BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsumsi Pangan
Konsumsi pangan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis pangan tunggal atau beragam yang dimakan
dikonsumsi seseorang atau kelompok orang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu Hardiansyah Martianto, 1992. Konsumsi pangan akan mempengaruhi
kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan sehingga kecukupan konsumsi pangan perlu mendapat perhatian Hardiansyah Briawan, 1994.
Kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan
makanan. Kebiasaan makan akan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain kesenangan, budaya, agama, taraf ekonomi, lingkungan alam dan sejak dahulu
makanan juga dianggap sebagai lambang kekuasaan dan persahabatan Khumaidi, 1994.
Menurut Suhardjo 1989, kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok individu memilih pangan apa yang dikonsumsi sebagai reaksi terhadap
pengaruh fisiologis, psikologis dan sosial budaya. Kebiasaan makan bukanlah bawaan sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar.
Penerapan kebiasaan makan yang baik dapat diartikan dengan membiasakan memilih dan mengonsumsi makanan-makanan yang memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut: bermutu gizi seimbang atau sesuai dengan kebutuhan tubuh, aman, halal,
Universitas Sumatera Utara
beraneka ragam, dan yang susunan zat-zat gizi makro dan mikro di dalam makanan lengkap, serta makanan selingan yang berada dalam keseimbangan Susanto, 1995.
Ciri-ciri kebiasaan makan pada diri seseorang yang paling mudah diamati adalah jenis makanan yang paling disukai, yang paling sering dikonsumsi atau yang
tidak pernah dikonsumsi Susanto, 1993. Dimasa remaja akan terdapat banyak situasi yang berbahaya yang
memungkinkan seseorang untuk makan secara kurang maupun lebih dan pada masa remaja kegiatan maupun aktivitas sering sekali menurun dikarenakan oleh jumlah
konsumsi makanan yang kurang maupun lebih Sediaoetama, 1996.
2.2. Sayuran dan Buah
Sayuran merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan bahan makanan nabati. Bagian tumbuhan yang dapat dimakan dan dijadikan sayur
adalah daun, batang, bunga dan buah muda sehingga dapat dikatakan bahwa semua bagian tumbuhan dapat dijadikan sayur Sumoprastowo, 2000.
Dalam hidangan orang Indonesia, sayur mayur adalah sebagai makanan pokok pemberi serat dalam hidangan serta pembasah karena umumnya dimasak berkuah
Santoso, 2004. Buah adalah organ pada pertumbuhan berbunga yang merupakan
perkembangan lanjutan dari bakal buah ovarium. Buah-buahan merupakan santapan terakhir dalam suatu acara makan atau dapat dimakan kapan saja untuk mendapatkan
rasa manis. Buah biasanya dimakan mentah, tetapi dapat juga diolah atau diawetkan Santoso, 2004.
Universitas Sumatera Utara
2.2.1. Kandungan dan Manfaat Sayuran
Sayur merupakan sumber vitamin A, vitamin C, asam folat, magnesium, kalium dan serat serta tidak mengandung lemak dan kolesterol. Sayuran daun berwarna hijau,
dan sayuran berwarna jingga seperti wortel dan tomat mengandung lebih banyak provitamin A berupa betakaroten daripada sayuran tidak berwarna. Sayuran berwarna
hijau disamping itu kaya akan kalsium, zat besi, asam folat, dan vitamin C. Contoh sayuran berwarna hijau adalah bayam, kangkungm daun singkong, daun kacang, daun
katuk dan daun pepaya. Semakin hijau warna daun, semakin kaya akan zat-zat gizi Almatsier, 2004
Sayuran juga dikenal sebagai bahan pangan yang mempunyai banyak khasiat bagi kehidupan manusia. Sayur mempunyai fungsi yang sama dalam tubuh yaitu
sebagai penyedia vitamin dan mineral. Di dalam sayuran hijau dan kuning juga terdapat karotenoid dimana bila kita hanya sedikit mengonsumsi karotenoid maka
risiko terserang kanker paru-paru semakin tinggi. Kandungan antioksidan yang banyak terdapat dalam sayuran juga sangat penting di dalam melawan radikal bebas
dan zat-zat karsinogenik Gusti, 2004. Sayur juga dikonsumsi untuk memberi rasa segar dan melancarkan proses
menelan makanan karena biasanya sayur dihidangkan dalam bentuk kuah. Dianjurkan sayuran yang dikonsumsi setiap hari terdiri dari campuran sayuran daun, kacang-
kacangan dan sayuran berwarna jingga. Porsi sayuran dalam bentuk tercampur yang dianjurkan sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak 150 – 200 gram Almatsier,
2004
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Kandungan dan Manfaat Buah
Seperti sayuran, buah pun merupakan kebutuhan penting untuk tubuh kita. Buah-buahan merupakan sumber vitamin dan mineral, tetapi pada jenis buah-buahan
tersebut juga menghasilkan cukup banyak energi. Buah-buahan biasanya dipergunakan sebagai pencuci mulut. Pada umumnya, buah pencuci mulut
memberikan rasa manis dan kadang-kadang memberikan rasa asam. Rasa manis ini berasal dari sukrosa, glukosa, maltosa atau fruktosa. Yang mengandung fruktosa,
buah akan terasa manis, sedangkan yang mengandung glukosa dan maltosa kurang begitu manis Wirakusumah, 2005.
