7 penderita pediatri dalam mgkg harus disesuaikan dengan karakteristik kinetik
masing-masing obat, usia determinan utama, keadaan penyakit, jenis kelamin pada anak pasca pubertas, dan kebutuhan individual. Bila hal-hal tersebut tidak dipahami
dengan benar, dapat mengakibatkan perawatan yang kurang efektif atau bahkan toksik Anonim, 2006a.
2.1. Absorpsi
Faktor yang mempengaruhi absorpsi obat meliputi aliran darah pada tempat pemberian seperti yang ditentukan oleh keadaan fisiologis bayi atau anak-
anak untuk obat yang diberikan secara oral, fungsi gastrointestinal yang cepat
berubah selama beberapa hari pertama setelah lahir Katzung, 1992.
Sehubungan dengan absorpsi obat yang perlu dipertimbangkan pada anak adalah terjadinya perubahan-perubahan biokimiawi dan fisiologis pada traktus
gastrointestinal. Pada 24 jam pertama kelahirankehidupan, terjadi peningkatan keasaman lambung secara menyolok. Oleh karena itu obat-obat yang terutama
dirusak oleh asam lambung pH rendah sejauh mungkin dihindari. Pengosongan lambung pada hari I dan II kehidupan relatif lambat 6-8 jam. Keadaan tersebut
berlangsung selama ± 6 bulan untuk akhirnya mencapai nilai normal seperti pada dewasa. Pada tahap tersebut obat yang absorpsi utamanya di lambung akan
diabsorpsi secara lengkap dan sempurna, sebaliknya untuk obat-obat yang diabsorpsi di intestinum efeknya menjadi sangat lambattertunda Izenberg, 2003.
Gerakan peristaltik usus bayi baru lahir relatif belum teratur, tetapi umumnya lambat, sehingga jumlah obat-obat yang diabsorpsi di intestinum sulit
8 diperkirakan. Jika peristaltik lemah maka jumlah obat yang diabsorpsi menjadi lebih
besar, yang berarti dapat memberi konsekuensi berupa efek toksik obat. Sebaliknya jika terjadi peningkatan peristaltik, misalnya pada diare, absorpsi obat cenderung
menurun oleh karena lama kontak obat pada tempat-tempat yang mempunyai permukaan absorpsi luas menjadi sangat singkat Izenberg, 2003.
2.2. Distribusi
Proses distribusi obat dalam tubuh sangat dipengaruhi oleh massa jaringan, kandungan lemak, aliran darah, permeabilitas membran, dan ikatan protein.
Obat didistribusikan secara berbeda berdasarkan sifat-sifat fisiko-kimiawinya. Komposisi tubuh pada anak selalu berubah sampai usia 12 tahun, anak-anak
mempunyai volume tubuh yang besar dibanding total berat badannya, sehingga volume distribusinya lebih besar. Volume cairan ekstrasel pada anak juga lebih tinggi
sehingga distribusi untuk obat larut air juga meningkat Guthrie, 2005. Barier darah otak pada bayi baru lahir relatif lebih permeabel. Hal itu
memungkinkan beberapa obat melintasi aliran darah otak secara mudah. Keadaan tersebut menguntungkan, misalnya pada pengobatan meningitis dengan antibiotika.
Ikatan protein plasma obat sangat kecil pada bayi neonatus dan baru mencapai nilai normal pada umur 1 tahun. Hal itu karena rendahnya konsentrasi albumin dalam
plasma dan rendahnya kapasitas albumin untuk mengikat molekul obat. Keadaan tersebut menjadi penting pada bayi malnutrisi dan hipoalbuminemia. Interaksi antara
obat dengan bilirubin pada ikatannya dengan protein plasma sangat penting diperhatikan. Bilirubin bebas dapat menembus barier darah otak pada neonatus dan
9 menyebabkan kern-ikterus. Obat-obat sulfonamida, novobiosin, diazoksida, dan
analog vitamin K dapat menggeser bilirubin dari ikatannya pada albumin plasma Guthrie, 2005.
2.3. Metabolisme