Teknik Pengumpulan Data Deskripsi Kualitas Materi

4. Penggunaan bahasa Indonesia dan tata tulis dalam pedoman. Total Skor Keseluruhan Skor terbobot = x 10 Penilaian dilakukan dengan memberikan tanda centang pada skor 1, 2, 3 dan 4 sesuai pendapat para ahli. Berikut adalah data hasil validasi instrumen analisis kebutuhan dan validasi materi oleh siswa dari 2 validator: Tabel 3.6 Skor Hasil Validasi Instrumen Wawancara oleh Ahli IPA dan Ahli Bahasa No Validator Skor Perolehan Skor Total Rata- rata Instrumen Validasi Materi oleh Siswa Instrumen Analisi Kebutuhan Siswa Instrumen Analisis Kebutuhan Guru Instrumen Analisis Kebutuhan Kepala Sekolah 1 Dosen ahli IPA 37,5 35 37,5 35 145 36,25 2 Dosen ahli bahasa 35 37,5 37,5 37,5 147,5 36,87 Berdasarkan skor hasil validasi analisis kebutuhan dan validasi materi oleh siswa pada tabel 3.6, instrumen tersebut layak digunakan dengan perbaikan sesuai dengan saran dari validator.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan kuesioner. Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab secara bertatap muka antara pewawancara dan yang diwawancarai untuk memperoleh suatu informasi Gunawan, 2013: 162. Kegiatan wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara tidak terstruktur. Peneliti berpedoman pada garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data analisis kebutuhan siswa, guru, dan kepala sekolah terhadap materi eksperimen yang akan dikembangkan oleh peneliti. Kegiatan wawancara juga dilakukan untuk validasi panduan eksperimen untuk siswa. Observasi merupakan kegiatan melihat, mencatat gejala yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar gejala yang muncul dalam suatu konteks Gunawan, 2013: 143. Dalam penelitian ini menggunakan observasi nonpartisipan, artinya peneliti berperan sebagai pengamat independen. Kegiatan observasi dilakukan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di dalam kelas dan pada saat istirahat untuk mengamati perilaku siswa terhadap tanaman yang ada di depan kelas III A. Kegiatan observasi juga dilakukan peneliti selama menjalankan program pengalaman lapangan PPL di SD N Jetis 1 Yogyakarta selama kurang lebih 4 bulan. Peneliti juga menggunakan kuesioner dalam penelitian ini. Kuesioner merupakan seperangkat pertanyaan maupun pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden untuk dijawab Sugiyono, 2015: 199. Lembar kuesioner digunakan untuk memvalidasi instrumen wawancara dan Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan yang dikembangkan. Lembar kuesioner ini diserahkan kepada para validator untuk menilai kualitas materi tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3.6 Teknik Analisis Data

3.6.1 Teknik Analisi Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini diperoleh dari kegiatan observasi dan wawancara dengan siswa, guru kelas, dan kepala sekolah. Data berupa kritik dan saran yang diperoleh dari hasil validasi dengan para ahli digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki kualitas isi materi. Ahli bahasa memberikan kritik dan saran pada pengejaan, gaya bahasa, dan penulisan yang digunakan dalam materi. Ahli IPA memberikan kritik dan saran pada kualitas isi materi, sedangkan guru memberikan kritik dan saran pada langkah pembelajaran yang ada dalam materi dan seluruh isi materi.

3.6.2 Teknik Analisis Data Kuantitatif

Data Kuantitatif diperloleh dari hasil perhitungan skor validasi materi oleh para ahli. Data kuantitatif yang diperloleh kemudian dianalisi menggunakan kriteria penilaian menurut Sukardjo 2006. Terdapat empat skala pilihan yang memperjelas kelayakan materi yang telah dikembangkan. Setiap butir memiliki skor tertinggi 4 dan terendah 1. Angka 4 untuk sangat layak, angka 3 untuk layak, angka 2 untuk cukup layak dan angka 1 untuk kurang layak. Berikut adalah tabel kriteria penilaian menurut Sukardjo 2006 yang digunakan dalam penelitian ini: Tabel 3.7 Kriteria Penilaian Ideal No. Interval Skor Kategori 1 X Xi + 1,80 x Sbi Sangat layak 2 Xi + 0,60 x Sbi X ≤ Xi + 1,80 x Sbi Layak 3 Xi – 0,60 x Sbi X ≤ Xi + 0,60 x Sbi Cukup layak 4 Xi – 1,80 x Sbi X ≤ Xi – 0,60 x Sbi Kurang layak Keterangan untuk masing-masing simbol dapat diperinci sebagai berikut: X = Skor akhir rata-rata Xi = Rerata ideal dapat dicari dengan rumus: skor tertinggi ideal + skor terendah ideal Sbi = Simpangan baku ideal dapat dicari dengan rumus: skor tertinggi ideal - skor terendah ideal Berdasarkan rumus konversi pada tabel 3.7, maka perlu dilakukan penghitungan data-data kuantitatif untuk memperoleh data kualitatif. Berikut adalah penghitungan untuk menetapkan rentang skor: Diketahui: Skor tertinggi ideal = 4 Skor terendah ideal = 1 Rerata ideal Xi = 4 + 1 = 5 = 2,5 Simpangan Baku Ideal Sbi = 4-1 = 0,5 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Ditanyakan: Rentang skor= sangat layak, layak, cukup layak, dan kurang layak Jawab: a. Kategori Sangat Layak X Xi + 1,80 x Sbi X 2,5 + 1,80 x 0,5 X 2,5 + 0,9 X 3,4 b. Kategori Layak Xi + 0,60 x Sbi X ≤ Xi + 1,80 x Sbi 2,5 + 0,60 x 0,5 X ≤ 2,5 + 1,80 x 0,5 2,5 + 0,3 X ≤ 3,4 2,8 X ≤ 3,4 c. Kategori Cukup Layak Xi – 0,60 x Sbi X ≤ Xi + 0,60 x Sbi 2,5 – 0,60 x 0,5 X ≤ 2,5 + 0,60 x 0,5 2,5 – 0,3 X ≤ 2,8 2,2 X ≤ 2,8 d. Kategori Kurang Layak Xi – 1,80 x Sbi X ≤ Xi – 0,60 x Sbi 2,5 – 1,80 x 0,5 X ≤ 2,5 – 0,60 x 0,5 2,5 – 0,9 X ≤ 2,2 1,6 X ≤ 2,2 Berdasarkan penghitungan skor yang telah dilakukan oleh peneliti, maka didapatkan rentang kriteria skor skala empat dan kategorinya untuk menilai kualitas kelayakan Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan yang telah disusun oleh peneliti. Kriteria skor skala empat dapat dilihat pada tabel 3.8. Tabel 3.8 Kriteria Skor Skala Empat No. Rentang Skor Kategori 1 X 3,4 Sangat layak 2 2,8 X ≤ 3,4 Layak 3 2,2 X ≤ 2,8 Cukup layak 4 1,6 X ≤ 2,2 Kurang layak Tabel 3.8 dapat digunakan sebagai acuan untuk melihat kategori penilaian yang didapatkan atas hasil validasi dari ahli IPA, ahli bahasa, dan guru kelas. 54 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas dua hal yang berkaitan dengan penelitian. Pertama, peneliti membahas mengenai hasil dan pembahasan “Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan”. Kedua, membahas tentang deskripsi singkat kualitas materi sehingga layak digunakan untuk memberikan pendidikan lingkungan bagi siswa kelas III A SD N Jetis 1 Yogyakarta. 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian ini mengembangkan sebuah materi yang berjudul “Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan”. Materi ini dikembangkan menggunakan model penggembangan materi menurut Brian Tomlinson. Terdapat lima langkah dalam pengembangan ini, antara lain:

4.1.1 Analisis Kebutuhan

