bahwa PAD Pemerintah Kota tersebut dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD belum mampu membiayai pengeluaran
pemerintah dalam pembangunan di wilayah Pemerintah Kota tersebut.
c. Pendapatan Perkapita
Hasil observasi data selama periode tahun 2004-2010 terhadap variable pendapatan perkapita Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara menunjukkan
bahwa rata-rata mean pendapatan perkapita Pemerintah Kota yang diteliti adalah sebesar Rp. 7,77 juta. Tingkat pendapatan perkapita Pemerintah Kota terendah
yang dicapai adalah Rp. 3,69 juta dan tingkat pendapatan perkapita Pemerintah Kota tertinggi yang dicapai adalah Rp. 15,11 juta sehingga jarak range antara
capaian maksimum pendapatan perkapita Pemerintah Kota dengan capaian minimum pendapatan perkapita Pemerintah Kota adalah Rp. 11,22 juta Rp. 15,11
juta – Rp. 3,89 juta. Hasil ini menunjukkan pendapatan perkapita selama periode tahun pengamatan 2004-2010 terdapat range yang cukup besar di antara
Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara. Hasil ini dapat terjadi disebabkan Produk Domestik Regional Bruto PDRB yang merupakan produk barang dan
Universitas Sumatera Utara
jasa yang dihasilkan salah satu Pemerintah Kota cukup rendah sedangkan jumlah penduduk cukup tinggi sehingga pendapatan perkapita menjadi rendah yang
konsekuensinya kesejahteraan masyarakat juga rendah. Berdasarkan data kuantitatif yang diperoleh di 7 Pemerintah Kota Provinsi
Sumatera Utara menunjukkan adanya perbedaan rataan pertumbuhan ekonomi, desentralisasi fiskal dan pendapatan perkapita selama periode tahun 2004-2010,
seperti yang tertera pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Rataan Pertumbuhan Ekonomi, Desentralisasi Fiskal dan Pendapatan
Perkapita 7 Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara Periode Tahun
2004-2010
No. KabupatenKota
Pertumbuhan Ekonomi
Desentralisasi Fiskal
Pendapatan Perkapita
Rp. Jutaan
1 Sibolga
5.26 3.63
7.39 2
Tanjung Balai 4.32
4.70 8.19
3 Pematangsiantar
5.30 5.85
7.62 4
Tebing Tinggi 5.52
4.51 7.07
5 Medan
7.24 20.62
12.54 6
Binjai 5.94
4.68 7.17
7 Padangsidempuan
5.45 3.05
4.40
Rataan 5,58
6,72 7,77
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Tabel 4.2. di atas menunjukkan bahwa Pemerintah Kota
Medan memiliki pertumbuhan rata-rata tertinggi selama periode tahun 2004-2010 yaitu sebesar 7,24, diikuti Pemerintah Kota Binjai sebesar 5,94, Pemerintah
Kota Tebing Tinggi sebesar 5,52, Pemerintah Kota Padangsidempuan sebesar 5,45, Pemerintah Kota Pematangsiantar sebesar 5,30, Pemerintah Kota
Sibolga sebesar 5,26 dan Pemerintah Kota Tanjung Balai sebesar 4,32. Hasil rataan di atas menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Medan memiliki
pertumbuhan ekonomi tertinggi dan Pemerintah Kota Tanjung Balai memiliki
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan ekonomi terendah, yang menunjukkan tingkat pembangunan di Kota Medan lebih tinggi dibanding Kota Tanjung Balai, sehingga faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi lebih memungkinkan dilaksanakan di Kota Medan seperti adanya investor yang menginvestasikan dananya dalam sektor
hotel, restoran dan perdaganagn, sektor industri pengolahan, sektor bangunan, dan sektor jasa-jasa.
Hasil rataan desentralisasi fiskal selama periode tahun 2004-2010 menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Medan memiliki desentralisasi fiscal
tertinggi yaitu 20,62 diikuti dengan Pemerintah Kota Pematangsiantar sebesar 5,85, Pemerintah Kota Tanjung Balai sebesar 4,70, Pemerintah Kota Binjai
sebesar 4,68, Pemerintah Kota Tebing Tinggi sebesar 4,51, Pemerintah Kota Sibolga sebesar 3,63 dan Pemerintah Kota Padangsidempuan sebesar 3,05.