Kandungan serat pada buah sangat berpengaruh dalam pencernaan. Serat juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan karena sifat fisik dan sifat fisiologisnya. Sifat
fisik yang penting adalah volume dan massa, kemampuan mengikat air dan ketahanan terhadap fermentasi oleh bakteri sehingga serat sangat dibutuhkan oleh tubuh Jahari,
2001. Secara keseluruhan, buah merupakan sumber vitamin A, vitamin C, kalium dan
serat. Buah tidak mengandung natrium, lemak kecuali alpokat dan kolesterol. Porsi buah yang dianjurkan sehari untuk dewasa adalah sebanyak 200-300 gram
Almatsier, 2004. Dengan mengonsumsi buah, tubuh akan dibersihkan dari racun makanan,
dengan kata lain, buah dapat mencegah kanker, diabetes, wasir, dan juga anemia Winarto, 2004.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3. Manfaat Sayur dan Buah Terhadap Tubuh Berdasarkan Warna
Warna pada buah dan sayur bukanlah sekedar pembeda jenis antara buah yang satu dengan lainnya. Lebih dari itu, warna buah dan sayur merupakan sumber
informasi kandungan nutrisinya Ayu, 2010 Buah dan sayur berwarna merah tua bahkan hampir mendekati ungu umumnya
mengandung anthocyanin yang merupakan jenis antioksidan yang mampu menghambat terbentuknya gumpalan dalam pembuluh darah, sehingga risiko
penyakit jantung dan stroke berkurang. Buah berwarna merah mengindikasikan kandungan antisianin dan likopen.
Antisianin berguna untuk mencegah infeksi dan kanker kandung kemih, sedangkan likopen memngahmbat fungi kemunduran fisik dan mental agar tidak mudah pikun.
Sedangkan sayuran yang berwarna merah menandakan sayuran mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai antikanker.
Selain itu, buah yang berwarna jingga dan semua buah-buahan yang memiliki daging buah berwarna jingga mengandung betakaroten. Di dalam tubuh betakaroten
berfungsi menghambat proses penuaan dan meremajakan sel-sel tubuh. Selain itu, betakaroten yang ada di dalam tubuh berbah menjadi vitamin A yang akan memacu
sistem kekebalan sehingga tidak mudah terserang penyakit. Buah berwarna kuning mengandung Kalium, unsur nutrisi yang sangat
bermanfaat untuk mencegah stroke dan jantung koroner, sedangkan jenis sayuran yang berwarna kuning diyakini mampu memerangi katarak, serangan jantung dan
stroke.
Universitas Sumatera Utara
Buah berwarna hijau banyak mengandung asam alegat yang ampuh menggempur berbagai bibit sel kanker. Asal alegat juga mampu menormalkan tekanan darah,
sedangkan sayuran berwarna hijau banyak mengandung vitamin C dan B Kompleks. Selain itu juga besar kandungan zat besi, kalsium, magnesium, fosfor, betakaroten
dan serat. Kekurangan sayuran berwarna hijau menyebabkan kulit menjadi kasar dan bersisik.
