Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur pada Siswa SMP Negeri 226 Jakarta Selatan Tahun 2012

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KONSUMSI BUAH DAN SAYUR PADA SISWA SMP NEGERI 226 JAKARTA

SELATAN TAHUN 2012

SKRIPSI

AYU DWI LESTARI 108101000031

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2013 M/1434 H


(2)

i Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Desember 2012


(3)

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, Januari 2013

Ayu Dwi Lestari, NIM : 108101000031

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur pada Siswa SMP Negeri 226 Jakarta Selatan Tahun 2012

xvii + 89 halaman, 24 tabel, 2 bagan, 3 lampiran

ABSTRAK

Buah dan sayur banyak mengandung vitamin, mineral, senyawa fitokimia dan serat yang berguna bagi tubuh. Sayur dan buah banyak mengandung nutrisi namun jarang dikonsumsi oleh pelajar, padahal Indonesia adalah negara yang sangat kaya dengan sayur dan buah. Kurangnya konsumsi buah dan sayur pada remaja usia sekolah akan menimbulkan resiko gangguan kesehatan di masa yang akan datang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada siswa SMP Negeri 226 Jakarta Selatan tahun 2012, yang dilaksanakan pada Juli - Oktober 2012 dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 106 siswa. Analisis data terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik chi-square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa konsumsi buah dan sayurnya kurang (68,9%). Berdasarkan analisis bivariat diketahui faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur adalah pengetahuan gizi (p -value 0,001), kebiasaan orang tua (p-value 0,016) dan pendapatan orang tua (p-value 0,014). Adapun variabel yang tidak berhubungan dalam penelitian ini adalah jenis kelamin (p-value 1), kesukaan (p-value 0,6), pengaruh teman sebaya (p-value 0,678), media massa/iklan (p-value 0,078), konsumsi fast food (p-value 0,132) dan jumlah anggota keluarga (p-value 0,833).

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang bisa diberikan adalah mengadakan penyuluhan dengan sasaran siswa dan orang tuanya, menambahkan ajaran pendidikan gizi khususnya buah dan sayur pada materi pembelajaran di sekolah serta melakukan kegiatan lomba poster dan cerdas cermat untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang pentingnya konsumsi buah dan sayur.

Daftar bacaan : 68 (1989 – 2011)


(4)

iii Skripsi, January 2013

Ayu Dwi Lestari, NIM: 108101000031

Factors Associated with Fruit and Vegetable Consumption Behaviour Students at SMPN 226 Jakarta Selatan in 2012

xvii + 89 pages, 24 tables, 2 charts, 3 attachments

ABSTRACT

Fruits and vegetables contain many vitamins, minerals, phytochemicals and fiber compounds are useful for the body. Fruits and vegetables contain many nutrients but are rarely consumed by students, while Indonesia is a country that is very rich in vegetables and fruits. Lack of fruit and vegetable consumption among adolescents of school age would pose a risk of health problems in the future.

This research aims to determine the factors associated with fruit and vegetable consumption behavior students at SMPN 226 Jakarta Selatan in 2012, which was held in July to October 2012 using a cross sectional study design. Study sample totaled 106 students. Data analysis consisted of univariate and bivariate analysis using chi-square statistical test.

The results showed that most students of fruit and vegetable consume less fruit and vegetables (68.9%). Based on bivariate analysis known factors related to fruit and vegetable consumption behavior is nutrition knowledge (p-value 0.001), habits of parents (p-value 0.016) and parent income (p-value 0.014). The variables were not associated in this study were gender (p-value 1), preference (p-value 0.6), peer group influence (p-value 0.678), mass media/advertising (p-value 0.078), consumption fast food (p-value 0.132) and the number of family members (p-value 0.833).

Based on this research, advice that can be given is to conduct targeted outreach to students and their parents, teaching nutrition education in particular adding fruits and vegetables to learning materials in schools and undertake activities such as poster and quiz competitions to raise students' awareness about the importance of fruit and vegetable consumption.

Reading list: 68 (1989 - 2011)


(5)

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KONSUMSI BUAH DAN SAYUR PADA SISWA SMP NEGERI 226

JAKARTA SELATAN TAHUN 2012

Telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim pembimbing dan penguji skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, Januari 2013

Mengetahui,

Drs. M. Farid Hamzens, M.Si Raihana Nadra Alkaff, SKM. MMA. Pembimbing I Pembimbing II


(6)

v

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, Januari 2013 Mengetahui,

Penguji I

Ratri Ciptaningtyas, Sn.Kes

Penguji II

Catur Rosidati, SKM, MKM

Penguji III


(7)

vi

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Ayu Dwi Lestari

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta 19 Maret 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jln. Syaridin No. 11 RT 009/009 Ragunan, Pasar Minggu Jakarta Selatan

No. Telepon : 085693704906

Email : ayoydwi@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. TK Kemala Bhayangkari (1994-1996) 2. SD Kemala Bhayangkari 3 (1996-2002) 3. SMPN 41 Jakarta (2002-2005)

4. SMAN 34 Jakarta (2005-2008)


(8)

vii

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam teruntuk Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi kita umatnya.

Selama proses pengerjaan dan pembuatan skripsi ini, tidak dapat dipungkiri bahwa penulis tidak akan mampu bekerja sendiri tanpa mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Sakiman dan Ibu Chotimah atas doa, dukungan

dan kasih sayang yang tak terhingga selama ini. Kakakku Ari Purwanti serta adik-adikku Triana Agustini dan Yusriah Febrianti atas doa dan dukungannya.

2. Ibu Ir. Febrianti, M.Si, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Jakarta.

3. Bapak Drs. M. Farid Hamzens, M.Si dan Ibu Raihana Nadra Alkaff, SKM, MMA selaku dosen pembimbing fakultas, yang telah memberikan ilmu dan telah meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan masukan yang positif. 4. Ibu Ratri Cyptaningtyas, Sn.Kes, Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM, dan Ibu Ir. Itje

Aisah Ranida, M.Kes selaku tim penguji sidang ujian skripsi, yang telah memberikan kritik dan saran untuk kemajuan skripsi ini.

5. Bapak Drs. H Muhammad Syuhairi, MM selaku Kepala Sekolah dan Bapak Tusirun, S.Pd, selaku Wakil Kepala Sekolah SMPN 226 Jakarta, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan telah membantu penulis selama proses pengambilan data.


(9)

viii

6. Seluruh guru, staf dan siswa-siswi SMPN 226 Jakarta yang telah berpartisipasi dan membantu selama proses pengambilan data.

7. Teman-teman terbaikku, Irda Septiani, Ayu Punarsih dan Titah Wulandari, yang telah meluangkan waktu membantu penulis saat proses pengerjaan skripsi dan selalu memberikan dukungan, semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. 8. Teman-temanku Diah Lestari, Puji Lestari dan Setiawati yang telah memberikan

semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Terutama untuk Diah yang sudah membantu pada saat pengambilan data di sekolah.

9. Teman-temanku satu angkatan Gizi dan K3 2008 (STOOPELTH) yang telah sama-sama saling memberi bantuan dan semangat. Semoga tetap kompak selalu.

10.Semua pihak yang mungkin belum penulis sebutkan dan yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih mempunyai kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi yang menggunakannya. Penulis meminta maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan baik yang disengaja maupun yang tidak.

Jakarta, Januari 2013


(10)

ix

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK INDONESIA ... ii

ABSTRAK INGGRIS ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

LEMBAR PANITIA SIDANG ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Pertanyaan Penelitian ... 5

D. Tujuan ... 7

E. Manfaat ... 9

F. Ruang Lingkup ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumsi ... 11

B. Buah dan Sayur ... 11

1. Definisi dan Jenis ... 11

2. Manfaat dan Kandungan Gizi ... 14

3. Anjuran Kecukupan ... 16

C. Remaja ... 17 D. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Buah dan


(11)

x

Sayur ... 19

1. Umur ... 20

2. Jenis Kelamin ... 21

3. Pengetahuan Gizi ... 22

4. Preferensi/Kesukaan ... 24

5. Teman Sebaya ... 25

6. Sosial Budaya ... 26

7. Kebiasaan Orang Tua ... 27

8. Media Massa/Iklan ... 29

9. Konsumsi Fast Food ... 30

10. Pendapatan Orang Tua ... 31

11. Jumlah Anggota Keluarga ... 33

E. Kerangka Teori ... 33

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS A. Kerangka Konsep ... 35

B. Definisi Operasional ... 37

C. Hipotesis ... 40

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 41

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

C. Populasi dan Sampel ... 41

D. Instrumen Penelitian ... 43

E. Pengumpulan Data ... 44

F. Pengolahan Data ... 44

G. Analisis Data ... 48

BAB V HASIL A. Gambaran Umum SMPN 226 Jakarta Selatan ... 50

B. Analisis Univariat ... 50


(12)

xi

4. Pengetahuan Gizi ... 52

5. Kebiasaan Orang Tua ... 54

6. Pengaruh Teman Sebaya ... 55

7. Pengaruh Media Massa/Iklan ... 55

8. Konsumsi Fast Food ... 56

9. Jumlah Anggota Keluarga ... 56

10. Pendapatan Orang Tua ... 57

C. Analisis Bivariat ... 58

1. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ... 58

2. Hubungan antara Preferensi/Kesukaan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ... 59

3. Hubungan antara Pengetahuan Gizi dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ... 60

4. Hubungan antara Kebiasaan Orang Tua dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ... 61

5. Hubungan antara Pengaruh Teman Sebaya dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ... 62

6. Hubungan antara Pengaruh Media Massa dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ... 63

7. Hubungan antara Konsumsi Fast Food dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ... 64

8. Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ... 65

9. Hubungan antara Pendapatan Orang Tua dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ... 66

BAB VI PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian ... 67


(13)

xii

B. Gambaran Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ... 68 C. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku

Konsumsi Buah dan Sayur ... 70 1. Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Konsumsi Buah

dan Sayur ... 70 2. Hubungan Preferensi/Kesukaan dengan Perilaku Konsumsi

Buah dan Sayur ... 71 3. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Perilaku Konsumsi

Buah dan Sayur ... 72 4. Hubungan Kebiasaan Orang Tua dengan Perilaku Konsumsi

Buah dan Sayur ... 76 5. Hubungan Pengaruh Teman Sebaya dengan Perilaku

Konsumsi Buah dan Sayur ... 79 6. Hubungan Pengaruh Media Massa/Iklan dengan Perilaku

Konsumsi Buah dan Sayur ... 80 7. Hubungan Konsumsi Fast Food dengan Perilaku Konsumsi

Buah dan Sayur ... 82 8. Hubungan Jumlah Anggota Keluarga dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ... 83

9. Hubungan Pendapatan Orang Tua dengan Perilaku Konsumsi

Buah dan Sayur ... 84 BAB VII PENUTUP

A. Simpulan ... 87 B. Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA


(14)

xiii

Nomor Tabel Halaman 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 37

4.1 Pembagian Sampel... 43 4.2 Perhitungan FFQ ... 45 5.1 Distribusi Frekuensi Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012

Berdasarkan Jenis Kelamin... 50 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012 ... 51 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa SMPN 226

Jakarta Selatan Tahun 2012 ... 51 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Preferensi/Kesukaan Siswa SMPN

226 Jakarta Selatan Tahun 2012 ... 52 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Gizi Siswa SMPN 226

Jakarta Selatan Tahun 2012 ... 53 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Skor Pengetahuan Gizi Tiap

Pertanyaan Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012 ... 53 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebiasaan Orang Tua Siswa SMPN 226

Jakarta Selatan Tahun 2012 ... 54 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengaruh Teman Sebaya Siswa SMPN

226 Jakarta Selatan Tahun 2012 ... 55 5.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengaruh Media Massa/Iklan Siswa

SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012 ... 55 5.10 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsumsi Fast Food Siswa SMPN 226

Jakarta Selatan Tahun 2012 ... 56 5.11 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Siswa SMPN

226 Jakarta Selatan Tahun 2012 ... 57 5.12 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendapatan Orang Tua Siswa SMPN


(15)

xiv

5.13 Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012 ... 58 5.14 Analisis Hubungan antara Preferensi/Kesukaan dengan Perilaku Konsumsi

Buah dan Sayur Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012 ... 59 5.15 Analisis Hubungan antara Pengetahuan Gizi dengan Perilaku Konsumsi

Buah dan Sayur Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012 ... 60 5.16 Analisis Hubungan antara Kebiasaan Orang Tua dengan Perilaku

Konsumsi Buah dan Sayur Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012 .. 61 5.17 Analisis Hubungan antara Pengaruh Teman Sebaya dengan Perilaku

Konsumsi Buah dan Sayur Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012 .. 62 5.18 Analisis Hubungan antara Pengaruh Media Massa/Iklan dengan Perilaku

Konsumsi Buah dan Sayur Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012 .. 63 5.19 Analisis Hubungan antara Konsumsi Fast Food dengan Perilaku Konsumsi

Buah dan Sayur Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012 ... 64 5.20 Analisis Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dengan Perilaku

Konsumsi Buah dan Sayur Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012 .. 65 5.21 Analisis Hubungan antara Pendapatan Orang Tua dengan Perilaku


(16)

xv

Nomor Bagan Halaman 2.1 Kerangka Teori ... 34


(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman 2.1 Tumpeng Gizi Seimbang ... 16


(18)

xvii Lampiran 1 Surat Izin Penelitian

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian Lampiran 3 Hasil Analisis Data


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kebutuhan remaja secara fisik maupun psikis harus diperhatikan. Kebutuhan fisik dapat dilakukan salah satunya melalui pemenuhan zat gizi yang diperlukan. Kecepatan pertumbuhan fisik kaum remaja adalah yang kedua tercepat setelah masa bayi. Kira-kira 20% tinggi badan dan 50% berat badan seseorang dicapai selama periode ini. Itulah sebabnya diperlukan asupan gizi yang cukup untuk menjamin pertumbuhan optimal (Khomsan, 2004). Remaja memerlukan energi dan zat gizi seperti protein, kalsium, seng, zat besi, vitamin, dan serat untuk mencegah terjadinya defisiensi suatu zat gizi. Remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan pergaulannya seperti keluarga, sekolah dan teman sebaya (peer group) sehingga dapat mempengaruhi kebiasaan makan termasuk jenis makanan yang dikonsumsi (Wulansari, 2009).

Salah satu masalah umum dari perilaku konsumsi remaja adalah kurangnya konsumsi buah dan sayur (WHO, 2005). Kurangnya konsumsi sayur dan buah pada remaja usia sekolah akan menimbulkan resiko gangguan kesehatan di masa yang akan datang. Berbagai penelitian mengenai konsumsi buah dan sayur dapat beresiko dalam perkembangan penyakit degeneratif seperti obesitas, diabetes, hipertensi, dan kanker (WHO, 2003). Hal ini sejalan dengan penelitian Hung et al (2004) terhadap 110.000 pria dan wanita selama 14 tahun menunjukkan bahwa rata-rata orang yang mengonsumsi tinggi buah dan sayur dapat menurunkan perkembangan penyakit


(20)

kardiovaskuler. Hal ini dilihat pada orang yang konsumsi buah dan sayurnya rendah (kurang dari 1,5 kali/hari) 30% lebih tinggi terkena penyakit jantung atau stroke dibandingkan dengan orang yang mengonsumsi 8 kali/hari atau lebih. Dampak lain disebutkan dalam laporan WHO (2003) menunjukkan bahwa sebanyak 31% penyakit jantung dan 11% penyakit stroke di seluruh dunia disebabkan oleh kurangnya asupan buah dan sayur di dalam tubuh.

Rekomendasi kecukupan konsumsi buah dan sayur menurut WHO (2003) yaitu sebanyak 400 gram per hari atau sebanyak 3-5 porsi sehari. Selain itu dalam Dietary Guidelines for American dikatakan bahwa rekomendasi minimal konsumsi buah adalah 2 kali/hari dan 3 kali/hari untuk konsumsi sayur atau setara dengan konsumsi buah dan sayur 5 kali/hari. Berbagai penelitian menyebutkan kebanyakan remaja tidak dapat memenuhi rekomendasi tersebut. Seperti penelitian Munoz et al (1997) yang membandingkan antara asupan makanan remaja di US dengan yang dianjurkan didapatkan hasil bahwa hanya sekitar 30% remaja mengonsumsi buah dan 36% remaja mengosumsi sayur sesuai dengan anjuran.

Di Indonesia, konsumsi buah dan sayur yang dianjurkan terdapat dalam Tumpeng Gizi Seimbang. Dalam Tumpeng Gizi Seimbang dianjurkan untuk mengonsumsi buah sebanyak 2-3 porsi dalam sehari dan untuk sayuran dianjurkan mengonsumsi 3-5 porsi dalam sehari (KFI, 2011). Menurut Almatsier (2004) konsumsi buah yang dianjurkan yaitu sebanyak 2-3 potong sehari berupa pepaya atau buah lain sedangkan porsi sayuran dalam bentuk tercampur yang dianjurkan sebanyak 1 ½ - 2 mangkok sehari. Kecenderungan kurang konsumsi buah dan sayur juga terjadi di Indonesia. Kebiasaan makan para remaja cenderung kurang


(21)

3

mengonsumsi buah dan sayur dan lebih memilih konsumsi makanan siap saji yang tinggi kandungan kolesterol dan garam tetapi rendah serat (Jahari, 2001 dan Arisman, 2004).

Indonesia yang merupakan negara yang kaya akan sayur dan buah namun asupan sayur dan buah pada remaja sekolah masih kurang dari angka kecukupan yang dianjurkan. Pentingnya konsumsi sayur dan buah ini masih kurang disadari oleh penduduk Indonesia. Menurut laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007, prevalensi penduduk kurang makan buah dan sayur usia 10-14 tahun sebesar 93,6%. DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi dengan prevalensi diatas prevalensi nasional yaitu sebesar 94,5%. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tentang konsumsi sayuran dan buah-buahan perkapita perhari menurut Provinsi Kota-Desa Tahun 2007, DKI Jakarta menempati urutan terendah dengan konsumsi sebesar 71,56 kkal/hari (Aswatini, dkk, 2008). Oleh karena itu pola konsumsi sayur dan buah ini perlu diperhatikan, khususnya pada usia remaja. Kelompok remaja perlu mendapat perhatian yang besar karena kualitas sumber daya manusia masa datang ditentukan oleh kualitas generasi muda masa kini, sehingga untuk menunjang tercapainya kualitas tersebut diperlukan zat gizi yang seimbang (Wulansari, 2009).

Berbagai penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi buah dan sayur pada remaja. Berdasarkan penelitian Rasmussen et al (2006) menyimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor determinan yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur pada anak-anak dan remaja yaitu faktor usia, jenis kelamin, sosial ekonomi, preferensi, kebiasaan/asupan makan


(22)

orang tua dan ketersediaan buah dan sayur di rumah. Selain itu, menurut Worthington (2000) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi individu yang dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal, diantaranya kebutuhan dan karakteristik fisiologis, preferensi/kesukaan, perkembangan psikososial, kepercayaan, citra tubuh/body image, konsep diri dan status kesehatan, sedangkan faktor eksternal, diantaranya besar dan karakteristik keluarga, kebiasaan orang tua, sosial budaya, pengetahuan gizi, teman sebaya, pengalaman individu, media massa/iklan dan fast food (makanan cepat saji).