Tahap awal dalam pengembangan ini adalah analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan dilakukan melalui kegiatan observasi dan wawancara. Kegiatan observasi dilakukan di dalam dan di luar kelas. Kegiatan observasi di dalam kelas dilakukan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas. Peneliti melakukan kegiatan observasi pada saat menjalankan Program Pengalaman Lapangan PPL di SD N Jetis 1 Yogyakarta yang dimulai dari bulan Juli 2016 hingga bulan Oktober 2016. Peneliti melakukan kegiatan observasi di kelas III A pada hari Rabu, 10 Agustus 2016. Kelas III A beranggotakan 26 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Pelajaran dimulai pukul 07.15 WIB. Guru membuka pembelajaran dengan salam dan melakukan presensi kehadiran siswa. Guru juga berusaha menghubungkan pembelajaran hari itu dengan pembelajaran sebelumnya dengan memberikan pertanyaan tentang materi yang dipelajari dalam pembelajaran sebelumnya. Materi yang diajarkan guru pada hari itu adalah mengenai bagian tubuh tumbuhan. Guru menggunakan buku cetak IPA sebagai bahan ajar dalam proses pembelajaran. Guru menjelaskan secara singkat bagian tubuh tumbuhan. Beberapa siswa menyimak penjelasan guru dan beberapa siswa yang duduk di bangku belakang berbincang dengan teman sebangkunya. Selanjutnya, siswa diminta membaca materi tentang bagian tubuh tumbuhan yang ada di buku cetak IPA yang dibawa masing- masing siswa. Guru memantau kegiatan siswa dan menegur beberapa siswa yang belum membaca buku. Setelah siswa membaca materi, guru memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai bagian tubuh tumbuhan dengan menampilkan langsung tanaman „Pacar Air‟. Guru menunjuk 2 orang siswa maju ke depan kelas untuk membantu guru menunjukkan bagian tubuh tumbuhan. Siswa antusias dan berebut ingin maju ke depan kelas. Guru selanjutnya membagi siswa ke dalam 4 kelompok dan memberikan tanaman „Pacar Air‟ untuk setiap kelompok. Selanjutnya, siswa melakukan pengamatan bagian tubuh tumbuhan yang ada pada tanaman „Pacar Air‟ tersebut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sesuai dengan instruksi guru. Setelah selesai melakukan pengamatan, siswa mengerjakan soal secara mandiri. Siswa dan guru kemudian melakukan koreksi bersama. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab soal. Hampir separuh anggota kelas mengangkat dan menunjukkan jarinya ingin menjawab soal dan beberapa siswa yang lain sibuk berbincang dengan teman lainnya. Proses tanya jawab yang dilakukan guru dan siswa merupakan wujud terjalinnya dialog yang mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Siswa dan guru bersama-sama mencari solusi atas permasalah yang ada dalam pembelajaran. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, ada seorang siswa laki-laki yang tiba-tiba membanting buku, tempat pensil dan tasnya. Seluruh anggota kelas begitupun peneliti pada saat itu terkejut dengan perilaku siswa tersebut. Siswa tersebut terlihat marah kemudian pergi ke luar kelas. Guru dan teman-temannya membiarkannya pergi meninggalkan kelas. Hal ini merupakan wujud pelaksanaan pendidikan emansipatoris yaitu humanisasi. Guru dan teman-teman K berusaha menghargai K untuk melakukan hal yang diinginkan K, yaitu meluapkan emosinya di luar kelas. Pada saat itu, guru memberitahu peneliti bahwa siswa yang bersangkutan memang sering mengalami hal tersebut karena memiliki emosi yang kurang stabil. K akan kembali ke kelas ketika kemarahannya sudah mereda. Guru kemudian melanjutkan mengoreksi dan memberikan penguatan terhadap jawaban siswa. Selesai melakukan koreksi bersama, guru membantu siswa menyimpulkan pembelajaran hari itu dengan menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan bagian tubuh tumbuhan. Ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, tidak ada siswa yang bertanya maupun menanggapi penjelasan guru. Guru kemudian memberikan pekerjaan rumah seperti yang ada pada buku cetak pegangan siswa dan guru. Sebelum istirahat, guru menutup pembelajaran dengan salam. Saat guru menutup pembelajaran, siswa K belum terlihat masuk ke dalam kelas. K masih berada di luar kelas menenangkan diri. Peneliti selanjutnya melakukan observasi di luar kelas, yaitu pada saat istirahat berlangsung. Peneliti melihat K sedang duduk di kursi pos satpam. Peneliti mengamati perilaku K dari arah yang berjauhan sekitar 10 meter. K duduk dengan tenang, menundukkan kepala, dan diam. Tiba-tiba ada seorang temannya mengajaknya berbicara dan sesaat kemudian K mengangkat kepalanya dan mulai berbicara dengan temannya. K kemudian bermain dengan temannya di lapangan sekolah di depan kelas III A. Peneliti terus mengamati perilaku K. Peneliti tidak melihat hal yang aneh. K terlihat seperti siswa yang lainnya, bermain ceria bersama teman-temannya. Pada saat K beristirahat dari bermain bola, peneliti mendatangi K dan mengajak K berbicara. K adalah orang yang periang dan memiliki jiwa humor yang asyik. K bahkan memberikan makanan kecil kepada peneliti. K terlihat begitu berbeda pada saat marah. Peneliti juga takjub dengan teman-teman K dan guru K yang peduli dan memahami kondisi K. Mereka berusaha untuk memberikan perhatian kepada K dan menghindari dengan berbagai cara agar tidak membuat K jengkel atau marah. Peneliti selanjutnya mengamati kondisi lingkungan sekolah, khususnya halaman depan kelas III A. Halaman kelas III A terlihat rapi dan bersih. Terdapat beberapa tanaman yang tampak segar dan terawat. Peneliti selanjutnya mengamati perilaku siswa terhadap lingkungan yang ada di sekitar kelas III A. Beberapa siswa duduk di teras yang terdapat beberapa pot berisi tanaman. Beberapa siswa sengaja memetik daun tanaman yang ada pada pot tersebut kemudian digunakan untuk bermain bersama teman-temannya. Peneliti meyakini bahwa tindakan yang dilakukan siswa tersebut mencerminkan sikap tidak cinta lingkungan. Siswa belum memahami pentingnya tumbuhan bagi lingkungan dan kehidupan makhluk hidup. Kegiatan observasi di luar kelas juga peneliti lakukan pada saat siswa menjalankan program “SEMUTLIS” yang mengarahkan siswa untuk meluangkan waktu 10 menit merawat tanaman. Kegiatan observasi ini dilakukan peneliti pada saat melakukan kegiatan PPL. Pada saat kegiatan tersebut berlangsung, siswa diwajibkan mengumpulkan sampah yang berserakan di halaman sekolah sebanyak mungkin. Siswa bersemangat dan antusias karena instruksi dan arahan dari guru. Setelah kegiatan “SEMUTLIS” ini selesai, peneliti mengamati bahwa perilaku siswa masih sama seperti sebelumnya. Siswa tidak terlihat lagi menjalankan program “SEMUTLIS” ini. Program ini berjalan jika guru yang memberikan arahan. Dari hasil observasi tersebut, peneliti meyakini bahwa pembelajaran di kelas III A sudah mengupayakan pendidikan lingkungan yang terwujud dalam mata pelajaran IPA namun pelaksanaannya belum sepenuhnya. Materi pelajaran disampaikan namun siswa belum diajak untuk memahami pentingnya lingkungan bagi kehidupan manusia. Perilaku siswa kelas III A terhadap lingkungan juga belum berada pada taraf kesadaran dan kepedulian, berdasarkan pengalaman peneliti pada saat melaksanakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kegiatan Program Pengalaman Lapangan PPL dan juga berdasarkan kajian teori tentang kesadaran dan kepedulian lingkungan yang telah peneliti lakukan. Selain data observasi, peneliti juga melakukan kegiatan wawancara untuk menambah dan memperluas informasi. Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas III A, kepala sekolah dan siswa kelas III A. Wawancara dengan guru kelas III A dilakukan sebanyak dua kali. Wawancara pertama dilakukan untuk memperkuat hasil observasi di dalam dan di luar kelas, sedangkan wawancara kedua dilakukan untuk menganalisis kebutuhan guru. Pada hari Kamis, 11 Agustus 2016 peneliti melakukan kegiatan wawancara dengan guru kelas III A yang pertama untuk memperoleh informasi lebih lanjut dan memperkuat hasil observasi yang telah dilakukan sebelumnya. Peneliti melakukan wawancara dengan bertatap muka langsung dengan guru kelas III A dan mencatat hasil wawancara pada buku catatan milik peneliti. Kegiatan wawancara ini dilakukan sesuai panduan yang d iberikan dosen pembimbing yang berjudul „students need anlysis‟. Panduan tersebut memuat beberapa topik pertanyaan. Pada poin A terdapat students personal background yang kemudian dijabarkan lagi menjadi academic background, serta social and economy background. Selanjutnya pada poin B terdapat poin tentang curriculum documents yang kemudian dijabarkan menjadi tipe kurikulum type of curriculum, visi dan misi vission and mission,profil lulusan profile off graduate,dan profil mata pelajaran profile of the course. Peneliti juga mengajukan topik pertanyaan mengenai kegiatan pembelajaran di kelas khususnya dalam mata pelajaran yang berkaitan dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI lingkungan. Selain itu, perilaku siswa di lingkungan sekolah juga menjadi topik penting dalam wawancara ini. Guru kelas III A memaparkan bahwa secara umum siswa kelas III A mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Siswa juga mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik. Hal ini terlihat dari kemampuan siswa menjawab pertanyaan guru dan pengerjaan beberapa tugas yang hasilnya hampir semua siswa menjawab dengan benar berdasarkan pengamatan singkat dari guru kelas III A. Pada saat melakukan wawancara dengan guru kelas III A yang pertama, Kegiatan Belajar Mengajar KBM baru berjalan selama 3 minggu sehingga guru belum begitu mengenal karakteristik masing-masing siswa. Guru kelas III A juga belum melakukan penilaian akademik pada setiap mapel untuk masing-masing siswa. Menurut penjelasan guru kelas III A siswa kelas III A memiliki minat dan antusias yang besar pada hal yang bersifat konkret. Hal yang bersifat konkret tersebut dapat ditemukan pada mata pelajaran IPA dan Matematika. Ketertarikan siswa kelas III A juga terlihat pada hal yang berhubungan dengan alam dan lingkungan, seperti kegiatan menanam dan merawat tanaman. Guru kelas III A pernah memberikan tugas kepada siswa kelas III A untuk membawa biji kacang hijau. Biji kacang hijau tersebut kemudian ditanam pada gelas air mineral bekas yang telah disiapkan oleh guru. Siswa juga diminta untuk merawat biji kacang hijau tersebut hingga tumbuh menjadi kecambah. Kegiatan ini dilakukan guru dan siswa kelas III A untuk membuktikan salah satu ciri- ciri tumbuhan yakni „tumbuh‟. Siswa bersemangat, senang dan antusias ketika mendapat tugas tersebut. Setelah sekitar 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI minggu kemudian, siswa tidak lagi terlihat merawat biji kacang hijau tersebut. Siswa kelas III A merawat biji kacang hijau tersebut jika ada perintah dari guru. Beberapa tanaman juga terdapat di depan kelas III A. Tanaman tersebut nampak rapi dan segar. Namun, tanaman tersebut bukan dirawat oleh siswa kelas III A melainkan oleh istri penjaga SD N Jetis 1 Yogyakarta. Para siswa merawat tanaman dan lingkungan sekolah jika ada perintah dari guru. SD N Jetis 1 Yogyakarta juga menerapkan program “SEMUTLIS” yang merupakan kepanjangan dari “Sepuluh Menit untuk Tanaman dan Lingkungan Sekolah”. Program ini mengajak seluruh warga sekolah agar meluangkan waktu 10 menit untuk tanaman dan lingkungan sekolah. Pada dinding setiap kelas telah ditempel tulisan “SEMUTLIS” ini. Namun dalam pelaksanannya belum terlihat secara maksimal. Dari segi karakteristik siswa, di kelas III A ini terdapat beberapa siswa yang memerlukan bimbingan khusus, misalnya siswa yang fokus perhatiannya kurang pada saat pembelajaran berlangsung dan siswa yang memiliki tingkat emosi kurang stabil. Guru kelas III A memberikan pertanyaan pancingan yang berhubungan dengan materi pelajaran dan memberikan beberapa tugas tambahan bagi siswa yang fokus perhatiannya kurang pada saat pembelajaran berlangsung. Siswa yang memiliki tingkat emosi kurang stabil diminta duduk di tempat duduk depan agar tidak terganggu maupun mengganggu teman-temannya, sehingga kondisi kelas tetap kondusif. Selain itu, guru juga bisa lebih mudah mengawasi perilaku siswa tersebut karena posisi tempat duduk siswa yang berdekatan dengan tempat duduk guru. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Siswa kelas III A mayoritas berasal dari keluarga yang tingkat ekonominya menengah ke bawah. Sebagian besar orang tua kelas III A berprofesi sebagai wiraswasta, yakni sebagai pedagang, karyawan kantor atau toko, buruh laundry maupun sebagai asisten rumah tangga. Orang tua siswa yang berprofesi sebagai Pegawai Negri Sipil PNS sebanyak 2 orang dan yang lain berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Sebagian besar siswa kelas III A berasal dari daerah Yogyakarta dan bertempat tinggal di daerah Jetis, Pasiraman, Yogyakarta. Guru kelas III A tidak begitu paham dengan daerah Yogyakarta karena bukan berasal dari Yogyakarta. Namun menurut pengamatan beliau, daerah di sekitar sekolah ini merupakan daerah kota yang ramai dan dikelilingi gedung, kantor, toko maupun hotel. Sebagian besar siswa kelas III A juga bertempat tinggal di pemukiman yang tak jauh dari sekolah. Menurut penjelasan guru kelas III A, pemukiman tersebut memiliki kondisi yang kumuh dan jarang ditemukan tanaman atau pepohonan rindang. Beliau juga menambahkan bahwa ada siswa yang bertempat tinggal di bantaran sungai Code yang ketika terjadi hujan sering meluap dan menyebabkan banjir di lingkungan tersebut. Wawancara kedua dengan guru kelas III A dilaksanakan pada hari Rabu, 23 November 2016. Kegiatan wawancara tersebut dilakukan untuk menganalisis kebutuhan guru. Peneliti berpatok pada daftar pertanyaan yang telah peneliti susun sebelumnya. Terdapat 8 pertanyaan yang menjadi topik utama dalam wawancara tersebut. Namun, peneliti mengembangkan pertanyaan tersebut sesuai dengan kebutuhan. Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas III A dengan bertatap muka langsung dan merekam percakapan menggunakan aplikasi perekam pada handphone miliki peneliti. Peneliti juga mencatat hal-hal pokok penting pada buku catatan milik peneliti. Guru kelas III A berpendapat bahwa IPA adalah mata pelajaran yang menyenangkan dan bersifat konkret atau nyata. IPA juga berisi materi yang berhubungan dengan alam sehingga siswa lebih mudah untuk memahami materi tersebut, seperti materi tentang ciri-ciri makhluk hidup, sifat-sifat benda, dan sebagainya. Dalam mengajarkan materi IPA, guru berusaha menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan tingkat pemahaman siswa. Guru akan memberikan tugas tambahan bagi siswa yang tingkat pemahamannya tinggi, misalnya tambahan soal atau bahkan diminta membantu temannya yang belum paham dengan materi pelajaran. Bagi siswa yang tingkat kemampuannya sedang, guru memberikan bimbingan dan beberapa pertanyaan pancingan yang berhubungan dengan materi pelajaran untuk memancing pengetahuan dan pemahaman siswa. Siswa yang memiliki tingkat pemahaman rendah mendapat porsi bimbingan yang lebih banyak dan lebih intens dari guru. Guru biasanya juga memberi bimbingan tambahan di akhir pembelajaran bagi siswa yang belum memahami materi pelajaran yang telah disampaikan. Keterbatasan sumber belajar dan media pembelajaran menjadi hal yang menghambat proses pembelajaran IPA di kelas III A. Guru kelas III A berusaha mencari sumber belajar dan media pembelajaran melalui berbagai cara seperti lewat televisi, radio, internet, bahkan membuat sendiri suatu media yang membantu proses pembelajaran. Selain itu, mood siswa yang berubah-ubah kadang membuat guru susah mengkondisikan siswa. Guru biasa melakukan jargon bersama atau melakukan berbagai tepuk semangat untuk mengembalikan perhatian siswa. Guru juga memberikan target untuk siswa. Sebagai contoh, siswa harus mengerjakan soal sampai selesai dan harus mendapatkan nilai minimal 7. Jika siswa mendapatkan nilai kurang dari 7, maka siswa akan mendapatkan soal tambahan atau melakukan remidial untuk memperbaiki nilai. Guru juga berkeliling kelas untuk memberikan bimbingan secara individu bagi siswa yang belum paham mengenai materi yang telah diajarkan. Selama mengajar di kelas III A ini, guru kelas III A telah melaksanakan eksperimen sebanyak satu kali, yaitu pada saat eksperimen menanam biji kacang hijau untuk membuktikan bahwa tumbuhan „tumbuh‟. Kegiatan eksperimen tersebut dilaksanakan di awal semester 1. Guru kelas III A kemudian mengambil cuti dari bulan September hingga bulan Oktober 2016 untuk persiapan kelahiran putranya. Oleh sebab itu, beliau baru melakukan eksperimen sebanyak satu kali di semester ini. Proses pembelajaran di kelas III A selanjutnya digantikan oleh BapakIbu guru lain yang sudah ditunjuk oleh Kepala Sekolah. Guru kelas III A menjelaskan bahwa respon siswa positif dan bersemangat dalam melakukan eksperimen. Siswa juga lebih mudah paham dengan materi yang disampaikan guru. Dalam melaksanakan eksperimen tersebut siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok. Proses pembagian kelompok tersebut menjadi tidak kondusif karena beberapa siswa yang tidak ingin bergabung dengan teman lainnya. Tugas guru PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kemudian memberi pengertian kepada siswa tersebut untuk saling menerima dan berbagi dengan siswa lain. Guru kelas III A berpendapat bahwa tidak semua materi IPA bisa dikombinasikan dengan eksperimen. Guru perlu memilih materi yang sekiranya bisa dikombinasikan dengan eksperimen. Pengadaan alat dan bahan dalam eksperimen serta alokasi waktu pelaksanaan eksperimen juga perlu dipersiapkan dan diperhitungkan. Mata pelajaran IPA di sekolah ini tidak setiap hari diajarkan. Dalam setiap pertemuannya, mata pelajaran IPA dialokasikan selama 35 menit. Mengenai pelaksanaan eksperimen di kelas, guru kelas III A mengatakan perlu dilakukan untuk menambah pengalaman siswa. Melalui eksperimen, siswa dapat mengamati objek secara nyata dan siswa bisa belajar secara langsung, sehingga siswa bisa memperoleh pengalaman yang bermakna. Siswa akan lebih mudah dan lebih lama mengingat materi yang disampaikan melalui eksperimen tersebut. Dalam melakukan eksperimen, guru kelas III A menyarankan perlunya sebuah panduan atau petunjuk eksperimen. Panduan atau petunjuk eksperimen ini berfungsi untuk mengarahkan hal-hal yang harus dilakukan pada saat melaksanakan eksperimen. Panduan atau petunjuk eksperimen guru dan siswa bisa dibuat sama atau berbeda. Panduan tersebut mengarahkan proses eksperimen menjadi lebih terstruktur dan eksperimen bisa terlaksana dengan lancar. Panduan eksperimen yang diharapkan guru kelas III A adalah panduan eksperimen yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi SK, Kompetensi Dasar KD, dan materi pelajaran. Panduan eksperimen sebaiknya juga disertai gambar sebagai penjelas dalam langkah eksperimen. Bentuk tulisan dalam panduan eksperimen dibuat menarik agar mudah dibaca dan dipahami oleh siswa. Penyusunan panduan eksperimen juga sebaiknya memperhatikan faktor keselamatan bagi siswa. pelaksanaan eksperimen diharapkan memberikan tambahan informasi dan pengalaman bagi siswa. Pada hari yang sama yakni Kamis, 23 November 2016 peneliti juga melakukan wawancara dengan 5 siswa kelas III A. Kelima siswa tersebut dipilih sesuai rekomendasi guru kelas III A yang memilih berdasarkan tingkat kemampuan siswa dari yang rendah, sedang, dan tinggi. Wawancara dilakukan dengan bertatap muka langsung dan dilakukan secara bergantian. Peneliti kemudian mencatat hasil wawancara pada buku catatan milik peneliti. Siswa pertama berinisial H. H adalah seorang siswa perempuan yang menyukai pelajaran IPA. Kesan pertama H pada saat mengikuti pembelajaran IPA adalah senang. Menurut H, pelajaran IPA menarik karena berhubungan dengan alam. Selama mengikuti pembelajaran IPA, H tidak menemui kesulitan. H juga menjelaskan bahwa guru kelas III A pernah mengajak siswa untuk melaksanakan eksperimen tentang bagian tubuh tumbuhan dan sifat benda. Melalui eksperimen tersebut, H dapat memahami materi yang disampaikan guru dan intisari dari eksperimen tersebut. Pada saat melakukan eksperimen, guru juga menggunakan panduan eksperimen. Panduan eksperimen tersebut berisi langkah-langkah dalam melakukan eksperimen. Menurut H, panduan eksperimen dibutuhkan pada saat melakukan eksperimen. Panduan ini memberikan arahan dan pedoman hal-hal yang harus dilakukan pada saat melakukan ekperimen. Panduan eksperimen yang diharapkan H sebaiknya diberi gambar sebagai penjelas langkah dalam eksperimen. Siswa kedua berinisial D. Siswa laki-laki ini menyukai mata pelajaran IPA karena berhubungan dengan alam. Selama mengikuti pembelajaran IPA di kelas, D tidak menemui kesulitan. D juga bercerita bahwa ia pernah mengikuti eksperimen sederhana tentang bagian tubuh tumbuhan dan sifat benda. D bisa dengan mudah memahami materi pelajaran pada saat pembelajaran berada di dalam maupun di luar kelas. D menjelaskan bahwa guru menggunakan panduan dalam melakukan eksperimen. Pengadaan panduan eksperimen untuk siswa juga D harapkan untuk memberikan arahan hal-hal yang harus dilakukan pada saat melakukan eksperimen. Jika langkah dalam eksperimen berhasil, maka eksperimen memiliki kemungkinan besar untuk berhasil. Panduan eksperimen yang diharapkan D sebaiknya disertai gambar menarik dan tulisan pada panduan tersebut mudah dibaca. Siswa selanjutnya berinisial A. Pada saat ditanya mengenai kesan tentang pelajaran IPA, ia menjawab bahwa ia menyukai IPA. Siswa perempuan ini menyukai hal-hal yang berhubungan dengan alam. A bercerita bahwa kadang ia merasa kesulitan pada saat mengerjakan soal-soal IPA karena ia tidak memahami maksud dari soal tersebut. A biasanya menunggu guru untuk