Profil Responden Hipertensi Penelitian Kualitas Hidup di Kecamatan

6

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Profil Responden Hipertensi Penelitian Kualitas Hidup di Kecamatan

Ngemplak, Sleman, DI Yogyakarta Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen untuk mendukung pengambilan data, diantaranya kuesioner SF-36, sphygmomanometer digital, alat ukur tinggi badan, dan timbangan berat badan. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini sudah diuji validitas dan reliabilitas. Untuk kuesioner SF-36, setelah dilakukan uji validasi korelasi produk momen nilai setiap item yang didapat adalah ≥0,4 yang berarti kuesioner tersebut valid. Untuk uji reliabilitas dihitung dengan melihat nilai Crobanch Alpha. Hasil perhitungan dari semua domain 0,60 sehingga kuesioner tersebut reliabel data terlampir pada Lampiran 6. Hasil statistik perbandingan antara spygmomanometer raksa dan spygmomanometer digital menunjukkan nilai-p 0,05 sehingga sphygmomanometer digital dan spygmomanometer raksa tidak memiliki perbedaan secara statistik dan memiliki nilai CV ≤5 yang berarti sphygmomanometer digital yang digunakan valid dan reliabel. Pada uji normalitas, menurut teorema limit sentral, apabila responden yang digunakan lebih dari 30 responden pada suatu populasi maka data yang dihasilkan akan menyebar menurut sebaran normal. Jumlah keseluruhan responden penelitian ini adalah 183 responden, sehingga menurut teorema limit sentral, data yang digunakan pada penelitian ini terdistribusi normal. Berdasarkan Tabel I, nilai-p pada tabel dihitung menggunakan chi-square. Menurut data tersebut kelompok usia 40-59 tahun memiliki jumlah responden lebih besar yaitu 101 55,20. Kelompok perempuan memiliki jumlah responden lebih besar yaitu 93 50,82. Kelompok BMI, responden yang memiliki BMI 23 memiliki jumlah lebih besar yaitu 94 51,37. Responden yang mengatur diet memiliki jumlah lebih besar yaitu 102 responden 55,73. Kelompok yang melakukan pekerjaan secara aktif memiliki jumlah responden lebih besar yaitu 97 53. Kelompok dengan ≤SMP memiliki jumlah lebih besar yaitu 100 responden 54,65. Responden dengan penghasilan ≥UMR memiliki jumlah lebih besar yaitu 94 51,37. 7 Kelompok yang tidak mendapat terapi hipertensi memiliki jumlah yang lebih besar yaitu 124 67,76 dengan nilai-p 0,01 yang berarti kelompok ini memiliki perbedaan yang bermakna. Hasil serupa juga didapat dari penelitian Astuti 2015 yaitu besarnya jumlah responden yang tidak melakukan terapi hipertensi di Kecamatan Kalasan, Yogyakarta dengan persentase sebesar 5,7. Tingkat kesadaran yang rendah untuk mendapat terapi hipertensi pada responden hipertensi merupakan profil dari responden di daerah Ngemplak, Sleman. Perlu adanya edukasi mengenai bahaya hipertensi dan pentingnya terapi hipertensi pada pasien hipertensi. Tabel I. Profil Responden Hipertensi Penelitian Kualitas Hidup di Kecamatan Ngemplak, Sleman, DI Yogyakarta Variabel Jumlah n=183 Persentase Nilai-p Usia tahun 60-75 82 44,8 0,16 40-59 101 55,2 Jenis Kelamin Laki-laki 90 49,2 0,82 Perempuan 93 50,8 BMI kgm 3 ≥ 23 89 48,6 0,71 23 94 51,4 Pengaturan Diet Tidak Mengatur Diet 81 44,3 0,12 Mengatur Diet 102 55,7 Pekerjaan Aktif 86 47,0 0,42 Aktif 97 53,0 Pendidikan ≤ SMP 100 54,7 0,21 SMP 83 45,4 Penghasilan UMR 89 48,6 0,71 ≥ UMR 94 51,4 Terapi Tidak Terapi 124 67,8 0,01 Terapi 59 32,2 Nilai-p 0,05 = berbeda bermakna Uji statistik dengan chi-square 8 Pada Tabel II disajikan perbedaan tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, pulse, dan BMI pada kelompok usia 60-75 tahun dan 40-59 tahun. Perhitungan pada Tabel II diperoleh dari uji t tidak berpasangan. Pada variabel tekanan darah sistolik terdapat perbedaan antara kelompok usia 60-75 tahun dan 40- 59 tahun nilai-p 0,01, begitu pula pada variabel tekanan darah diastolik nilai-p 0,04 dan BMI nilai-p 0,01. Tabel II. Perbedaan Usia, Tekanan Darah Sistolik, Tekanan Darah Diastolik, Pulse, dan BMI antara kelompok usia 60-75 tahun dan 40-59 tahun Variabel Kelompok Usia Nilai-p 60-75 tahun 40-59 tahun Mean±SD Mean±SD TDS 162,6±17,8 156,1±16,3 0,01 TDD 92,6±11,3 95,8±10,1 0,04 Pulse 80,4±10,3 81,6±10,5 0,42 BMI 22,2±3,5 24,8±3,9 0,01 TDS = Tekanan Darah Sistolik; TDD = Tekanan Darah Diastolik Nilai-p 0,05 = adanya perbedaan bermakna Uji statistik dengan independent t-test Seiring bertambahnya usia, tekanan darah sistolik akan meningkat, sedangkan untuk tekanan diastolik juga akan meningkat namun pada usia 50 tahun tekanan darah diastolik akan mengalami penurunan Rockwood, 2011. Pada Tabel II menunjukkan, tekanan darah sistolik meningkat seiring bertambahnya usia, sedangkan untuk tekanan darah diastolik semakin menurun seiring bertambahnya usia. Pada variabel Body Mass Index BMI responden dengan usia 40-59 tahun memiliki BMI yang lebih besar dibanding usia 60-75 tahun hal ini dikarenakan terjadinya kehilangan massa otot secara progresif pada orang yang berusia lanjut. Massa otot pada lansia akan menurun hingga 6,3 pertahun, sehingga mengakibatkan berat badan seseorang juga menurun Depkes, 2010. Tabel III menunjukkan, pada variabel usia ada perbedaan antara kelompok pendidikan nilai-p 0,04. Kelompok pendidikan dengan kategori SMP memiliki range usia yang lebih rendah di banding kategori ≤SMP. Menurut Anggara 2013, terjadi hubungan antara faktor pendidikan, usia dan angka kejadian hipertensi. Pada 9 sebagian besar lansia memiliki tingkat pendidikan yang termasuk rendah, tingkat pendidikan secara tidak langung mempengaruhi tekanan darah pada lansia karena tingkat pendidikan berpengaruh terhadap gaya hidup seseorang seperti kebiasan merokok, asupan makanan dan aktivitas fisik yang dilakukan. Tabel III. Perbedaan Tekanan Darah Sistolik, Tekanan Darah Diastolik, Pulse, dan BMI pada usia 40-59 tahun dan 60-75 tahun Berdasarkan Faktor Pendidikan Variabel Pendidikan Nilai-p SMP SMP Mean±SD Mean±SD Usia 60,00±10,5 56,8±10,3 0,04 TDS 159,6±16,7 158,2±18,00 0,59 TDD 93,6±10,00 95,2±11,7 0,32 Pulse 79,9±9,8 82,5±11,1 0,09 BMI 23 ± 3,7 24,7±4,3 0,17 TDS=Tekanan Darah Sistolik; TDD=Tekanan Darah Diastolik; BMI=Body Mass Index Nilai-p 0,05 = adanya perbedaan bermakna Uji statistik dengan independent t-test