Penelitian Astriyani (2011) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur pada remaja di SMAN 57 Jakarta Barat tahun 2011 telah meneliti beberapa variabel seperti pengetahuan gizi, ketersediaan buah dan sayur, kesukaan, besar keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua dan peran orang tua. Namun beberapa variabel masih ada yang belum diteliti yaitu pengaruh teman sebaya, media massa/iklan dan fast food. Peneliti tertarik untuk meneliti variabel lain yang belum diteliti oleh peneliti sebelumnya.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 20 siswa yang dipilih secara acak di SMPN 226 Jakarta Selatan didapatkan siswa kurang mengonsumsi buah sebesar 70% dan kurang konsumsi sayur sebesar 85%. Kategori kurang jika konsumsi buah < 2 kali/hari dan sayur < 3 kali/hari. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian mengenai gambaran sesungguhnya tentang kecenderungan makan sayur dan buah dan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi sayur dan buah pada siswa SMP Negeri 226 Jakarta.


(23)

5

B. Rumusan Masalah

Kebutuhan remaja secara fisik maupun psikis harus diperhatikan. Kebutuhan fisik dapat dilakukan salah satunya melalui konsumsi zat gizi yang diperlukan. Salah satu masalah umum dari perilaku konsumsi remaja adalah kurangnya konsumsi buah dan sayur (WHO, 2005). Sebagian besar remaja mengonsumsi buah dan sayur kurang dari anjuran yang seharusnya. Kurangnya konsumsi sayur dan buah pada remaja usia sekolah akan menimbulkan resiko gangguan kesehatan seperti obesitas, diabetes, hipertensi, dan kanker (WHO, 2003). Menurut laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007, prevalensi penduduk kurang makan buah dan sayur usia 10-14 tahun sebesar 93,6%. DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi dengan prevalensi diatas prevalensi nasional yaitu sebesar 94,5% penduduk kurang makan buah dan sayur. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 20 siswa yang dipilih secara acak di SMPN 226 Jakarta Selatan didapatkan siswa kurang konsumsi buah sebesar 70% dan kurang konsumsi sayur sebesar 85%. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian mengenai gambaran sesungguhnya tentang kecenderungan makan sayur dan buah dan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi sayur dan buah pada siswa SMP Negeri 226 Jakarta.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran umum perilaku konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012?

2. Bagaimana gambaran jenis kelamin, preferensi/kesukaan, pengetahuan gizi, kebiasaan orang tua, pengaruh teman sebaya, pengaruh media massa/iklan,


(24)

konsumsi fast food, jumlah anggota keluarga dan pendapatan orang tua siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012?

3. Bagaimana hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012?

4. Bagaimana hubungan antara preferensi/kesukaan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012?

5. Bagaimana hubungan antara pengetahuan gizi dengan perilaku konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012?

6. Bagaimana hubungan antara kebiasaan orang tua dengan perilaku konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012?

7. Bagaimana hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012?

8. Bagaimana hubungan antara pengaruh media massa/iklan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012? 9. Bagaimana hubungan antara konsumsi fast food dengan perilaku konsumsi

buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012?

10. Bagaimana hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan perilaku konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012? 11. Bagaimana hubungan antara pendapatan orang tua dengan perilaku konsumsi


(25)

7

D. Tujuan 1. Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi sayur dan buah pada siswa SMPN 226, Jakarta Selatan tahun 2012.

2. Khusus

a. Mengetahui gambaran umum pola konsumsi sayur dan buah pada siswa SMPN 226, Jakarta Selatan tahun 2012.

b. Mengetahui gambaran jenis kelamin siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012.

c. Mengetahui gambaran preferensi/kesukaan siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012.

d. Mengetahui gambaran pengetahuan gizi siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012.

e. Mengetahui gambaran kebiasaan orang tua siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012.

f. Mengetahui gambaran pengaruh teman sebaya siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012.

g. Mengetahui gambaran pengaruh media massa/iklan siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012.

h. Mengetahui gambaran konsumsi fast food siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012.

i. Mengetahui gambaran jumlah anggota keluarga siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012.


(26)

j. Mengetahui gambaran pendapatan orang tua siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012.

k. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012.

l. Mengetahui hubungan antara preferensi/kesukaan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012.

m. Mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi dengan perilaku konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012.

n. Mengetahui hubungan antara kebiasaan orang tua dengan perilaku konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012.

o. Mengetahui hubungan antara teman sebaya dengan perilaku konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012.

p. Mengetahui hubungan antara pengaruh media massa/iklan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012.

q. Mengetahui hubungan antara konsumsi fast food dengan perilaku konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012.

r. Mengetahui hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan perilaku konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012.


(27)

9

s. Mengetahui hubungan antara pendapatan orang tua dengan perilaku konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012.

E. Manfaat

1. SMPN 226 Jakarta Selatan

Dapat menjadi informasi untuk mengetahui gambaran tentang perilaku konsumsi para siswa dan dapat dijadikan masukan untuk menerapkan kebijakan berkaitan dengan pentingnya konsumsi makanan yang sehat.

2. Peneliti

Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan referensi bagi kalangan akademisi kesehatan pada umumnya dan peminatan gizi pada khususnya. Selain itu, dapat dijadikan acuan untuk pengembangan penelitian berikutnya. 3. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan terkait masalah kesehatan khususnya gizi dan perilaku konsumsi pada remaja usia sekolah untuk perbaikan di masa depan.

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 226 Jakarta Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Desember 2012 dengan menggunakan sampel sebanyak 106 siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur pada siswa SMP Negeri 226 Jakarta Selatan. Metode yang digunakan adalah pendekatan cross sectional dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer


(28)

diperoleh melalui pengisian Food Frequency Questionare (FFQ) dan kuesioner untuk mendapatkan informasi tentang konsumsi buah dan sayur serta karakteristik responden. Untuk data sekunder diperoleh dari profil sekolah dan daftar absensi siswa.


(29)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Konsumsi

Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, misalnya manusia. Perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup: berjalan, berbicara, bereaksi, mengonsumsi makanan dan lain-lain. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi, dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah berbagai hal yang dikerjakan oleh organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dalam Farida (2010), konsumsi adalah suatu kegiatan dari individu untuk memenuhi kebutuhan dirinya, baik berupa barang produksi, bahan makanan dan lain-lain. Dalam penelitian ini, konsumsi lebih dititikberatkan pada bahan makanan, khususnya konsumsi buah dan sayur. Jadi, perilaku konsumsi adalah suatu kegiatan atau aktivitas individu untuk memenuhi kebutuhannya akan bahan makanan agar terpenuhi kecukupan gizi individu tersebut.

B. Buah dan Sayur 1. Definisi dan Jenis

Buah adalah bagian dari tanaman yang strukturnya mengelilingi biji dimana struktur tersebut berasal dari indung telur atau sebagai fundamen dan bunga itu sendiri (Southgate, 1993) dalam (Bahria, 2009). Sebagai negara tropis, Indonesia sangat kaya akan buah-buahan. Oleh karena itu, patut


(30)

disayangkan jika konsumsi buah-buahan masyarakat masih relatif rendah dibandingkan negara yang bukan penghasil buah. Berdasarkan ketersediaannya di pasar, buah-buahan dapat dibedakan menjadi buah bersifat musiman, seperti durian, mangga, rambutan dan lain-lan dan buah tidak musiman seperti pisang, nanas, alpukat, papaya, semangka, dan lain-lain. Sedangkan berdasarkan prioritas pengembangan, buah-buahan dibedakan menjadi buah prioritas masional yang meliputi jeruk, mangga, rambutan, durian, dan pisang dan buah prioritas daerah yang meliputi manggis, duku, leci, lengkeng, salak dan markisa (Astawan, 2008).

Sayur-mayur merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuhan (bahan makanan nabati). Bagian tumbuhan yang dapat dibuat sayur, mungkin daun (sebagian besar sayur adalah daun), batang (wortel adalah umbi batang), bunga (jantung pisang), buah muda (labu) dapat dikatakan bahwa semua bagian tumbuhan dapat dijadikan bahan makanan sayur (Sediaoetama, 1989).

Menurut Astawan (2008), berdasarkan bagian tanaman yang dapat dimakan, sayuran dibedakan menjadi:

a. Sayuran daun seperti kangkung, sawi, katuk, dan bayam. b. Sayuran bunga seperti brokoli dan kembang kol.

c. Sayuran buah seperti terong, cabe, ketimun dan tomat. d. Sayuran biji muda seperti asparagus dan rebung. e. Sayuran akar seperti wortel dan lobak.


(31)

13

Menurut Supariasa, dkk (2002), sayuran digolongkan menjadi dua kelompok berdasarkan kandungan protein dan karbohidrat, yaitu:

a. Sayuran kelompok A

Mengandung sedikit sekali protein dan karbohidrat. Sayuran ini boleh digunakan sekehendak tanpa diperhitungkan banyaknya. Sayuran yang termasuk kelompok ini adalah: baligo, daun bawang, daun kacang panjang, daun koro, daun labu siam, daun waluh, daun lobak, jamur segar, oyong (gambas), kangkung, ketimun, tomat, kecipir muda, kol, kembang kol, labu air, lobak, papaya muda, pecay, rebung, sawi, seledri, selada, tauge, tebu terubuk, terong, cabe hijau besar.

b. Sayuran kelompok B

Dalam 1 satuan padanan sayuran kelompom B mengandung 50 kalori, 3 gram protein dan 10 gram karbohidrat. 1 satuan padanan = 100 gram sayuran mentah (sayuran ditimbang bersih dan dipotong biasa seperti di rumah tangga) = 1 gelas setelah direbus dan ditiriskan (sayuran ditakar setelah dimasak dan ditiriskan).

Sayuran yang termasuk kelompok ini adalah: bayam, biet, buncis, daun bluntas, daun ketela rambat, daun kecipir, daun leunca, daun lompong, daun mangkokan, daun melinjo, daun pakis, daun singkong, daun papaya, jagung muda, jantung pisang, genjer, kacang panjang, kacang kapri, katuk, kucai, labu siam, labu waluh, nangka muda, pare, tekokak dan wortel.


