5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori Belajar Konstruktivistik
Konstruktivisme adalah filosofi pembelajaran yang dilandasi premis bahwa dengan merefleksikan pengalaman, kita membangun,
mengkonstruksi pengetahuan, pemahaman kita tentang usia tempat kita hidup Suyono dan Haryanto, 2011: 105.
Belajar menurut konstruktivis
dapat dirumuskan sebagai
penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkret, melalui aktivitas kolaboratif, refleksi
dan interpretasi. Aktivitas
yang demikian memungkinkan si pembelajar memiliki pemahaman yang berbeda
terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya. Pembelajaran merupakan aktivitas
pengaturan lingkungan agar terjadi proses belajar, yaitu interaksi si pembelajar dengan lingkungannya Khodijah, 2014: 80-81.
B. Teori Konstruktivisme Sosial
Teori sosiocultural
Vygotsky menekankan
pentingnya perkembangan kecerdasanintelegensi melalui kultur atau masyarakat.
Perkembangan individu terjadi melalui dua tahap, yaitu dimulai dengan pertukaran sosial antarpribadi interaksi dengan lingkungan sosial,
kemudian terjadi internalisasi intrapersonal. Keterampilan individu dapat dikembangkan melalui interaksi individu dengan bantuan atau bimbingan
orang dewasa guru dan kolaborasi dengan teman sebaya Thalib, 2010: 96.
C. Zone of Proximal Development ZPD
Vygotsy dalam Yohanes, 2010: 129 mengemukakan konsep tentang Zone of Proximal Development ZPD yang dapat diartikan
sebagai Daerah Perkembangan Terdekat. Vygotsy yakin bahwa pembelajaran terjadi apabila siswa bekerja atau belajar menangani tugas-
tugas atau masalah kompleks yang masih dalam jangkauan kognitif siswa atau tugas-tugas tersebut berada dalam Daerah Perkembangan Terdekat
Zone of Proximal Development. Vygotsky 1978 mendefinisikan Zone of Proximal Development sebagai berikut:
Zone of Proximal Development is the distance between the actual developmental level as determined by independent problem solving
and the level of potential development as determined through problem solving under adult guidance or collaboration with more
capable peers. Zone of Proximal Development ZPD adalah jarak antara perkembangan
aktual, seperti yang nampak dalam pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial, seperti yang ditunjukan dalam
pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau dengan bekerja sama dengan teman sebaya yang lebih mampu.
Menurut Tharp Gallimore dalam Yohanes, 2010: 131-132, tingkat perkembangan ZPD DPT terdiri atas empat tahap, yaitu:
Tahap Pertama: More Dependence to Others Stage
Tahapan dimana kinerja anak mendapat banyak bantuan dari pihak lain, seperti teman-teman sebayanya, orang tua, guru, masyarakat, ahli,
dan lain-lain. Dari sinilah muncul model pembelajaran kooperatif atau kolaboratif dalam mengembangkan kognisi anak secara konstruktif.
Tahap Kedua: Less Dependence External Assistence Stage
Tahap dimana kinerja anak tidak lagi terlalu banyak mengharapkan bantuan dari pihak lain, tetapi lebih kepada self assistance, lebih banyak
anak membantu dirinya sendiri.
Tahap Ketiga: Internalization and Automatization Stage
Tahap dimana kinerja anak sudah lebih terinternalisasi secara otomatis. Kasadaran akan pentingnya pengembangan diri dapat muncul
dengan sendirinya tanpa paksaan dan arahan yang lebih besar dari pihak lain. Walaupun demikian, anak pada tahap ini belum mencapai
kematangan yang sesungguhnya dan masih mencari identitas diri dalam upaya mencapai kapasitas diri yang matang.
Tahap Keempat: De-automatization Stage
Tahap dimana kinerja anak mampu mengeluarkan perasaan dari kalbu, jiwa, dan emosinya yang dilakukan secara berulang-ulang, bolak-
balik, recursion. Pada tahap ini, keluarlah apa yang disebut dengan de automatisation sebagai puncak dari kinerja sesungguhnya.
Gambar 1. 4 tahap perkembangan ZPD Tharp Gallimore, 1998 : 35
D. Scaffolding