3.2. Perbedaan Kualitas Hidup antara Usia 60-75 tahun dan 40-59 tahun

Dokumen yang terkait

Evaluasi kualitas hidup responden hipertensi usia 40-75 tahun menggunakan instrumen SF-36 di Kecamatan Ngemplak, Sleman, Yogyakarta (kajian usia dan tingkat penghasilan).

0 0 113

Evaluasi kualitas hidup responden hipertensi usia 40-75 tahun menggunakan instrumen SF-36 di Kecamatan Ngemplak, Sleman, Yogyakarta (kajian usia dan jenis kelamin).

0 0 67

Evaluasi kualitas hidup responden hipertensi menggunakan instrumen SF-36: kajian faktor usia dan jenis kelamin di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.

0 0 59

Ketaatan terapi responden hipertensi usia 40-75 tahun menggunakan instrumen morisky di kecamatan Ngemplak, Sleman, DIY (kajian usia dan aspek gaya hidup).

0 0 76

Evaluasi kualitas hidup responden hipertensi menggunakan instrumen SF-36:kajian faktor usia dan tingkat penghasilan di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.

0 0 66

Evaluasi kualitas hidup responden hipertensi usia 40-75 tahun menggunakan instrumen sf-36 di Kecamatan Ngemplak, Sleman, Yogyakarta (kajian usia dan jenis pekerjaan).

0 1 85

Evaluasi kualitas hidup responden hipertensi usia 40-75 tahun menggunakan instrumen SF-36 di Kecamatan Ngemplak, Sleman, Yogyakarta (kajian usia dan body mass index).

0 0 90

Evaluasi kualitas hidup responden hipertensi usia 40-75 tahun menggunakan instrumen sf-36 (kajian usia dan tingkat pendidikan) di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

0 0 77

Evaluasi kualitas hidup responden hipertensi menggunakan instrumen SF-36 : kajian faktor usia dan body mass index di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.

0 0 60

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah pada responden berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman (kajian faktor usia dan tingkat pendidikan).

1 1 95