Industri Semen Kerangka Konsep

4. Penyakit Beriliosis Penyakit beriliosis adalah penyakit pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh pencemaran udara dari debu berilium. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingitis, bronkitis dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala demam, batuk kering, dan sesak napas. Partikel-partikel berilium juga dapat mengakibatkan gangguan pada kulit dan radang hidung. Penyakit ini berpotensi terhadap para pekerja pada industri yang menggunakan logam campuran berilium-tembaga, industri fluoresen, industri pembuatan tabung radio. Masa inkubasi penyakit beriliosis ini relatif lama, sehingga sering tidak mendapatkan perhatian oleh manajeman perusahaan maupun oleh para pekerja itu sendiri. 5. Penyakit Bisinosis Penyakit bisinosis adalah penyakit pneumokoniosis yang disebabkan oleh pencemaran debu kapas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Partikel kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai pada industri seperti pemintalan kapas, tekstil, dan garmen. Masa inkubasi penyakit bisionosis sekitar 5 tahun. Gejala awal penyakit bisinosis yaitu ditandai dengan sesak napas. Penyakit bisinosis yang kronis biasanya diikuti dengan penyakit bronkitis dan emphysema.

2.3. Industri Semen

Semen cement adalah hasil industri dari paduan bahan baku: batu kapurgamping sebagai bahan utama dan lempungtanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubukbulk, tanpa memandang Universitas Sumatera Utara proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Batu kapurgamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa kalsium oksida CaO, sedangkan lempungtanah liat bahan alam yang mengandung senyawa: Silika Oksida SiO 2 , Aluminium Oksida Al 2 O 3 , Besi Oksida Fe 2 O 3 , dan Magnesium Oksida MgO. Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips gypsum dalam jumlah yang sesuai Mengkidi, 2006. Ukuran partikel debu semen yaitu berkisar antara 3-100 mikron Anonimous, 2012.

2.4. Keluhan Kesehatan Akibat Debu Semen

Industri semen berpotensi sebagai sumber pencemaran partikel Wardhana, 2001. Debu semen diklasifikasikan menjadi 2 dua jenis utama, semen alam dan buatan Portland semen. Semen portland adalah campuran dari kalsium oksida 62 -66, silikon oksida 19 -22, aluminium trioksida 4 -8, oksida besi 2 - 5 dan magnesium oksida 1 -2. Debu semen memiliki efek iritasi pada kulit, mata dan sistem pernapasan Meo, 2003. Menurut Wardhana 2001 jenis partikel debu yang dihasilkan oleh industripabrik semen antara lain Oksida Silika SiO 2 , Oksida Alumina Al 2 O 3 , Magnesium Oksida MgO, dan Trikalsium Silikat 3CaOSiO 2 . Jenis debu semen dan gangguan kesehatannya, yaitu:

2.4.1. Silika Oksida SiO

2 Silika bebas, berupa SiO 2 yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap menyebabkan penyakit silikosis Sunu, 2001. Pada awalnya, penyakit silikosis ditandai dengan sesak napas yang disertai dengan batuk-batuk Universitas Sumatera Utara tanpa dahak. Penyakit silikosis tingkat sedang, gejala sesak napas dan batuk semakin tinggi tingkat intensitasnya. Untuk penyakit silikosis yang sudah berat, sesak napas akan semakin parah dan kemudian diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang berpotensi mengakibatkan kegagalan kerja jantung Sunu, 2001.

2.4.2. Alumina Oksida Al

2 O 3 Aluminium Al adalah metal yang dapat dibentuk, dan karenanya banyak digunakan, sehingga banyak terdapat di lingkungan dan didapat pada berbagai jenis makanan. Aluminium yang berbentuk debu akan diakumulasi di dalam paru-paru dan dapat juga menyebabkan iritasi kulit, selaput lendir, dan saluran pernapasan Slamet, 2009. Jalur pemaparan dan organ sasaran aluminium oksida adalah mata, kulit, dan sistem pernapasan Marietta, 2007.

