Pengembangan pemahaman siswa kelas XF di SMA N 1 Depok tentang listrik dinamis berdasarkan identifikasi zone of proximal development siswa.
vii ABSTRAK
Afriani Neriyanti Mada. 2016. Pengembangan Pemahaman Siswa Kelas XF di SMA N 1 Depok tentang Listrik Dinamis Berdasarkan Identifikasi Zone of Proximal Development Siswa. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pemahaman awal siswa tentang Listrik Dinamis sebelum proses pembelajaran, (2) mengetahui profil Zone of Proximal Development siswa tentang Listrik Dinamis, (3) mengetahui pemahaman akhir siswa tentang listrik dinamis setelah pembelajaran yang dirancang berdasarkan Zone of Proximal Development.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2016. Dengan subyek penelitian adalah siswa kelas Xf di SMA N 1 Depok Yogyakarta. Pengumpulan data penelitian ini dengan melakukan (1) pretest, (2) Wawancara, (3) posttest, (4) Wawancara akhir pembelajaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pemahaman awal siswa secara keseluruhan masih berada dalam kategori rendah. Berdasarkan hasil tersebut dapat ditentukan letak ZPD siswa sebagai acuan dalam merancang pembelajaran.
(2)
8 ABSTRACT
Afriani Neriyanti Mada. 2016. The Development of Understanding Student about Dinamic Electricity based on Zone of Proximal Development (ZPD) identification of 10th grader students of SMA N 1 Depok, Yogyakarta. Physics Education Study Program. Departement of Mathematics and Science Education. The Faculty of Education and Teacher Training. Sanata Dharma University Yogyakarta.
The purposed of this reseach are (1) to determine the initial understanding of students about the Dinamic Electricity before the learning process, (2) to identify the profil of Zone Proximal of Development students about Dinamic Electricity, (3) to determine the student’s final understanding of Dinamic Electricity after learning that are designed based on the Zone of Proximal Development.
This research is conducted on Februari – Mei 2016. The subject of research is
students of class XF in Senior High School Depok Babarsari, Yogyakarta. The research data collection is done with (1) pretest, (2) interview pre learning, (3) posttest, (4) interview the end of learning.
The result of this research shows that the initial understanding of the students is stil in the low category. According to the result of this research, it can be determined that the ZPD’s Location of students as a reference in designing learning.
(3)
i
Pengembangan Pemahaman Siswa Kelas XF di SMA N 1 Depok tentang Listrik Dinamis Berdasarkan Identifikasi
Zone of Proximal Development Siswa
SKRIPSIal Judul
I. ALAMA
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh: Afriani Neriyanti Mada
NIM: 121424051
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
(5)
iii
(6)
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Aku sekali- kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali- kali tidak akan meninggalkan engkau.
(Ibrani 13 : 5b)
Kupersembahkan Sepenuhnya Karyaku untuk : Tuhan Yesus Sobat setiaku
Almarhum Bapak Tercinta dan Ibunda Tersayang Kakak dan Adikku yang selalu menjadi penyemangatku
(7)
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 27 Juli 2016 Penulis,
(8)
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta :
Nama : Afriani Neriyanti Mada NIM : 121424051
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul: PENGEMBANGAN PEMAHAMAN SISWA KELAS XF DI SMA N 1 DEPOK TENTANG LISTRIK DINAMIS BERDASARKAN IDENTIFIKASI ZONE OF PROXIMAL DEVELOPMENT SISWA beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 27 Juli 2016 Yang menyatakan
(9)
vii ABSTRAK
Afriani Neriyanti Mada. 2016. Pengembangan Pemahaman Siswa Kelas XF di SMA N 1 Depok tentang Listrik Dinamis Berdasarkan Identifikasi Zone of Proximal Development Siswa. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pemahaman awal siswa tentang Listrik Dinamis sebelum proses pembelajaran, (2) mengetahui profil Zone of Proximal Development siswa tentang Listrik Dinamis, (3) mengetahui pemahaman akhir siswa tentang listrik dinamis setelah pembelajaran yang dirancang berdasarkan Zone of Proximal Development.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2016. Dengan subyek penelitian adalah siswa kelas Xf di SMA N 1 Depok Yogyakarta. Pengumpulan data penelitian ini dengan melakukan (1) pretest, (2) Wawancara, (3) posttest, (4) Wawancara akhir pembelajaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pemahaman awal siswa secara keseluruhan masih berada dalam kategori rendah. Berdasarkan hasil tersebut dapat ditentukan letak ZPD siswa sebagai acuan dalam merancang pembelajaran.
(10)
viii ABSTRACT
Afriani Neriyanti Mada. 2016. The Development of Understanding Student about Dinamic Electricity based on Zone of Proximal Development (ZPD) identification of 10th grader students of SMA N 1 Depok, Yogyakarta. Physics Education Study Program. Departement of Mathematics and Science Education. The Faculty of Education and Teacher Training. Sanata Dharma University Yogyakarta.
The purposed of this reseach are (1) to determine the initial understanding of students about the Dinamic Electricity before the learning process, (2) to identify the profil of Zone Proximal of Development students about Dinamic Electricity, (3) to determine the student’s final understanding of Dinamic Electricity after learning that are designed based on the Zone of Proximal Development.
This research is conducted on Februari – Mei 2016. The subject of
research is students of class XF in Senior High School Depok Babarsari, Yogyakarta. The research data collection is done with (1) pretest, (2) interview pre learning, (3) posttest, (4) interview the end of learning.
The result of this research shows that the initial understanding of the students is stil in the low category. According to the result of this research, it can be determined that the ZPD’s Location of students as a reference in designing learning.
(11)
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul “Pengembangan Pemahaman Siswa Kelas XF di SMA N 1 Depok tentang Listrik Dinamis Berdasarkan Identifikasi Zone of Proximal Development Siswa”, disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini terwujud atas bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak yang telah berkenan membimbing dan memberi petunjuk serta motivasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih setulus- tulusnya kepada:
1. Bpk. Tarsius Sarkim selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan dan pengarahan selama penelitian sampai penyusunan skripsi ini.
2. Bpk. Drs. Maskur selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Depok yang bersedia memberikan ijin peneliti melakukan penelitian di sekolah, serta membantu kelancaran dalam proses penelitian.
3. Ibu Dra. Dyah Saraswati selaku guru bidang studi fisika di SMA N 1 Depok yang telah membimbing dan membantu dalam penelitian.
4. Semua Dosen di Pendidikan Fisika yang sudah memberikan ilmu dan teladan yang sangat baik, serta memberikan motivasi yang tinggi dalam hidup saya.
5. Alm. Bapak, mama, kaka dan adik buat cinta dan kasihnya yang selalu mendukung dan menjadi penyemangat peneliti dalam mengerjakan skripsi ini.
6. Brigita dan Ratna teman skripsiku yang selalu setia menemani dan mendukung, serta berbagi suka dan duka.
7. Teman- teman saya Ririn, Neneng, Rolin, Lia, Asnat, Kak Ineke yang selalu menemani serta membantu saya selama ini.
8. Siswa kelas XF SMA N 1 Depok Babarsari yang sudah bersedia bekerja sama dari awal penelitian sampai akhir penelitian.
9. Teman- Teman Pendidikan Fisika 2012 buat dinamika selama 4 tahun. 10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dan semangatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
(12)
x
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB 1 ... 1
PENDAHULUAN ... 1
A. LATAR BELAKANG ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan penelitian ... 4
D. Kegunaan Penelitian ... 4
BAB II... 5
LANDASAN TEORI ... 5
A. Teori Belajar Konstruktivistik ... 5
B. Teori Konstruktivisme Sosial... 5
C. Zone of Proximal Development (ZPD) ... 6
D. Scaffolding ... 8
E. Peran Guru ... 9
F. Metode Pembelajaran Fisika ... 10
a. Metode Eksperimen ... 10
b. Diskusi- Presentasi ... 10
(13)
xi
BAB III ... 17
METODOLOGI PENELITIAN ... 17
A. Jenis Penelitian ... 17
B. Partisipan Penelitian ... 17
C. Design Penelitian ... 18
D. Waktu dan Tempat penelitian ... 18
E. Treatment ... 19
F. Instrumen Penelitian ... 19
G. Metode Pengumpulan Data ... 29
H. Metode Analisis data ... 30
1. Data Kuantitatif ... 30
2. Data Kualitatif ... 33
BAB IV ... 35
DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN ... 35
A. Data... 35
A.1 Deskriptif Pelaksanaan Penelitian ... 35
A.2 Pretest ... 36
A.3 Wawancara Pra Pembelajaran ... 37
A.4 Posttest ... 37
A.5 Wawancara Setelah Pembelajaran ... 39
B. Analisis Data dan Pembahasan ... 39
B.1 Hasil Pretest ... 39
B.2 Wawancara Pra Pembelajaran ... 45
B.3 Pemahaman Awal ... 56
B. 4 Zone of Proximal Development dan Pembelajarannya ... 56
B.5 Hasil Posttest ... 61
B.6 Wawancara Setelah Pembelajaran ... 65
B.7 Analisis SPSS ... 74
BAB V ... 75
PENUTUP ... 75
(14)
xii
(15)
xiii
Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Ketercapaian Butir Soal ... 28
Tabel 3. Klasifikasi Tingkat Pemahaman Awal Siswa ... 28
Tabel 4. Langkah Pengumpulan Data ... 29
Tabel 5. Analisis Pretest ... 30
Tabel 6. Analisis Posttest ... 30
Tabel. 7 Klasifikasi Pemahaman Awal Siswa ... 31
Tabel. 8 Klasifikasi Penilaian Butir Soal Pretest ... 31
Tabel. 9 Klasifikasi Pemahaman Akhir Siswa ... 32
Tabel. 10 Klasifikasi Penilaian Butir Soal posttest ... 32
Tabel. 11 Analisis Wawancara Pra Pembelajaran ... 34
Tabel. 12 Analisis Wawancara akhir ... 34
Tabel 13. Analisis Hasil Pretest ... 36
Tabel 14. Analisis Hasil Posstest ... 37
Tabel 15. Klasifikasi Penilaian Pemahaman Awal Siswa ... 40
Tabel 16. Klasifikasi Penilaian Butir Soal Pretest ... 41
Tabel 17. Analisis Pretest dan Wawancara Pra Pembelajaran ... 46
Tabel 18. Klasifikasi Pemahaman Akhir Siswa ... 63
Tabel 19. Klasifikasi Penilaian Butir Soal Posttest ... 64
(16)
xiv
Gambar 2. Peta konsep Listrik Dinamis ... 13
(17)
xv
LAMPIRAN 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ... 80
LAMPIRAN 3 SOAL PRETEST DAN POSTTEST ... 93
LAMPIRAN 4 NILAI HASIL JAWABAN PRETEST SISWA ... 99
LAMPIRAN 5 NILAI HASIL JAWABAN POSTTEST SISWA ... 100
LAMPIRAN 6 TRANSKIP WAWANCARA PRA PEMBELAJARAN ... 101
LAMPIRAN 7 TRANSKIP WAWANCARA AKHIR PEMBELAJARAN ... 129
(18)
1 BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Konstruktivisme adalah salah satu teori pembelajaran yang baik digunakan dalam pembelajaran. Teori konstruktivisme menjelaskan bahwa pengetahuan seseorang adalah bentukan (konstruksi) dari orang itu sendiri. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruktisi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Seseorang membentuk skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan (Piaget dalam Suparno, 2001).