Hasil ini menunjukkan bahwa desentralisasi fiskal Pemerintah Kota Medan memiliki range yang cukup besar terhadap Pemerintah Kota lain di Provinsi
Sumatera Utara, hal ini disebabkan Pemerintah Kota Medan merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Utara sehingga PAD Kota Medan cukup banyak diperoleh dan
pengeluaran pemerintah juga cukup banyak untuk melaksanakan pembangunan. Hasil rataan pendapatan perkapita selama periode tahun 2004-2010
menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Medan memiliki pendapatan perkapita tertinggi yaitu sebesar Rp. 12,54 juta, diikuti Pemerintah Kota Tanjung Balai
sebesar Rp. 8,19 juta, Pemerintah Kota Pematangsiantar sebesar Rp. 7,62 juta, Pemerintah Kota Sibolga sebesar Rp. 7,39 juta, Pemerintah Kota Binjai sebesar
Rp. 7,17 juta, Pemerintah Kota Tebing Tinggi sebesar Rp. 7,07 juta dan Pemerintah Kota Padangsidempaun sebesar Rp. 4,40 juta. Hasil ini menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
selama periode tahun 2004-2010 Pemerintah Kota Medan memiliki pendapatan perkapita tertinggi sedangkan Pemerintah Kota Padangsidempuan memiliki
pendapatan perkapita terendah. Berdasarkan indikator pertumbuhan ekonomi dan Produk Domestik
Regional Bruto PDRB atau pendapatan per kapita Pemerintah Kota berdasarkan atas dasar harga konstan 2000 dapat dilakukan klasifikasi Pemerintah Kota
Provinsi Sumatera Utara berdasarkan analisis Tipologi Klassen. Alat analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui klasifikasi
daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi dan pendapatan atau produk domestik regional konstan tahun 2000 per kapita daerah.
Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertical dan rata-rata produk domestik regional bruto PDRB per kapita sebagai sumbu
horizontal, daerah dalam hal ini Pemerintah Kota yang diamati dapat dibagi menjadi empat klasifikasigolongan, yaitu: daerah yang cepat maju dan cepat
tumbuh high growth and high income, daerah maju tapi tertekan high income but low growth, daerah yang berkembang cepat high growth but low income,
dan daerah yang relatif tertinggal low growth and low income Syafrizal, 1997; Kuncoro dan Aswandi, 2002.
Menurut Syafrizal 1997 dan Kuncoro dan Aswandi, 2002 analisis Tipologi Klassen menghasilkan empat klasifikasi sektor dengan karakteristik
yang berbeda sebagai berikut : 1. Pemerintah Kota yang maju dan tumbuh dengan pesat high growth and
high income Kuadran I. Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan pemerintah kota yang lebih besar dibandingkan terhadap laju
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi referensi dan memilki PDRB perkapita yang lebih besar dibandingkan PDRB perkapita tersebut terhadap
PDRB perkapita daerah yang menjadi referensi. 2. Pemerintah Kota maju tapi tertekan high income but low growth Kuadran
II. Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan pemerintah kota yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan PDRB daerah yang
menjadi referensi, tetapi memilki PDRB perkapita yang lebih besar dibandingkan PDRB perkapita tersebut terhadap PDRB perkapita daerah yang
menjadi referensi 3. Pemerintah Kota potensial atau masih dapat berkembang high growth but low
income Kuadran III. Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan pemerintah dalam PDRB yang lebih besar dibandingkan
terhadap laju pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi referensi, tetapi memilki PDRB perkapita yang lebih kecil dibandingkan terhadap PDRB
perkapita daerah yang menjadi referensi. 4. Pemerintah Kota relatif tertinggal low growth ang low income Kuadran
IV. Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan pemerintah kota yang lebih kecil dibandingkan terhadap laju pertumbuhan PDRB daerah yang
menjadi referensi dan sekaligus memilki PDRB perkapita yang lebih kecil dibandingkan PDRB perkapita daerah yang menjadi referensi
Klasifikasi Pemerintah Kota di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan pendapatan per kapita dan pertumbuhan menggunakan analisis tipologi Klassen,
dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3. Analisis Tipologi Klassen Klasifikasi Daerah berdasarkan Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB Perkapita Pemerintah
Kota Tahun 2004-2010 Kuadran I
Kuadran II
Pemerintah Kota yang maju dan tumbuh dengan pesat high growth and high
income Pemerintah Kota maju tapi tertekan
high income but low growth
Kota Medan Kota Tanjung Balai
Kuadran III Kuadran IV
Pemerintah Kota potensial atau masih dapat berkembang high growth but low
income Pemerintah Kota tertinggal low
growth and low income
Kota Binjai Kota Sibolga
Kota Pematngsiantar Kota Tebing Tinggi
Kota Padangsidempuan
Sumber : Tabel 4.2. Berdasarkan tipologi Klassen, Pemerintah Kota di Provinsi Sumatera
Utara dibagi menjadi empat 4 klasifikasi, yaitu Pemerintah Kota Medan termasuk pemerintah kota yang cepat maju dan cepat tumbuh. Kecamatan yang
termasuk katagori kecamatan yang maju dan tumbuh cepat ini pada umumnya daerah yang maju baik dari segi pembangunan atau kecepatan pertumbuhan.