2.4.3. Magnesium Oksida MgO

Jalur pemaparan magnesium oksida MgO adalah melalui inhalasi, konta mata, dan kulit. Efek akut debu magnesium oksida yaitu dapat menyebabkan iritasi ringan pada mata dan hidung, konjungtivitis, radang membran mukosa, dan batuk berdahak. Toksisitas akut menyebabkan mual, malaise, depresi umum dan kelumpuhan syaraf pernapasan, jantung, dan sistem pusat. Efek kronis menunjukkan bahwa mungkin ada resiko karsinogenik dari paparan debu MgO Marietta, 2007.

2.4.4. Trikalsium Silikat 3CaO.SiO

2 Organ sasaran kalsium oksida CaO yaitu mata, kulit, dan sistem pernapasan. Kontak langsung CaO dengan jaringan, dapat mengakibatkan luka bakar dan iritasi parah karena reaktivitas tinggi dan alkalinitas. Keluhan dari pekerja yang terpapar Universitas Sumatera Utara terdiri dari iritasi pada kulit dan mata, serta saluran pernapasan. Pada efek kronis, CaO tidak diklasifikasikan sebagai karsinogen pada manusia Marietta, 2007.

2.5. Efek Pencemaran Udara

Efek-efek pencemaran udara pada kehidupan manusia dapat dibagi menjadi efek umum, efek terhadap ekosistem, efek terhadap kesehatan, efek terhadap tumbuh- tumbuhan dan hewan, efek terhadap cuaca dan iklim, dan efek terhadap sosial ekonomi Chandra,2006.

2.5.1. Efek Umum

Efek umum pencemaran udara terhadap kehidupan manusia, antara lain: 1. Meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada manusia, flora, dan fauna. 2. Memengaruhi kuantitas dan kualitas sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi dan memengaruhi proses fotosintesis tumbuhan. 3. Memengaruhi dan mengubah iklim akibat terjadinya peningkatan kadar CO 2 di udara. Kondisi ini cenderung menahan panas tetap berada di lapisan bawah atmosfer sehingga terjadi efek rumah kaca green house effect. 4. Pencemaran udara dapat merusak cat, karet, dan bersifat korosif terhadap benda yang terbuat dari logam. 5. Meningkatkan biaya perawatan bangunan, monumen, jembatan, dan lainnya. 6. Mengganggu penglihatan dan dapat meningkatkan angka kasus kecelakaan lalulintas di darat, sungai, maupun udara. 7. Menyebabkan warna kain dan pakaian menjadi cepat buram dan bernoda. Universitas Sumatera Utara

2.5.2. Efek terhadap Ekosistem

Industri yang mempergunakan batubara sebagai sumber energinya akan melepaskan zat oksida sulfat ke dalam udara sebagai sisa pembakaran batubara. Zat tersebut akan bereaksi dengan air hujan membentuk asam sulfat sehingga air hujan menjadi asam acid rain. Apabila keadaan ini cukup lama, akan terjadi perubahan pada ekosistem perairan danau. Akibatnya, pH air danau akan menjadi asam, produksi ikan menurun, dan secara tidak langsung pendapatan rakyat setempat pun menurun.

2.5.3. Efek terhadap Kesehatan

Efek pencemaran udara terhadap kesehatan manusia dapat terlihat baik secara cepat maupun lambat, seperti berikut: 1. Efek cepat Hasil studi epidemiologi menunjukkan bahwa peningkatan mendadak kasus pencemaran udara juga akan meningkatkan angka kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran pernapasan. Pada situasi tertentu, gas CO dapat menyebabkan kematian mendadak karena daya afinitas gas CO terhadap haemoglobin darah menjadi methaemoglobin yang lebih kuat dibandingkan daya afinitas O 2 sehingga terjadi kekurangan gas oksigen di dalam tubuh. 2. Efek lambat Pencemaran udara diduga sebagai salah satu penyebab penyakit bronkhitis kronis dan kanker paru primer. Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara antara lain, emfisema paru, black lung disease, asbestosis, silikosis, bisionosis, dan pada anak-anak, penyakit asma dan eksema. Universitas Sumatera Utara