Pemahaman tentang teori konstruktivisme dapat mudah dipahami, namun dalam penggunaan teori konstruktivisme ini tidaklah mudah. Dalam hal ini guru kesulitan dalam mengetahui bagaimana pemahaman awal yang dimiliki siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya.
Dalam teori konstruktivisme, siswa membangun pengetahuannya sendiri secara aktif. Disini guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam membantu siswa memahami suatu ilmu pengetahuan.
Guru harus bisa mengenali dimana Zone of proximal development siswa, dengan demikian guru dapat mengatur langkah- langkah atau bantuan yang diberikan kepada siswa berdasarkan identifikasi Zone of Proximal Development siswa.
(19)
Pemahaman awal yang dimiliki siswa menjadi sangat penting diketahui oleh seorang guru. Dengan demikian, seorang guru dapat dengan mudah memantau perkembangan belajar peserta didik dan sekaligus menjadi ukuran seorang guru dalam melanjutkan materi.
Dalam proses pembelajaran pemahaman awal siswa dapat di ketahui oleh guru dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang berkaitan dengan suatu konsep. Pertanyaan yang diajukan harus bisa menggali pengetahuan peserta didik terhadap suatu konsep.
Menurut Vygotsky, interaksi sebaya, perancah (scaffolding), dan modeling merupakan faktor penting yang memfasilitasi perkembangan kognitif dan pemerolehan pengetahuan individu (Thalib, 2010:95). Dengan demikian interaksi antar teman sebaya juga merupakan hal yang penting bagi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya. Metode kooperatif eksperimen merupakan metode yang melibatkan interaksi antar siswa/ teman sebaya. Pada interaksi ini diharapkan siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Oleh karena itu peneliti ingin melaksanakan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengembangan pemahaman siswa kelas XF di SMA N 1 Depok tentang Listrik Dinamis berdasarkan identifikasi Zone of Proximal Development siswa.
(20)
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pemahaman awal siswa tentang Listrik Dinamis sebelum pembelajaran ?
2. Bagaimanakah profil Zone of Proximal Development siswa tentang Listrik Dinamis?
3. Bagaimanakah pemahaman akhir siswa tentang Listrik Dinamis setelah pembelajaran yang dirancang berdasarkan Zone of Proximal Development siswa?
(21)
C. Tujuan penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang ingin diteliti di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pemahaman awal siswa tentang Listrik Dinamis sebelum pembelajaran.
2. Mengetahui profil Zone of Proximal Development siswa tentang Listrik Dinamis.
3. Mengetahui pemahaman akhir siswa tentang Listrik Dinamis setelah pembelajaran yang dirancang berdasarkan Zone of Proximal Development siswa.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi guru dan calon guru
Guru dan calon guru dapat menyadari betapa pentingnya mengetahui Zone of Proximal Development siswa, dalam merancang suatu pembelajaran yang efektif.
2. Bagi peneliti
Dapat dimanfaatkan sebagai latihan dan cara untuk mengetahui Zone of Proximal Development siswa sebagai acuan dalam merancang pembelajaran yang tepat, sehingga dapat mengembangkan pemahaman yang sudah dimiliki siswa.
(22)
5 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Belajar Konstruktivistik
Konstruktivisme adalah filosofi pembelajaran yang dilandasi premis bahwa dengan merefleksikan pengalaman, kita membangun, mengkonstruksi pengetahuan, pemahaman kita tentang usia tempat kita hidup (Suyono dan Haryanto, 2011: 105).
Belajar menurut konstruktivis dapat dirumuskan sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkret, melalui aktivitas kolaboratif, refleksi dan interpretasi. Aktivitas yang demikian memungkinkan si pembelajar memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya. Pembelajaran merupakan aktivitas pengaturan lingkungan agar terjadi proses belajar, yaitu interaksi si pembelajar dengan lingkungannya (Khodijah, 2014: 80-81).
B. Teori Konstruktivisme Sosial
Teori sosiocultural Vygotsky menekankan pentingnya perkembangan kecerdasan/intelegensi melalui kultur atau masyarakat. Perkembangan individu terjadi melalui dua tahap, yaitu dimulai dengan pertukaran sosial antarpribadi (interaksi dengan lingkungan sosial),
(23)
kemudian terjadi internalisasi intrapersonal. Keterampilan individu dapat dikembangkan melalui interaksi individu dengan bantuan atau bimbingan orang dewasa (guru) dan kolaborasi dengan teman sebaya (Thalib, 2010: 96).
C. Zone of Proximal Development (ZPD)
Vygotsy (dalam Yohanes, 2010: 129) mengemukakan konsep tentang Zone of Proximal Development (ZPD) yang dapat diartikan sebagai Daerah Perkembangan Terdekat. Vygotsy yakin bahwa pembelajaran terjadi apabila siswa bekerja atau belajar menangani tugas-tugas atau masalah kompleks yang masih dalam jangkauan kognitif siswa atau tugas-tugas tersebut berada dalam Daerah Perkembangan Terdekat (Zone of Proximal Development). Vygotsky (1978) mendefinisikan Zone of Proximal Development sebagai berikut:
Zone of Proximal Development is the distance between the actual developmental level as determined by independent problem solving and the level of potential development as determined through problem solving under adult guidance or collaboration with more capable peers.
Zone of Proximal Development (ZPD) adalah jarak antara perkembangan aktual, seperti yang nampak dalam pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial, seperti yang ditunjukan dalam pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau dengan bekerja sama dengan teman sebaya yang lebih mampu.
(24)
Menurut Tharp & Gallimore (dalam Yohanes, 2010: 131-132), tingkat perkembangan ZPD (DPT) terdiri atas empat tahap, yaitu:
Tahap Pertama: More Dependence to Others Stage
Tahapan dimana kinerja anak mendapat banyak bantuan dari pihak lain, seperti teman-teman sebayanya, orang tua, guru, masyarakat, ahli, dan lain-lain. Dari sinilah muncul model pembelajaran kooperatif atau kolaboratif dalam mengembangkan kognisi anak secara konstruktif. Tahap Kedua: Less Dependence External Assistence Stage
Tahap dimana kinerja anak tidak lagi terlalu banyak mengharapkan bantuan dari pihak lain, tetapi lebih kepada self assistance, lebih banyak anak membantu dirinya sendiri.
Tahap Ketiga: Internalization and Automatization Stage
Tahap dimana kinerja anak sudah lebih terinternalisasi secara otomatis. Kasadaran akan pentingnya pengembangan diri dapat muncul dengan sendirinya tanpa paksaan dan arahan yang lebih besar dari pihak lain. Walaupun demikian, anak pada tahap ini belum mencapai kematangan yang sesungguhnya dan masih mencari identitas diri dalam upaya mencapai kapasitas diri yang matang.
Tahap Keempat: De-automatization Stage
Tahap dimana kinerja anak mampu mengeluarkan perasaan dari kalbu, jiwa, dan emosinya yang dilakukan secara berulang-ulang, bolak-balik, recursion. Pada tahap ini, keluarlah apa yang disebut dengan de automatisation sebagai puncak dari kinerja sesungguhnya.
(25)
Gambar 1. 4 tahap perkembangan ZPD (Tharp & Gallimore, 1998 : 35) D. Scaffolding
Rudi (2010: 131) menjelaskan bahwa scaffolding adalah pemberian bantuan (tuntunan) yang dapat mendukung siswa lebih kompeten dalam usahanya menyelesaikan tugas di daerah jangkauan kognitifnya. Scaffolding ini dapat berupa penyederhanaan tugas, memberikan petunjuk kecil mengenai apa yang harus dilakukan siswa, pemberian model prosedur penyelesaian tugas, menunjukkan kepada siswa apa saja yang telah dilakukannya dengan baik, pemberitahuan kekeliruan yang dilakukan siswa dalam langkah pengerjaan tugas, dan menjaga agar rasa frustasi siswa masih berada pada tingkat yang masih dapat ditanggungnya. Scaffolding dari Vygotsky berbeda dengan sistem pembelajaran yang menggunakan modul yang telah diterapkan di Indonesia saat ini.
(26)
Scaffolding mengacu kepada kegiatan guru dalam membimbing kegiatan belajar anak (Thalib, 2010: 96)
E. Peran Guru
Dalam pendekatan konstruktivisme sosial, instruktur lebih berperan sebagai fasilitator dari pada sebagai guru menurut pengertian konvensional. Jika seorang guru menyampaikan materinya dengan ceramah didaktis yang menyangkut pokok bahasan, maka fasilitator membantu siswa untuk memperoleh pemahamannya sendiri terhadap suatu pokok bahasan.
