1. Gas Sulfur Dioksida
Gas sulfur dioksida merupakan gas pencemar di udara yang konsentrasinya paling tinggi di daerah kawasan industri dan daerah perkotaan. Gas ini dihasilkan dari
sisa pembakaran batubara dan bahan bakar minyak. Di dalam setiap survei pencemaran udara, gas ini selalu diperiksa.
2. Indeks Asap
Berikut cara penggunaan indeks asap smoke atau sciling index: sampel udara disaring dengan sejenis kertas paper tape dan diukur densitasnya dengan alat
fotoelektrik meter. Hasil pengukuran dinyatakan dalam satuan Coh Units per 1000 linear feet dari sampel udara. Indeks asap ini sangat bervariasi dari hari ke
hari dan bergantung pada perubahan iklim. 3.
Partikel Debu Partikel-partikel berupa debu dan arang dari hasil pembakaran sampah dan
industri merupakan salah satu indikator yang dipergunakan untuk mengukur derajat pencemaran udara. Hasil pengukuran dinyatakan dalam satuan miligram
atau mikrogram per meter kubik udara.
2.2 . Partikel Debu
2.2.1. Pengertian Debu
Debu adalah partikel-partikel zat padat yang disebabkan oleh kekuatan- kekuatan alami atau mekanis, seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan,
pengepakan yang cepat, peledakan dan lain-lain dari bahan-bahan organik maupun anorganik, misalnya batu, kayu, bijih logam, arang batu, butir-butir zat padat dan
sebagainya Suma’mur, 1998.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan menurut Sarudji 2010, dalam buku Kesehatan Lingkungan, debu partikulat adalah bagian yang besar dari emisi polutan yang berasal dari berbagai
macam sumber seperti mobil, truk, pabrik baja, pabrik semen, dan pembuangan sampah terbuka. Mungkin hal ini sangat mengejutkan bahwa Environmental
Protection Agency EPA memperkirkan bahwa kebakaran hutan menghasilkan seperempat dari seluruh emisi partikulat. Sepertiga darinya berasal dari kebakaran
hutan yang dapat dikendalikan dan dua pertiganya dari kebakaran hutan yang tak terkendali.
2.2.2. Sifat Debu
Partikel debu sebagai pencemar udara mempunyai waktu hidup, yaitu pada saat partikel masih melayang-layang sebagai pencemar di udara sebelum jatuh ke
bumi. Waktu hidup partikel berkisar antara beberapa detik sampai beberapa bulan. Sedangkan kecepatan pengendapannya tergantung pada ukuran partikel, massa jenis
partikel serta arah dan kecepatan angin yang bertiup. Partikel yang sudah mati karena jatuh mengendap di bumi, dapat hidup kembali apabila tertiup oleh angin kencang
dan melayang-layang lagi di udara Wardhana, 2001. Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 1994 yang dikutip oleh Sihombing
2006, sifat-sifat debu adalah sebagai berikut: 1.
Mengendap Debu cenderung mengendap karena gaya grafitasi bumi. Namun karena
ukurannya yang relatif kecil berada di udara. Debu yang mengendap dapat mengandung proporsi partikel yang lebih besar dari debu yang terdapat di udara.
Universitas Sumatera Utara
2. Permukaan cenderung selalu basah
Permukaan debu yang cenderung selalu basah disebabkan karena permukaannya selalu dilapisi oleh lapisan air yang sangat tipis. Sifat ini menjadi penting sebagai
upaya pengendalian debu di tempat kerja. 3.
Menggumpal Debu bersifat menggumpal disebabkan permukaan debu yang selalu basah,
sehingga debu menempel satu sama lain dan membentuk gumpalan. 4.
Listrik statis elektrostatik Sifat ini menyebabkan debu dapat menarik partikel lain yang berlawanan. Adanya
partikel yang tertarik ke dalam debu akan mempercepat terjadinya proses penggumpalan.
5. Opsis
Opsis adalah debu atau partikel basah atau lembab lainnya dapat memancakan sinar yang dapat terlihat pada kamar gelap.
Menurut sifatnya, partikel dapat menimbulkan rangsangan saluran pernapasan, kematian karena bersifat racun, alergi, fibrosis, dan penyakit demam
Agusnar, 2008.
2.2.3. Jenis Debu