2.5.4. Efek terhadap Tumbuhan dan Hewan

Tumbuh-tumbuhan sangat sensitif terhadap gas sulfur dioksida, florin, ozon, hidrokarbon, dan CO. Apabila terjadi pencemaran udara, konsentrasi gas tersebut akan meningkat dan dapat menyebabkan daun tumbuhan berlubang dan layu. Ternak akan menjadi sakit jika memakan tumbuh-tumbuhan yang mengandung dan tercemar florin.

2.5.5. Efek terhadap Cuaca dan Iklim

Gas karbon dioksida memiliki kecenderungan untuk menahan panas tetap berada di lapisan bawah atmosfer sehingga terjadi efek rumah kaca green house effect. Udara menjadi panas dan gerah. Selain itu, partikel-partikel debu juga memiliki kecenderungan untuk memantulkan kembali sinar matahari di udara sebelum sinar tersebut sampai ke permukaan bumi sehingga udara di lapisan bawah atmosfer menjadi dingin.

2.5.6. Efek terhadap Sosial Ekonomi

Pencemaran udara akan meningkatkan biaya perawatan dan pemeliharaan bangunan, monumen, jembatan, dan lainnya serta menyebabkan pengeluaran biaya ekstra untuk mengendalikan pencemaran yang terjadi.

2.6. Penanggulangan Dampak Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan mempunyai dampak yang sangat luas dan sangat merugikan manusia maka perlu diusahakan pengurangan pencemaran lingkungan atau bila mungkin meniadakan sama sekali. Usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran tersebut ada 2 macam cara utama yaitu penanggulangan secara non-teknis dan penanggulangan secara teknis. Melalui cara penanggulangan Universitas Sumatera Utara tersebut diharapkan bahwa pencemaran lingkungan akan jauh berkurang dan kualitas hidup manusia dapat lebih ditingkatkan Agusnar, 2007.

2.6.1. Penanggulangan secara Non-Teknis

Penganggulangan secara non-teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur, dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan Agusnar, 2007. Peraturan perundangan yang dimaksud hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan industri dan teknologi yang akan dilaksanakan di suatu tempat yang meliputi: 1. Penyajian Informasi Lingkungan PIL 2. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL 3. Perencanaan Kawasan Kegiatan Industri dan Teknologi, 4. Pengaturan dan Pengawasan Kegiatan, 5. Menanamkan perilaku disiplin.

