4. Personal Dust Sampler LVDS
Alat ini biasa digunakan untuk menentukan Respiral Dust RD di udara atau debu yang dapat lolos melalui filter bulu hidung manusia selama bernapas. Untuk
flow rate 2 litermenit dapat menangkap debu yang berukuran 10 mikron. Alat ini biasanya digunakan pada lingkungan kerja dan dipasang pada pinggang
pekerja karena ukurannya yang sangat kecil.
2.2.7. Penentuan Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel Udara Ambien
Secara umum, sampel udara ambien diambil di daerah pemukiman penduduk, perkantoran, kawasan industri, atau daerah lain yang dianggap penting. Tujuannya
adalah untuk mengetahui kualitas udara yang dapat dipengaruhi oleh kegiatan tertentu. Kriteria yang dapat dipertimbangkan dalam menentukan lokasi pengambilan
sampel udara ambien Hadi, 2005, yaitu: 1.
Daerah yang mempunyai konsentrasi pencemar tinggi 2.
Daerah padat penduduk 3.
Daerah yang diperkirakan menerima paparan pencemar dari emisi cerobong industri
4. Daerah proyeksi untuk mengetahui dampak pembangunan
Di samping itu, faktor meteorologi, seperti arah angin, kecepatan angin, suhu udara, kelembapan, dan faktor geografi, seperti topografi dan tata guna lahan, harus
dipertimbangkan. Beberapa acuan dalam menentukan titik pengambilan Hadi, 2005 adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Hindari daerah yang dekat dengan gedung, bangunan, danatau pepohonan yang
dapat mengabsorpsi atau mengadsorpsi pencemar udara ke gedung atau pepohonan tersebut.
2. Hindari daerah di mana terdapat pengganggu kimia yang dapat memengaruhi
polutan yang akan diukur. 3.
Hindari daerah di mana terdapat pengganggu fisika yang dapat memengaruhi hasil pengukuran. Sebagai ilustrasi, pengukuran total partikulat di dalam udara
ambien tidak diperkenankan di dekat insinerator.
2.2.8. Dampak Pencemaran Debu terhadap Manusia
Ada tiga cara masuknya bahan polutan seperti debu dari udara ke tubuh manusia yaitu melalui inhalasi, ingesti, dan penetrasi kulit. Inhalasi bahan polutan
udara ke paru-paru dapat menyebabkan gangguan di paru dan saluran nafas. Bahan polutan yang cukup besar tidak jarang masuk ke saluran cerna. Refleks batuk juga
akan mengeluarkan bahan polutan dari paru yang kemudian bila tertelan akan masuk ke saluran cerna. Bahan polutan dari udara juga dapat masuk ketika makan atau
minum. Permukaan kulit juga dapat menjadi pintu masuk bahan polutan di udara khususnya bahan organik dapat melakukan penetrasi kulit dan dapat menimbulkan
efek sistemik Aditama, 1992. Kerusakan kesehatan akibat debu tergantung pada lamanya kontak, konsentrasi debu dalam udara, jenis debu itu sendiri dan lain-lain
Agusnar, 2008. Ukuran debu atau partikel yang masuk ke dalam paru-paru akan menentukan
letak penempelan atau pengendapannya. Partikel yang terhisap oleh manusia dengan ukuran kurang dari 1 mikron akan ikut keluar saat napas dihembuskan. Partikel yang
Universitas Sumatera Utara
berukuran 1-3 mikron akan masuk ke dalam kantong udara paru-paru, menempel pada alveoli. Partikel berukuran 3-5 mikron akan tertahan pada saluran pernapasan
bagian tengah. Partikel yang berukuran di atas 5 mikron akan tertahan di saluran napas bagian atas Sunu, 2001.
Penyakit peneumokoniosis banyak jenisnya, tergantung dari jenis partikel yang masuk atau terhisap ke dalam paru-paru. Adapun jenis-jenis penyakit
pneumokoniosis Sunu, 2001 seperti: 1.