memberikan bimbingan tambahan kepadanya. A juga menceritakan tentang eksperimen yang pernah dilakukannya yaitu tentang sifat benda. A dengan cepat mampu memahami materi yang disampaikan melalui kegiatan eksperimen karena menurut A belajar di luar ruangan dapat menumbuhkan rasa senang. Dalam melakukan eksperimen, guru menggunakan panduan eksperimen yang berisi langkah-langkah yang harus dilakukan pada saat melakukan eksperimen. A mengharapkan adanya pengadaan panduan eksperimen yang dapat memberikan arahan agar eksperimen bisa berhasil. Panduan eksperimen yang diharapkan A sebaiknya tulisannya jelas dan disertai dengan gambar yang menarik. L merupakan inisial siswa yang selanjutnya. Siswa perempuan ini berpendapat bahwa mata pelajaran IPA asik karena berhubungan dengan lingkungan sekitar. L kadang sulit memahami materi yang disampaikan guru karena menurut L materi IPA terlalu banyak. Kegiatan eksperimen pernah L lakukan di kelas III A ini. Materi yang disampaikan melalui eksperimen tersebut adalah materi tentang bagian tubuh tumbuhan. Pada saat melakukan eksperimen L tidak begitu memahami materi yang disampaikan melalui eksperimen tersebut karena pada saat melakukan eksperimen L duduk di kursi di deret belakang sehingga penjelasan guru kurang jelas. L masih mengingat bahwa guru menggunakan panduan saat melakukan eksperimen. Menurut L panduan ini penting karena berisi langkah-langkah dalam eksperimen dan mengarahkan keberhasilan eksperimen tersebut. L mengharapkan panduan eksperimen yang menarik untuk dibaca dan terdapat gambar sebagai penjelas. Selanjutnya, seorang siswa laki-laki berinisial R juga menyukai mata pelajaran IPA. Pada saat ditanya, R menjawab karena mata pelajaran IPA sering diajarkan guru. Kesukaannya pada mata pelajaran IPA ini membuat R tidak menemui kesulitan ketika proses pembelajaran IPA berlangsung. R bercerita bahwa ia pernah melakukan eksperimen bersama guru mengenai sifat benda. R dengan mudah menangkap materi yang disampaikan melalui eksperimen tersebut karena kegiatan eksperimen yang jelas. Panduan eksperimen juga digunakan guru ketika melakukan eksperimen. Menurut R, panduan sebuah eksperimen perlu ada karena dapat digunakan sebagai pedoman dalam melakukan eksperimen. Panduan eksperimen menurut R sebaiknya tulisannya jelas dan mudah dibaca. Selanjutnya, pada hari Kamis, 1 Desember 2016 pukul 09.00-09.30 peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah SD N Jetis 1 Yogyakarta untuk mengetahui analisi kebutuhan kepala sekolah. Wawancara ini dilakukan sesuai berdasarkan 8 pertanyaan utama yang telah peneliti susun sebelumnya. Wawancara ini dilakukan dengan bertatap muka langsung dengan kegiatan diskusi kemudian peneliti mencatat hasilnya pada buku catatan milik peneliti. Peneliti mengawali pertanyaan tentang pelaksanaan eksperimen di kelas oleh BapakIbu guru SD N Jetis 1 Yogyakarta. Kepala Sekolah meyakini bahwa guru sering melaksanakan eksperimen pada saat pembelajaran di kelas. Kegiatan eksperimen ini setidaknya terlihat pada saat kepala sekolah melakukan supervisi atau penilaian terhadap kinerja guru di kelas. Kegiatan supervisi ini dilaksanakan paling sedikit 2 kali dalam satu semester. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Dalam pelaksanaan eksperimen ini beberapa guru mengalami kendala. Alat peraga yang tersedia di sekolah dirasa kurang mendukung dan persediaannya kurang lengkap. Beberapa alat peraga juga mengalami kerusakan karena kondisinya sudah lama dan sudah tua. Sekolah berusaha mengatasi kendala tersebut dengan berbagai cara. Sekolah berusaha memperbaiki alat peraga yang masih bisa diperbaiki. Alat peraga kemudian disimpan di dalam alamari laboratorium IPA untuk meminimalisir kerusakan. Selain itu, sekolah juga menganggarkan alat peraga yang baru melalui Bantuan Operasional Sekolah BOS dan Bantuan Operasional Sekolah Daerah BOSDA. Guru di SD N Jetis 1 Yogyakarta dipastikan menggunakan panduan dalam melakukan eksperimen. Hampir semua bentuk kegiatan eksperimen menggunakan panduan. Panduan eksperimen yang digunakan guru berupa panduan yang ada di buku pegangan guru. Bahkan beberapa guru juga membuat sendiri panduan eksperimen yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan dalam eksperimen. Kepala Sekolah SD N Jetis 1 Yogyakarta menjelaskan bahwa pengadaan panduan eksperimen ini menjadi hal penting. Panduan eksperimen ini menjadi rambu-rambu yang mengarahkan kegiatan dalam eksperimen. Selain itu, panduan eksperimen meminimalisir kerepotan guru dan siswa pada saat melakukan eksperimen. Guru dan siswa akan lebih mudah melakukan eksperimen yang sesuai dengan panduan eksperimen. Melalui kegiatan eksperimen, Kepala Sekolah SD N Jetis 1 Yogyakarta mengharapkan pembelajaran menjadi lebih aktif dan tidak dalam bentuk verbalisme saja. Kegiatan pembelajaran diharapkan berpusat pada siswa, artinya pembelajaran mengarahkan pada segala kemampuan yang dimiliki oleh siswa baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotor. Melalui kegiatan eksperimen siswa dapat belajar secara langsung dan memperoleh pengalaman baru yang bermakna. Penyusunan panduan eksperimen menurut Kepala Sekolah SD N Jetis 1 Yogyakarta hendaknya memperhatikan beberapa hal, seperti kesesuaian eksperimen dengan Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD, kesesuaian dengan indikator pembelajaran, kesesuaian dengan materi yang disampaikan, serta sesuai dengan karakteristik siswa. Selain itu, Kepala Sekolah SD N Jetis 1 Yogyakarta juga menambahkan bahwa eksperimen yang baik juga perlu memperhatikan segi keselamatan, artinya eksperimen yang akan dilakukan hendaknya tidak membahayakan bagi siswa dan guru. Sebelum melakukan eksperimen bersama siswa, hendaknya guru juga perlu melakukan uji coba eksperimen tersebut untuk mengantisipasi kegagalan dan mengetahui kelemahan maupun kelebihan dari kegiatan eksperimen tersebut. Melalui kegiatan eksperimen ini sikap kepedulian siswa terhadap lingkungan lebih berkembang. Dari hasil wawancara tersebut peneliti meyakini bahwa media dan sumber belajar di sekolah khususnya untuk pembelajaran IPA ketersediaannya terbatas. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi IPA. Guru, siswa dan Kepala Sekolah membutuhkan materi eksperimen dalam proses pembelajaran IPA. Materi tersebut digunakan sebagai rambu-rambu yang mengarahkan langkah-langkah yang harus dilakukan pada saat melakukan eksperimen. Peneliti meyakini bahwa berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilaksanakan, siswa, guru, dan Kepala Sekolah membutuhkan materi eksperimen dalam proses pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA. Materi eksperimen diharapkan sesuai dengan Standar Kompetensi SK, Kompetensi Dasar KD dan indikator pembelajaran. Selain itu, materi berisi petunjuk dan langkah-langkah yang harus dilakukan pada saat melaksanakan eksperimen, disertai gambar sebagai penjelas langkah-langkah dalam eksperimen, serta tulisan dalam materi mudah dibaca untuk kemudian mudah dipahami. Eksperimen yang dilakukan memperhatikan faktor keselamatan baik guru maupun siswa.

