Implementasi Hari Pertama Implementasi

tersebut sebanyak dua kali sambil berdiri dan bertepuk tangan. Peneliti juga menyampaikan aturan kelas yaitu peneliti akan memberikan stiker bagi siswa yang aktif mengikuti pembelajaran. Peneliti kemudian mengatur tempat duduk siswa yaitu duduk bersama dengan kelompok. Terdapat 5 kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa. Siswa kemudian melihat gambar bencana alam banjir yang telah dibawa oleh masing- masing siswa. Peneliti kemudian bertanya kepada siswa berinisial S mengenai isi gambar tersebut. S menjelaskan bahwa gambar tersebut merupakan gambar bencana alam banjir yang terjadi di Jakarta. Siswa lain berinisial D menunjukkan jarinya dan menjelaskan gambar yang dimilikinya bahwa gambar tersebut merupakan bencana alam banjir yang terjadi di Bantul. Gambar bencana alam banjir yang dibawa oleh siswa merupakan bencana alam banjir yang terjadi di berbagai tempat. Selanjutnya peneliti menunjukkan gambar bencana alam banjir yang dimiliki peneliti. Siswa bersama peneliti kemudian melakukan tanya jawab mengenai penyebab dan akibat terjadinya banjir. Siswa berinisial B mengungkapkan perasaannya bahwa dirinya takut dengan banjir karena menyebabkan rumah rusak. Senada dengan pendapat B, siswa berinisial P mengungkapkan bahwa dirinya merasa sedih karena lingkungan hidup menjadi rusak. Siswa berinisial B dan P memiliki pendapat yang sama bahwa bencana alam banjir yang ada pada gambar yang mereka bawa disebabkan oleh sampah. Peneliti kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu membuktikan benar atau tidak bahwa sampah menyebabkan terjadinya bencana alam banjir. Kegiatan melihat gambar bencana alam banjir dan tanya jawab mengenai dampak dan penyebab bencana alam banjir merupakan wujud pelaksanaan pendekatan Paradigma Pedagodi Reflektif yaitu konteks. Melalui kegiatan tersebut siswa mampu menghubungkan pengalaman dan pengetahuan awal yang dimiliki siswa dengan materi pelajaran yang akan dilaksanakan. Hal ini akan mendorong siswa untuk menggali pengalaman belajarnya Subagya, 2010. Konteks membantu siswa memahami materi pelajaran secara nyata. Siswa bersama kelompok kemudian mempelajari panduan eksperimen “Penyebab Banjir” yang telah peneliti bagikan. Seluruh siswa di dalam kelompok membaca dan mempelajari panduan eksperimen tersebut. Peneliti kemudian memberikan arahan kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya yaitu melakukan eksperimen “Penyebab Banjir”. Setiap kelompok kemudian ke luar kelas sesuai dengan instruksi peneliti. Siswa berkumpul bersama kelompok di halaman depan kelas dan duduk melingkar. Peneliti kemudian melakukan demonstrasi dengan melibatkan siswa berinisial D, G, dan R. Ketiga siswa tersebut membantu peneliti membacakan langkah-langkah dalam panduan eksperimen “Penyebab Banjir” secara bergantian. Seluruh siswa melihat dan mengamati demonstrasi yang dilakukan peneliti. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal yang belum jelas mengenai eksperimen “Penyebab Banjir”. Setelah tidak ada pertanyaan lagi, siswa kemudian melakukan eksperimen “Penyebab Banjir”. Beberapa alat dan bahan sudah peneliti siapkan sebelumnya yaitu kotak plastik berbentuk persegi panjang yang sudah dipasangkan dengan botol yang dilubangi bagian tengahnya dan air sebanyak dua botol bekas air mineral. Posisi duduk siswa yang melingkar kemudian dirubah menjadi sejajar berurutan sesuai dengan kelompok 1 hingga kelompok 5 di sepanjang selokan kecil di depan kelas III A. Perubahan posisi duduk siswa ini dilakukan untuk menghindari air yang dituangkan ke dalam botol berlubang tidak mengalir secara langsung di halaman sekolah, melainkan langsung mengalir ke selokan yang berdiameter kurang lebih 7 cm tersebut. Siswa kemudian memulai eksperimen sesuai dengan instruksi peneliti. Siswa melengkapi alat dan bahan yang digunakan dalam eksperimen dengan bahan-bahan yang sudah dibawa oleh siswa sendiri yaitu tanah, potongan sampah plastik, dan sampah daun. Peneliti kemudian mengamati jalannya eksperimen. Setiap kelompok melakukan tugas dengan baik dan saling bekerjasama, seperti membagi tugas untuk membacakan panduan maupun melakukan langkah kegiatannya. Waktu yang dibutuhkan dalam melakukan eksperimen “Penyebab Banjir” sekitar 30 menit. Kelompok 5 menjadi kelompok pertama yang menyelesaikan eksperimen, kemudian disusul kelompok 3, 4, 2, dan 1. Siswa memperoleh pengalaman langsung melalui kegiatan eksperimen “Penyebab Banjir” sehingga siswa bisa memasuki kondisi nyata yang sedang dipelajari Subagya, 2010. Kegiatan eksperimen “Penyebab Banjir” berjalan lancar. Siswa bisa mengikuti ekperimen dengan tenang dan penuh konsentrasi. Siswa berinisial K yang memiliki tingkat emosi kurang stabil juga bisa mengikuti ekperimen dengan tenang. K terlihat bersemangat melakukan eksperimen “Penyebab Banjir”. Peneliti juga melakukan validasi kembali mengenai panduan eksperimen “Penyebab Banjir”. Peneliti melakukan kegiatan tanya jawab tentang kelayakan dan ketergunaan panduan eksperimen tersebut kepada siswa secara acak pada saat berlangsungnya eks perimen “Penyebab Banjir”. Sebagian besar siswa mengatakan bahwa panduan eksperimen tersebut mudah dipahami dari segi bahasa maupun langkah kegiatannya. Setiap siswa dalam kelompok melakukan kegiatan eksperimen sesuai dengan panduan eksperimen. Setelah selesai, siswa kemudian membersihkan alat dan bahan yang digunakan untuk eksperimen. Kegiatan pembelajaran selanjutnya dilakukan di dalam kelas. Peneliti memberikan stiker kepada setiap anggota kelompok 5 karena menjadi kelompok pertama yang berhasil melakukan eksperimen. Kegiatan selanjutnya adalah melakukan tanya jawab hasil eks perimen “Penyebab Banjir”. Kelompok 3 dengan kompak menunjukkan jarinya dan menyampaikan hasil eksperimennya. Kelompok 1, 2, 4, dan 5 kemudian bergiliran menyampaikan hasil eksperimennya. Sebagian besar siswa kelas III A menyatakan bahwa mereka bisa melihat, membaca, bahkan melakukan eksperimen “Penyebab Banjir” sesuai dengan panduan eksperimen “Penyebab Banjir”. Siswa berinisial D menyatakan bahwa dirinya mampu membuktikan bahwa sampah yang menumpuk di selokan dapat menyebabkan terjadinya banjir. Peneliti kemudian memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menanggapi atau menyampaikan pendapat lain. Seluruh siswa kelas III A setuju dengan pendapat D. Peneliti kemudian memberikan penguatan terhadap pendapat D bahwa membuang sampah sembarangan khususnya di sungai atau di sekolan dapat menyebabkan terjadinya banjir pada saat terjadi hujan deras dan menyebabkan jumlah air bertambah banyak. Jika air bertambah banyak sedangkan daerah aliran air terisi