(32)

Menurut Rubatzky (1998), berdasarkan kandungan gizi utamanya sayuran dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Sumber karbohidrat seperti kentang, ubi jalar, biji kacang kering, ubi kayu, uwi dan talas

b. Sumber lemak seperti beberapa kacang-kacangan dan cucurbit (labu-labuan)

c. Sumber protein seperti kapri, kacang-kacangan, jagung manis dan daun kubis-kubisan

d. Sumber provitamin A seperti wortel, ubi jalar (berdaging kuning atau jingga), labu botol, cabai merah, kapri dan sayuran daun hijau

e. Sumber vitamin C seperti kubis-kubisan, tomat, cabai merah, biji kacang muda, tauge, dan berbagai sayuran daun

f. Sumber mineral seperti kubis-kubisan dan sebagian besar sayuran daun lainnya.

2. Manfaat dan Kandungan Gizi

Beberapa studi epidemiologi yang mengkaji secara umum terhadap tingkah laku sekelompok masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat Cina, Jepang, dan Korea lebih sedikit terkena kanker dan penyakit jantung koroner dibandingkan masyarakat Eropa dan Amerika. Masyarakat Korea, Jepang, dan Cina dikenal sangat suka mengonsumsi sayuran dan buah-buahan serta kedelai lebih banyak (Khomsan dkk, 2008).

Konsumsi sayuran dan buah-buahan yang secara alamiah mengandung berbagai macam vitamin, mineral, senyawa fitokimia serta serat pangan.


(33)

15

Vitamin yang banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan adalah vitamin C dan vitamin B kompleks. Beberapa sayuran dan buah-buahan juga merupakan sumber vitamin A, D, dan E yang sangat potensial. Karetenoid (precursor vitamin A), vitamin C, dan vitamin E merupakan antioksidan alami yang berguna untuk melawan serangan radikal bebas, penyebab penuaan dini, dan berbagai jenis kanker. Mineral yang banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan adalah zat besi (Fe), seng/zinc (Zn), tembaga (Cu), mangan (Mn), kalsium (Ca) dan Fosfor (P). beberapa dari mineral tersebut seperti Cu, Zn dan Mn juga merupakan mineral antioksidan. (Astawan dan Kasih, 2008).

Buah-buahan dan sayuran segar juga mengandung enzim aktif yang dapat mempercepat reaksi-reaksi kimia di dalam tubuh. Selain itu, dalam sayuran dan buah terdapat dua jenis serat yang bermanfaat bagi kesehatan pencernaan dan mikroflora usus, yaitu serat larut air, dan tidak larut air. Serat larut air dapat memperbaiki performa mikroflora usus sehingga jumlah bakteri baik dapat tumbuh dengan sempurna. Sedangkan serat tidak larut air akan menghambat pertumbuhan bakteri jahat sebagai pencetus berbagai macam penyakit (Khomsan, dkk, 2008).

Setiap buah dan sayur mempunyai kandungan vitamin dan mineral yang berbeda. Misalnya belimbing, durian, jambu, jeruk, mangga, melon, papaya, rambutan, sawo dan sirsak merupakan contoh buah yang mengandung vitamin C relatif tinggi dibandingkan buah lainnya. Jambu biji, merah garut, mangga matang, pisang raja dan nangka merupakan sumber provitamin A yang sangat tinggi. Pada sayuran segar terdapat pigmen (zat pewarna alami), seperti karoten,


(34)

flavonoid dan klorofil. Karoten terdapat pada sayuran berdaun hijau tua seperti bayam, katuk, daun papaya, kangkung dan daun singkong; sayuran berwarna kuning oranye seperti wortel dan labu kuning. Tanaman crucifera seperti kol, brokoli, sawi dan kembang kol merupakan pencegah berbagai kanker (Astawan, 2008).

3. Anjuran Kecukupan Konsumsi

Di negara Indonesia konsumsi buah dan sayur yang dianjurkan terdapat dalam Tumpeng Gizi Seimbang (TGS). TGS meragakan 4 prinsip gizi seimbang yaitu aneka ragam makanan sesuai kebutuhan, kebersihan, aktivitas fisik dan memantau berat badan ideal. TGS terdiri atas beberapa potongan tumpeng: satu potongan besar, dua potongan sedang, dua potongan kecil, dan di puncak terdapat potongan terkecil. Luasnya potongan TGS menunjukkan porsi makanan yang harus dikonsumsi setiap orang per hari. TGS yang terdiri atas potongan-potongan itu dialasi oleh air putih. Artinya, air putih merupakan bagian terbesar dan zat gizi esensial bagi kehidupan untuk hidup sehat dan aktif. Anjuran dalam TGS untuk mengonsumsi buah sebanyak 2-3 porsi dalam sehari dan untuk sayuran dianjurkan mengonsumsi 3-5 porsi dalam sehari (KFI, 2011).

Gambar 2.1 Tumpeng Gizi Seimbang Sumber : Koalisi Fortifikasi Indonesia,


(35)

17

Menurut Almatsier (2004) Konsumsi buah yang dianjurkan tiap harinya adalah sebanyak 200-300 gram atau 2-3 potong sehari berupa papaya atau buah lain. Dalam ukuran rumah tangga 1 potong papaya (5 x 15 cm) beratnya 100 gram dan 1 buah sedang pisang (3 x 15 cm) beratnya 50 gram. Konsumsi sayuran yang dianjurkan tiap harinya terdiri dari campuran sayuran daun, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna jingga. Porsi sayuran dalam bentuk tercampur yang dianjurkan sehari sebanyak 150-200 gram atau 1½ - 2 mangkok sehari (Almatsier, 2004). Berdasarkan piramida makanan USA anjuran minimum konsumsi buah pada remaja adalah 2-4 kali perhari dan konsumsi sayuran adalah 3-5 kali perhari (Wardlaw, 1999).

Konsumsi buah dan sayur harus cukup, tidak boleh kurang ataupun berlebihan sebab jika kekurangan atau kelebihan dapat menimbulkan efek negatif bagi tubuh. Kekurangan buah dan sayur dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat-zat gizi seperti vitamin dan mineral yang sangat bermanfaat dan dibutuhkan tubuh. Kelebihan buah dan sayur dapat berakibat membebani kerja dan fungsi ginjal. Vitamin dan mineral diperlukan tubuh, tetapi jika ginjal tidak mampu mencerna akibat asupan yang berlebihan dapat menyebabkan seseorang terkena gagal ginjal (Khomsan, 2003).

C. Remaja

Remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang artinya tumbuh atau menjadi dewasa. Masa remaja merupakan masa pertumbuhan tercepat kedua setelah masa bayi, dimana terjadi peralihan, perubahan dari kanak-kanak menjadi dewasa melalui perubahan biologis, emosi, social, dan kognitif (Brown, 2005). Remaja


(36)

belum sepenuhnya matang baik secara fisik, kognitif, dan psikososial. Dalam masa pencarian identitas ini, remaja cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan. Masa remaja berawal pada usia 9-10 tahun dan berakhir di usia 18 tahun (Arisman, 2004).

Menurut Brown (2005), perkembangan psikososial remaja dibagi menjadi tiga periode:

1. Remaja awal (early adolescence) berusia 11-14 tahun. Pada usia ini terjadi pertumbuhan fisik yang sangat cepat. Di masa ini, pengaruh teman sebaya sangat kuat. Di masa ini terjadi pula perkembangan kognitif yang didominasi oleh konsentrasi dalam berpikir, ego, dan dorongan perilaku.

2. Remaja pertengahan (middle adolescence) berusia 15-17 tahun. Di masa ini ditandai dengan perkembangan emosi dan indepedensi dari keluarga terutama orang tua. Selain itu, mereka juga lebih memperhatikan lingkungan social sekitar mereka yang membuat mereka lebih sering menghabiskan waktu bersama teman sebaya di luar rumah. Di masa ini, peran teman sebaya juga berpengaruh terhadap pemilihan makanan. Pemilihan makanan didasarkan atas kesamaan dengan teman daripada kebutuhan mereka.

3. Remaja akhir (late adolescence) berusia 18-21 tahun. Pada masa ini terjadi perkembangan jati diri dan kepercayaan moral individu karena ketergantungan dengan teman sebaya mulai berkurang. Mereka lebih percaya diri dan mampu dalam menangani kehidupan sosial mereka sendiri. Mereka lebih memikirkan minat dan tujuan masa depan mereka, lebih stabil dan mampu membuat keputusan.


(37)

19

Remaja awal cenderung memiliki perilaku makan yang tidak stabil, karena masih dipengaruhi keluarga dan pengaruh teman juga semakin kuat. Kedua pengaruh pada masa ini akan sangat menentukan perilaku konsumsi remaja selanjutnya (Mulyani, 2009 dalam Farisa, 2012). Dalam pengembangan kemandiriannya, remaja akan meningkatkan partisipasi dalam berhubungan sosial dan biasanya memiliki aktivitas yang sibuk, sehingga dapat memberi dampak dengan apa yang mereka makan. Mereka memulai untuk membeli dan menyiapkan makanan untuk diri mereka sendiri, dan mulai sering makan di luar rumah (Worthington, 2000).

Usia remaja merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab. Pertama, remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena peningkatan pertumbuhan fisik. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan remaja mempengaruhi baik asupan maupun kebutuhan gizinya. Ketiga, remaja yang mempunyai kebutuhan gizi khusus, yaitu remaja yang aktif dalam kegiatan olahraga, menderita penyakit kronis, sedang hamil melakukan diet secara berlebihan, pecandu alkohol atau obat terlarang (Almatsier, 2011).

D. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Perilaku konsumsi dan pemilihan makanan pada seseorang sangat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai interaksi faktor. Menurut Apriadji (1986), faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi makanan yaitu terdapat faktor-faktor tidak langsung dan faktor langsung. Faktor tidak langsung yaitu pendapatan keluarga, harga bahan makanan, tingkat pengelolaan sumber daya lahan dan pekarangan. Sedangkan faktor


(38)

langsung yaitu daya beli keluarga, latar belakang sosial budaya, tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi, dan jumlah anggota keluarga.

Menurut Worthington (2000), gaya hidup merupakan faktor langsung yang mempengaruhi perilaku konsumsi remaja. Gaya hidup tersebut dipengaruhi oleh dua faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor internal, diantaranya kebutuhan dan karakteristik fisiologis, preferensi/kesukaan, perkembangan psikososial, kepercayaan, citra diri, konsep diri dan status kesehatan, sedangkan faktor eksternal, diantaranya besar dan karakteristik keluarga, kebiasaan orang tua, pengetahuan gizi, sosial budaya, teman sebaya, pengalaman individu, media massa dan fast food.

Beberapa faktor berikut ini merupakan faktor yang diduga berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur :

1. Umur

Kebiasaan makan setiap individu berbeda satu sama lain. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah umur (Wulansari, 2009). Umur mempunyai peran penting dalam menentukan pemilihan makanan. Pada masa bayi tidak mempunyai pilihan terhadap apa yang mereka makan sedangkan saat dewasa orang mempunyai kontrol terhadap apa yang mereka makan (Bahria, 2009).

Saat seseorang tumbuh menjadi remaja, pengaruh terhadap kebiasaan makan mereka sangat kompleks. Remaja merupakan awal mengadopsi perilaku diet yang cenderung akan menetap pada masa dewasa (Brown, 2005). Menurut Worthington (2000) berkembangnya kemandirian, meningkatnya partisipasi dalam kehidupan sosial dan pada umumnya jadwal aktifitas fisik yang sibuk


(39)

21

akan mempengaruhi apa yang mereka makan. Mereka mulai membeli dan mempersiapkan makanan untuk dirinya sendiri dan mereka sering makan dengan cepat dan di luar rumah.

Penelitian yang dilakukan Moore (1997) dalam Farida (2010), ditemukan bahwa usia remaja lebih sering bertumpu pada makanan fast food yang mempunyai menu terbatas dan sering menekankan pada makanan tinggi kalori, lemak dan natrium sehingga sedikit sekali mengonsumsi buah dan sayur. Semakin dewasa usia seseorang cenderung mengonsumsi buah dan sayur lebih banyak, terutama pada golongan lanjut usia.

2. Jenis Kelamin

Perbedaan jenis kelamin akan menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi bagi seseorang karena pertumbuhan dan perkembangan individu cukup berbeda antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki memiliki tubuh lebih besar sehingga kebutuhan gizinya pun lebih besar. Laki-laki umumnya lebih aktif dalam berolahraga dan kegiatan fisik serta intensitas tumbuh yang lebih besar (Worthington, 2000). Saat remaja baik laki-laki maupun perempuan, pemilihan makanannya tidak lagi berdasarkan kebutuhan gizi mereka tetapi mereka akan makan apapun yang ada ketika mereka lapar (Mc William, 1993)

Hasil penelitian pada orang muda American-Indian dan Alaska Native menyebutkan bahwa lebih rendah mengonsumsi buah dan sayur pada perempuan dibandingkan laki-laki (Reynold, 1999). Pada penelitian Milligan et al (1998) yang dilakukan di Australia menyebutkan bahwa masyarakat berjenis kelamin perempuan lebih tinggi (4,1%) mengonsumsi 2 buah/hari dan sayuran


(40)

5 kali/hari dibandingkan dengan laki-laki (2,5%). Penelitian Bahria (2009) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku konsumsi buah dan sayur.

Menurut Arisman (2004) remaja putra memerlukan lebih banyak energi dibandingkan dengan remaja putri karena perbedaan komposisi tubuh dan kecepatan pertumbuhan. Para remaja terutama remaja putri mempunyai selera makan yang berubah-ubah, mereka cenderung lebih memperhatikan jumlah makanan yang mereka konsumsi. Banyak penelitian yang dilakukan yang menunjukkan adanya kecenderungan perbedaan konsumsi pangan laki-laki dan perempuan. Menurut Dewi (1997) dalam Wulansari (2009), remaja laki-laki cenderung tidak menyukai makanan yang ringan atau tidak mengenyangkan sehingga asupan makanan pada laki-laki cenderung tinggi. Selain itu, diketahui pula bahwa sumbangan makanan selingan terhadap total konsumsi ternyata cukup besar terutama terhadap perempuan.

3. Pengetahuan Gizi

Menurut Suhardjo (1996), pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi, serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan. Pengetahuan gizi yang baik dapat menghindarkan seseorang dari konsumsi pangan yang salah atau buruk. Pengetahuan gizi merupakan suatu landasan kognitif untuk terbentuknya sikap, termasuk sikap dan perilaku seseorang dalam memilih makanan (Rickert, 1996). Pengetahuan tentang makanan yang sehat menjadi faktor penting dalam pemilihan makanan karena pengetahuan tersebut dapat menjadi salah satu faktor untuk mengadopsi


(41)

23

perilaku makan yang sehat (Gracey, 1996). Notoatmodjo (2004) menyatakan bahwa kurangnya pengetahuan tentang suatu bahan makanan akan menyebabkan seseorang salah memilih makanan sehingga akan menurunkan konsumsi makanan sehat dan akan berdampak pada masalah gizi lainnya.

Pengetahuan gizi merupakan salah satu penyebab rendahnya status gizi pada remaja. Seringkali remaja kurang mengerti bahwa tiap makanan memiliki zat gizi yang berbeda dan peranan zat tersebut dalam tubuh mereka. Ketika seseorang tidak mengerti prinsip dasar gizi dan tidak sadar kandungan zat gizi pada tiap makanan berbeda maka mereka sulit untuk menentukan makanan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi mereka (McWilliams, 1993). Penelitian Van Duyn (2001), ditemukan bahwa pengetahuan berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur, yaitu diketahui bahwa pengetahuan gizi dapat meningkatkan 22% konsumsi buah dan sayur.

Sediaoetama (1989) menjelaskan bahwa semakin banyak atau semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang maka semakin diperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang dipilih untuk dikonsumsi. Awam yang tidak mempunyai cukup pengetahuan gizi akan memilih makanan yang paling menarik panca indera dan tidak memilih berdasarkan nilai gizi. Sehingga pemenuhan kecukupan gizi terkadang tidak menjadi prioritas dalam pemenuhan konsumsi makanan keluarga.

Konsumsi pangan seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap terhadap makanan yang tergantung terhadap lingkungan (Suhardjo, 2003). Pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun informal.


(42)

Selain itu, juga bisa didapat melalui pengalaman yang diperoleh dari informasi yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman, buku, surat kabar, maupun televisi (Suhardjo, 1996). Hal ini diperkuat oleh pernyataan Hardiansyah dan Suhardjo (1987) dalam Setiowati (2000) yang menyatakan informasi pangan dapat diperoleh dari iklan, promosi, pengalaman masa lalu, maupun pengalaman orang-orang sekitar dalam lingkungan masyarakat.

Menurut Nasution dan Khomsan (1995) pengetahuan gizi menjadi landasan penting yang menentukan konsumsi pangan keluarga. Individu yang berpengetahuan gizi baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya di dalam pemilihan maupun pengolahan pangan sehingga konsumsi pangan yang mencukupi kebutuhan bisa lebih terjamin. Dengan dibekali pengetahuan gizi yang cukup diharapkan seseorang mampu menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 1996). 4. Preferensi/Kesukaan

Preferensi terhadap makanan merupakan sikap seseorang untuk suka atau tidak suka terhadap makanan (Suharjo, 1986) dalam Pradipta (2011). Kesukaan terhadap makanan dianggap sebagi faktor penentu dalam mengonsumsi makanan termasuk buah dan sayur. Pada suatu penelitian menyimpulkan suka atau tidaknya seseorang terhadap makanan tergantung dari rasa. Karena rasa merupakan suatu faktor penting dalam pemilihan pangan yang meliputi bau, tekstur dan suhu (Suhardjo, 1996).

Drewnoski dalam Widyawati (2009) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kesukaan dan preferensi antara lain rasa, aroma, tekstur dan


(43)

25

kebiasaan makan. Rasa yang tidak disukai anak sejak kecil dapat mempengaruhi kesukaan dan preferensi anak sehingga mengakibatkan kurangnya konsumsi buah dan sayur.

Dalam penelitian Domel (1996) menunjukkan hubungan yang kuat antara preferences dan outcome expectations. Menurut Neumark-Sztainer et al (2003) dikatakan bahwa kesukaan terhadap makanan akan berhubungan dengan konsumsi apabila didukung dengan ketersediaan. Jika ketersediaan buah dan sayur rendah, pola konsumsi buah dan sayur tidak akan mengalami perbedaan sehingga preferensi tidak berpengaruh. Sedangkan jika preferensi rendah, tetapi ketersediaan buah dan sayur cukup baik maka konsumsi akan meningkat. 5. Teman Sebaya

Perilaku remaja mulai banyak dipengaruhi oleh teman, termasuk perilaku konsumsi makanan. Mereka mulai sering menghabiskan waktu dengan teman dan cenderung berusaha untuk diterima oleh teman. Remaja berusaha keras untuk bisa sama dengan teman-teman mereka dalam peer group dengan mengadopsi preferensi makanan dan membuat pilihan makanan berdasarkan pengaruh teman sebayanya (Brown, 2005). Menurut Khomsan (2003) pemilihan makanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizinya tetapi untuk bersosialisasi, kesenangan dan takut kehilangan status. Kesibukan remaja di sekolah seperti mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga atau kegiatan akademis dan lainnya menyebabkan mereka lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya dibanding dengan keluarga.