Bila dalam model pembelajaran lama pembelajar berperan secara pasif, sedangkan dalam paradigma baru pembelajar memegang peran aktif dalam pembelajaran. Perubahan ini mengakibatkan fasilitator harus menunjukkan keterampilan yang berbeda dari seorang guru. Jika guru berceramah, maka seorang fasilitator akan bertanya. Jika guru menyediakan jawaban, maka seorang fasilitator akan menyediakan bimbingan serta menciptakan suasana yang kondusif bagi siswa untuk sampai pada simpulannya sendiri. Jika pembelajaran guru secara monolog, maka seorang fasilitator mengakomodasi adanya dialog yang kontinyu dengan siswa.
(27)
F. Metode Pembelajaran Fisika a. Metode Eksperimen
Pelaksanaan metode ilmiah dalam suatu proses pembelajaran FISIKA di kelas dapat dilakukan dengan metode eksperimen. Metode eksperimen yang dilaksanakan oleh peserta didik level SMA berada pada level pembuktian suatu teori, meskipun tidak menutup kemungkinan, seorang peserta didik level SMA dapat menemukan suatu fakta baru tentang fenomena gejala alam.
Metode eksperimen bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik dalam menemukan dan memahami suatu konsep atau teori FISIKA yang sedang dipelajari. Kemampuan berpikir peserta didik dimulai dengan adanya pertanyaan apa, mengapa, kapan, dimana, dan bagaimana suatu fenomena alam terjadi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat diberikan oleh guru sebagai stimulus untuk melaksanakan eksperimen, tetapi juga dapat berasal dari peserta didik akibat melihat fenomena yang mereka jumpai.
b. Diskusi- Presentasi
Metode diskusi-presentasi merupakan cara pencapaian tujuan pembelajaran FISIKA dengan komunikasi interaktif dalam penyampaian ide atau pendapat dalam suatu forum ilmiah untuk membahas suatu permasalahan FISIKA. Metode diskusi-presentasi diaplikasikan dalam proses pembelajaran FISIKA untuk :
(28)
ii. Mendorong peserta didik mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
iii. Mendorong peserta didik menyumbangkan buah pikirnya untuk memecahkan masalah bersama.
iv. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.
Kelebihan metode diskusi-presentasi antara lain :
1. Menyadarkan peserta didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan.
2. Menyadarkan peserta didik bahwa dengan berdiskusi, mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
3. Membiasakan peserta didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi.
4. Menanamkan karakter kooperatif atau mau bekerja sama dengan orang lain.
Kelemahan metode diskusi-presentasi antara lain :
1. Metode diskusi tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar atau kelas dengan jumlah yang besar.
(29)
3. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara/agresif sehingga peserta didik yang cenderung pendiam/nonassertive mempunyai kesempatan yang terbatas dalam menyampaikan ide/gagasan.
Metode diskusi memberikan kesempatan peserta didik menyampaikan ide atau gagasan menurut apa yang mereka ketahui. Guru dapat mengetahui sejauh mana konsep yang telah dipahami oleh peserta didik ketika menyampaikan ide atau gagasan. Guru juga dapat mengetahui salah konsep yang dimiliki peserta didik dari metode diskusi. Proses pembelajaran FISIKA yang menggunakan metode ini dapat mengubah paradigma teacher center menjadi student center dan mendorong peserta didik membangun pengetahuan FISIKA, sikap ilmiah dan perilaku /karakter kooperatif ( Wisudawati, Asih Widi, 2014: 146 – 148 ).
(30)
G. Listrik Dinamis
Listrik Dinamis mempelajari tentang muatan- muatan listrik bergerak, yang menyebabkan munculnya arus listrik.
Gambar 2. Peta konsep Listrik Dinamis diukur dengan
Resistor
Amperemeter Voltmeter Waltmeter
Kuat Arus Tegangan Daya
Tegangan pada tiap komponen sama
Hukum ohm
Hukum I Kirchhoff
Hukum II Kirchhoff
Kuat arus yang melalui tiap komponen sama Paralel
RANGKAIAN LISTRIK ARUS
SEARAH
Seri Diukur dengan
Diukur dengan
Berkaitan dengan besaran Dihambat oleh
(31)
1. Hukum I Kirchhoff tentang arus
“ Pada rangkaian listrik yang bercabang, jumlah kuat arus yang masuk pada suatu titik cabang sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik cabang itu”.
Σ Imasuk = Σ Ikeluar 2. Susunan Seri- Paralel Penghambat listrik
a. Susunan Seri penghambat listrik
Penghambat- penghambat listrik, misalnya beberapa lampu pijar dapat disusun seri. Dalam susunan seri, kuat arus yang melalui tiap- tiap penghambat adalah sama besarnya.
b. Susunan paralel penghambat – penghambat listrik
Komponen- komponen listrik disebut disusun paralel jika komponen- komponen tersebut dihubungkan sedemikian sehingga tegangan pada ujung tiap- tiap komponen sama besarnya.
3. Hukum II Kirchhoff tentang tegangan
“ Jumlah aljabar tegangan yang mengelilingi suatu rangkaian tertutup (loop) sama dengan nol.”
Σ V = 0 4. Ggl dan tegangan jepit baterei
a. Ggl ε adalah tegangan antara kedua kutub baterai ketika baterai tidak terbeban ( tidak mensuplai arus).
b. Tegangan jepit V adalah tegangan jepit antar kedua kutub baterai jika baterai berbeban.
(32)
H. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan, terdapat penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu:
Skripsi yang ditulis oleh Gandha Setiawan, Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun 2015, dengan judul Pemahaman Siswa Tentang Konsep Usaha dan Energi: Sebuah Studi Kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pemahaman siswa tentang konsep usaha dan energi. Hasil dari penelitian ini diungkapkan bahwa terdapat perubahan pemahaman setelah partisipan diberi pertanyaan baru yang mengarah pada suatu konsep. Pada skripsi Gandha Setiawan lebih memfokuskan pada perubahan pemahaman melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada suatu konsep. Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan selain mengetahui perubahan pemahaman partisipan, peneliti juga ingin mengenal letak Zone of Proximal Development partisipan.
I. Kerangka Pemikiran
Teori konstruktivisme menjelaskan bahwa pembelajaran akan optimal ketika siswa aktif dan berada pada Zone of Proximal Development. Sehingga peneliti berusaha menerapkan teori tersebut ke dalam penelitian ini.
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pemahaman awal siswa tentang listrik dinamis dalam pembelajaran dengan mengacu
(33)
kepada konstruktivisme, mengetahui profil Zone of Proximal Development siswa tentang listrik dinamis dalam pembelajaran yang mengacu kepada konstruktivisme dan mengetahui pemahaman akhir siswa tentang listrik dinamis setelah pembelajaran yang dirancang berdasarkan Zone of Proximal Development siswa.
Sehingga untuk mencapai tujuan tersebut dipersiapkan langkah-langkah penelitian. Langkah pertama yaitu dengan melakukan pretest kepada seluruh siswa kelas XF. Kemudian dilakukan wawancara kepada 3 orang siswa untuk mengetahui pemahaman awal dan Zone of Proximal Development (ZPD) yang dimiliki siswa tentang Listrik Dinamis. Siswa yang dipilih ditentukan berdasarkan pretest yang memiliki nilai tertinggi, nilai tengah dan nilai terendah.
Untuk mengembangkan pemahaman awal siswa dilakukan treatment yang sesuai dengan hasil pretest dan wawancara mengenai pemahaman awal siswa tentang listrik dinamis. Treatment yang dilakukan yaitu dengan menggunakan metode eksperimen. Dimana di dalam pembelajaran siswa akan dibagi dalam kelompok dan melakukan eksperimen.
Setelah dilakukan treatment, seluruh siswa kelas XF diberikan test (posttest). Wawancara kembali dilakukan kepada 3 orang siswa yang sebelum treatment telah diwawancarai.
(34)
17 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif dilakukan dengan menggunakan wawancara. Penelitian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pretest dan posttest. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya (Sukardi, 2008: 157). Metode desktiptif ini digunakan karena peneliti ingin mengetahui perkembangan pemahaman siswa sebelum dan sesudah pembelajaran yang mengacu pada ZPD dengan teori konstruktivisme.
B. Partisipan Penelitian
a. Populasi : siswa kelas XF berjumlah 30 orang
b. Sampel : 3 siswa dari kelas XF. Sampel diambil dari hasil pretest siswa yang masing-masing memiliki nilai tertinggi, menengah, dan terendah.
(35)
C. Design Penelitian
Penelitian ini menggunakan design penelitian wawancara bebas terpimpin dan one group pretest- posttest design. Dimana wawancara bebas terpimpin, pewawancara sudah mempersiapkan beberapa pertanyaan atau point yang ingin diajukan dalam wawancara (Suparno, 2010: 62).
Sedangkan untuk design one group pretest- posttest, satu kelompok diobservasi atau diukur bukan hanya akhir treatment (posttest) tetapi juga sebelumnya (pretest) (Suparno, 2010: 140).
Gambar 3. Diagram Desain Penelitian
D. Waktu dan Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari- Mei 2016 di SMA N 1 Depok, Babarsari.
Pretest Analisis Pretest Wawancara Pra Pembelajaran
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan
Pembelajaran Posttest
Analisis Posttest Wawancara Akhir
(36)
E. Treatment
Treatment yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pemberian pembelajaran Fisika tentang Listrik Dinamis pada peserta didik kelas XF SMA N 1 Depok, Babarsari Yogyakarta tahun pelajaran 2015/2016.
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen penelitiannya adalah penelitian dengan menggunakan instrumen wawancara bebas terpimpin dan test yang dilakukan dua kali yaitu sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) pembelajaran. Dalam penelitian ini diberikan treatment yang mengacu pada hasil pretest dan wawancara awal sehingga dapat disusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran yang sesuai dengan pemahaman awal siswa.
