19 1. Antibiotik bakteriostatik, antibiotik ini menghambat pertumbuhan dan
perkembangan bakteri, seperti tetrasiklin yang bekerja dengan menghambat sintesis protein bakteri.
2. Antibiotik bakterisid, antibiotik ini berefek mematikan bakteri, seperti rifampisin, polimiksin yang bekerja dengan menghambat biosintesis dinding
sel bakteri.
4. Resistensi dan efek samping
Resistensi bakteri dapat terjadi karena penggunaan antibiotik yang tidak rasional, contoh penggunaan obat yang tidak rasional antara lain: penulisan obat yang
tidak perlu, obat yang salah, obat yang tidak efektif dan obat dengan kemanjuran yang meragukan, obat efektif yang tersedia kurang digunakan, dan penggunaan obat
yang tidak benar. Dalam konferensi tenaga ahli tentang pengunaan obat rasional yang diadakan oleh WHO 1985, di Nairobi mendefinisikan penggunaan obat yang
rasional sebagai berikut: penggunaan obat yang rasional mensyaratkan bahwa pasien menerima obat-obat yang sesuai dengan kebutuhan klinik mereka, dalam dosis yang
memenuhi kebutuhan individu mereka sendiri, untuk periode waktu yang memadai, dan pada harga terendah untuk mereka dan masyarakat Siregar, 2006.
Istilah penggunaan obat yang rasional dalam kontek biomedis mencakup kriteria berikut Siregar, 2005 :
a. obat yang benar b. indikasi yang tepat, yaitu alasan menulis resep didasarkan pada pertimbangan
medis yang baik
20 c. obat yang tepat, mempertimbangkan kemanjuran, keamanan, kecocokan pada
pasien, dan harga d. dosis, pemberian, dan durasi pengobatan yang tepat
e. pasien yang tepat, tidak ada kontraindikasi dan kemungkian reaksi merugikan adalah minimal
f. kepatuhan pasien terhadap obat
Menurut Sjabana 2006, penggunaan antibiotik secara rasional harus:
a. tepat indikasi baik profilaksis, maupun terapeutik secara empiris: data epidemiologis bakteri maupun secara terarah efektif, aman, spektrum sempit
b. tepat penderita c. tepat obat
d. tepat dosis e. waspada terhadap adverse effect AE atau kejadian yang tidak diinginkan, efek
samping obat. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional irrational use of drugsIRUD
dapat menyebabkan terjadinya resistensi bakteri. Dari berbagai studi, bentuk utama irrational use of drugsIRUD Purnamawati 2008, adalah:
a. pemberian beberapa obat sekaligus pada saat yang bersamaan pada kondisi yang tidak memerlukan beberapa obat tersebut. Salah satu contohnya yaitu: polifarmasi
pemberian puyerracikan yang berisikan beberapa obat sekaligus untuk anak-
21 anak dengan gangguan kesehatan ringan harian seperti demam, batuk-pilek, atau
diare. b. pemberian antibiotika yang berlebihan
c. pemberian steroid yang berlebihan d. tingginya tingkat pemakaian obat non generik
e. tingginya tingkat pemakaian obat injeksi f. tingginya tingkat pemakaian obat yang sebenarnya tidak dibutuhkanoff label
use, yang termasuk dalam kategori off label use adalah pemberian antibiotik untuk infeksi virus seperti diare akut dan ISPA, pemberian steroid untuk batuk,
pilek, pemberian suplemen, vitamin, antihistamin untuk common coldsflu, bronkodilator untuk batuk pada ISPA.
Resistensi adalah ketahanan mikroba terhadap antibiotik tertentu berupa resistensi alamiah, resistensi karena adanya mutasi spontan resistensi kromosomal
dan resisensi karena adanya faktor R pada sitoplasma resistensi ekstrakromosal atau resistensi karena pemindahan gen yang resisten atau plasmidresistensi silang
Wattimena, 1991. Resistensi sel mikroba adalah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroba oleh suatu antibiotik. Resisten dibagi dalam tiga kelompok
Katzung, 1992, yaitu: a Reistensi genetik, dengan mutasi spontan gen mikroba berubah, sehingga mikroba
yang sensitif terhadap suatu antibiotika menjadi resisten. b Resistensi non genetik, bakteri dalam keadaan istirahat bila bakteri aktif lagi
maka akan sensitif lagi
22 c Resistensi silang, keadaan resisten terhadap antibiotik tertentu yang juga
memperlihatkan resistensi terhadap antibiotik lain. Resistensi bakteri terhadap antibiotik membawakan masalah tersediri yang
dapat menggagalkan terapi dengan antibiotik. Resistensi dapat merupakan masalah individu dan epidemiologik Wattimena, 1991.