Ada lagi sayuran dan buah yang berwarna putih. Meskipun hanya sedikit mengandung antioksidan, namun kandungan serat dan vitamin C dalam buah dan
sayur berwarna putih relatif tinggi. Selain ampuh menjaga kesehatan sistem pencernaan, sayuran berwarna putih dapat meningkatkan ketahanan tubuh. Ayu Ida,
2010
2.2.4. Gangguan Akibat Kurang Konsumsi Sayuran dan Buah
Sayuran dan buah merupakan sumber vitamin dan mineral yang diperlukan tubuh untuk mengatur proses dalam tubuh. Meskipun kebutuhannya realatif kecil,
namun fungsi vitamin dan mineral hampir tidak dapat digantikan sehingga terpenuhinya kebutuhan konsumsi zat tersebut menjadi esensial. Apabila konsumsi
vitamin dan mineral ini tidak memenuhi kebutuhan, maka tubuh akan mengalami defisiensi vitamin dan mineral yang dapat mengakibatkan berkurangnya daya tahan
tubuh WKNPG VI, 1998.
2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Sayuran dan Buah
Permasalahan utama yang dihadapi dalam konsumsi sayuran dan buah adalah bahwa secara nasional konsumsi sayuran dan buah penduduk Indonesia masih berada
dibawah konsumsi yang dianjurkan. Berbagai faktor berpengaruh terhadap pola dan
Universitas Sumatera Utara
perilaku konsumsi sayuran dan buah di masyarakat, yang dapat dikelompokkan ke dalam faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri atas faktor-faktor yang
berpengaruh positif dan negatif terhadap konsumsi sayuran dan buah yang berasal dari pengetahuan dan sikap. Faktor eksternal merupakan peluang dan hambatan yang
berpengaruh terhadap konsumsi sayuran dan buah yang berasal dari luar diri Aswatini, dkk, 2008.
2.3.1. Faktor Internal 2.3.1.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil dari tahu seseorang terhadap objek tertentu melalui indera yang dimilikinya mata, hidung,telinga dan
sebagainya Notoatmodjo, 2005. Menurut Notoatmodjo 2007 pengetahuan merupakan dominan yang paling penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dan
pengetahuan dapat diukur dengan melakukan wawancara. Pengetahuan yang baik tentang suatu hal akan menyebabkan seseorang bersikap
positif terhadap hal tersebut sehingga juga akan berpengaruh terhadap keputusan untuk melakukan suatu tindakan tersebut Ancok, 1997.
Menurut penelitian yang dilakukan Aswatini dkk. 2008 pada masyarakat di Lampung, umumnya masyarakat mengetahui pentingnya konsumsi sayuran dan buah
untuk kesehatan, tetapi pemahaman yang mendalam masih sangat kurang sehingga tidak menjadi dasar timbulnya motivasi yang kuat untuk mengonsumsi sayuran dan
buah. Dari penelitian tersebut, masyarakat mengetahui bahwa konsumsi sayuran dan buah baik untuk kesehatan karena sayuran dan buah mengandung zat gizi dan
vitamin. Penelitian Setyowati 2000 pada SMU 1 Bogor dan SMU Pamekasan juga
Universitas Sumatera Utara
menyebutkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara konsumsi sayuran dengan pengetahuan gizi responden.
2.3.1.2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek, dimana manifestasi sikap itu tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial,
menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan
atau aktivitas, akan tetapi adalah merupakan pre-disposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbukatingkah
laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek Notoatmodjo, 2003.
2.3.2. Faktor Eksternal
2.3.2.1. Ketersediaan Sayuran dan Buah
Ketersediaan pangan merupakan bagian pertama menuju arah konsumsi pangan sebab tidak mungkin kita mengonsumsi suatu makanan yang tidak tersedia.
Ketersediaan pangan yang kurang dapat mengurangi konsumsi pangan, yang akhirnya dapat menimbulkan masalah gizi kurang. Konsumsi buah di Indonesia lebih banyak
pada jenis pepaya dan pisang diperkirakan karena pisang dan pepaya tersedia
Universitas Sumatera Utara
sepanjang tahun dan angka-angka produksi pisang dan pepaya pada umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan buah lainnya Diani, 1990.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gunanti 2000, terdapat hubungan nyata antara ketersediaan sayur dengan konsumsi sayur dimana diketahui
ketersediaan sayur di rumah tangga pada anak prasekolah yang konsumsi sayurnya baik adalah 100 tersedia, pada kelompok anak prasekolah yang konsumsi
sayurannya tidak baik, tersedia sayur khusus bagi anak sebesar 13,4 dan 86,6 tidak tersedia.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rejeki 2000, jenis makanan yang mengandung sayuran maupun buah-buahan di kantin sekolah tidaklah memenuhi
kriteria cukup untuk dikonsumsi.