Penyusunan pretest dan posttest mengacu pada indikator yang ingin dicapai sesuai dengan materi yang diteliti. Berikut tabel kisi-kisi soal pretest dan posttest:
Tabel 1. Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest
Indikator Soal
Siswa dapat menjelaskan arus listrik dalam suatu rangkaian tunggal
1. Pernyataan yang benar berdasarkan rangkaian dibawah ini (ketiga lampu identik) !
(37)
a. Lampu A dan B akan menyala sama terang, dan lebih terang dibandingkan lampu C b. Lampu B dan Lampu C akan menyala sama
terang, dan lebih redup dari lampu A c. Lampu A, B, C akan menyala sama terang d. Lampu A dan lampu C akan menyala sama
terang, dan lebih terang dibandingkan lampu B
2. Pada suatu rangkaian tunggal, dengan hanya satu lintasan aliran arus, seperti pada gambar dibawah ini,
Jika I adalah arus listrik, pernyataan yang tepat adalah
a. Kuat arus listrik di titik A sama dengan kuat arus listrik di titik B
b. Kuat Arus listrik di titik A lebih besar dibandingkan kuat arus listrik dititik B c. Kuat Arus listrik di titik B lebih besar
dibandingkan kuat arus listrik dititik A d. Tidak ada kuat arus listrik di titik A dan titik
B. Siswa dapat
menjelaskan suatu
3. Terdapat sebuah beterai yang disambungkan dengan lampu
I
Peralatan ( lampu)
(38)
rangkaian sebuah baterai dan kawat dalam menyalakan bola lampu
Penjelasan yang tepat untuk rangkaian sebuah baterai dan kawat tunggal dalam menyalakan bola lampu, adalah
a. Lampu akan menyala karena ada arus yang mengalir dari baterai
b. Lampu tidak menyala karena tidak ada rangkaian tertutup untuk aliran arus.
c. Lampu tetap menyala karena kawat terhubung dengan salah satu terminal baterai
d. Lampu tidak menyala karena tidak ada sumber tegangan.
Siswa dapat menjelaskan penerapan hukum ohm dalam suatu rangkaian
4. Terdapat sebuah rangkaian sebuah bola lampu dan sumber tegangan yang dapat diubah- ubah, seperti pada gambar dibawah ini:
Berdasarkan rangkaian diatas, besaran manakah yang dapat mengubah besarnya kuat arus listrik? a. Hambatan ( R ) bola lampu saja
b. Sumber Tegangan ( V ) saja.
Bola lampu +
(39)
c. Hambatan ( R ) dan sumber tegangan ( V ) dapat mengubah besarnya kuat arus listrik d. Hambatan ( R ) dan sumber tegangan ( V )
tidak dapat mengubah besarnya kuat arus listrik.
5. Arus I memasuki hambatan ( resistor ) seperti pada gambar dibawah ini
Pernyataan yang benar berdasarkan gambar diatas adalah
a. Potensial dititik A lebih besar dibandingkan potensial dititik B
b. Potensial dititik B lebih besar dibandingkan potensial dititik A
c. Titik A dan titik B memiliki potensial yang sama besar
d. Titik A dan titik B memiliki potensial nol.
6. Sebuah bola lampu senter kecil, menarik arus I dari beterai tengan tegangan tertentu. Bagaimana hambatan bola lampu tersebut?
a. Hambatannya merupakan perbandingan antara tegangan terhadap arus listrik
b. Hambatan merupakan perbandingan antara arus listrik terhadap tegangan
c. Hambatan merupakan perkalian antara arus listrik dan tegangan
d. Hambatan merupakan penjumlahan antara arus A
I
B R
(40)
listrik dan tegangan. Siswa dapat
menjelaskan hambatan pada kawat
7. Terdapat dua buah kawat yang luas penampangnya sama, bahan sama, namun
panjangnya berbeda. Apabila kawat 1 panjangnya L sedangkan kawat 2 panjangnya dua kali L, maka bagaimana hambatan (resistansi) kawat 2 ?
a. Besarnya hambatan kawat 2, 4 kali lipat dari R kawat 1
b. Besarnya hambatan kawat 2, 2 kali lipat dari R kawat 1
c. Hambatan kawat 2 lebih kecil 4 kali lipat dari hambatan kawat 1
d. Hambatan kawat 2 lebih kecil 2 kali lipat dari hambatan kawat 1.
Siswa dapat menjelaskan rangkaian yang termasuk rangkaian seri dan rangkaian paralel
8. Mana rangkaian yang menunjukkan hambatan (R) tersusun secara seri ?
1.
2.
3.
(41)
a. 1 dan 2 b. 2 dan 3 c. 1 dan 4 d. 2 dan 4
9. Hambatan/ Resistor mana pada gambar dibawah yang terhubung secara parallel ?
a. Ketiga resistor b. R1 dan R2
c. R2 dan R3
(42)
siswa dapat menjelaskan rangkaian ( seri dan paralel) yang
menghasilkan daya lebih tinggi pada hambatan yang identik
10.Terdapat 2 bola lampu yang dirangkai dengan dua cara yakni, secara seri dan paralel.
Kedua rangkaian masing- masing memiliki tegangan yang tetap 12 volt. Berdasarkan rangkaian diatas bola lampu pada rangkaian apa yang menghasilkan cahaya lebih terang? a. Bola lampu yang dipasang seri akan
menghasilkan cahaya yang lebih terang, karena memiliki arus yang lebih besar. b. Bola lampu yang dipasang seri akan
menghasilkan cahaya lebih terang karena hambatannya besar sehingga arusnya juga semakin besar
c. Bola lampu yang dipasang paralel akan menghasilkan cahaya yang lebih terang, karena daya yang dihasilkan lebih kecil. d. Bola lampu yang dipasang paralel akan
menghasilkan cahaya lebih terang karena daya yang dihasilkan lebih besar.
Siswa dapat mengaplikasikan rangkaian seri dan paralel dalam
11.Menurut anda, dengan rangkaian manakah lampu depan mobil dipasang?
a. Rangkaian seri. Supaya mendapat arus yang sama
b. Rangkaian seri. Supaya mendapat tegangan
(43)
kehidupan sehari- hari
yang sama.
c. Rangkaian paralel. Supaya mendapat arus yang sama.
d. Rangkain paralel. Supaya mendapat tegangan yang sama.
Siswa dapat menjelaskan rangkaian bola lampu yang menghasilkan cahaya yang lebih tinggi dengan
hambatan pada lampu yang sama.
12.Rangkaian dibawah ini memiliki tiga lampu yang identik, masing- masing dengan
hambatan R, jika sakelar S ditutup, bagaimana kecerahan lampu A dan B dibandingkan dengan C ?
a. Lampu A dan B akan menyala sama terang, dan lebih terang dari lampu C b. Lampu A dan B akan menyala sama terang
tetapi lebih redup dari lampu C
c. Lampu B dan C akan menyala sama terang, dan lebih terang dari lampu A
d. Lampu A dan C akan menyala sama terang, dan lebih terang dari lampu B
13.Bedasarkan gambar pada no.8 apakah yang terjadi apabila saklelar S dibuka ?
a. Lampu C akan mati sedangkan lampu A dan B akan menyala sama terang
(44)
dan lampu A akan menyala sama terang. c. Lampu A akan mati, dan lampu C akan
menyala lebih terang dibandingkan lampu B
d. Lampu A akan mati, sedangkan lampu B dan lampu C akan menyala sama terang 14.Pada gambar no 8, apakah yang akan terjadi
pada kecerahan bola lampu A, jika anda mengganti bola lampu B dengan hubungan pendek ?
a. Bola lampu A meredup
b. Kecerahan bola lampu A tidak berubah c. Bola lampu A akan semakin terang d. Bola lampu A akan padam.
Siswa dapat menjelaskan daya pada rangkaian di rumah tangga
15.Pemanas listrik 1800 W milik anda terlalu jauh dari meja anda untuk menghangatkan kaki anda. Pemanas listrik memiliki kabel yang terlalu pendek, sehingga anda harus merangkainya dengan sebuah kabel
penyambung yang memiliki nilai kuat arus 11 A. Apabila alat pemanas listrik dilintasi tegangan 120 V, menurut anda apa yang akan terjadi?
Dengan ketentuan tiap butir soal bernilai 1, maka pemahaman siswa dapat ditentukan dengan;
Keterangan :
SS : skor tiap butir soal (%) Sbs = Skor tiap butir soal
(45)
Smb = Skor maksimal tiap butir soal.
Tingkat ketercapaian butir soal diklasifikasikan menjadi 3 yaitu rendah, sedang, tinggi. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Ketercapaian Butir Soal
Presentase Kategori
0-30% Rendah
31-60% Sedang
61- 100 % Tinggi
Tingkat pemahaman awal siswa diklasifikasikan menjadi 5. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Klasifikasi Tingkat Pemahaman Awal Siswa
Nilai Kategori
10- 29 Sangat kurang
30- 49 Kurang
50- 69 Cukup
70- 89 Baik
90- 100 Sangat Baik
(46)
G. Metode Pengumpulan Data
Tabel 4. Langkah Pengumpulan Data
Informasi Cara memperoleh Responden 1. Pemahaman
Awal
- Pretest
- Wawancara pra pembelajaran
- Seluruh siswa kelas XF - Sampel 3 siswa
kelas XF 2. Letak Zone of
Proximal Development
- Pretest
- Wawancara pra pembelajaran
- Seluruh siswa kelas XF
- Sampel 3 siswa kelas XF
3. Pemahaman akhir
- Posttest
- Wawancara akhir
- Seluruh siswa kelas XF
- Sampel 3 siswa kelas XF
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu dengan wawancara bebas terpimpin dan test. Wawancara digunakan untuk mengetahui lebih dalam pemahaman partisipan tentang Listrik Dinamis dengan mewawancari 3 orang peserta didik yang digunakan sebagai sampel. Dalam kegiatan wawancara dibuat pertanyaan-pertanyaan yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi pemahaman awal partisipan, yang mengacu pada hasil pretest. Hasil wawancara ini direkam menggunakan recorder supaya tidak kehilangan data-data yang diperlukan.