Pemerintah Kota Tanjung Balai termasuk pemerintah kota yang maju tapi tertekan. Pemerintah Kota Binjai termasuk pemerintah kota potensial atau masih
dapat berkembang. Pemerintah Kota Sibolga, Kota Pematangsiantar, Kota Tebing Tinggi dan Kota Padangsidempuan termasuk pemerintah kota relatif tertinggal.
4.1.3. Pengujian Asumsi Klasik
Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal Erlina,
2008. Untuk menguji apakah data penelitian ini terdistribusi normal atau tidak dapat diketahui melalui 2 cara yaitu analisis grafik dan analisis statistik
4.1.3.1. Uji normalitas
Universitas Sumatera Utara
Cara mudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Selain itu untuk melihat
normalitas residual juga dapat dilakukan dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara observasi dengan distribusi normal yang mendekati
distribusi normal. Dengan melihat tampilan grafik normal plot pada Gambar 4.1. dapat
disimpulkan bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya. Hal ini menunjukan data residual berdistribusi normal.
Demikian pula dengan hasil grafik histogram pada Gambar 4.2. yang menunjukkan bahwa data residual berdistribusi normal yang dilihat dari gambar
berbentuk lonceng yang hampir sempurna simetris.
Gambar 4.1. Normal P-Plot of Regression Standardized Residual
0.0 0.2
0.4 0.6
0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0 0.2
0.4 0.6
0.8 1.0
Expected C um
Prob Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2. Histogram
Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual antara lain adalah uji statistik non parametric Kolmogorov-Smirnov K-S. Uji K-
S dilakukan dengan membuat hipotesis : Ho
: Data residual tidak berdistribusi normal Ha
: Data residual berdistribusi normal Untuk menentukannya maka kriterianya adalah :
Ho diterima apabila nilai signifikansi Asymp.Sig 0,05 Ha diterima apabila nilai signifikansi Asymp.Sig 0,05
Tabel 4.4. Kolmogorov – Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 49
Normal Parametersa,b Mean
.0000000 Std. Deviation
.90877254 Most Extreme Differences
Absolute .142
-4 -3
-2 -1
1 2
3 Regression Standardized Residual
2 4
6 8
10 12
14
Frequency
Mean = 1.78E-15 Std. Dev. = 0.979
N = 49
Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi Histogram
Universitas Sumatera Utara
Positive .136
Negative -.142
Kolmogorov-Smirnov Z .994
Asymp. Sig. 2-tailed .276
a Test distribution is Normal.
Dari hasil uji statistik pada Tabel 4.4. menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,994 dan signifikansinya pada 0,276 dan
nilainya di atas α = 0,05 Asymp.Sig = 0,276 0,05 sehingga hipotesis Ha diterima yang berarti data residual berdistribusi normal.
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterplots.
