1
1. PENDAHULUAN
Hipertensi adalah suatu keadaan d i mana tekanan darah sistolik ≥140 mmHg
dan tekanan darah diastolik ≥90 mmHg Pooler, 2009. Hipertensi atau sering disebut tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi di mana tekanan darah di pembuluh
darah meningkat secara terus-menerus WHO, 2016. Menurut ESHESC, hipertensi diklasifikasikan menjadi beberapa tingkat tekanan darahnya, yaitu : kategori optimal
12080 mmHg; normal 120-12980-84 mmHg; di atas normal 130-13985-89 mmHg; hipertensi tingkat 1 140-15990-99 mmHg; hipertensi tingkat 2 160-179100-
109 mmHg; h ipertensi tingkat 3 ≥180≥180 mmHg; dan hipertensi sistolik terisolasi
≥14090 mmHg Mancia et al, 2013. Hipertensi merupakan faktor risiko utama terhadap timbulnya penyakit seperti
stroke, gagal jantung, penyakit ginjal kronis bahkan dapat menyebabkan kematian. Sekitar 970 juta orang di dunia memiliki tekanan darah tinggi Bell et al, 2015.
Tekanan darah yang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dapat meningkatkan terjadinya hipertensi pada mereka yang lanjut usia. Prevalensi
terjadinya hipertensi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Menurut WHO, peningkatan prevalensi hipertensi ini terkait adanya peningkatan jumlah penduduk,
bertambahnya usia penderita, konsumsi alkohol, kurangnya berolahraga, obesitas, dan stress berkepanjangan WHO, 2013. Di provinsi DI Yogyakarta, prevalensi
terjadinya hipertensi berdasarkan wawancara sebesar 12,9 dan berdasarkan pengukuran sebesar 25,7. Terjadinya perbedaan ini di karenakan ketidaksadaran
masyarakat akan penyakit hipertensi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2013. Di DI Yogyakarta pada tahun 2012, penyakit
hipertensi menjadi penyakit ke 3 pada distribusi penyakit di puskesmas Provinsi DI Yogyakarta Dinkes DI Yogyakarta, 2013. Berdasarkan tingkat pendidikan
masyarakat, diperoleh bahwa masyarakat yang tidak sekolah memiliki prevalensi hipertensi tertinggi yaitu mencapai 42. Masyarakat yang tidak tamat SD memiliki
presentase sebesar 34,7, sedangkan masyarakat dengan tamatan SD sebesar 29,7. Prevalensi hipertensi semakin menurun pada masyarakat dengan tamatan SMP
2 sebesar 20,6, masyarakat dengan tamatan SMA 18,6 dan masyarakat dengan
tamatan D1-D3 Perguruan Tinggi sebesar 22,1 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2013. Semakin bertambahnya
usia, juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tingginya penyakit hipertensi. Bertambahnya usia yang tidak diimbangi dengan perbaikan kualitas hidup
dan perubahan pola makan, akan semakin memperburuk kesehatan seseorang U.S Departement of Health and Human Services, 2003. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Ekawati Rahajeng, risiko hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia. Hipertensi mulai meningkat pada masyarakat berusia 45 tahun ke atas.
Masyarakat berusia lebih dari 75 tahun, memiliki risiko sangat tinggi Rahajeng, 2009.
Kualitas hidup merupakan suatu indikator dalam uji klinis suatu penyakit untuk menilai fisik dan psikologi pasien, sehingga mengetahui pengetahuan yang
dimiliki pasien dan bagaimana adaptasi pasien terhadap kondisi tubuh pasien ketika sakit Carvalho, 2012. Kualitas hidup juga bisa dikaitkan dengan kesejahteraan
hidup. Banyak tantangan untuk mengembangkan kualitas hidup dalam pribadi seseorang Theofilou, 2013. Pada penderita penyakit kardiovaskuler dan hipertensi
tingkat kualitas hidupnya dapat dikatakan rendah. Penilaian fisik, emosional, mental, sosial dan kesejahteraan banyak digunakan untuk menilai status kesehatan umum dari
penderita kardiovaskuler dan hipertensi Theodorou, 2011. Penilaian kualitas hidup yang paling sering digunakan adalah SF-36 Short Form 36. Survei kesehatan secara
singkat ini menggunakan kuisioner yang terdiri dari 36 pertanyaan yang menggambarkan delapan profil nilai kesehatan dan kesejahteraan. Delapan profil
tersebut adalah fungsi fisik, peran fisik, nyeri tubuh, kesehatan secara umum, vitalitas, fungsi sosial, aspek emosional, dan kesehatan mental Fallowfield, 2009.
Pada penelitian terhadap pasien hipertensi dengan menggunakan SF-36, nilai kualitas hidup tergantung pada beberapa faktor di antaranya adalah usia dan pendidikan.
Kualitas hidup pada penderita hipertensi akan menurun seiring meningkatnya usia Carvalho, 2012. Untuk pendidikan yang rendah, nilai tingkat kesehatan dengan SF-
3 36 adalah semakin rendahnya pendidikan dari penderita hipertensi, nilai kualitas
hidupnya pun semakin rendah Health, 1999. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas hidup pada responden
hipertensi di Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman dengan metode SF-36 berdasarkan usia dan tingkat pendidikannya, sehingga diharapkan nantinya dapat
dimanfaatkan oleh instansi yang berwenang untuk melihat evaluasi kualitas hidup dari penderita hipertensi untuk perbaikan kualitas hidupnya.
2. METODE PENELITIAN