Metode pengumpulan data menggunakan Test dilakukan dua kali, yakni sebelum dan sesudah pembelajaran. Tujuannya untuk mengetahui
(47)
perkembangan pemahaman siswa kelas X tentang Listrik Dinamis. Setelah dilakukan tes sebelum pembelajaran (pretest) dan wawancara diberikan treatment yang sesuai, kemudian dilakukan tes setelah pembelajaran (posttest) dan wawancara akhir.
H. Metode Analisis data
1. Data Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretest dan posttest yang telah dilakukan seluruh siswa kelas XF. Berikut adalah tabel analisis hasil pretest dan posttest siswa:
Tabel 5. Analisis Pretest
No Kode
Siswa
Nomer Item
Skor
Nilai Pretest
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tabel 6. Analisis Posttest
No Kode
Siswa
Nomer Item
Skor
Nilai Posttest
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(48)
Untuk mengetahui Distribusi pemahaman awal siswa dibuat tabel sebagai berikut:
Tabel. 7 Klasifikasi Pemahaman Awal Siswa
Untuk menganalisis tingkat pemahaman awal siswa dalam setiap butir soal, digunakan hasil dari pretest. Data didistribusikan dalam tabel klasifikasi penilaian butir soal pretest
Tabel. 8 Klasifikasi Penilaian Butir Soal Pretest No
Kode Siswa
Nilai Posttest
Kategori Penilaian Sangat
Baik
Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Indikator No.Soal Present
asi (%)
Tingkat Ketercapaian Rendah Sedang Tinggi
(49)
Untuk mengetahui Distribusi pemahaman akhir siswa dibuat tabel sebagai berikut:
Tabel. 9 Klasifikasi Pemahaman Akhir Siswa
Untuk menganalisis tingkat pemahaman akhir siswa dalam setiap butir soal, digunakan hasil dari posttest. Data didistribusikan dalam tabel klasifikasi penilaian butir soal posttest.
Tabel. 10 Klasifikasi Penilaian Butir Soal posttest
Hasil test juga dianalisis menggunakan T-Test untuk kelompok dependen. T-test ini digunakan untuk mengetes satu kelompok yang dites dua kali, yaitu pada pretest dan posttest. Kelompok dependen merupakan kelompok yang saling bergantung, berkaitan atau bahkan sama. Untuk cara menghitungnya dapat digunakan rumus: (Suparno, 2011:87)
No
Kode Siswa
Nilai Posttest
Kategori Penilaian Sangat
Baik
Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Indikator No.Soal Present
asi (%)
Tingkat Ketercapaian Rendah Sedang Tinggi
(50)
Trel=
Dimana:
D = Perbedaan antara skor setiap subjek = Xi1 – Xi2
N = Jumlah pasang skor (jumlah pasangan)
Derajat kebebasan: df = N – 1
Setelah diperoleh nilai Treal , kemudian Treal dibandingkan dengan Tcrit
dalam tabel korelasi dengan level significant 0,05. Jika Treal > Tcrit maka
significant, artinya ada perubahan yang significant, jika sebaliknya Treal < Tcrit
maka tidak ada significant.
Untuk mempermudah dalam menganalisis data yang diperoleh peneliti menggunakan program SPSS 20.
2. Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dengan cara melakukan wawancara. Wawancara tersebut dilakukan pada sampel yang terpilih. Wawancara direkam menggunakan recorder kemudian ditranskip dari bentuk rekaman ke dalam bentuk percakapan, agar mempermudah peneliti dalam menganalisis pendapat partisipan mengenai Listrik Dinamis.
Untuk menentukan profil ZPD dilakukan analisis berdasarkan hasil pretest dan wawancara pra pembelajaran. Profil ZPD digunakan untuk menyusun rancangan pembelajaran.
(51)
Untuk menganalisis hasil wawancara diawal pembelajaran dibuat tabel sebagai berikut:
Tabel. 11 Analisis Wawancara Pra Pembelajaran No
Soal Hasil Pretest Kelas
Pertanyaan Wawancara
Pemahaman Awal 1
2
Untuk menganalisis hasil wawancara di akhir pembelajaran dibuat tabel sebagai berikut:
Tabel. 12 Analisis Wawancara akhir No
Soal Hasil Posttest Kelas
Pertanyaan Wawancara
Pemahaman Akhir 1
(52)
35 BAB IV
DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Data
A.1 Deskriptif Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 31 Februari sampai 12 Mei 2016 di SMA Negeri 1 Depok, Bababarsari Yogyakarta. Subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas XF berjumlah 30 orang. Pada penelitian ini peneliti memberikan pretest kepada seluruh siswa dan melakukan wawancara kepada 3 orang siswa berdasarkan hasil analisis pretest siswa untuk mengetahui Zone of Proximal Development (ZPD) siswa. Berdasarkan hasil pretest dan wawancara awal, peneliti merancang pembelajaran guna meningkatkan pemahaman siswa. Setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan, peneliti memberikan posttest kepada seluruh siswa dan wawancara akhir pada siswa yang sebelumnya telah diwawancarai untuk mengetahui pemahaman akhir siswa. Berikut adalah kegiatan yang dilakukan selama penelitian:
Pretest : 25 Februari 2016
Wawancara pra pembelajaran : 16 Maret 2016
Pelaksanaan Pembelajaran : 31 Maret 2016 – 28 April 2016
Posttest : 12 Mei 2016
(53)
A.2 Pretest
Tabel 13. Analisis Hasil Pretest
No
Kode siswa
Nomer item skor Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 9 60 2 2 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 4 26,7 3 3 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 6 40 4 4 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 6 40 5 5 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 7 46,7 6 6 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 7 46,7 7 7 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 6 40 8 8 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 5 33,3 9 9 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 7 46,7 10 10 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3 20 11 11 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 8 53,3 12 12 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 9 60 13 13 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 8 53,3 14 14 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 7 46,7 15 15 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 6 40 16 16 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 8 53,3 17 17 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 5 33,3 18 18 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 7 46,7 19 19 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 9 60 20 20 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 6 40 21 21 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 9 60 22 22 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 4 26,7 23 23 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 4 26,7 24 24 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 8 53,3
(54)
A.3 Wawancara Pra Pembelajaran
Data disajikan dalam bentuk transkrip wawancara (Terlampir pada lampiran ....).
A.4 Posttest
Tabel 14. Analisis Hasil Posstest No Kode
siswa
Nomer item Skor Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100
1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 9 60 2 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 12 80 3 3 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 10 66,67 4 4 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 8 53,33 5 5 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 9 60 6 6 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 8 53,33 7 7 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 6 40 8 8 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 8 53,33 9 9 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 10 66
25 25 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 9 60 26 26 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 9 60 27 27 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 6 40 28 28 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 9 60 29 29 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 5 33,3 30 30 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 8 53,3 Jumlah Skor 24 15 10 6 7 21 19 26 20 9 5 18 3 14 7 1360 Rata-
Rata
Kelas
(55)
10 10 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 9 60 11 11 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 10 66,67 12 12 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 9 60 13 13 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 11 73,33 14 14 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 6 40 15 15 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 10 66,67 16 16 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 8 53,33 17 17 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 7 46,67 18 18 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 8 53,33 19 19 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 10 66,67 20 20 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 11 73,33 21 21 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 12 80 22 22 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 5 33,33 23 23 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 10 66,67 24 24 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 11 73,33 25 25 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 9 60 26 26 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 10 46,67 27 27 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 6 40 28 28 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 10 66,67 29 29 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 7 78,67 30 30 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 6 40
Jumlah
skor 24 22 23 3 20 28 28 30 23 17 8 8 4 14 13 1778
Rata- rata kelas
(56)
A.5 Wawancara Setelah Pembelajaran
Data disajikan dalam bentuk transkrip wawancara (Terlampir pada lampiran ....).
B. Analisis Data dan Pembahasan
B.1 Hasil Pretest
Nilai rata- rata pretest kelas XF adalah 45,33
Skor tertinggi pada pretest dengan jumlah skor 9 diperoleh oleh siswa dengan kode 1, 12, 19, 25, 26 dan 28.
Skor terendah pada pretest dengan jumlah skor 3 diperoleh oleh siswa dengan kode 3.
Soal dengan kesulitan tertinggi ditandai dengan skor terendah yaitu 3 adalah soal nomor 13. Soal nomor 13 dengan indikator siswa dapat menjelaskan rangkaian bola lampu yang menghasilkan cahaya paling terang dengan lampu yang identik. Pada soal terdapat 3 buah lampu identik lampu C dirangkai seri terhadap lampu A dan lampu B yang terangkai paralel. Kemudian diantara lampu A dan lampu B terdapat saklar, apabila saklarnya terbuka, maka yang terjadi adalah lampu A akan mati sedangkan lampu B tetap menyala karena terangkai paralel, namun lampu C akan lebih redup dibandingkan lampu C. Kebanyakan siswa menjawab bahwa lampu A akan mati sedangkan lampu C akan menyala lebih terang
(57)
dibandingkan lampu B karena lampu C lebih dekat dengan sumber tegangan sehingga arusnya lebih besar.
Soal dengan kesulitan terendah ditandai dengan skor tertinggi yaitu 26 adalah soal nomor 8. Soal nomor 8 dengan indikator siswa dapat menjelaskan rangkaian yang termasuk rangkaian seri dan rangkaian paralel, dimana terdapat 4 rangkaian siswa diminta mengelompokkan rangkaian yang termasuk rangkaian seri.