4.1.3.2. Uji heteroskedastisitas
Gambar 4.3. Grafik scatterplots
-1 1
2 3
Regression Standardized Predicted Value
-4 -3
-2 -1
1 2
3
Regressi on
St udent
ized R esi
dual Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi
Scatterplot
Universitas Sumatera Utara
Dari grafik scatterplots dalam Gambar 4.3. menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada
sumbu Y dan tidak membentuk pola tertentu yang teratur, hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
Uji Glesjer
Uji Glesjer mengusulkan untuk meregres nilai absolute residual terhadap variable independen Ghozali, 2005. Adapun hasil uji glesjer terdapat pada Tabel
4.5 berikut.
Tebel 4.5. UJi Glesjer
Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta
1 Constant
.698 .363
1.925 .060
Desentralisasi Fiskal -.011
.023 -.107
-.485 .630
Pendapatan Perkapita .003
.058 .010
.044 .965
a Dependent Variable: abs_res
Hasil yang terlihat menunjukkan koefisien parameter untuk variabel independen tidak ada yang
signifikan yaitu desentralisasi fiskal = 0,630 α = 0,05 dan pendapatan perkapita = 0,965 α = 0,05. Maka dapat disimpulkan model
regresi tidak terdapat heteroskedastisitas.
Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka
4.1.3.3. Uji multikolinieritas
Universitas Sumatera Utara
dinamakan terdapat problem Multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Pengujian ada
tidaknya gejala multikolinearitas dilakukan dengan memperhatikan nilai matriks korelasi yang dihasilkan pada saat pengolahan data serta nilai VIF Variance
Inflation Faktor dan Tolerance-nya. Nilai dari VIF yang kurang dari 10 dan toleransi yang lebih dari 0,10 maka menandakan bahwa tidak terjadi adanya gejala
multikolinearitas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut tidak terdapat problem multikolinieritas.
Tabel 4.6. Hasil Uji Multikolinieritas Model
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
1 Constant
Desentralisasi Fiskal .438
2,281 Pendapatan Perkapita
.438 2,281
a Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi Sumber : Data diolah, 2012
Dari perhitungan menggunakan program SPSS versi 15 dapat kita ketahui bahwa nilai VIF dan tolerance sebagai berikut : Variabel Desentralisasi Fiskal
mempunyai nilai VIF sebesar 2,281 dan toleransi sebesar 0,4383. Variabel pendapatan perkapita mempunyai nilai VIF sebesar 2,281 dan toleransi sebesar
0,438. Dari ketentuan yang ada bahwa jika nilai VIF 10 dan tolerance 0,10
maka tidak terjadi gejala multikolinearitas dan nilai-nilai yang didapat dari perhitungan adalah sesuai dengan ketetapan nilai VIF dan toleransi, dan dari hasil
analisis diatas dapat diketahui nilai toleransi semua variabel independen desentralisasi fiskal dan pendapatan perkapita lebih dari 0,10 dan nilai VIF
kurang dari 10 maka dapat disimpulkan bahwa variabel independennya tidak
Universitas Sumatera Utara
terjadi multikolinieritas sehingga model tersebut telah memenuhi syarat asumsi klasik dalam analisis regresi.
Menguji autokorelasi dalam suatu model dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan penganggu pada
periode t dan dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi maka dilakukan penguji Durbin-
Watson DW. 4.1.3.4. Uji autokorelasi
Hipotesis : Ho : Tidak ada autokorelasi positif atau negatif
Ha : Ada autokorelasi positif atau negatif Kriteria :
Tolak Ha, Terima H0 jika du DW 4 – du Tolak Ho, Terima Ha jika bukan du DW 4 –du
Tabel 4.7. Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 .589a
.347 .319
.92832 2.033
a Predictors: Constant, Pendapatan Perkapita, Desentralisasi Fiskal b Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi
Hasil uji autokrelasi menunjukkan nilai statistik Durbin Watson DW sebesar 2,033, yang menyatakan du DW 4 – du 1,54 2,033 4 – 1,54
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun negatif atau dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.
Universitas Sumatera Utara
4.1.4. Uji Hipotesis
4.1.4.1. Hasil uji koefisien determinasi R
2
Koefisien determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit dari model regresi yang dapat lihat dari nilai R Square. Untuk mengetahui pertumbuhan
ekonomi Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara yang disebabkan beberapa faktor antara lain yaitu desentralisasi fiskal dan pendapatan perkapita dapat dilihat
melalui besarnya koefisien determinasi.