(44)

Selain orang tua, pada remaja teman sebaya juga ikut mempengaruhi perilaku mengonsumsi buah dan sayur. Remaja perempuan mengonsumsi lebih banyak makanan sehat jika berada di dekat temannya dibandingkan dengan di dekat ibunya (Salvy et al, 2011 dalam Farisa 2012). Pengaruh kelompok sebaya selama masa remaja sangat kuat. Ketika anak mulai sekolah, tekanan teman sebaya mulai mempengaruhi pemilihan makan yang menyebabkan pengabaian terhadap kebutuhan gizi. Remaja mulai peduli terhadap penampilan fisik dan perilaku sosial serta berusaha untuk mendapatkan penerimaan dari teman sebayanya. Tujuan pemilihan makanan mereka berdasarkan penerimaan oleh teman sebayanya (Barker 2002).

Krolner et al (2011) pengaruh teman sebaya tidak turut mendukung konsumsi buah dan sayur, yang paling utama karena ada tekanan kuat dari teman sebaya untuk mengonsumsi makanan yang tidak sehat. Worthington (2000) juga menyatakan hal yang sama, ketika bersama dengan teman sebaya lebih mempengaruhi untuk mengonsumsi makanan yang tidak sehat dibandingkan ketika sedang bersama orang tua.

6. Sosial Budaya

Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan penduduk yang kadang-kadang bertentangan dengan prinsip dasar ilmu gizi. Berbagai budaya memberikan peranan dan nilai yang berbeda-beda terhadap pangan atau makanan. Misalnya bahan-bahan makanan tertentu oleh suatu budaya masyarakat dianggap tabu untuk dikonsumsi karena alasan-alasan tertentu, sementara itu ada pangan yang dinilai sangat baik dari segi ekonomi


(45)

27

maupun sosial karena mempunyai peranan yang penting dalam hidangan makanan pada sesuatu perayaan yang berkaitan dengan agama atau kepercayaan (Suhardjo, 2003).

Unsur sosial dan budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan penduduk yang kadang bertentangan dengan prinsip ilmu gizi. Berbagai budaya memberikan peranan dan nilai yang berbeda terhadap pangan atau makanan. Misalnya bahan makanan tertentu oleh suatu budaya masyarakat dianggup tabu untuk dikonsumsi karena alasan-alasan tertentu, sehingga akan berpengaruh terhadap perilaku konsumsi individu tersebut (Suhardjo, 2006).

7. Kebiasaan Orang Tua

Dalam pergaulan remaja mengkategorikan makanan menjadi dua yaitu junk food dan makanan sehat. Konsumsi junk food dikaitkan dengan teman, kesenangan, pertambahan berat badan dan perasaan bersalah tetapi saat mengonsumsi makanan sehat dihubungkan dengan keluarga, makan bersama keluarga dan kehidupan di rumah (Brown, 2005).

Selama masa anak-anak, orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar dalam sikap tentang makanan, pemilihan makanan dan pola makan, tetapi ketika sudah menginjak masa remaja mereka menunjukkan kemandirian. Remaja dan orang dewasa lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Oleh karena itu pengaruh keluarga terhadap perilaku makan mulai berkurang (Khomsan, 2003). Berkembangnya tahap kemandirian pada remaja menyebabkan remaja merasa bebas memilih terhadap makanan yang mereka makan. Dalam hal ini, orang tua harus tetap memberi anjuran pola makan yang


(46)

sehat karena pola kebiasaan makan anak berawal dari keluarga (Worthington, 2000).

Banyak penelitian menunjukkan bahwa orang tua secara sadar maupun tidak sadar telah menuntun kesukaan makan anak dan membentuk gaya yang berpengaruh terhadap dimana, bagaimana, dengan siapa dan berapa banyak ia makan (Almatsier, 2011). Anak yang mengonsumsi buah dan sayur. Anak yang mengonsumsi buah dan sayur lebih banyak bila orang tua juga suka mengonsumsi buah dan sayur. Hal tersebut disebabkan perilaku orang dewasa dalam mengonsumsi sayur dan buah akan mendorong anak-anaknya melakukan hal yang sama (Pearson et al, 2009).

Konsumsi pangan seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap terhadap makanan yang tergantung terhadap lingkungan. Kebiasaan makan seseorang merupakan kebiasaan makan keluarga, karena individu tersebut selama tinggal di dalam keluarganya terus mengalami proses belajar seumur hidupnya dari keluarga tersebut. Kebiasaan makan anak dipengaruhi oleh peranan orang tua (Suhardjo, 2003). Kalau orang tua dapat memperhatikan pola konsumsi anak-anaknya, maka mereka bisa mengontrol dan menasihati makanan apa yang sebaiknya dikonsumsi dan makanan apa yang sebaiknya dihindari (Khomsan, 2003). Orang tua merupakan model yang baik untuk diet perilaku makan anak. Dengan memberi contoh maka dengan sendirinya anak akan mengikuti kebiasaan di rumah dan bisa dibawa ke luar rumah. Anjuran dalam mengonsumsi buah dan sayur diperlukan dalam mempengaruhi perilaku makan anak (Monge, 2001) dalam Bahria (2009).


(47)

29

8. Media Massa/Iklan

Informasi dapat diakses oleh siapapun melalui media massa atau lainnya. Menurut Fisher dan Diane (2003) media bisa berpengaruh positif dalam mempromosikan informasi kesehatan dan peningkatan kesadaran atas pemilihan makanan yang sehat. Menurut Schlenker (2007) perkembangan teknologi dan media massa juga mempunyai peran dalam pemilihan makanan. Berg (1986) berpendapat bahwa media massa terutama iklan-iklan perdagangan dan promosi penjualan sangat mempengaruhi pada pemilihan susunan makanan. Keunggulan pemakaian media massa adalah dapat menjangkau setiap orang dalam bentuk yang sama dan dapat menimbulkan pengalaman yang sama. Media khususnya televisi, mungkin menjadi salah satu informasi paling penting tentang makanan. Iklan diketahui meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap pola makan (Gibney, 2004) dalam Pradipta (2011).

Keranjingan TV adalah penyakit setiap individu tak terkecuali remaja. Rata-rata remaja menghabiskan waktunya selama 2,5 jam per hari di depan TV. Pada kesempatan ini mereka dijejali berbagai iklan tentang makanan atau minuman. Survey di AS menunjukkan, 65% makanan yang diiklankan melalui TV berwujud minuman atau makanan manis (berkalori tinggi). Selain itu iklan di TV juga sering menampilkan makanan snack ringan yang rendah gizinya, makanan instan yang bias disajikan secara cepat dan aspek lain yang tidak mendukung semboyan 4 sehat 5 sempurna. Snack yang umumnya menjadi makanan selingan sering dikonsumsi secara berlebihan apabila kita banyak meluangkan waktu nonton TV (Khomsan, 2003).


(48)

Hasil penelitian yang dilakukan Jarret et al (2003) didapatkan hasil bahwa TV dianggap mempunyai peran dalam mendorong seseorang untuk mengonsumsi makanan yang diiklankan di TV sebagai pengganti buah dan sayur sehingga konsumsi buah dan sayur pada remaja masih rendah. Penelitian Freisling, et al (2009) menunjukkan bahwa remaja yang mendapatkan informasi gizi dari booklet, internet, artikel majalah dan koran mengonsumsi buah dan sayur setiap hari sedangkan remaja yang terpapar iklan komersial di televisi dan radio kemungkinan konsumsi buah dan sayurnya berkurang setiap harinya.

9. Konsumsi Fast Food

Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia bisa mempengaruhi pola makan kaum remaja di kota. Khususnya bagi remaja tingkat menengah keatas, restoran fast food merupakan tempat yang tepat untuk bersantai. Makanan di restoran fast food ditawarkan dengan harga yang terjangkau kantong mereka, servisnya cepat dan jenis makanannya memenuhi selera. Fast food adalah gaya hidup remaja kota (Khomsan, 2003).

Fast food umumnya mengandung tinggi lemak. Lemak pada makanan dapat menambah palatabilitas makanan, yaitu menambahkan rasa dan sensasi mulut tertentu terhadap makanan dan mempertinggi rasa puas yang diperoleh dengan makanan. Makanan sangat dipengaruhi oleh rasa dan tekstur dari lemak sehingga meningkatkan selera makan (Schlenker, 2007). Selain mengandung tinggi lemak, fast food juga mengandung kalori, gula, dan sodium (Na) yang tinggi tetapi rendah serat kasar, vitamin A, asam askorbat, kalsium dan folat


(49)

31

Kandungan gizi yang tidak seimbang ini bila terlanjur menjadi pola makan akan berdampak negatif pada keadaan gizi para remaja (Khomsan, 2003).

Penelitian French, et al (2001) menyatakan bahwa semakin seringnya remaja mengonsumsi fast food dapat menjadi penghalang dalam pemilihan konsumsi makanan sehat termasuk buah dan sayur. Konsumsi buah dan sayur berkurang seiring dengan semakin seringnya remaja mengonsumsi fast food. Sedangkan penelitian Neumark Sztainer et al (2003) menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi fast food dengan perilaku konsumsi buah dan sayur.

10. Pendapatan Orang tua

Upaya pemenuhan konsumsi makanan yang bergizi berkaitan erat dengan daya beli rumah tangga. Rumah tangga dengan pendapatan terbatas, kurang mampu memenuhi kebutuhan makanan yang diperlukan tubuh, setidaknya keanekaragaman bahan makan kurang bisa dijamin karena dengan uang yang terbatas tidak akan banyak pilihan. Akibatnya kebutuhan makanan untuk tubuh tidak terpenuhi (Apriadji, 1986).

Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar peluang untuk memilih pangan yang baik. Meningkatnya pendapatan perorangan maka terjadi perubahan-perubahan dalam susunan makanan (Suhardjo, 2003). Mayoritas masyarakat yang konsumsi makannya kurang optimal terutama yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah. Karena keluarga dengan pendapatan terbatas, besar kemungkinan kurang dapat


(50)

memenuhi kebutuhan makanannya sejumlah yang diperlukan tubuh. Setidaknya keanekaragaman bahan makanan kurang terjamin karena dengan uang terbatas itu tidak akan banyak pilihan (Suhardjo, 2006). Dalam hal konsumsi buah dan sayur, sebagai contoh pada keluarga tidak miskin rata-rata konsumsi buahnya tinggi karena mereka mampu membeli buah-buahan dan mungkin mereka tahu manfaatnya bagi kesehatan (Khomsan dkk, 1998).

Dalam penelitian Zenk (2005) ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat ekonomi dan perilaku konsumsi individu, yaitu seseorang yang memiliki pendapatan dan status ekonomi tinggi cenderung akan mengonsumsi buah dan sayur lebih banyak. Pada penelitian Mac Farlane (2007) ditemukan bahwa masyarakat yang status ekonominya tinggi selalu tersedia sayuran dan buah di rumah dan remaja yang status ekonominya rendah cenderung lebih sedikit mengonsumsi buah, sayur, dan makanan berserat lainnya dibandingkan dengan makanan tinggi lemak.

Soekirman (2000) menyatakan bahwa tingginya pendapatan cenderung diikuti dengan tingginya jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi. Tingkat pendapatan akan mencerminkan kemampuan untuk membeli bahan pangan. Konsumsi makanan baik jumlah maupun mutunya dipengaruhi oleh faktor pendapatan keluarga. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Hartoyo (1997) dalam Bahria (2009) bahwa secara ekonomi, buah termasuk dalam kategori barang normal dengan nilai elastisitas pengeluaran (pendapatan) bertanda positif. Artinya, bila terjadi kenaikan pengeluaran (yang menunjukkan adanya


(51)

33

peningkatan pendapatan) maka konsumsi buah oleh rumah tangga juga akan meningkat.

11. Jumlah Anggota Keluarga

Menurut Depkes (2008), jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota rumah tangga yang bertempat tinggal di rumah tangga tersebut. Suhardjo (2006) menyatakan bahwa sebagian besar pendapatan digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan sedangkan kebutuhan lainnya kurang tercukupi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi pola pengalokasian pangan pada rumah tangga sehingga semakin besar jumlah anggota keluarga, maka alokasi pangan untuk tiap individu akan semakin berkurang

Dalam penelitian Wulansari (2009), berdasarkan hasil uji statistik diketahui tidak ada hubungan yang signifikan antara keluarga kecil dan besar terhadap perilaku konsumsi individu. Namun, berdasarkan penelitian Srimaryani (2010), diketahui bahwa jumlah anggota keluarga dengan perilaku konsumsi individu menunjukkan jumlah anggota keluarga maka akan semakin besar pangan yang dikonsumsi dan pembagian makanan dalam keluarga tersebut akan lebih sedikit dibandingkan keluarga dengan jumlah sedikit.

E. Kerangka Teori

Perilaku konsumsi dan pemilihan makanan pada seseorang sangat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai interaksi faktor. Menurut Worthington (2000) perilaku konsumsi individu dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Faktor internal, diantaranya kebutuhan dan karakteristik fisiologis, preferensi/kesukaan,


(52)

pengetahuan gizi, perkembangan psikologis, kepercayaan, citra diri, konsep diri dan status kesehatan, sedangkan faktor eksternal, diantaranya jumlah anggota keluarga dan karakteristik keluarga, kebiasaan orang tua, sosial dan budaya, teman sebaya, pengalaman individu, media massa/iklan dan fast food. Maka peneliti menyusun kerangka teori seperti dapat dilihat pada bagan 2.1 berikut ini:

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Worthington (2000) Faktor Internal :

-Umur

-Jenis Kelamin -Citra diri -Konsep diri -Kepercayaan

-Kebutuhan Fisiologi Tubuh

-Preferensi/Kesukaan -Perkembangan Psikologis -Kesehatan

Faktor Eksternal : -Pengetahuan Gizi -Pendapatan -Pendidikan

-Media Massa/iklan -Sosial Budaya -Jumlah Anggota

Keluarga

-Kebiasaan orang tua -Teman Sebaya -Fast Food

Gaya Hidup


(53)

35 BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori diatas, maka peneliti menyusun kerangka konsep di bawah ini. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi sayur dan buah dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, kesukaan/preferensi, pengetahuan gizi, media massa/iklan, kebiasaan orang tua, konsumsi fast food, jumlah anggota keluarga dan pendapatan orang tua. Sedangkan faktor-faktor yang tidak diteliti dalam penelitian ini diantaranya:

1. Faktor internal

a. Umur: Variabel umur dalam penelitian ini tidak diikutsertakan dikarenakan populasi dalam penelitian ini bersifat homogen yaitu rentang usia antara 13-15 tahun (usia siswa SMP).

b. Kebutuhan fisiologis tubuh, citra diri, konsep diri, perkembangan psikologis dan kepercayaan: variabel ini tidak diteliti karena peneliti tidak melihat dari aspek fisiologis dan psikologisnya.

c. Kesehatan: dalam penelitian ini variabel kesehatan tidak diikutsertakan, karena diperlukan diagnosa lebih lanjut untuk mengetahui penyakit yang diderita responden. Peneliti memiliki keterbatasan dalam hal tersebut. 2. Faktor Eksternal

a. Pendidikan: tidak diikutsertakan karena populasi memiliki tingkat pendidikan yang sama yaitu SMP.


(54)

b. Sosial budaya: tidak diikutsertakan dalam penelitian ini karena sosial budaya dianggap sama (homogen) yaitu sosial budaya masyarakat perkotaan.

Untuk lebih jelas, kerangka konsep dapat dilihat pada bagan 3.1 Bagan 3.1

Kerangka Konsep

Faktor internal: - Jenis kelamin

- Preferensi/Kesukaan Faktor eksternal:

- Pengetahuan gizi - Kebiasaan orang tua - Teman sebaya - Media massa/iklan - Konsumsi Fast food - Jumlah Anggota Keluarga - Pendapatan Orang Tua

Perilaku Konsumsi Buah


(55)

37

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel Penelitian

No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala Ukur 1 Konsumsi Buah

dan sayur

Rata-rata jumlah buah dan sayur yang dikonsumsi responden per hari

Wawancara FFQ 0. kurang, jika konsumsi buah < 2 kali dan sayur < 3 kali dalam sehari 1. cukup, jika konsumsi buah ≥ 2 kali dan sayur ≥ 3 kali dalam sehari

Ordinal

2 Jenis Kelamin Perbedaan seks yang didapat sejak lahir yang dibedakan antara laki-laki dan perempuan

Wawancara Kuesioner 0. laki-laki 1. perempuan

Nominal

3 Preferensi/kesukaan Suka atau tidaknya responden terhadap buah dan sayur untuk dikonsumsi setiap hari

Wawancara Kuesioner 0. Tidak suka

1. Suka (Farisa, 2012)

Nominal

4 Pengetahuan Gizi Tingkat score kemampuan responden dalam menjawab pengetahuan gizi secara umum dan pengetahuan gizi mengenai manfaat, kandungan dan anjuran konsumsi buah dan sayur

Wawancara Kuesioner 0. kurang, jika total skor < 80%

1. baik, jika total skor ≥ 80% (Khomsan, 2000)


(56)

Lanjutan Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel Penelitian

No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala Ukur 5 Kebiasaan orang

tua

Pengaruh kebiasaan orang tua yang diikuti responden dalam hal konsumsi buah dan sayur.

Wawancara Kuesioner 0. kurang, jika total skor < 18

1. baik, jika total skor ≥ 18 (Farisa, 2012)

Ordinal

6 Pengaruh Teman Sebaya

Peranan teman responden yang dapat memberikan pengaruh terhadap tingkat konsumsi buah dan sayur responden.

Wawancara Kuesioner 0. kurang, jika total skor < 12

1. baik, jika total skor ≥ 12 (Farisa, 2012)

Ordinal

7 Media massa/iklan Terpaparnya responden dengan media informasi baik cetak ataupun elektronik yang dapat mempengaruhi konsumsi makan sayur dan buah

Wawancara Kuesioner 0. Tidak pernah 1. Pernah (Bahria,2009)

Ordinal

8 Konsumsi fast food Banyaknya tindakan responden untuk mengonsumsi makanan cepat saji modern yang disajikan dan dijual di restoran cepat saji dan juga makanan cepat saji tradisional yang dijual di kantin sekolah maupun di sekitar rumah dalam waktu satu minggu

Wawancara Kuesioner 0. sering, jika konsumsi fast food ≥ 3x per minggu

1. jarang, jika konsumsi fast food < 3x per minggu (Feubner, 2003)

Ordinal


(57)

39

Definisi Operasional Variabel Penelitian

No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala Ukur 9 Jumlah anggota

keluarga

Banyaknya anggota rumah tangga yang tinggal dan hidup bersama dalam satu rumah

Wawancara Kuesioner 0. Besar: > 4 orang 1. Kecil: ≤ 4 orang (BKKBN, 1992 dalam Astriyani, 2011)

Ordinal

10 Pendapatan orang tua

Sejumlah uang yang diperoleh orang tua dari bekerja dalam satu bulan

Wawancara Kuesioner 0.Rendah: Jika

pendapatan per bulan < Rp. 1.529.150 1.Tinggi: Jika

pendapatan per bulan ≥ Rp 1529.150

(Berdasarkan UMR DKI Jakarta tahun 2012 yaitu Rp. 1.529.150)


(58)

C. Hipotesis

1. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012

2. Ada hubungan antara preferensi/kesukaan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012

3. Ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan perilaku konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012

4. Ada hubungan antara kebiasaan orang tua dengan perilaku konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012

5. Ada hubungan antara teman sebaya dengan perilaku konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012

6. Ada hubungan antara pengaruh media massa/iklan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012

7. Ada hubungan antara konsumsi fast food dengan perilaku konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012

8. Ada hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan perilaku konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012

9. Ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan perilaku konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012


(59)

41 BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini ingin melihat dan menganalisa hubungan antara variabel independen dan dependen yang dilakukan secara bersamaan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMPN 226 Jakarta Selatan dan berlangsung dari bulan Juli – Desember 2012.