sampah, maka aliran air akan tersendat dan menyebabkan air meluap. Hal itulah yang menyebabkan terjadinya banjir dan menyebabkan banyak kerugian seperti hilangnya harta benda, rusaknya lingkungan, bahkan memakan korban jiwa. Siswa kemudian mengerjakan Lembar Kerja Siswa LKS tentang eksperimen “Penyebab Banjir”. LKS tersebut merupakan wujud evaluasi pembelajaran untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi pelajaran yang telah disampaikan Subagya, 2010. Setelah selesai, Lembar Kerja Siswa LKS kemudian dikumpulkan menjadi satu di meja guru. Siswa bersama peneliti kemudian merangkum kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Kesimpulan pembelajaran hari pertama di kelas III A ini menyatakan bahwa eksperimen “Penyebab Banjir” menarik dan menyenangkan karena bisa untuk membuktikan terjadinya banjir yang disebabkan oleh penumpukan sampah di selokan atau di sungai. Panduan eksperimen yang digunakan juga berisi langkah-langkah yang jelas dan bahasanya mudah dimengerti. Peneliti kemudian juga menyampaikan pesan kepada siswa untuk menjaga kebersihan sejak dini dengan cara tidak membuang sampah di sungai atau di selokan yang merupakan daerah aliran air. Membuang sampah pada tempat sampah merupakan bentuk sederhana kepedulian kita terhadap lingkungan. Siswa berinisial C menambahkan bahwa cara lain untuk mencegah terjadinya banjir adalah dengan menanam tanaman di sekitar lingkungan tempat tinggal. Peneliti kemudian menguatkan pendapat C dan menghubungkan dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada hari selanjutnya. Siswa selanjutnya melakukan kegiatan refleksi untuk mengungkapkan perasaannya setelah mengikuti pembelajaran. Melalui refleksi siswa dapat dengan mudah memperdalam pemahaman tentang materi yang telah dipelajari Subagya, 2010. Peneliti kemudian membagikan lembar refleksi untuk setiap siswa. lembar refleksi tersebut berisi pohon cemara yang telah dibagi menjadi 3 bagian. Ketiga bagian tersbeut berisi keterangan mengenai tingkat pemahaman siswa akan pembelajaran yang telah dilakukan. Siswa perlu mewarnai salah satu bagian pohon cemara tersebut sesuai dengan tingkat pemahaman masing-masing siswa. Peneliti kemudian menanyakan aksi yang akan dilakukan siswa setelah mengikuti pembelajaran kerusakan alam. Aksi menunjukkan pertimbangan batin siswa berdasarkan pengalaman yang telah direfleksikan Subgya, 2010. Tugas lain yang harus dilakukan siswa adalah menyampaikan pesan yang telah siswa dapatkan setelah mengikuti pembelajaran tentang kerusakan alam kepada setidaknya 4 hingga 5 orang lain di sekitar siswa. Siswa diperbolehkan menyampaikan pesan kepada orang terdekatnya seperi ayah, ibu, adik, kakak, nenek, kakek, atau teman-temannya. Kegiatan ini merupakan kegiatan peer tutoring yaitu kegiatan menntutori orang lain atas pengetahuan baru yang didapatkan seseorang. Peneliti kemudian membagikan lembar peer tutoring kepada masing-masing siswa. Lembar tersebut memuat kolom nama, usia, alamat, dan pesankesan dari setiap orang yang ditutori. Lembar tersebut dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. Pembelajaran kemudian ditutup pada pukul 08.55. Siswa kemudian berisitirahat. Proses pelaksanaan penelitian pada hari pertama dapat dilihat secara umum pada gambar 4.15. Gambar 4.15 Proses Pelaksanaan Penelitian Hari Pertama