2.6.2. Penanggulangan secara Teknis

Kriteria yang digunakan dalam memilih dan menentukan cara yang digunakan dalam penanggulangan secara teknis tergantung pada faktor berikut: 1. Mengutamakan keselamatan lingkungan 2. Teknologinya telah dikuasai dengan baik 3. Secara teknis dan ekonomis dapat dipertanggungjawabkan. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan kriteria tersebut diatas diperoleh beberapa cara dalam hal penanggulangan secara teknis, antara lain adalah sebagai berikut: 1. Mengubah proses 2. Mengganti sumber energi 3. Mengelola limbah 4. Menambah alat bantu Untuk melengkapi cara penanggulangan pencemaran lingkungan secara teknis dilakukan dengan menambah alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran. Beberapa alat bantu yang digunakan untuk mengurangi atau menanggulangi pencemaran lingkungan antara lain adalah: a. Filter Udara Filter udara dimaksudkan untuk menangkap abu atau partikel yang ikut keluar pada cerobong atau stack, agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara yang bersih saja yang keluar dari cerobong. Filter udara yang dipasang ini harus segera diamati dikontrol, jika sudah penuh dengan debu harus segera diganti dengan yang baru. Jenis filter udara yang digunakan tergantung pada sifat gas buangan yang keluar dari proses industri. b. Pengendap Siklon Pengendap Siklon atau Cyclon Separators adalah pengendap debuabu yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu. Prinsip kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udaragas buangan yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon sehingga partikel yang relatif berat akan jatuh ke bawah. Ukuran partikeldebuabu yang Universitas Sumatera Utara bisa diendapkan oleh siklon adalah antara 5– 40 μ. Makin besar ukuran debu makin cepat partikel tersebut diendapkan. c. Filter Basah Scrubbers atau Wet Collectors Prinsip kerja filter basah adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara menyemprot air dari bagian atas alat, sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak dengan air, maka debu akan ikut dengan semprotan air turun ke bawah. d. Pengendap Sistem Gravitasi Alat pengendapan ini hanya digunakan untuk membersihkan udara kotor yang ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 μ atau lebih. Cara kerja alat ini yaitu dengan mengalirkan udara kotor kedalam alat yang dibuat sedemikian rupa sehingga pada waktu terjadi perubahan kecepatan secara tiba- tiba speed drop, zarah akan jatuh terkumpul di bawah akibat gaya beratnya sendiri gravitasi. Kecepatan pengendapan tergantung pada dimensi alatnya. e. Pengendapan Elektrostatik Alat pengendapan elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara kotor dalam jumlah volume yang relatif besar dan pengotor udaranya adalah aerosol atau uap air. Alat ini dapat membersihkan udara secara cepat dan udara yang keluar dari alat sudah relatif bersih. Alat pengendap ini menggunakan arus searah DC yang mempunyai tegangan antara 25-100 kV. Alat pengendap ini berupa tabung silinder dimana dindingnya diberi muatan positif, sedangkan di tengah ada sebuah kawat yang merupakan pusat silinder, sejajar dinding tabung, diberi muatan negatif. Adanya Universitas Sumatera Utara perbedaan tegangan yang cukup besar akan menimbulkan corona disharga di daerah sekitar pusat silinder. Hal ini menyebabkan udara kotor seolah-olah mengalami ionisasi. Kotoran udara menjadi ion negatif sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-masing akan menuju elektroda yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion negatif akan ditarik oleh dinding tabung sedangkan udara bersih akan berada di tengah-tengah silinder dan kemudian terhembus keluar.

2.7. Kerangka Konsep

Konsentrasi Debu di Sekitar Pabrik Semen Keluhan Kesehatan pada Masyarakat di sekitar Pabrik Semen PP RI No 41 tahun 1999 Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Karakteristik Responden 1. Umur 2. Pendidikan 3. Lama bermukim 4. Pekerjaanaktivitas 5. Lama bekerja 6. Kebiasaan Merokok Karakteristik Tempat Tinggal 1. Jarak rumah 2. Keberadaan pohon 3. Luas ventilasi rumah Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang bersifat deskriptif, karena penulis ingin mengetahui konsentrasi debu dan keluhan kesehatan yang dialami masyarakat di sekitar pabrik semen secara bersamaan untuk mendapatkan gambaran tingkat pencemaran udara oleh debu yang dihasilkan oleh pabrik semen di Desa Kuala Indah pada tahun 2012.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di daerah pemukiman sebelah barat ± 20 m, ±70 m, ± 200m, ± 400 m, dan ± 600 m dan barat daya ±350 m dan ± 500 m dari pabrik semen karena lokasi tersebut merupakan daerah potensi tercemar oleh debu yang disebabkan oleh angin laut, yaitu angin yang bertiup dari laut menuju ke darat.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 sampai November 2012 di Desa Kuala Indah Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang tinggal di Desa Kuala Indah Dusun II pemukiman sebelah barat daya dan barat dari pabrik semen yaitu sebesar 130 orang. Hal ini dilakukan karena ibu rumah tangga yang Universitas Sumatera Utara