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMPN 226 Jakarta sebanyak 853 siswa. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VII, VIII dan IX. Perhitungan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi seperti di bawah ini (Ariawan, 1998):

� = �

1− 2 2� 1− � +�1− �1 1− �1 + �2 1− �2 2

�1 − �2 2

Keterangan :

� : Jumlah sampel minimal yang diperlukan �1− 2 : Derajat kepercayaan (95%) = 1,96 �1− : Kekuatan uji 80%  Z = 0,84 � : Rata-rata proporsi pada populasi � : (P1 + P2 /2) = 0,21


(60)

P1 : proporsi ada peran orang tua terhadap konsumsi buah dan sayur cukup = 0,30 (Astriyani, 2011)

P2 : proporsi tidak adanya peran orang tua terhadap konsumsi buah dan sayur cukup = 0,12 (Astriyani, 2011)

n = [ 1,96 √2 x 0,21 (1-0,21) + 0,84 √ 0,30 (1-0,30) + 0,12 (1-0,12)]2 (0,30-0,12)2

n = 48 x 2 = 96

Yang dimaksud variabel peran orang tua pada perhitungan sampel diatas sama artinya dengan variabel kebiasaan orang tua dalam penelitian ini. Untuk mengantisipasi adanya sampel yang kurang atau hilang maka jumlah sampel ditambah 10% sehingga total sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu 106 siswa. Pengambilan sampel dilakukan secara systematic random sampling (acak sistematis), dimana probabilitas terambilnya sebagai sampel adalah 106/853 = 1/8. Untuk pengambilan sampel pertama dilakukan secara acak dengan diundi kemudian seterusnya dilakukan penambahan kelipatannya. Jika ada siswa yang tidak hadir saat pengisian kuesioner berlangsung maka dilakukan pemilihan sampel dengan menggunakan kelipatan berikutnya.


(61)

43

Tabel 4.1 Pembagian Sampel

No KELAS Jumlah sampel

1 VII 287/853 x 106 = 36 2 VIII 253/853 x 106 = 31 2 IX 313/853 x 106 = 39

Total 106 siswa

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2005). Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner dan FFQ. Berikut ini penjelasan tentang instrumen penelitian: 1. Kuesioner digunakan untuk mengisi pertanyaan mengenai variabel jenis

kelamin, preferensi/kesukaan, pengetahuan gizi, media massa/iklan, kebiasaan orang tua, pengaruh teman sebaya, konsumsi fast food, jumlah anggota keluarga dan pendapatan orang tua.

2. FFQ digunakan untuk mengetahui gambaran frekuensi konsumsi buah dan sayur. FFQ bersifat terbuka dimana responden menuliskan sendiri berapa kali kebiasaan mengonsumsi. Responden hanya mengisi salah satu kolom frekuensi pada setiap bahan makanan apakah 1 kali per hari, 3 kali per minggu dan sebagainya. Untuk melihat gambaran frekuensi konsumsi, data yang ditampilkan berupa distribusi responden menurut kebiasaan mengonsumsi apakah setiap hari, setiap minggu, atau setiap bulan.


(62)

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung kepada siswa SMP Negeri 226 Jakarta dengan instrumen kuesioner dan form FFQ. Data sekunder berupa daftar absensi siswa dan profil sekolah.

F. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpul akan diolah dengan berbagai tahap, antara lain: 1. Mengode data (data coding)

Kegiatan ini dilakukan dengan merubah data berbentuk huruf menjadi angka/bilangan. Pengodean data dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan kegiatan mengolah dan menganalisis data. Berikut ini adalah penjelasan tentang kode dari masing-masing variabel:

a. Konsumsi buah dan sayur, terdiri dari 2 kategori yaitu kurang diberi kode “0” dan cukup diberi kode “1”. Dikatakan kurang jika konsumsi buah < 2 kali/hari dan sayur < 3 kali/hari dan dikatakan cukup jika konsumsi buah ≥ 2 kali/hari dan sayur ≥ 3 kali/hari. Untuk mendapatkan data kategori konsumsi buah dan sayur, data FFQ yang ada perlu diolah lebih lanjut yaitu dengan terlebih dahulu mengubah setiap frekuensi konsumsi ke dalam satuan hari. Sebagai contoh si A biasa mengonsumsi buah jeruk 2 kali per hari, apel 3 kali per minggu, dan mangga 1 kali per bulan.


(63)

45

Tabel 4.2 Perhitungan FFQ

Bahan Makanan

Frekuensi

Perhari Perminggu Perbulan …kali perhari

Jeruk 2 2

Apel 3 3/7 = 0,42

Mangga 1 1/30= 0,03

Total 2,45

Bahan makanan : Jeruk : 2/1 hari = 2 kali perhari Apel : 3/7 hari = 0,42 kali per hari Mangga : 1/30 hari = 0,03 kali per hari Nilai tersebut kemudian dijumlahkan, sehingga didapat hasil = 2,45 kali per hari. Dengan demikian si A memiliki kebiasaan mengonsumsi sumber buah 2,45 kali per hari.

b. Jenis kelamin, merupakan pertanyaan tertutup. Kode untuk variabel ini adalah “0” jika laki-laki dan “1” jika perempuan.

c. Preferensi/kesukaan, terdiri dari 2 pertanyaan dengan pilihan jawaban tidak suka diberi kode “0” dan suka diberi kode “1”. Dikatakan tidak suka jika responden tidak menyukai buah/sayur atau keduanya. Dikatakan suka, jika responden menyukai buah dan sayur.

d. Pengetahuan gizi, terdiri dari 15 pertanyaan. Variabel ini dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu kurang dan baik. Dikatakan kurang jika jumlah


(1)

pngrh_iklan * knsumsi_bhsyr

Crosstab

knsumsi_bhsyr

Total

kurang cukup

pngrh_iklan tidak pernah Count 29 7 36

% within

pngrh_iklan 80.6% 19.4% 100.0%

Pernah Count 44 26 70

% within

pngrh_iklan 62.9% 37.1% 100.0%

Total Count 73 33 106

% within

pngrh_iklan 68.9% 31.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 3.473a 1 .062

Continuity Correctionb 2.697 1 .101

Likelihood Ratio 3.645 1 .056

Fisher's Exact Test .078 .048

Linear-by-Linear

Association 3.441 1 .064

N of Valid Casesb 106

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.21.


(2)

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for pngrh_iklan (tidak pernah / pernah) 2.448 .940 6.376

For cohort knsumsi_bhsyr = kurang 1.282 1.007 1.631

For cohort knsumsi_bhsyr = cukup .524 .252 1.088

N of Valid Cases 106

konsmsi_fastfood * knsumsi_bhsyr

Crosstab

knsumsi_bhsyr

Total

kurang cukup

konsmsi_fastfood sering Count 29 8 37

% within

konsmsi_fastfood 78.4% 21.6% 100.0%

jarang Count 44 25 69

% within

konsmsi_fastfood 63.8% 36.2% 100.0%

Total Count 73 33 106

% within


(3)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 2.398a 1 .121

Continuity Correctionb 1.765 1 .184

Likelihood Ratio 2.485 1 .115

Fisher's Exact Test .132 .091

Linear-by-Linear

Association 2.375 1 .123

N of Valid Casesb 106

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.52.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for konsmsi_fastfood

(sering / jarang) 2.060 .818 5.189

For cohort knsumsi_bhsyr = kurang 1.229 .962 1.571

For cohort knsumsi_bhsyr = cukup .597 .300 1.188


(4)

jml_anggtkeluarga * knsumsi_bhsyr

Crosstab

knsumsi_bhsyr

Total

kurang cukup

jml_anggtkeluarg a

besar Count 29 14 43

% within jml_anggtkeluarga 67.4% 32.6% 100.0%

kecil Count 44 19 63

% within jml_anggtkeluarga 69.8% 30.2% 100.0%

Total Count 73 33 106

% within jml_anggtkeluarga 68.9% 31.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .069a 1 .793

Continuity Correctionb .002 1 .961

Likelihood Ratio .068 1 .794

Fisher's Exact Test .833 .479

Linear-by-Linear

Association .068 1 .794

N of Valid Casesb 106

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.39.


(5)

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for jml_anggtkeluarga (besar / kecil) .894 .388 2.061

For cohort knsumsi_bhsyr = kurang .966 .742 1.257

For cohort knsumsi_bhsyr = cukup 1.080 .610 1.911

N of Valid Cases 106

pdptn_ortu * knsumsi_bhsyr

Crosstab

knsumsi_bhsyr

Total

kurang cukup

pdptn_ortu Rendah Count 29 5 34

% within pdptn_ortu 85.3% 14.7% 100.0%

Tinggi Count 44 28 72

% within pdptn_ortu 61.1% 38.9% 100.0%

Total Count 73 33 106


(6)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 6.299a 1 .012

Continuity Correctionb 5.222 1 .022

Likelihood Ratio 6.850 1 .009

Fisher's Exact Test .014 .009

Linear-by-Linear

Association 6.240 1 .012

N of Valid Casesb 106

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.58.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for pdptn_ortu (rendah / tinggi) 3.691 1.278 10.662

For cohort knsumsi_bhsyr = kurang 1.396 1.108 1.759

For cohort knsumsi_bhsyr = cukup .378 .160 .893