Tabel 4.8. Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .589a
.347 .319
.92832 a Predictors: Constant, Pendapatan Perkapita, Desentralisasi Fiskal
b Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi
Dari perhitungan nilai R Square adalah 0,347. Hal ini berarti 34,7 persen pertumbuhan ekonomi Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara dapat dijelaskan
oleh kedua variabel independen di atas, sedangkan sisanya yaitu 65,3 persen dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain.
Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel independent secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel
dependent. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.9. 4.1.4.2 Hasil uji simultan uji F
Hipotesis : Ho
: Desentralisasi fiskal dan pendapatan perkapita secara simultan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
Ha : Desentralisasi fiskal dan pendapatan perkapita secara simultan
berengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
Universitas Sumatera Utara
Kriteria pengambilan keputusan terhadap uji F, adalah sebagai berikut : Jika probabilitas 0,05, Ha diterima, Ho ditolak
Jika probabilitas 0,05, Ha ditolak, Ho diterima
Tabel. 4.9. Hasil Uji Simultan
ANOVAb Model
Sum of Squares
Df Mean Square
F Sig.
1 Regression
21.109 2
10.554 12.247
.000a Residual
39.642 46
.862 Total
60.750 48
a Predictors: Constant, Pendapatan Perkapita, Desentralisasi Fiskal b Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi
Uji statistik secara simultan ditunjukkan oleh perbandingan nilai F hitung
dengan F tabel. Nilai F tabel dengan derajat kepercayaan sebesar 95 persen, adalah sebesar 3,20. Pada Tabel 4.9 di atas terlihat bahwa pada persamaan, F
hitung 12,247 adalah lebih besar dari pada F tabelnya. Dengan tingkat probabilitas 0,000. Dengan demikian dapat disimpulkan , P = 0,000 α = 0,05, yang berarti
Ha diterima. Ini berarti bahwa kedua variabel independen signifikan dalam menjelaskan pertumbuhan ekonomi Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara.
Pada uji statistik secara parsial dengan nilai t kritis critical value pada df = n-k, dimana n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah variabel independen
termasuk konstanta. Untuk menguji koefisian regresi parsial secara individu dari masing-masing variabel bebas dapat dilihat pada Tabel 4.10.
4.1.4.3. Hasil uji parsial uji-t
Hipotesis : Ho
: Desentralisasi fiskal dan pendapatan perkapita secara parsial tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
Ha : Desentralisasi fiskal dan pendapatan perkapita secara parsial
Universitas Sumatera Utara
berengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kriteria pengambilan keputusan terhadap uji t, adalah sebagai berikut :
Jika probabilitas 0,05, Ha diterima, Ho ditolak Jika probabilitas 0,05, Ha ditolak, Ho diterima
Tabel 4.10. Uji Statistik-t
Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta
1 Constant
4.716 .520
9.062 .000
Desentralisasi Fiskal .104
.034 .555
3.087 .003
Pendapatan Perkapita .021
.084 .045
.248 .805
a Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi
Pada Tabel 4.10. tersebut, uji statistik t diperoleh, sebagai berikut : 1. Variabel Desentralisasi Fiskal : t-hitung = 3,087; t-tabel 2,010, dengan
tingkat probabilitas 0,000. Dengan demikian dapat disimpulkan P = 0,000 α = 0,05, tolak hipotesis Ho dan terima hipotesis Ha yang menyatakan
Desentralisasi Fiskal berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
2. Variabel pendapatan perkapita : t-hitung = 0,248; t-tabel 2,010, dengan tingkat probabilitas 0,805. Dengan demikian dapat disimpulkan P = 0,805
α = 0,05, tolak hipotesis Ha dan terima hipotesis Ho yang menyatakan pendapatan perkapita tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi Berdasarkan Tabel 4.10. dan uraian di atas maka dengan demikian dapat
disusun persamaan regresi berganda sebagai berikut :
PE = 4,716 + 0,104 DF + 0,021 PP
Universitas Sumatera Utara
Model persamaan regresi berganda tersebut bermakna 1. Nilai konstanta sebesar 4,716 artinya apabila variabel independen
Desentralisasi Fiskal dan pendapatan perkaputa dianggap konstan, maka pertumbuhan ekonomi sebesar 4,716
2. Variabel Desentralisasi Fiskal berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara dengan nilai koefisien
sebesar 0,104, artinya setiap penambahan 1 persen variable desentralisasi fiskal akan menaikkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,104 .