2.3.2.2. Pendidikan Ibu
Pada umumnya penyelenggaraan makanan dalam rumah tangga seahri-hari dikoordinir oleh ibu. Faktor kepercayaan dan tingkat pengetahuan ibu sebagai
pengelola rumah tangga akan berpengaruh juga pada macam bahan makanan dalam konsumsi keluarga sehari-hari. Ibu yang mempunyai pengetahuan gizi dan kesadaran
gizi yang tinggi akan melatih kebiasaan makan yang sehat sedini mungkin kepada putra putrinya. Anak-anak biasanya meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya
atau saudaranya. Bila anak melihat anggota keluarga yang lain makan apa yang dihidangkan ibu di meja makan, maka anak akan ikut makan juga. Pengetahuan ibu
terhadap jenis makanan tertentu sangat berpengaruh terhadap hidangan-hidangan yang disajikan oleh ibu setiap hari bagi keluarganya. Suhardjo, 1989.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fitriastutie 2009 pada anak sekolah dasar menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu
dengan konsumsi sayuran. Sementara itu, Rejeki 2000 menyebutkan tidak ada hubungan yang bermakna antara konsumsi sayuran dengan pendidikan ibu.
2.3.2.3.Pendapatan Keluarga
Menurut Madanijah 2004, keadaan ekonomi keluarga relatif lebih mudah diukur dan mempunyai pengaruh besar terhadap konsumsi pangan, terutama
golongan miskin. Faktor ekonomi yang paling berperan adalah pendapatan keluarga. Pendapatan keluarga adalah jumlah semua hasil pekerjaan yang dinyatakan dalam
pendapatan perkapita. Pendapatan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain seperti pendidikan, perumahan, kesehatan dan lain-lain Hardiansyah,
1997. Menurut Soehardjo 1989, pada umumnya jika tingkat pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan cenderung membaik juga.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Gusti 2004 pada mahasiswa di asmara UI dikemukakan bahwa mahasiswa yang memiliki uang pendapatan keluarga yang tinggi
lebih banyak mengonsumsi sayuran yang baik dibandingkan dengan yang pendapatan keluarganya rendah.
Penelitian yang dilakukan Aswatini 2008 di Lampung juga memperlihatkan fenomena bahwa khusus untuk buah-buahan yang diperoleh dengan cara membeli,
jenis pangan tersebut hanya dikonsumsi jika mereka mempunyai kelebihan uang dan biasanya yang dibeli adalah buah-buahan yang berharga murah.
Universitas Sumatera Utara
Gunanti 2001 mengemukakan bahwa rata-rata pendapatan keluarga pada kelompok anak prasekolah yang konsumsi sayurnya tidak baik masih dibawah rata-
rata.
2.3.2.4. Media Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses belajar yang kompleks. Dengan sosialisasi, manusia sebagai makhluk biologis menjadi manusia yang berbudaya, yang cakap menjalankan
fungsinya dengan tepat sebagai individu dan sebagai anggota kelompok. Sosialisasi merupakan proses penanaman kecakapan dan sikap yang diperlukan untuk dapat
memainkan peran sosial di masyarakat. Di dalam diri setiap manusia, terdapat impuls-impuls untuk melakukan segala sesuatu. Di sisi lain, lingkungan tempat ia
berada dan berinteraksi memiliki nilai dan norma yang mengarahkan perilaku. Dalam proses sosialisasi, seorang individu berusaha menyesuaikan impuls-impuls itu dengan
tekanan nilai dan norma yang mengikatnya. Bila potensi tingkah laku seseorang tidak bertentangan dengan nilai dan norma, maka berkembang lebih lanjut menjadi bagian
dari kepribadiannya Suhardi, 2009. Manusia tidak mungkin mengadakan sosialisasi tanpa melibatkan pihak atau
unsur dari luar. Unsur dari luar itulah yang disebut media sosialisasi. Media sosialisasi adalah pihak-pihak yang menjadi perantara terjadinya sosialisasi. Berikut
ini beberapa media sosialisasi Suhardi, 2009. 1. Keluarga
Pertama kali manusia mengalami proses sosialisasi adalah di dalam keluarga tempat dia dilahirkan. Keluarga sebagai kesatuan yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak
merupakan kelompok terkecil dalam masyarakat. Namun, peran yang dimilikinya
Universitas Sumatera Utara
sangat penting dalam proses sosialisasi. Sebagai kelompok sosial, keluarga memiliki nilai-nilai dan norma-norma tertentu.