Distribusi klasifikasi Penilaian Pretest Siswa
Tabel 15. Klasifikasi Penilaian Pemahaman Awal Siswa
No Kode Siswa
Nilai Pretest
Kategori Penilaian Sangat
Baik
Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
1 1 60
2 2 26,67
3 3 40
4 4 40
5 5 46,67 6 6 46,67
7 7 40
8 8 33,33
9 9 46,67
10 10 20
11 11 53,33
12 12 60
13 13 53,33
(58)
Klasifikasi Butir Soal
Tabel 16. Klasifikasi Penilaian Butir Soal Pretest
No
Indikator No.Soal
Presentasi (%)
Tingkat Ketercapaian Rendah Sedang Tinggi Siswa dapat menjelaskan arus
listrik dalam suatu rangkaian tunggal
1 80
1
2 50
2 Siswa dapat menjelaskan
rangkaian sebuah baterai dan 3 33
15 15 40
16 16 53,33 17 17 33,33 18 18 46,67
19 19 60
20 20 40
21 21 60
22 22 26,67 23 23 26,67 24 24 53,33
25 25 60
26 26 60
27 27 40
28 28 60
29 29 33,33 30 30 53,33
(59)
kawat dalam menyalakan bola lampu
3 Siswa dapat menjelaskan penerapan hukum ohm dalam suatu rangkaian
4 20
5 23,33
6 70
4 Siswa dapat menjelaskan
hambatan pada kawat 7 63,7
5 Siswa dapat menjelaskan rangkaian yang termasuk rangkaian seri dan rangkaian paralel
8 86,7
9 66,7
6 Siswa dapat menjelaskan rangkaian ( seri dan paralel) yang menghasilkan daya lebih tinggi pada hambatan yang identik
10 30
7 Siswa dapat mengaplikasikan rangkaian seri dan paralel dalam kehidupan sehari- hari
11 16,7
7 Siswa dapat menjelaskan rangkaian bola lampu yang menghasilkan cahaya yang lebih tinggi dengan hambatan pada lampu yang sama.
12 60
13 10
14 46,7
(60)
pada rangkaian di rumah tangga
Berdasarkan tabel diatas mengenai konsep listrik dinamis dapat dilihat bahwa siswa kelas XF memiliki pemahaman yang rata- rata berada pada tingkat yang rendah dan sedang. Hasil pretest ini dapat diketahui bagaimana pemahaman siswa. Untuk indikator nomor 3 tentang hukum ohm, pada soal nomor 4 tentang besaran apakah yang dapat mengubah besarnya kuat arus, pada rangkaian dengan 1 bola lampu dan tegangan yang dapat diubah- ubah. Sebagian siswa- siswa menjawab yang dapat mengubah besarnya kuat arus adalah hambatan dan tegangan. Dalam kasus ini siswa mengetahui hukum ohm dimana besarnya kuat arus dapat ditentukan dengan besarnya hambatan dan tegangan, namun siswa belum dapat membaca dengan cermat soal yang diberikan dimana terdapat 1 buah lampu saja, lampu tersebut memiliki hambatan dalam yang tidak dapat diubah- ubah, sehingga besarnya kuat arus hanya ditentukan oleh besarnya tegangan saja.
Indikator yang sama, pada soal nomor lima, dimana terdapat gambar yang terdiri 2 titik yakni A dan B dengan arah arus dari titik A menuju titik B, kemudian siswa diminta untuk memilih pernyataan yang benar. Siswa banyak yang memilih potensial dititik A dan B memiliki potensial yang sama besar. Siswa belum bisa menjelaskan jalannya aliran arus. Pada soal terlihat arus mengalir dari titik A ke titik B, arus listrik mengalir dari titik yang berpotensial tinggi ke titik yang berpotensial rendah, sehingga potensial dititik A lebih tinggi dibandingkan potensial dititik B.
(61)
Indikator ke enam tentang rangkaian (seri dan paralel) yang menghasilkan daya lebih tinggi pada hambatan yang identik dengan soal nomor 10, dimana terdapat dua buah bola lampu identik yang dirangkai seri dengan sumber tegangan dan dua bola lampu identik yang terangkai paralel dan juga terangkai paralel dengan sumber tegangan. Kemudian di cari rangkaian yang menghasilkan cahaya paling terang antara rangkaian paralel dan rangkaian seri tersebut, kebanyakan siswa menjawab lampu yang dirangkai paralel akan menghasilkan cahaya lebih terang karena daya yang dihasilkan lebih kecil. Dapat dilihat pemahaman siswa yang keliru, siswa tahu bahwa lampu yang disusun paralel akan menghasilkan cahaya yang lebih terang, namun siswa tidak tahu bagaimana menjelaskan. Terang/ redupnya lampu tergantung pada Daya. Sedangkan daya itu sendiri berbanding lurus dengan kuadrat tegangan dan berbanding terbalik dengan hambatan. Pada 2 bola lampu yang dirangkai seri memiliki hambatan yang lebih besar dibandingkan dua bola lampu yang dirangkai paralel. Kedua rangkaian memiliki sumber tegangan yang sama besar, sehingga semakin besar hambatan maka daya yang dihasilkan akan semakin kecil sehingga daya pada rangkaian seri lebih kecil sehingga ditandai dengan lampu yang menyala lebih redup dibandingkan dengan lampu yang dipasang paralel karena menghasilkan daya yang besar karena hambatannya kecil.
(62)
B.2 Wawancara Pra Pembelajaran
Wawancara dilaksanakan setelah hasil pretest dianalisis. Wawancara diberikan kepada 3 siswa yang memiliki nilai tertinggi, menengah dan rendah dari hasil analisis pretest. 3 siswa dipilih untuk mewakili keadaan pemahaman awal seluruh siswa sebelum diberi pembelajaran. Wawancara dilakukan untuk mengetahui lebih pemahaman awal siswa mengenai materi listrik dinamis dan mengkonfirmasi jawaban hasil pretest siswa.
(63)
Tabel 17. Analisis Pretest dan Wawancara Pra Pembelajaran No.
Soal
Hasil Pretest Kelas Pertanyaan Wawancara Pra
Pembelajaran
Hasil Wawancara Pra
Pembelajaran
1 Soal nomor 1 mengenai arus listrik, dimana tiga bola lampu yang dirangkai dalam suatu rangkaian tunggal dengan sumber tegangan tertentu, kemudian dianalisis bagaimana intensitas ketiga lampu. Pada soal ini sudah banyak siswa yang memahami bahwa dengan ketiga lampu yang identik, yang dirangkai dalam satu rangkaian tunggal akan menghasilkan kuat arus yang sama besar, sehingga masing- masing lampu mendapatkan arus yang sama.
kamu tau nggak arus listrik itu apa ? menurut kamu arus listrik itu bisa mengalir nggak ?
misalnya saya mempunyai rangkaian yang terdiri dari baterei dan tiga bola lampu yang identik, dihubungkan dalam satu rangkaian tunggal. Menurut kamu apa yang terjadi dengan arus pada ketiga bola lampu ? bagaimana intensitas tiga buah lampu tersebut ?
siswa masih belum bisa menjelaskan apa itu arus listrik. Ada siswa yang beranggapan bahwa arus listrik adalah tegangan.
Namun siswa tahu bahwa arus listrik dapat mengalir.
Siswa masih beranggapan bahwa lampu yang dilebih dekat dengan sumber tegangan akan menghasilkan cahaya yang lebih terang karena arusnya belum terbagi.
(64)
Pada soal nomor 1, jumlah siswa yang menjawab benar ada 23 siswa.
2 Soal nomor 2 mengenai, kuat arus dalam suatu rangkaian tertutup. Pada soal ini sudah banyak siswa yang memahami dimana dalam satu rangkaian tunggal kuat arusnya sama. Ini terbukti setengah dari jumlah siswa dikelas 15 orang menjawab benar.
misalnya saya mempunyai rangkaian yang terdiri dari baterei dan tiga bola lampu yang identik, dihubungkan dalam satu rangkaian tunggal. Menurut kamu apa yang terjadi dengan arus pada ketiga bola lampu ?
Dua siswa menjawab bahwa lampu yang lebih dekat dengan sumber tegangan memiliki arus yang lebih besar, sedangkan salah satu siswa menjawab kuat arus dalam satu rangkaian tunggal sama besar, karena hanya punya satu aliran arus saja.
3 Pada soal nomor 3, mengenai arus hanya bisa mengalir pada suatu rangkain yang tertutup. Pada soal ini, siswa kurang memahami gambar dalam soal dimana terdapat baterai yang kutub positif dihubungkan
Ada tiga rangkaian dimana masing- masing rangkaian terdiri dari baterai dan kawat tunggal. Menurut kamu rangkaian mana yang akan membuat bola lampu menyala ?
Siswa C menjawab rangkaian A akan menyala, namun siswa C tidak mengetahui alasannya.
(65)
dengan bola lampu sedangkan kutub negatifnya dibiarkan terbuka, sehingga rangkaian tidak akan menagalirkan arus dan menyebabkan lampu mati/ tidak menyala. Ini dibuktikan dari jumlah siswa yang menjawab benar 11 orang kurang dari 50 % dari jumlah siswa dalam kelas.
4 Pada soal nomor 4, mengenai aplikasi hukum ohm. Pada soal ini banyak siswa terkecoh dengan pilihan jawabannya. Siswa paham tentang hukum ohm, namun siswa kurang paham dalam mengaplikasi hukum ohm ke soal. Ini dibuktikan dengan banyak siswa
Disini saya mempunyai sebuah rangkaian listrik yang terdiri dari satu buah lampu dan sumber tegangan yang dapat diubah- ubah, yang dirangkai dalam satu rangkaian tunggal dengan hanya satu lintasan arus.
Siswa A, siswa B dan siswa C menjawab sama yakni,
- Hambatan dan tegangan dapat mengubah besarnya kuat arus.
(66)
yang menjawab C dibanding kan jawaban B. Siswa yang menjawab benar hanya 4 siswa.
Berdasarkan gambar, menurut kamu besaran yang dapat mengubah besarnya kuat arus pada rangkaian tersebut adalah ?