Penyakit Antrakosis Penyakit antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan
oleh debu batubara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja tambang batubara atau pekerja yang banyak melibatkan penggunaan batubara seperti
power plant pembangkit listrik tenaga uap. Masa inkubasi penyakit ini antara lain 2-4 tahun yang ditandai dengan sesak napas.
2. Penyakit Silikosis
Penyakit ini disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa SiO
2
yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap. Debu silika ini banyak terdapat di industri besi baja, keramik, pengecoran beton, proses
permesinan seperti mengikir, menggerinda. Disamping itu, debu silika juga terdapat di penambangan bijih besi, timah putih, dan tambang batubara.
Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akan mengalami masa inkubasi sekitar 2 sampai 4 tahun Wardhana, 2001. Pada awalnya, penyakit silikosis
ditandai dengan sesak napas yang disertai dengan batuk-batuk tanpa dahak. Penyakit silikosis tingkat sedang, gejala sesak napas dan batuk semakin tinggi
Universitas Sumatera Utara
tingkat intensitasnya. Untuk penyakit silikosis yang sudah berat, sesak napas akan semakin parah dan kemudian diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan
yang berpotensi mengakibatkan kegagalan kerja jantung. 3.
Penyakit Asbestosis Penyakit asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu
atau serat asbes yang mencemari udara. Masa laten asbestosis yaitu 10-20 tahun Pujiastuti, 2002. Asbes merupakan campuran berbagai macam silikat terutama
magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada industri yang menggunakan asbes dan ruangan yang menggunakan asbes. Debu asbes yang terhisap dan
masuk dalam paru-paru akan mengakibatkan sesak napas dan batuk-batuk yang disertai dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak membesarmelebar.
Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak maka akan tampak adanya debu asbes dalam dahak tersebut Wardhana, 2001.
Sumber utama pencemaran udara dari silikat yaitu pada industri semen berupa partikel-partikel yang berterbangan di udara. Silikat Si disebut juga
asbestos. Dampak yang diakibatkan oleh silikat yaitu akan terganggunya fungsi paru-paru. Partikel-partikel yang terhisap dapat didepositkan pada jaringan
saluran pernapasan yang disebut asbestosis atau fibrosis paru-paru. Asbestosis bersifat sinergisme yaitu penggabungan lebih dari satu faktor
yang berdampak lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan pengaruh individual terhadap perokok. Bagi seseorang yang kehidupannya di lokasi sekitar
pabrik semen seharusnya menjalani pemeriksaan paru-paru secara periodik serta mengkonsumsi jenis-jenis makanan dan minuman sebagai upaya pencegahan.
Universitas Sumatera Utara
4. Penyakit Beriliosis
Penyakit beriliosis adalah penyakit pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh pencemaran udara dari debu berilium. Debu logam tersebut dapat
menyebabkan nasoparingitis, bronkitis dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala demam, batuk kering, dan sesak napas. Partikel-partikel berilium juga
dapat mengakibatkan gangguan pada kulit dan radang hidung. Penyakit ini berpotensi terhadap para pekerja pada industri yang menggunakan logam
campuran berilium-tembaga, industri fluoresen, industri pembuatan tabung radio. Masa inkubasi penyakit beriliosis ini relatif lama, sehingga sering tidak
mendapatkan perhatian oleh manajeman perusahaan maupun oleh para pekerja itu sendiri.
5. Penyakit Bisinosis
Penyakit bisinosis adalah penyakit pneumokoniosis yang disebabkan oleh pencemaran debu kapas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke
dalam paru-paru. Partikel kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai pada industri seperti pemintalan kapas, tekstil, dan garmen. Masa inkubasi penyakit
bisionosis sekitar 5 tahun. Gejala awal penyakit bisinosis yaitu ditandai dengan sesak napas. Penyakit bisinosis yang kronis biasanya diikuti dengan penyakit
bronkitis dan emphysema.
2.3. Industri Semen