4.1.2 Desain

Data hasil analisis kebutuhan siswa kemudian dijadikan sebagai dasar pengembangan selanjutnya. Desain pengembangan diawali dengan mempelajari dan mengkaji materi pengembangan menurut Brian Tomlinson 2005. Peneliti berfokus pada 10 prinsip Tomlinson yang diyakini relevan dengan penelitian ini. Berikut adalah proses pengembangan desain materi dalam penelitian ini:

4.1.2.1 Desain Materi Sebelum Divalidasi

Dalam penelitian ini peneliti mengembangkan Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan sebagai bentuk memberikan pendidikan lingkungan bagi siswa kelas III A SD N Jetis 1 Yogyakarta. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, peneliti berfokus pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam IPA. Peneliti memilih materi pada BAB XIII Cara Manusia dalam Memelihara dan Melestarikan Alam, sub bab Perilaku Manusia yang Peduli Lingkungan. Selanjutnya, peneliti menyusun Standar Kompetensi SK, Kompetensi Dasar KD, indikator pembelajaran, dan kegiatan inti pembelajaran berdasarkan lembar panduan students need analysis pemberian dosen pembimbing. Hasil penyusunan Standar Kompetensi SK, Kompetensi Dasar KD, indikator pembelajaran, dan kegiatan inti pembelajaran tersebut kemudian dikoreksi oleh dosen pembimbing. Peneliti kemudian mengembangkan Standar Kompetensi SK, Kompetensi Dasar KD, indikator pembelajaran, dan kegiatan inti pembelajaran yang telah dikoreksi ke dalam bentuk Silabus Pembelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP sesuai dengan kurikulum yang digunakan di SD N Jetis 1 Yogyakarta yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP tahun 2006. Peneliti kemudian menyusun silabus pembelajaran. Silabus merupakan rencana pembelajaran yang memuat Standar Kompetensi SK, Kompetensi Dasar KD, indikator pembelajaran, pengalaman belajar, alokasi waktu, penilaian, sumber dan alat belajar. Silabus tersebut kemudian peneliti kembangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP. RPP ini menggambarkan prosedur pembelajaran untuk mencapai Kompetensi Dasar KD yang telah ditetapkan dan dijabarkan dalam Silabus. Selanjutnya, peneliti menyusun materi eksperimen yang berjudul “Penyebab Banjir” sebagai bahan ajar pendukung proses pembelajaran berdasarkan model Conservation Scout. Peneliti juga menyusun panduan eksperimen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “Penyebab Banjir” untuk siswa kelas III A SD N Jetis 1 Yogyakarta sebagai bentuk terlaksananya pendidikan emansipatoris. Dalam mengembangkan Materi Eksperimen “Penyebab Banjir” dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP peneliti menggunakan program komputer Microsoft Word 2010 dan Microsoft Publisher 2010. Jenis font yang digunakan dalam materi antara lain Times New Roman, Comic Sans MS, dan Segoe Print. Jenis font digunakan sesuai dengan kebutuhan materi sehingga bentuk tulisan dalam materi terlihat bervariasi. Aplikasi Microsoft Publisher 2010 digunakan untuk menyusun sampul depan. Komponen dari materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan antara lain, pertama yakni sampul, kedua yakni isi, dan ketiga yakni penutup. Materi Eksperimen “Penyebab Banjir” dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP kemudian digabungkan dan digunakan sebagai bahan ajar pegangan guru dengan judul “Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan”. Peneliti juga menyusun pengantar singkat yang memberikan gambaran singkat isi materi. Peneliti kemudian melakukan sharing dengan rekan peneliti yaitu Paulus Yuli Suseno. Hasil sharing membuktikan bahwa hasil analisis kebutuhan yang dilakukan peneliti di kelas III A dan hasil analisi kebutuhan yang dilakukan rekan peneliti di kelas III B memiliki kesimpulan yang sama. Hal ini mendorong peneliti untuk menggabungkan Silabus, RPP, dan Materi Eksperimen karya masing-masing. Bentuk akhir dari desain materi yang dikembangkan oleh peneliti bersama rekan peneliti menjadi dua buah RPP, dua buah Silabus, dan dua buah Materi Eksperimen. Proses pembelajaran dilakukan selama dua hari. Sampul materi didesain peneliti bersama rekan peneliti menggunakan program komputer Microsoft Publisher 2010. Sampul memuat logo Universitas Sanata Dharma, judul materi, gambar, nama peneliti dan rekan peneliti, dan nama program studi. Background sampul berwarna hitam. Pada bagian tengah atas sampul tertera logo Universitas Sanata Dharma berwarna cokelat muda dan kuning keemasan. Judul materi berada di bawah logo dengan warna tulisan hijau dan didesain menggunakan WordArt Style. Bagian bawah judul materi terdapat gambar sepasang tangan yang memegang tanaman beserta tanahnya. Gambar tersebut di dapatkan dari http:www.canstockphoto.complant-in-hands-1242008.html . Bagian selanjutnya ada lah nama peneliti yaitu “Adelia Surya Putri” dan rekan peneliti “Paulus Yuli Suseno” yang didesain menggunakan jenis font Harlor Solid Italici berwarna putih. Berikut gambar desain sampul materi yang dikembangkan peneliti dapat dilihat pada gambar 4.1. Gambar 4.1 Sampul Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan Komponen selanjutnya dalam Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan antara lain pengantar materi, daftar isi, silabus hari pertama dan silabus hari kedua, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP hari pertama dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP hari kedua. Pengantar materi disusun untuk memberikan gambaran singkat isi materi. Bagian selanjutnya adalah silabus hari pertama dan silabus hari kedua. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP hari pertama dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP hari kedua menjadi bagian selanjutnya. RPP disusun sesuai format Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP 2006 dan berdasarkan kaidah dalam Standar Isi, Proses, dan Penilaian. RPP Hari Pertama memuat identitas RPP, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi Pelajaran, Pendekatan Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Model Pembelajaran, Media, Alat, Sumber Belajar, Kegiatan Pembelajaran, dan Lampiran. Identitas RPP memuat satuan pendidikan yakni SD N Jetis 1 Yogyakarta, mata pelajaran yang dipilih yaitu Ilmu Pengetahuan Alam IPA, kelas yang dipilih yaitu kelas III pada semester 2, alokasi waktu pembelajaran yaitu 2x35 menit, dan tahun ajaran pembuatan RPP yaitu 20162017. RPP dibuat berdasarkan Standar Kompetensi 6. Memahami kenampakan permukaan bumi, cuaca,dan pengaruhnya bagi manusia serta hubungan dengan cara manusia memelihara dan melestarikan alam. Sedangkan Kompetensi Dasar yang digunakan yaitu 6. Mengidentifikasi cara manusia dalam memelihara dan melestarikan alam di lingkungan sekitar. Indikator pembelajaran yang digunakan dalam RPP ini terbagi menjadi 3 ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Indikator kognitif dalam RPP ini terdiri dari dua indikator yaitu mengidentifikasi kerusakan alam yang mengganggu kelestarian alam dan membedakan kerusakan alam yang disebabkan oleh faktor alam dan faktor manusia. Sikap afektif dalam RPP ini ditunjukkan dengan indikator yaitu menunjukkan sikap tanggungjawab dalam melakukan diskusi tentang kerusakan alam, sedangkan keterampilan siswa yang dikembangkan dalam RPP ini ditunjukkan dengan indikator yaitu menyampaikan pesan dari eksperimen sederhana