5 Soal nomor 5 mengenai beda potensial pada 2 titik yang berbeda. Pada soal ini siswa kurang memahami tentang potensial pada titik yang berbeda ini. Dibuktikan dengan hanya 7 siswa yang menjawab benar.
berdasarkan gambar diatas menurut kamu titik yang memiliki potensial yang tinggi adalah titik ?
Siswa A, siswa B, dan siswa C menjawab bahwa titik A memiliki potensial yang lebih tinggi dibandingkan titik B karena titik A belum melewati hambatan sedangkan titik B sudah melewati hambatan sehingga lebih rendah.
A B
(67)
6 Soal nomor 6 mengenai hubungan antara kuat arus, tegangan dan hambatan ( hukum ohm ). Pada soal ini siswa sudah memahami tentang hubungan antara kuat arus, teganagn dan hambatan. Ini ditandai dengan 20 siswa menjawab benar.
Kamu tau nggak hubungan arus I dengan tegangan ?
Kamu tau nggak hubungan arus dengan hambatan ?
Siswa A, siswa B dan siswa C menjawab bahwa kuat arus berbanding lurus dengan tegangan dan berbanding terbalik dengan hambatan.
7 Pada soal nomor 7 mengenai, hambatan pada kawat. Pada soal ini mengenai hubungan panjanng kawat terhadap hambatan. Banyak siswa sudah memahami hubungan hambatan dan kawat. Ini terbukti dengan 20 siswa menjawab benar.
Misalnya terdapat dua kawat, luas penampangnya sama, bahannya juga sama, namun panjang kawatnya berbeda. Kawat 1 panjangnya L, sedangkan kawat 2 panjangnya 3L, bagaimana hambatan kawat 2 dibandingkan dengan hambatan kawat 1 ?
Siswa A dan siswa C menjawab bahwa hambatan kawat 2 lebih besar dibandingkan dengan hambatan kawat 1 karena hambatan kawat 2 lebih panjang sehingga hambatannya lebih besar
Siswa B menjawab tidak tahu. 8 Pada soal nomor 8 mengenai,
rangkaian seri dan rangkaian
Kamu tau perbedaan rangkaian seri dan rangkaian paralel?
Ketiga siswa menjawab mereka tau perbedaan rangkaian seri
(68)
paralel. Siswa sudah paham tentang perbedaan rangkaian seri dan rangkaian paralel. Ini dibukttikan dengan 20 siswa dari 30 siswa menjawab benar.
Kalau misalnya ada 4 gambar rangkaian resistor, bisakah kamu membedakan mana yang termasuk rankaian seri dan mana yang termasuk rangkaian paralel ?
dan rangkaian paralel dimana rangkaian seri hanya terdiri dari satu lintasan/ rangkaian tunggal, sedangkan rangkaian paralel rangkain bercabang/ lebih dari satu lintasan arus.
Siswa A dengan mantap menjawab benar mana yang termasuk rangkaian seri dan rangkaian paralel. Siswa B dan siswa C masih bingung menentukan. Siswa C sudah menjawab benar namun awalnya masih ragu- ragu sedangkan siswa B masih bingung pada 1 rangkaian.
9 Pada soal nomor 9 mengenai hambatan yang dirangkai
Kamu tau perbedaan rangkaian seri dan rangkaian paralel?
( Jawabannya sama dengan nomor 8 dikarenakan inikator soal yang
(69)
paralel. Siswa diminta mengenali hambatan yang dirangkai secara paralel. Pada soal ini siswa sudah cukup paham mengenai rangkaian paralel dimana dibuktikan dengan 19 siswa menjawab benar.
Kalau misalnya ada 4 gambar rangkaian resistor, bisakah kamu membedakan mana yang termasuk rankaian seri dan mana yang termasuk rangkaian paralel ?
ditanyakan sama)
10 Pada soal nomor 10 mengenai daya yang dihasilkan pada rangkaian seri dan rangkaian paralel. Pada soal ini siswa kurang paham ditandai dengan hanya 4 siswa yang menjawab benar.
Misalnya kamu mempunyai dua bola lampu yang identik, dan dua baterai yang identik, bagaimana kamu menyusun lampu- lampu dan kedua baterai tersebut agar menghasilkan daya total maksimum ynag mungkin pada bola lampu ? ( dalam kasus ini hambatan bola lampu diabaikan)
Siswa menjawab lampu akan disusun secara paralel sedangkan batereinya disusun secara seri karena apabila lampu disusun paralel supaya tegangan yang terbagi sama, namun siswa tidak bisa menjelaskan mengapa baterei disusun seri dan ada juga siswa yang menjawab kedua- duanya dirangkai secara seri.
(70)
11 Pada soal nomor 11 mengenai, penerapan lampu dalam kehidupan sehari- hari. Pada soal ini siswa masih kurang paham dimana dibuktikan dengan 9 siswa menjawab benar dari 30 siswa.
Menurut kamu kabel- kabel dirumah dirangkai secara seri atau paralel ?
Ketiga siswa menjawab kabel dirumah dirangkai secara paralel karena kebutuhan rumah tangga berbeda- beda sehingga apabila mati satu, maka lampu yang lain masih dapat digunakan.
12 Pada soal nomor 12 mengenai, daya pada rangkaian campuran( seri dan paralel). Pada soal siswa masih kurang memahami, dibuktikan dengan hanya 6 orang yang menjawab benar
Terdapat sebuah rangkaian, apa yang terjadi ketika saklarnya ditutup?
Ketiga siswa mengatakan lampu apabila saklar ditutup maka ketiga lampu akan menyala dimana lampu yang paling dekat dengan sumber teganganlah yang akan menyala lebih terang dibandingkan lampu lainnya karena arusnya belum terbagi- bagi.
13 Pada soal nomor 13 mengenai, daya pada rangkaian campuran( seri dan paralel), pada soal ini
Dengan gambar yang sama dengan nomor 12 apa yang terjadi ketika saklarnya terbuka ?
Siswa A dan siswa B menjawab bahwa lampu 2 akan mati karena saklarnya dibuka sehingga tidak ada
(71)
juga siswa masih kurang memahami ini dibuktikan dengan hanya 4 dari 30 siswa yang menjawab benar.
arus yang masuk menuju lampu 2 Siswa C menjawab lampu 2 tetap menyala hanya lebih redup, dalam hal ini yang paling terang adalah lampu 1 karena paling dekat dengan sumber tegangan sehingga arusnya belum terbagi- bagi.
14 Pada soal nomor 14 mengenai, daya pada rangkaian campuran( seri dan paralel). Soal ini juga masih kurang terbukti dengan hanya
( Soal ini memiliki indikator yang sama dengan soal nomor 12 dan 13 sehingga
pertanyaan wawancarany sama )
15 Pada soal ini mengenai daya pada rangkaian rumah tangga. Pada soal ini cukup banyak siswa yang belum memahami konsep daya pada rumah tangga. Ini dibuktikan 21 siswa
Misalnya 3 buah lampu dengan spesifikasi tegangan 120 volt, dan spesifikasi daya masing- masing lampu berturut- turut 60 W, 75 W, dan 100 W yang disusun seri. Menurut kamu bagaimana intensitas
Ketiga siswa menjawab lampu dengan daya 100 watt memiliki intensitas yang paling tinggi.
(72)
menjawab salah, hanya 8 siswa yang menjawab benar.
ketiga lampu ?
Kalau misalnya ketiga lampu disusun paralel, menururt kamu bagaimana intensitas ketiga lampu ?
(73)
B.3 Pemahaman Awal
Pemahaman awal siswa dapat diperoleh dari Hasil pretest dan wawancara awal tentang Listrik dinamis. Berdasarkan hasil pretest dan wawancara awal siswa diperoleh pemahaman awal :
1. Siswa sudah paham bahwa dalam suatu rangkaian tunggal, kuat arus yang dialiri sama.
2. Siswa belum paham ketika diaplikasikan kepada rangkaian lampu, siswa masih beranggapan lampu yang lebih dekat dengan sumber tegangan, akan memiliki kuat arus yang lebih besar
3. Siswa sudah paham tentang hukum ohm
4. Siswa belum paham dalam mengaplikasikan hukum ohm dalam soal 5. Siswa paham tentang rangkaian seri dan rangkaian paralel
6. Siswa belum paham tentang daya yang dihasilkan pada rangkaian seri dan rangkaian paralel
7. Siswa sudah paham tentang daya dalam rumah tangga.
B. 4 Zone of Proximal Development dan Pembelajarannya
Zone of Proximal Development (ZPD) siswa merupakan pengetahuan yang penting untuk diketahui oleh guru, dimana ZPD siswa menjadi acuan guru dalam merancang suatu pembelajaran yang baik. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang dapat melibatkan siswa dalam belajar. Keterlibatan siswa ditentukan oleh
(74)
tingkat kesulitan tugas yang diberikan oleh guru. Apabila tugas yang diberikan masih dapat dijangkau oleh siswa, maka siswa akan merasa bosan untuk mengerjakan, sedangkan apabila tugas berada diatas jangkauan pengetahuan siswa, maka siswa akan malas mengerjakan. Hal inilah yang menjadi dasar pentingnya ZPD siswa diketahui oleh guru. Dengan demikian guru dapat merancang pembelajaran yang sesuai dan tepat.
Pada penelitian ini ZPD siswa diperoleh dari pretest, selain pretest untuk memperkuat peneliti dalam menyimpulkan ZPD siswa juga digunakan wawancara kepada tiga sampel terpilih. Wawancara dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil pretest siswa, apakah siswa sudah benar atau hanya sekedar menduga- duga jawaban pada pretest. Wawancara berisi pertanyaan- pertanyaan yang dapat menggali pengetahuan awal yang dimiliki siswa.
Zone of Proximal Development siswa dapat dilihat pada pemahaman awal siswa yang memerlukan bantuan guru dalam mengembangkan pemahaman tentang materi Listrik Dinamis.
