42 Analisis regimen obat dalam penelitian hanya dibatasi pada ketepatan
dosis dalam terapi antibiotik yang diresepkan, frekuensi pemberian antibiotik dalam terapi dan lama terapi.
1. Ketepatan dosis pada penggunaan antibiotik yang diresepkan
Ketepatan dosis mutlak diperlukan dalam proses terapi pasien pediatri rawat jalan, hal itu menjadi penting karena berkaitan dengan terapi pediatri yang
berbeda dengan terapi orang dewasa, oleh karena itu penyesuaian dosis untuk anak mutlak diperlukan, selain itu pada pasien rawat jalan biasanya lemah dalam
memonitor penggunaan obat yang diberikan. Dosis obat harus tepat atau sesuai diagnosis penyakit yang dialami, bila
dosis kurang akan menyebabkan efek terapi yang diharapkan tidak tercapai atau memerlukan waktu yang lebih lama untuk munculnya efek terapi, tetapi bila dosis
berlebih dapat meningkatkan kemungkinan timbulnya efek samping, reaksi obat merugikan dan terjadinya toksik bagi penderitapasien.
Ketepatan dosis dalam penelitian ditentukan berdasarkan perbandingan antara dosis antibiotika yang tercatat dalam catatan medik dengan standar dosis: Drug
information Handbook DIH, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, MIMS Indonesia 20072008, dan penghitingan dosis anak berdasarkan berat badan dan umur
anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antibiotik yang diresepkan sebanyak
86,87 tepat dosis, dan 13,13 tidak tepat dosis, ketidaktepatannya yaitu dosis
43
86.87 13.13
Tepat dosis Tidak tepat
dosis
4.06 2.84
6.23 Dosis lebih
Dosis kurang Tidak ada
keterangan
berlebih, dosis kurang dan tidak ada keterangan kekuatan dosisnya, data ini dapat di lihat dalam gambar 3. dan 4. berikut:
Sumber: data yang diolah
Gambar 3. Persentase ketepatan dosis antibiotik yang diresepkan
Sumber: data yang diolah.
Gambar 4. Persentase ketidaktepatan dosis antibiotik yang diresepkan
Hasil penelitian yang diperoleh dari 739 antibiotik yang diresepkan 642 86,87 tepat dosis dan 97 13,13 tidak tepat dosis, dari 97 antibiotik yang tidak
tepat dosis tersebut terdiri dari: 30 4,06 dengan dosis berlebih, 21 2,84 dengan dosis kurangdibawah dosis terapi, dan 46 6,23 tidak ada keterangan
kekuatan mg obat. Peresepan antibiotik yang kurang tepat dengan dosis berlebih 30 4,06
ini tidak tepat, karena dapat menimbulkan berbagai macam efek samping yaitu kemungkinan terjadinya efek toksik apabila kelebihan dosis tersebut telah melewati
batas efek toksik minimal Dwiprahasto dan Kristin, 1993. Penggunaan antibiotik dengan dosis yang kurang 21 2,84 , dapat menyebabkan terjadinya resistensi
44 kuman terhadap antibiotik, karena dosis efektif minimal antibiotik tersebut belum
tercapai sehingga akan timbul bahaya resistensi, sehingga dalam pengobatan selanjutnya akan dibutuhkan dosis yang lebih tinggi untuk infeksi oleh bakteri yang
sama Dwiprahasto dan Kristin, 1993. Penggunaan antibiotik dengan tidak ada keterangan kekuatan mg dosis
obat 46 6,23 , sehingga dosis yang harus diberikan juga tidak dapat diketahui khususnya pada sedian dalam bentuk racikan atau puyer, obat yang diracik bersama
dengan alasan apapun sebenarnya tidak dapat diterima, hal itu dikarenakan secara farmakologi terapi antibiotik bersifat kausatif dan harus diberikan dalam satu ’course
of treatment’ Dwiprahasto dan Kristin, 1993. Peresepan antibiotik tanpa menyertakan kekuatan mg dosis obat tersebut kurang tepat, maka perlu
dikomunikasikan kembali kejelasannya pada dokter yang menulis resep tersebut supaya tidak terjadi kesalahan yang fatal yang dapat membahayakan keselamatan
pasien, juga menjadi masalah bagi tenaga kesehatan yang bersangkutan. Penghitungan dosis antibiotik dalam penelitian ini dengan mengunakan
mgkg berat badan anak per hari, karena penentuan dosis untuk anak yang paling baik adalah tidak menghitung dosis menurut perbandingan dengan orang dewasa akan
tetapi disesuaikan dengan ukuran fisik anak tersebut secara individual seperti halnya pada antibiotik yang dosisnya dinyatakan dalam sekian mgkg berat badan anak per
hari Joenoes, 1998. Ketidaktepatan dosis antibiotik 97 13,13 yang diresepkan dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya efek samping obat, bila dosis yang diberikan
45 lebih tinggi atau lebih kuat akan mengakibatkan efek toksin racun, dan bisa juga
menyebabkan gangguan ginjal, tulang cepat keropos, atau gigi mudah tanggal dan sariawan, sedangkan pemberian antibiotik dengan dosis rendah dapat menyebabkan
kuman menjadi resisten Siswono, 2004. Ketepatan dan ketidaktepatan penggunaan antibiotik tersebut dapat dilihat dalam tabel IV dan tabel V berikut:
Tabel IV. Ketepatan Dosis pada Penggunaan Antibiotik yang diresepkan
Dosis No Golongan
antibiotik Nama generik
Nama dagang
- tepat + ≠ ada
keterangan 1 Antimikobakteri:
Rifampisin Isoniazid
Pirazinamida 4
267 1
100 4
3 2
β-laktam 1.a. Pinisilin
1.b. Sefalosporin Amoksisilin
Ampisilin Sefadroksil
Amoxsan Opimox
Kalmoxicilin 3
6 4
42 117
27 5
1 1
1 5
4 1
27
3 Antibiotik Kombinasi
Kotrimoksasol Bactricid
1 1
7 58
1 13
14 4 Makrolida
Eritromisin 2
11 1
1 5 Aminoglikosida
Gentamisin 3
6 Quinolon Siprofloksasin
2 1
Jumlah 21
642 30
46 Ket
- : dosis kurang, + : dosis berlebih
Tabel V. Persentase Ketidaktepatan Dosis Antibiotik yang diresepkan
No Jenis Ketidaktepatan Dosis
Jumlah Persentase
1 Tepat dosis
642 86,87
2 Dosis Berlebih
30 4,06
3 Dosis kurang
21 2,84
4 Tidak ada keterangan
46 6,23
Jumlah 739
100,00
46
98.11 1.22
0.67 Tepat
Tidak tepat Tidak ada
keterangan 98.11
1.22 0.67
Tepat Tidak tepat
Tidak ada keterangan
2. Regimen dosis penggunaan antibiotik dilihat dari frekuensi pemberian