62
KEHARMONISAN DALAM HINDU
Budi Raharjo, M.A.
PENGANTAR
Setiap agama mempunyai perbedaan di dalamnya, tentu saja masing-masing menganggap jalannya yang paling baik
dan benar. Begitu pula dalam agama Hindu memiliki beberapa perbedaan sebagaimana diungkapkan dalam pertemuan pertama
Catur Marga. Namun demikian bukan berarti tidak ada jalan pemersatu. Dalam pertemuan ke dua inilah akan ditemukan
bagaimana ajaran Hindu mempersatukan perbedaan yang ada. Ajaran tersebut bukan hanya untuk kepentingan intern dalam
agama Hindu, akan tetapi juga untuk keharmonisan dengan agama lain atau dengan makhluk hidup lain.
TRI HITA KARANA
Tri hita karana adalah tiga hubungan untuk menjalin
harmonis. Pertama dengan sesama manusia, kedua harmonis dengan lingkungan dan ketiga menjalin hubungan harmonis
dengan Tuhan. Dari ajaran ini, umat Hindu menghargai adanya perbedaan satu dengan yang lain. Umat Hindu senantiasa
berupaya menjalin hubungan yang harmonis dengan tiga hal di atas. Jangankan kepada sesama orang sekalipun berbeda
keyakinan, pada makhluk yang lebih rendah pun seperti binatang dan tumbuhan umat Hindu tetap berupaya menjalin hubungan
yang harmonis.
1. Harmonis dengan sesama manusia
Ada beberapa ajaran Hindu yang bisa menetralisir perselisihan pendapat dalam menjalankan persembahyangan. Dengan ajaran ini
meskipun umat Hindu memiliki jalan yang berbeda-beda plural namun ada rasa saling asih, asah dan asuh saling mengasihi,
63
mengingatkan, memperhatikan. Umat Hindu diharapkan mengasihi bukan hanya kepada sesama umat Hindu melainkan terhadap
semua umat manusia, apa pun agamanyasuku bangsanya. Bahkan lebih dari itu ajaran ini bisa diterapkan terhadap alam
lingkungan sekitar termasuk cinta kasih terhadap binatang dan tumbuhan. Tetapi penerapan ini sering menimbulkan salah
persepsi, sehingga dikatakan memuja berhala ketika mereka mengasihi makhluk yang lebih rendah tingkatannya. Sebenarnya,
umat Hindu itu hanya memuja Tuhan YME dan tidak memuja yang lain, sebagaimana dijelaskan di dalam Bhagavad-gita 9.25:
“Mereka yang memuja dewa akan hidup bersama dewa, mereka yang memuja leluhur akan hidup bersama leluhur, orang yang
memuja roh-roh halus, jim, setan maka akan hidup di tengah mereka; sedangkan orang yang memuja-Ku akan hidup bersama-
Ku”. Dari ayat ini umat Hindu tidak memuja baik kepada dewa, leluhur apa lagi jim, setan, roh halus, melainkan memuja Tuhan
YME dan kembali ke alam rohani tempat tinggal Tuhan yang tidak diterangi matahari, bulan, api maupun listrik.
Di samping ajaran di atas ada pula tiga pedoman yaitu berpikir yang baik dan benar mana cika, berbicara yang baik
dan benar wacika dan berbuat yang baik dan benar kayika. Tiga pola ini yang menjadi landasan bagi umat Hindu untuk
berbuat apapun. Jadi sebelum berucap, dan bertindak, harus berpikir terlebih dahulu. Dalam kehidupan sehari-hari sudah
hati-hati saja mungkin masih ada orang lain yang merasa tersinggung, apa lagi jika berkata dan berbuat tanpa konsep
dalam benak pikiran asbun, pasti akan menimbulkan hal-hal yang tidak baik.
Bersamaan menjalin kasih sayang kepada sesama manusia, maka tidak lupa umat Hindu menghormati orang tuanya terlebih
dahulu. Orang tua wajar kita patuhi, kita hormati, kita junjung tinggi derajatnya karena mereka sudah merawat dan membesarkan
kita. Mereka sudah menumpahkan kasih sayang dengan tulus ikhlas melayani kita sewaktu masih bayi. Di tengah malam kita
64
menangis, mengompol, dsb; ibu kita bangun membersihkan, menyusui, menjaga supaya kita tidak kedinginan, tidak digigit
nyamuk, tidak menangis, dan bisa tidur nyenyak kembali.
Penghormatan juga pantas kita berikan kepada guru baik guru sejak Taman Kanak-kanak sampai guru dosen di
Perguruan Tinggi. Mereka sangat berjasa karena membuat kita dari bodoh menjadi pintar, dari belum tahu menjadi tahu,
dari tidak sadar menjadi sadar, dari belum mengerti menjadi mengerti dsb. Tanpa Guru, kita tidak akan menjadi orang yang
berwawasan luas, cenderung menjadi fanatik sehingga dapat merugikan dirinya sendiri juga merugikan keluarga, masyarakat
bangsa dan negara.
2. Harmonis dengan Lingkungan