2. Teman Sebaya Media sosialisasi pada tahap berikutnya adalah kelompok teman sebaya atau
teman sepermainan. Teman sebaya terdiri atas beberapa orang anak yang usianya hampir sama. Mereka sering berinteraksi satu dengan lainnya melalui kegiatan
bermain bersama. Interaksi di antara teman sepermainan bertujuan untuk memperoleh kesenangan rekreatif. Para remaja melakukan sosialisasi melalui
kelompok teman sebaya, dan di antara mereka mempunyai rasa saling memiliki dan senang melakukan kegiatan bersama-sama. Dalam kelompok teman sebaya itulah
seorang anak mulai menerapkan prinsip hidup bersama di luar lingkungan keluarganya.
3. Sekolah Sekolah merupakan lembaga penting dalam proses sosialisasi. Proses sosialisasi
pengetahuan dan keterampilan merupakan program yang bersifat nyata. Artinya, proses pembelajaran yang terprogram dalam kurikulum sekolah, sedangkan
sosialisasi nilai dan sikap merupakan kurikulum tersembunyi. Pelaksanaannya tidak terprogram secara eksplisit, tetapi terintegrasi dalam semua proses dan kegiatan di
sekolah 4. Media Massa
Media massa merupakan sarana yang dapat dimanfaatkan oleh banyak orang massa. Ada dua macam media massa, yaitu media cetak dan media elektronik.
Semua jenis media massa tidak secara langsung bertujuan untuk mengajari
Universitas Sumatera Utara
masyarakat. Akan tetapi, siaran berita, film, iklan, pertunjukan seni budaya, sampai dengan informasi ilmiah, berdampak sangat besar bagi perilaku warga masyarakat.
Penelitian yang dilakukan Fitriastutie 2009 terhadap anak sekolah dasar menyatakan bahwa terdapat hubungan antara media informasi terhadap konsumsi
sayuran.
2.4. Kerangka Konsep
Konsumsi sayuran dan buah merupakan variabel dependen terikat yang dijadikan masalah. Sementara faktor internal dan faktor eksternal merupakan variabel
independen.
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Gambaran Konsumsi Sayuran dan Buah Pada Siswa
SMA Negeri 1 Pekanbaru Faktor Internal
- Pengetahuan - Sikap
Konsumsi Sayuran dan Buah - Kuantitas
- Frekuensi - Jenis
Faktor Eksternal
- Ketersediaan Pangan - Pendidikan Ibu
- Pendapatan Keluarga - Media Sosialisasi
Keluarga, Teman Sebaya, Sekolah, Media Masaa
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk menggambarkan pola konsumsi sayuran dan buah pada siswa SMA Negeri 1 Pekanbaru.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di sekolah SMA Negeri 1 Pekanbaru yang berada di Jl. Sultan Syarif Qasim. Adapun pemilihan lokasi ini atas dasar pertimbangan bahwa
SMA Negeri 1 Pekanbaru adalah sekolah asal peneliti dan berdasarkan pengamatan awal siswa SMA Negeri 1 Pekanbaru kebanyakan memilih jajanan yang sedikit
mengandung sayuran dan buah, seperti bakso, mie ayam, nasi goreng dan juga minuman botol sementara masih tersedia jenis makanan yang mengandung buah
seperti jus dan es buah. Selain itu, walaupun membawa bekal dari rumah atau membeli nasi yang disediakan oleh kantin sekolah ataupun dari luar sekolah, tetapi
mereka lebih memilih untuk menyisihkan sayuran dan buah yang tersedia.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 sampai Juni 2012.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Pekanbaru.
Universitas Sumatera Utara