tentang penyebab banjir kepada orang lain. Tujuan pembelajaran disusun berdasarkan kaidah ABCD, yaitu audience, behavior, condition, dan degree. Suatu tujuan pembelajaran harus memuat 1 audience atau subjek pembelajaran yaitu siswa, 2 behavior, yaitu aktivitas atau pembelajaran yang diharapkan, 3 condition, yaitu keadaan yang harus dipenuhi untuk mencapai aktivitas atau perilaku yang diharapkan, dan 4 degree, yaitu batas minimal tingkat keberhasilan yang harus dipenuhi dalam mencapai aktivitas atau perilaku yang diharapkan. Materi yang dipelajari dal am RPP ini adalah „Kerusakan Alam dan Cara Menjaga Kelstarian Alam‟. Peneliti menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR, model pembelajaran Conservation Scout, metode pembelajaran demonstrasi, eksperimen, ceramah, diskusi, tanya jawab, dan penugasan. Peneliti juga mencantumkan media dan alat yang digunakan da lam eksperimen “Penyebab Banjir” PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sebagai wujud pelaksanaan RPP hari pertama ini. Sumber belajar yang digunakan merupakan hasil kajian dari buku dan internet. Komponen selanjutnya adalah kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran ini disusun dengan memadukan Pendekatan PPR, Model Conservation Scout, dan Eksplorasi, Elaborasi, serta Konfirmasi EEK serta Pendidikan Emansipatoris. Dalam kegiatan pembelajaran ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup. Kegiatan awal berisi langkah-langkah yang dilakukan guru untuk mengawali pembelajaran, seperti kegiatan menyampaikan tujuan pembelajaran, bernyanyi, dan menghubungkan pengetahuan siswa yang sekarang dengan pengetahuan siswa sebelumnya. Kegiatan inti berisi langkah-langkah pokok pembelajaran, yaitu melakukan demonstrasi, eksperimen, mengerjakan LKS, dan diskusi kelompok. Sedangkan dalam penutup berisi kegiatan siswa bersama guru dalam menyimpulkan materi pembelajaran, melakukan refleksi, dan memberikan tindak lanjut. Siswa melakukan tindak lanjut dengan melakukan peer tutoring kepada 5 orang di sekitar siswa. Lampiran menjadi komponen selanjutnya. Lampiran yang disusun dalam RPP ini yaitu penilaian, LKS, materi pe mbelajaran, dan materi eksperimen “Penyebab Banjir”. Aspek peneliaian dalam RPP hari pertama ini terbagi menjadi 3 aspek penilaian sesuai dengan indikator pembelajaran. Jenis penilaian terdiri dari penilaian tes untuk aspek kognitif atau pengetahuan dan penilaian non tes untuk aspek sikap dan keterampilan. Teknik penilaian yang digunakan yaitu teknik tertulis untuk aspek pengetahuan, teknik observasi untuk aspek sikap, dan teknik unjuk kerja untuk aspek keterampilan. Instrumen dan rubrik penilaian juga menjadi bagian dari komponen ini. Komponen “Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan” yang selanjutnya adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP hari kedua. Proses penyusunan RPP hari kedua yang dilakukan rekan peneliti sama dengan penyusunan RPP hari pertama. Indikator yang digunakan dalam RPP hari pertama dan kedua sama, yaitu terdiri dari indikator kognitif, afektif dan psikomotor. Indikator kognitif yang digunakan yaitu mengidentifikasi 4 cara memelihara lingkungan sekitar, dan menganalisis 4 manfaat dari memelihara tumbuhan. Sikap yang ingin dicapai dalam RPP ini ditunjukkan pada 2 rumusan indikator afektif yaitu menunjukkan sikap reflektif untuk berkontribusi terhadap keberlangsungan hidup tumbuhan dan menunjukkan sikap hendak merawat tumbuhan sebagai bagian dari kehidupan mereka sehari-hari. Sedangkan keterampilan yang ingin dicapai dalam RPP ini ditunjukkan dalam indikator psikomotor yaitu mempraktikkan langkah-langkah dalam eksperimen tentang pentingnya tumbuhan bagi kehidupan manusia sesuai dengan petunjuk, membuat karya seni sebagai bentuk ajakan untuk memelihara tumbuhan, dan menyampaikan pesan kepada orang lain tentang pentingnya memelihara tumbuhan. Materi pelajaran yang menjadi fokus dalam RPP ini adalah „Perilaku Manusia yang Peduli Lingkungan‟. RPP hari kedua ini juga mengkombinasikan pendekatan PPR, Model Conservation Scout, dan EEK. Teknik pembelajaran yang digunakan adalah kampanye dan peer tutoring. Kegiatan dalam RPP hari kedua ini juga terdiri dari 3 tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup. Lagu “Lihat Kebunku” merupakan kegiatan awal. Selain itu, kegiatan tanya jawab dengan siswa tentang materi yang siswa pelajari sebelumnya dan penyampaian tujuan pembelajaran menjadi isi dari kegiatan awal. Kegiatan inti berisi langkah pokok dalam pelaksanaan pembelajaran. Berbeda dengan RPP hari pertama, RPP hari kedua merencanakan eksperimen tentang “Fungsi Akar”. Siswa dan guru melakukan demonstrasi dan eksperimen bersama. Tahap selanjutnya adalah penutup. Siswa merefleksikan materi pelajaran dalam bentuk poster atau puisi. Hasil karya siswa selanjutnya digunakan sebagai tindak lanjut dengan melakukan peer tutoring kepada 5 orang. Isi lampiran RPP hari kedua sama dengan isi lampiran RPP hari pertama. Adapun isi materi secara umum dapat dilihat pada gambar 4.2. Gambar 4.2 Isi Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan Komponen berikutnya setelah RPP adalah Materi Eksperimen. Materi eksperimen disusun sesuai dengan RPP hari pertama dan RPP hari kedua. Materi Eksperimen “Penyebab Banjir” manjadi bagian dari RPP hari pertama dan Materi Eksperimen “Fungsi Akar” menjadi bagian dari RPP hari kedua. Komponen dari kedua materi ini yaitu judul eksperimen, deskripsi eksperimen, tujuan, alat dan bahan, langkah kerja, tingkat kesulitan, dan daftar referensi. Peneliti juga menyusun „Panduan Eksperimen‟ yang digunakan untuk siswa. Perbedaan „Materi Eksperimen‟ dan „Panduan Eksperimen‟ untuk siswa terletak pada susunan komponennya. Dalam „Panduan Eksperimen‟ untuk siswa tidak disertai dengan deskripsi eksperimen, tingkat kesulitan, dan daftar referensi. Gambar yang digunakan pada sampul panduan eksperimen “Penyebab Banjir” didapatkan dari http:s-media-cache-ak0.pinimg.com . Halaman isi panduan disertai background gambar hutan yang didapatkan dari http:pageborders.orgdownloadforestborder . Gambar pohon berakar pada sampul panduan eksperimen “Fungsi Akar” didapatkan rekan peneliti dari http:elipart- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ibrary.comcartoon-tree-roots.html , sedangkan background isi panduan eksperimen didapatkan dari http:pagebroders.orgdownloadflowerborder yaitu berupa gambar seorang wanita yang sedang menyiram tanaman. Kedua „Materi Eksperimen‟ disertai gambar sebagai penjelas pada bagian alat dan bahan, serta langkah kerja. Namun, alat dan bahan yang digunakan pada „Materi Eksperimen‟ untuk guru dan „Panduan Eksperimen‟ untuk siswa berbeda, sehingga gambar yang menyertai alat dan bahan tersebut juga berbeda. Perbedaan alat dan bahan ini mempertimbangkan pengupayaan pendidikan emansipatoris. Siswa membawa sendiri alat dan bahan yang digunakan dalam eksperimen, sehingga peneliti mempertimbangkan kemudahan dan keterjangkauan alat dan bahan tersebut untuk dibawa oleh siswa. Komponen “Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan” yang terakhir adalah penutup. Penutup berisi biografi peneliti dan rekan peneliti. Biografi tersebut mencakup nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pendidikan yang ditempuh dan sedang ditempuh, kegiatan yang pernah diikuti, dan foto.