4.1.3.2 Implementasi Hari Kedua

Implementasi “Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan” hari kedua dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 9 Desember 2016. Peneliti menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Pada pertemuan sebelumnya tepatnya di akhir pembelajaran hari pertama yaitu pada hari Kamis tanggal 8 Desember 2016, peneliti memberikan tugas kepada siswa untuk membawa alat pewarna seperti pensil warna atau crayon. Pembelajaran dimulai pada pukul 07.30 WIB. Peneliti mengawali pembelajaran dengan doa bersama yang dipimpin oleh siswa berinisial A. Pembelajaran diikuti oleh seluruh siswa kelas III A yang berjumlah 26 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 16 sis wa perempuan. Lagu “Lihat Kebunku” dinyanyikan bersama untuk membangkitkan semangat siswa. Melalui lagu tersebut, peneliti juga mengarahkan dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan yaitu mengenai tanaman dan mengetahui fungsi akar pada tanaman. Pengaturan tempat duduk untuk setiap kelompok juga dilakukan agar siswa lebih leluasa melakukan diskusi dan kerjasama bersama anggota kelompoknya. Aturan dalam kelas juga peneliti sampaikan untuk mengkondisikan siswa. Siswa yang dapat mengikuti pembelajaran dengan baik akan mendapatkan stiker yang nanti akan dikumpulkan kemudian diakumulasikan untuk mendapatkan reward. Siswa selanjutnya melihat dua gambar yang berbeda yaitu gambar kebun kosong tanpa ada tanaman dan gambar kebun yang terdapat berbagai tanaman. Pada saat melihat gambar kebun yang terdapat berbagai tanaman, secara umum siswa merasa “sejuk, tenang, dan indah”. Berbeda dengan gambar kebun kosong tanpa ada tanaman, secara umum siswa mengungkapkan bahwa merasa “panas dan gersang”. Seluruh siswa kelas III A secara kompak memilih gambar kebun yang terdapat berbagai tanaman dari pada gambar kebun tanpa ada tanaman. Siswa memilih gambar kebun yang terdapat berbagai tanaman dengan alasan merasa sejuk. Siswa berinisial G juga menjelaskan perbedaan kondisi lahan yang ada tanamannya dengan lahan yang tidak ada tanamannya. G memberikan contoh kondisi di depan kelas III A yang terdapat beberapa tanaman dengan kondisi di depan sekolah yang merupakan lahan kosong tanpa ada tanaman yang rindang. G menyatakan bahwa dirinya merasa “panas” ketika berada di lahan kosong tersebut. Peneliti selanjutnya melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai kegiatan yang akan siswa lakukan ketika melihat gambar kebun yang kosong tanpa ada tanaman. Siswa berinisial C menjawab bahwa dirinya akan menanami lahan tersebut dengan tanaman agar terasa lebih sejuk. Jawaban C kemudian dilengkapi oleh L yang menjelaskan bahwa tanaman bisa menghasilkan oksigen sehingga apabila kita berada di bawah pohon rindang bisa merasa sejuk. Peneliti kemudian memberikan penguatan terhadap jawaban siswa mengenai pentingnya tumbuhan untuk kehidupan manusia. Kegiatan menampilkan gambar kebun kosong tanpa ada tanaman dan gambar kebun yang terdapat berbagai tanaman serta kegiatan tanya jawab mengenai isi gambar tersebut merupakan wujud pelaksanaan RPP yang sesuai dengan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR yaitu konteks. Melalui kegiatan tersebut siswa mengubungkan pengalaman awal siswa dengan pembelajaran sebelumnya untuk

Dokumen yang terkait

Pengembangan materi Pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan menggunakan model conservation scout untuk siswa kelas V A SD N Jetis 1 Yogyakarta.

2 2 184

Pengembangan materi pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan menggunakan model conservation scout untuk siswa kelas V B SD N Jetis 1 Yogyakarta.

0 1 179

Pengembangan modul pembelajaran IPA "Tumbuhan di Sekitarku" menggunakan pendekatan paradigma pedagogi refketif untuk siswa kelas III A SD N Jetis 1 Yogyakarta.

0 2 112

Pengembangan materi pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan menggunakan model Conservation Scout untuk siswa kelas III B SD N Jetis 1 Yogyakarta.

0 5 187

Pengembangan materi Pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan menggunakan model conservation scout untuk siswa kelas V A SD N Jetis 1 Yogyakarta

0 4 182

Pengembangan materi pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan menggunakan model conservation scout untuk siswa kelas V B SD N Jetis 1 Yogyakarta

0 0 177

Pengembangan modul pembelajaran IPA Tumbuhan di Sekitarku menggunakan pendekatan paradigma pedagogi refketif untuk siswa kelas III A SD N Jetis 1 Yogyakarta

0 1 110

Pengembangan materi pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan menggunakan model conservation scout untuk siswa kelas III A SD N Jetis 1 Yogyakarta

0 26 194

Pengembangan materi pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan menggunakan model Conservation Scout untuk siswa kelas III B SD N Jetis 1 Yogyakarta

0 4 185

PENDIDIKAN KESADARAN DAN KEPEDULIAN LINGKUNGAN PADA ANAK MELALUI MODEL CONSERVATION SCOUT

0 0 11