Penyebab timbulnya resistensi antibiotika yang terutama adalah karena penggunaan antibiotika yang tidak tepat, tidak tepat sasaran, dan tidak tepat dosis.
Tidak tepat sasaran, salah satunya yaitu pemberian antibiotika pada pasien yang bukan menderita penyakit infeksi bakteri. Walaupun menderita infeksi bakteri,
antibiotika yang diberikan pun harus dipilih secara seksama, tidak semua antibiotika ampuh terhadap bakteri tertentu. Setiap antibiotika mempunyai daya bunuh terhadap
bakteri yang berbeda-beda, karena itu, antibiotika harus dipilih dengan seksama. Ketepatan dosis sangat penting diperhatikan, tidak tepat dosis dapat menyebabkan
bakteri tidak terbunuh, bahkan justru dapat merangsangnya untuk membentuk turunan yang lebih kuat daya tahannya sehingga resisten terhadap antibiotika
Anonim , 2006b Terdapat banyak Mekanisme yang menyebabkan mikroorganisme bisa
menunjukan resistensi terhadap obat-obatan antara lain: mikroorganisme menghasilkan enzim yang merusak obat aktif, mikroorganisme merubah
permeabilitasnya terhadap obat, mikroorganisme mengembangkan suatu perubahan struktur sasaran bagi obat, mikroorganisme mengembangkan perubahan lintasan
metabolisme yang memintas reaksi yang dihambat oleh obat tersebut, dan
23 mikroorganisme mengembangkan suatu enzim yang telah berubah namun masih tetap
dapat melakukan fungsi metabolismenya walaupun jauh berkurang dipergunakan oleh
obat dari pada enzim di dalam kuman yang rentan Katzung, 1992.
Setiabudy dan Gan 1995 membagi efek samping antibiotika menjadi tiga kelompok yaitu:
a Reaksi alergi, ditimbulkan oleh semua antibiotik dengan melibatkan sistem imun tubuh, terjadinya tidak tergantung pada besarnya dosis obat, manifestasi gejala
dan derajad beratnya reaksi dapat bervariasi. b Reaksi idiosinkrasi, merupakan reaksi yang normal yang diturunkan secara
genetik terhadap pemberian antibiotik tertentu. c Perubahan biologik dan metabolik, pada tubuh hospes baik yang sehat atau yang
menderita infeksi, terdapat populasi mikroflora normal dengan keseimbangan ekologi populasi mikroflora tersebut biasanya tidak menunjukan sifat pathogen.
Penggunaan antibiotika terutama untuk yang berspektrum luas dapat menggangu keseimbangan ekologi mikroflora sehingga jenis mikroba meningkat
jumlah populasinya dan bisa menjadi pathogen Wattimena, 1991 Dampak negatif pemberian antibiotik yang berlebihan dan tidak bijaksana
adalah terbunuhnya “kuman baik” yang ada di dalam tubuh. Tempat yang semula ditempati kuman baik menjadi vakum dan kekosongan tersebut diisi oleh kuman
“jahat” atau oleh jamur, kondisi ini disebut sebagai “superinfection” Nisa, 2007.
24
C. RSU. Panti Bhaktiningsih, Godean, Klepu, Yogyakarta
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan
personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik modern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk
pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik Yunisa, 2008 Menurut keputusan menteri kesehatan republik Indonesia nomor:
983MenkesSKXI1992, tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya
penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan.
Rumah sakit umum mempunyai empat fungsi dasar, antara lain pelayanan penderita, pendidikan dan pelatihan, penelitian serta kesehatan masyarakat Yunisa, 2008
RSU. Panti Bhaktiningsih terletak di sebelah selatan Yogyakarta, sebelah selatan berbatasan dengan dengan kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul, sebelah
utara berbatasan dengan sungai progo Kabupaten Kulon progo, sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Gamping dan kecamatan Mlatikabupaten Sleman
Emirentiana,1996. Pada tanggal 16 Juli 1969 didirikan suatu Yayasan Kesejahteraan Kesahatan Rakyat YKKR Santo Fransiskus, Klepu, yang mengelola poliklinik dan
ruamah bersalin sebagai wujud dan tanggapan atas kebutuhan masyarakat disekitar dalam meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan Siyam, 1996