3. Variabel pendapatan perkapita berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara dengan nilai koefisien
sebesar 0,021, artinya setiap penambahan Rp. 1 juta variabel pendapatan perkapita akan menaikkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,021.
4.2. Pembahasan
Salah satu tujuan pembangunan sacara makro adalah meningkatnya
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berhubungan dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat dan
dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi menyangkut perkembanganyang berdimensi tunggal dan diukur dengan peningkatan hasil produksi dan
pendapatan. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara
dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya.
Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai sekarang lebih tinggi dari pada yang dicapai pada masa
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya. Pertumbuhan tercapai apabila jumlah fisik barang-barang dan jasa- jasa yang dihasilkan dalam perekonomian tersebut bertambah besar dari tahun-
tahun sebelumnya. Dalam teori ekonomi pembangunan, dikemukakan ada enam karakteristik
pertumbuhan ekonomi, yaitu : 7. Terdapatnya laju kenaikan produksi perkapita yang tinggi untuk
mengimbangi laju pertumbuhan penduduk yang cepat. 8. Semakin meningkatnya laju produksi perkapita terutama akibat adanya
perbaikan teknologi dan kualitas input yang digunakan. 9. Adanya perubahan struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industri
dan jasa. 10. Meningkatnya jumlah penduduk yang berpindah dari pedesaan ke daerah
perkotaan urbanisasi. 11. Pertumbuhan ekonomi terjadi akibat adanya ekspansi negara maju dan adanya
kekuatan hubungan internasional. 12. Meningkatnya arus barang dan modal dalam perdagangan internasional.
Jhingan, 2010. Data ekonomi merupakan sumber informasi sistematik untuk dapat
mengukur sejauh mana perkembangan aktivitas ekonomi suatu negara. Suatu data yang akurat diharapkan dapat menggambarkan suatu kondisi statistik
perekonomian. Statistik ini digunakan oleh para ahli ekonomi untuk mempelajari perekonomian dan oleh para pengambil keputusan untuk mengawasi
pembangunan ekonomi dan merumuskan kebijakan-kebijakan yang tepat.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa desentralisasi fiskal Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara. Desentralisasi fiskal Pemerintah Kota di Provinsi Sumatera Utara yang bertanda positif berarti
memiliki hubungan yang searah yang artinya setiap penambahan atau kenaikan sebesar 1 persen desentralisasi fiskal akan menaikkan pertumbuhan ekonomi.
Desentralisasi fiskal berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara, hal tersebut memberikan arti bahwa pengaruh
desentralisasi fiskal selama periode tahun pengamatan 2004-2010 di daerah penelitian memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Sehingga hasil penelitian yang telah dilakukan sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Ebel dan Yilmaz dalam Wibowo 2008 menemukan hubungan
positif antara desentralisasi dan pertumbuhan ekonomi, Hasil penelitian Akai dan Sakata dan penelitian Martinez dan Robert dalam Zuliyanto 2010 menemukan
desentralisasi mendorong pertumbuhan ekonomi di India dan China. Hal ini juga sejalan dengan penelitian di Indonesia, seperti Sasana 2006 menemukan bahwa
desentralisasi fiskal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan Wibowo 2008 menemukan bahwa 1 desentralisasi fiskal di
Indonesia secara umum memberikan pengaruh positif terhadap pembangunan daerah selama periode 1999-2004. 2 Era baru desentralisasi fiskal yang
diluncurkan sejak tahun 2001 ternyata memberikan dampak yang relatif lebih baik terhadap pembangunan daerah dibanding dengan rezim desentralisasi fiskal
sebelumnya. 3 Sekurang-kurangnya terdapat dua alasan yang dapat menjelaskan fenomena otonomi fiskal yang kurang favourable sebelum periode reformasi
Universitas Sumatera Utara
fiskal, yakni i kurangnya kompetensi para aparatur dan politisi daerah dalam menetapkan instrumen pendapatan daerah, dan ii monitoring pemerintah pusat
atas penerapan Perda tentang pajak retribusi daerah yang kurang efektif. Menurut Susiyati 2007 implementasi desentralisasi fiskal di Indonesia