Berikut identifikasi Zone of Proximal Development siswa serta bantuan yang digunakan dalam mengembangkan pemahaman siswa :
a. Indikator siswa dapat menjelaskan penerapan hukum ohm dalam suatu rangkaian, siswa sudah paham tentang persamaan hukum ohm dimana tegangan merupakan hasil kali antara kuat arus listrik
(75)
dan hambatan, namun siswa belum paham ketika diaplikasikan kedalam suatu rangkaian yang terdiri dari satu bola lampu yang dihubungkan dengan sumber tegangan yang dapat diubah- ubah. Siswa masih beranggapan bahwa hambatan dalam pada lampu dapat diubah- ubah, sehingga besaran yang dapat mengubah besarnya kuat arus adalah hambatan dalam lampu dan tegangan. Dari analisis data diketahui bahwa siswa membutuhkan bantuan untuk mengembangkan pemahaman yang belum diketahui, sehingga siswa diminta untuk mendengarkan ceramah, dimana peneliti menjelaskan bahwa setiap lampu memiliki hambatan dalamnya masing- masing. Kemudian siswa melakukan eksperimen berdasarkan LKS yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Pada LKS siswa merancang sebuah bola lampu dengan caturdaya. Kemudian siswa mengukur kuat arus menggunakan ampermeter. Siswa mengubah besarnya tegangan dari 3 v sampai 6 v. Kemudian mencatat besarnya kuat arus yang terbaca pada ampermeter. Dapat dilihat besarnya kuat arus berubah- ubah tergantung tegangannya. Semakin besar tegangan semakin besar pula kuat arusnya. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa besaran yang dapat mengubah besarnya kuat arus adalah sumber tegangannya saja, sedangkan hambatan dalam pada lampu tidak dapat diubah- ubah.
(76)
Setelah siswa diberikan metode ceramah dan eksperimen, siswa menjadi paham bahwa setiap lampu memiliki hambatan dalamnya masing- masing, dan ketika lampu dirangkai dengan sumber tegangan yang dapat diubah- ubah, maka besaran yang dapat mengubah besarnya kuat arus pada rangkaian tersebut hanya tegangan saja.
b. Indikator siswa dapat menjelaskan rangkaian ( seri dan paralel) yang menghasilkan daya lebih tinggi pada hambatan yang identik, diketahui pemahaman yang sudah diketahui siswa adalah siswa sudah bisa membedakan rangkaian yang termasuk rangkaian seri dan rangkaian paralel. Siswa juga sudah bisa menjelaskan tentang rangkaian seri dan rangkaian paralel, namun siswa belum paham dalam menjelaskan pengaruh hambatan dan kuat arus pada suatu rangkaian agar menghasilkan daya maksimum pada suatu rangkaian, sehingga siswa masih belum bisa membedakan mana rangkaian yang akan menghasilkan intensitas pada bola lampu yang paling tinggi. Dalam hal ini lampu yang digunakan adalah lampu yang identik. Dengan demikian peneliti dapat memberikan bantuan berupa eksperimen. Siswa melakukan eksperimen. Siswa diminta merangkai suatu rangkaian yang terdiri dari dua bola lampu dan sumber tegangan. Yang pertama siswa diminta merangkai dua bola lampu yang identik dan sumber tegangan( catu daya) secara seri. Kemudian siswa mencatat kuat arus yang
(77)
masuk pada tiap- tiap hambatan, dengan menggunakan sumber tegangan 3 volt. Yang kedua siswa merangkai dua bola lampu yang identik dengan sumber tegangan 3 v secara paralel, siswa diminta mengamati intensitas cahaya pada masing- masing lampu. Siswa mengukur kuat arus yang masuk menggunakan ampermeter, dan mencatat kuat arus yang masuk pada masing- masing bola lampu. Setelah siswa melakukan eksperimen, siswa bersama peneliti membahas bersama di depan kelas, dimana siswa diminta menulis hasil eksperimen di papan tulis kemudian peneliti menjelaskan bahwa hambatan pengganti rangkaian seri lebih besar dibandingkan rangkaian paralel. Pada eksperimen rangkaian seri dan rangkaian paralel menggunakan tegangan yang sama yaitu 3 volt. Karena intensitas lampu tergantung pada daya, dimana semakin besar daya pada suatu rangkaian maka semakin tinggi pula intensitas lampu pada rangkaian tersebut. Daya berbanding lurus dengan kuadrat tegangan dan berbanding terbalik dengan hambatan, pada rangkaian seri hambatan lebih besar dibandingkan pada rangkain paralel, sehingga daya yang dihasilkan lebih besar pada rangkaian paralel. Dengan demikian lampu yang dirangkai paralel akan menghasilkan intensitas yang lebih tinggi dibandingkan lampu yang dirangkai secara seri.
c. Indikator siswa dapat menjelaskan rangkaian bola lampu yang menghasilkan cahaya yang lebih tinggi dengan hambatan pada
(1)
P : Kenapa?
N : karena A belum melewati hambatan.
P : Misalnya terdapat dua kawat, kawat pertama dan kedua luas penampangnya sama, bahannya juga sama , namun panjang kawatnya berbeda, kawat satu panjangnya L sedangkan kawat 2 panjangnya 3 kali dari panjangnya kawat pertama , menurut kamu hambatan kawat dua kalau dibandingkan dengan hambatan kawat pertama itu gimana?
N : Hambatannya lebih besar dibanding hambatan kawat pertama .
P : Mengapa.?
N : Karena semakin panjangnya kawat semakin banyaknya hambatan.
P : Oh ya. Masih ingat hukum I kirchoff nggak ?
N : Masih
P : Gimana?
N : Arus yang masuk sama dengan arus yang keluar.
P : Itu aja ?
N : Iya.
P : Nah sekarang ada 6 buah bola lampu dirangkaian seperti pada gambar.
R
Q
S
T
U P
(2)
Menurut kamu lampu yang paling terang adalah lampu mana ?
N : Yang R sama Q.
P : Yang R sama Q ?? kenapa ?
N : Karena dia lebih dekat pada sumber tegangan
P : Oh oke, kan hukum I kirchoff sudah. Hukum II Kirchoff ?
N : Sikma E + sikma I kali R sama dengan 0.
P : Itu kan persamaannya kalau bunyinya ?
N : (mikir) ehhh. Jumlah tengan jepit ditambah ggl sama dengan nol.
P : Nah, kamu tau perbedaan rangkaian yang disusun secara seri dan parallel ?
N : Tau
P : Bedanya apa ?
N : Kalau seri itu satu rangkaian , atau satu lintasan . kalau parallel itu dua lintasan atau bercabang
P : Cuman dua lintasan ?
N : Ya bisa lebih.
P : Oh iya. Nah sekarang ada 4 rangkaian hambatan.
(3)
Bisa ditentukan nggakn mana yang termasuk rangkaian seri dan mana yang termasuk rangkaian parallel ?
N : Rangkaian seri yang no 1, 2 sam 4 . yang no 3 rangkaian parallel,.
P : Oh iya, kalau saya memiliki 2 buah bola lampu, dengan sumber tegangan tetap, dua bola lampu identik sama ya, kalau misalnya dua bola lampu saya rangkai seri dengan sumber tegangan tetap 9 volt, kemudian rangkaiannya saya bongkar, kemudian lampu itu saya rangkai secara parallel , menurut kamu lampu lebih terang yang mana ketika saya rangkai seri atau rangkai parallel ?
N : Hmmm ( mikir ) seri.
P : Seri. Kenapa ?
N : Karena arusnya sama besar pada kedua bola lampu itu,
P : Oh iya. Misalnya ada suatu rangkaian
ini saklarnya terbuka, apa yang terjadi dengan ke 4 bola lampu ini ?
N : Lampu 1 , 3 dan 4 tetap menyala. Lampu 2 mati karena saklarnya terbuka,
P : Jadi arusnya mengalir kemana ?
N : ( menjelaskan melalui gambar)
P : Yang paling terang antara ketiga lampu itu yang mana ?
N : Yang lampu 1 karena dekat dengan sumber tegangan .
P : Apa yang terjadi dengan ke 4 bola lampu kalau saklarnya ditutup ?
L4 L3
S
L2 V
(4)
N : Ke empat lampu akan menyala .
P : Menurut kamu lebih terang mana ?
N : Lebih terang lampu 1 , karena arusnya tidak terbagi- bagi .
P : Sekarang kamu punya dua buah bola lampu, lampunya dan dua buah baterei yang sama pula. Bagaimana kamu menyusun lampu- lampu dan baterei tersebut agar menghasilkan daya yang maksimum ?
N : Batereinya disusun secara seri sedangkan lampunya disusun secara parallel .
P : Oh kenapa ?
N : Kalau batereinya biar arusnya tetap sama , lampu disusun secara parallel agar jika lampu satunya putus, lampu satunya tidak akan putus.
P : Nah kamu tau nggak peralatan listrik dirumah dirangkai secara pa ?
N : Secara parallel .
P : Bisa dijelaskan ?
N : Dipasang secara parallel karena jika lampu satunya mati tidak mempengaruhi lampu lainnya .
P : Misalnya ada 3 bola lampu dengan spesifikasi tegangan 120 v. dan daya pada masing-masing lampu berturut- turut adalah 60 w, 75 w sama 100 w, ketiga lampu dirangkai secara seri sama tegangannya menurut kamu lampu yang menghasilkan cahaya paling tinggi yang mana ?
N : Yang 100 w. karena dayanya lebih tinggi
P : Kalau tiga lampu tersebut saya rangkai secara parallel, lebih terang mana lampunya. Masih dengan tegangan yang sama seperti diatas dan lampu yang sama
(5)
P : Oh jadi sama aja dirangkai seri dan parallel, yang memiliki daya lebih tinggi akan menghasilkan lampu yang terang ?
N : Iya .
(6)
ANALISIS SPSS
T- Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pretest 45.33 30 11.925 2.177
posttest 59.27 30 12.942 2.363
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Pretest & posttest 30 .097 .611
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig.
(2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
Pair 1
Prete st - postte st
-13.93 3