Harmonis dengan Lingkungan Pluralisme agama dalam perspektif kesatuan.

64 menangis, mengompol, dsb; ibu kita bangun membersihkan, menyusui, menjaga supaya kita tidak kedinginan, tidak digigit nyamuk, tidak menangis, dan bisa tidur nyenyak kembali. Penghormatan juga pantas kita berikan kepada guru baik guru sejak Taman Kanak-kanak sampai guru dosen di Perguruan Tinggi. Mereka sangat berjasa karena membuat kita dari bodoh menjadi pintar, dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak sadar menjadi sadar, dari belum mengerti menjadi mengerti dsb. Tanpa Guru, kita tidak akan menjadi orang yang berwawasan luas, cenderung menjadi fanatik sehingga dapat merugikan dirinya sendiri juga merugikan keluarga, masyarakat bangsa dan negara.

2. Harmonis dengan Lingkungan

Lingkungan di sini dapat diartikan sesuatu yang berada di sekitar kita, namun lebih ditujukan kepada alam yang menjadi sumber kesejahteraan. Untuk memperoleh kesejahteraan perlu adanya sikap kreatif, konstruktif, inovatif dan dinamis. Ajaran Hindu menegaskan bahwa mengharmoniskan lingkungan dengan bekerja merupakan suatu kewajiban. “Lakukanlah tugas kewajibanmu yang telah ditetapkan, sebab melakukan demikian lebih baik dari pada tidak bekerja. Seseorang tidak dapat memelihara badan jasmaninya tanpa bekerja” Bg 3.8 Tim Penerjemah 1986:164. Dengan kata lain bagi mereka yang bermalas-malasan sebenarnya menyia-nyiakan karunia Tuhan berupa kecerdasan, pikiran, dan tenaga yang semestinya bisa dipergunakan untuk bekerja berhubungan dengan lingkungan hidupnya. Hal ini tidak akan terwujud jika seseoarng hanya senang mengemukakan gagasan, tapi tidak menjadikan tindakan, sehingga gagasan itu belum ada artinya. Oleh karena itu kemampuan generasi muda untuk membangkitkan etos kerja di dunia ini, sesungguhnya dihadang oleh tantangan, di mana tantangan tersebut harus dijawab dengan tepat. Tantangan tersebut apabila ditangani secara serius, maka akan memunculkan kemampuan profesional. 65 Kehadiran kaum profesional sudah pasti dapat ikut menentukan keberhasilan dalam proses meningkatkan kualitas hidup yang bermanfaat bagi lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Tantangan lain, betapa pun buruknya kondisi yang sedang berlangsung di negara kita, kita tetap harus patuh dan taat untuk menjaga suasana yang kondusif. Kita harus berupaya hidup tertib di rumah, di jalan raya, maupun di kampus. Dampak kemajuan iptek yang mengakibatkan adanya perubahan pesat dan mendasar di berbagai belahan dunia, dapat memacu generasi muda untuk berusaha menganalisa dan mengerjakan segala sesuatu berdasakan konsep yang tersusun secara matang dan teratur sebagai peningkatan kualitas. Namun apabila potensi pemuda tidak dikembangkan pada sasaran yang tepat, niscaya akan menimbulkan kelesuan dan frustrasi yang pada gilirannya nanti akan mengakibatkan kerusakan dan kerugian lingkungan. Lingkungan harus tetap kita pelihara, sebagaimana diungkapkan di dalam Bg 3.14: “Semua badan yang bernyawa hidup dengan makan biji-bijian, yang dihasilkan dari hujan. Hujan dihasilkan oleh pelaksanaan korban suci, dan korban suci dilahirkan dari kewajiban yang sudah ditetapkan” Tim Penerjemah, 1986: 172. Dari kutipan tersebut kita bisa mengerti ada hubungan kerjasama antara manusia dengan lingkungan alam yang saling bantu membantu. Ada semacam siklus yang serasi timbal balik antara manusia yang melakukan korban suci dengan alam yang memberi kesejahteraan. Kerjasama ini disusun sedemikian rupa oleh Tuhan agar dapat dimanfaatkan oleh manusia supaya bahagia di dunia ini dan kembali ke alam spiritual menikmati kebahagiaan sejati. Kebahagiaan manusia menikmati alam materi jika tanpa berkaitan dengan alam rohani hanyalah kebahagiaan yang semu dan membelenggu.

3. Harmonis dengan Tuhan