ditandai dengan proses pengalihan sumber keuangan bagi daerah dalam jumlah yang sangat signifikan. Dibandingkan dengan era sebelum desentralisasi, transfer
dari pusat kepada daerah dalam bentuk Dana Perimbangan, melonjak drastis, baik secara proporsi maupun jumlah absolut. Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana
Alokasi Umum DAU, Dana Bagi Hasil DBH dan Dana Alokasi Khusus DAK ini berkontribusi kepada lebih dari 85 rata-rata penerimaan
KabupatenKota, dan sekitar 70 rata-rata penerimaan daerah Provinsi. Sebagai ilustrasi, ketika memasuki era desentralisasi, jumlah total dana APBD berbagai
daerah melonjak menjadi 5 sampai dengan 20 kali lipat dari APBD-nya di tahun- tahun terakhir Orde Baru. Penyebabnya adalah Dana Perimbangan yang sangat
signifikan tersebut. Apabila pada tahun anggaran 199900 dana pusat yang didaerahkan baru sekitar Rp 30 trilyun, maka pada tahun 2001 jumlah Dana
Perimbangan adalah sebesar Rp 81 trilyun. Jumlah ini dari tahun ke tahun meningkat dengan signifikan hingga mencapai lebih dari Rp 200 trilyun pada
tahun 2006, atau rata-rata kenaikan diatas 20 per tahunnya. Dari keseluruhan dana yang didaerahkan Dana Perimbangan tersebut, jumlah terbesar adalah
DAU, meskipun ada kecenderungan penurunan proporsi dari sekitar 75 di tahun 2001 menjadi sekitar 60 untuk tahun 2005 dan 2006. Sementara DAK, yang
mencerminkan kepentingan pusat di daerah, adalah komponen yang terkecil,
Universitas Sumatera Utara
walaupun jumlahnya terus diupayakan meningkat yakni dari sekitar 1 di tahun 2001 menjadi 3 di tahun 2006.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pendapatan perkapita Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara berpengaruh positif tetapi tidak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pemerintah Kota di Provinsi Sumatera Utara. Pendapatan Perkapita Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara yang
bertanda positif berarti memiliki hubungan yang searah menaik yang artinya setiap penambahan atau kenaikan sebesar Rp. 1 juta pendapatan perkapita
Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara akan menaikkann pertumbuhan ekonomi, hal tersebut memberikan arti bahwa pengaruh pendapatan perkapita
selama periode tahun pengamatan 2004-2010 di daerah penelitian memberikan pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Pusporini 2004 yang menyatakan bahwa hasil estimasi terhadap variabel kontrol pendapatan perkapita dan jumlah
penduduk menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut secara konsisten mempunyai hubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini
menunjukkan bahwa jika pendapatan perkapita dan jumlah penduduk meningkat maka pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat. Pendapatan perkapita menjadi
penting dalam sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi karena menjadi indikator bagi kesejahteraan penduduknya.
Tidak berpengaruhnya secara signifikan pendapatan perkapita terhadap pertumbuhan ekonomi Pemerintah Kota Medan, kondisi ini disebabkan 1 diantara
7 Pemerintah Kota di Provinsi Sumatera Utara memiliki pendapatan perkapita yang rendah sehingga kesejahteraan penduduknya juga rendah.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan uji hipotesis yang dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa :
1. Secara simultan desentralisasi fiskal dan pendapatan perkapita berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Pemerintah Kota Provinsi
Sumatera Utara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh desentralisasi fiskal dan pendapatan perkapita.
Hasil penelitian Brodjonegoro dan Darianto 2003, dan Sasana 2006 menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh desentralisasi
fiskal. 2. Secara parsial desentralisasi fiskal berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara, hal ini sejalan dengan penelitian Sasana 2006 desentralisasi fiskal berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di KabupatenKota di Provinsi Jawa Tengah. Pendapatan perkapita berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi Pemerintah Kota di Provinsi Sumatera Utara. Hal ini sejalan dengan penelitian Pusporini 2004 yang menyatakan bahwa
hasil estimasi terhadap variabel pendapatan perkapita secara konsisten mempunyai hubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Universitas Sumatera Utara