4.1.2.2 Desain Materi Setelah Direvisi

Setelah desain materi selesai disusun, materi kemudian di validasi untuk mengetahui kelayakan materi. Peneliti menggunakan pedoman penskoran skala empat menurut Sukardjo 2006. Proses validasi ini dilakukan oleh ahli IPA, ahli bahasa, dan dua guru kelas yaitu guru kelas III A dan guru kelas III B SD N Jetis 1 Yogyakarta. Terdapat dua instrumen penilaian yang digunakan dalam validasi ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yaitu instrumen validasi perangkat pembelajaran dan instrumen validasi materi kualitas materi eksperimen. Instrumen validasi perangkat pembelajaran digunakan untuk menilai RPP hari pertama dan RPP hari kedua. Terdapat 9 aspek penilaian dalam instrumen tersebut, antara lain 1 identitas RPP, 2 perumusan indikator keberhasilan belajar, 3 perumusan tujuan, 4 pemilihan dan pengorganisasian materi, 5 pemilihan sumbermedia belajar, 6 kegiatan pembelajaran, 7 penilaian hasil belajar, 8 Lembar Kerja Siswa LKS, dan 9 penggunaan bahasa tulis. Instrumen validasi kualitas materi eksperimen digunakan untuk menilai kualitas Materi Eksperimen “Penyebab Banjir” dan “Fungsi Akar”. Terdapat 5 aspek penilaian dalam instrumen tersebut, antara lain 1 identitas, 2 isi, 3 tampilan, 4 bahasa, dan 5 penggunaan serta penyajian. Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepdulian Lingkungan pertama kali divalidasi oleh dosen ahli IPA. Proses validasi tersebut selesai pada tanggal 21 November 2016. Validator memberikan penilaian terhadap isi dan kelayakan materi tersebut. Hasil validasi kualitas perangkat pembelajaran mendapatkan skor total 3,82 dan hasil validasi kualitas materi eksperimen mendapatkan skor total 3,81. Rata-rata hasil validasi kualitas perangkat pembelajaran dan kualitas materi eksperimen adalah 3,86. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran dan materi eksperimen yang dikembangkan peneliti „sangat layak‟ digunakan untuk uji coba lapangan dengan revisi sesuai saran. Komentar dan saran dari validator digunakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sebagai dasar perbaikan kualitas materi. Komentar, saran, dan revisi yang telah peneliti kembangkan dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Komentar dan Saran dari Ahli IPA serta Revisi No Komentar dan Saran Revisi 1 Perangkat pembelajaran secara umum sudah bagus, yang perlu dilengkapi antara lain penjelasan tentang pendekatan, metode, dan model pembelajaran. Melengkapi materi dengan menyusun penjelasan tentang Pendekatan PPR, metode, dan Model Pembelajaran Conservation Scout. 2 Materi eksperimen secara keseluruhan sudah bagus. Media sampah daun sebaiknya menggunakan daun yang sudah kering. Menambahkan keterangan sampah daun kering pada rincian media untuk poin g. 3 Lebih baik dicarikan lampiran gambar kebun yang penuh dengan bunga dari Indonesia. Mengganti gambar kebun yang penuh dengan bunga pada lampiran gambar dengan gambar taman PGSD USD hasil dokumentasi pribadi. Adapaun perbaikan isi materi sesuai komentar dan saran dapat dilihat pada gambar 4.3, 4.4, 4.5, 4.6, 4.7, 4.8. Gambar 4.3 Poin F pada RPP H1 dan H2 sebelum direvisi Gambar 4.4 Poin F pada RPP H1 dan H2 setelah direvisi Gambar 4.5 Poin g pada rincian media pembelajaran RPP H1 sebelum direvisi Gambar 4.6 Poin g pada rincian media pembelajaran RPP H1 setelah direvisi Gambar 4.7 Lampiran gambar kebun penuh dengan bunga pada RPP H2 sebelum direvisi Gambar 4.8 Lampiran gambar kebun penuh dengan bunga pada RPP H2 setelah direvisi Dosen ahli bahasa menjadi validator selanjutnya untuk menilai kualitas Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan ini. Materi divalidasi pada tanggal 28 November 2016. Hasil validasi kualitas perangkat pembelajaran memperoleh rata-rata skor total 3,85 dan hasil validasi kualitas materi eksperimen memperoleh rata-rata skor total 3,96. Rata-rata hasil validasi kualitas perangkat pembelajaran dan kualitas materi eksperimen adalah 3,91. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran dan materi eksperimen yang dikembangkan peneliti „sangat layak‟ digunakan untuk uji coba lapangan dengan revisi sesuai saran. Dosen ahli bahasa memberikan saran untuk menambahkan kata “aplikasi” pada langkah kesembilan dalam materi eksperimen sehingga menjadi “siapkan aplikasi Stopwatch”. Saran lain yang diberikan yaitu membuat layout pada lampiran materi dan lagu agar terlihat lebih menarik. Gambar hasil revisi materi dari saran ahli bahasa dapat dilihat pada gambar 4.9, 4.10, 4.11, 4.12. Gambar 4.9 Langkah kegiatan eksperimen “Fungsi Akar” nomor 9 sebelum direvisi Gambar 4.10 Langkah kegiatan eksperimen “Fungsi Akar” nomor 9 setelah direvisi Gambar 4.11 Layout Lampiran Materi dan Lagu Sebelum Direvisi Gambar 4.12 Layout Lampiran Materi dan Lagu Setelah Direvisi Kualitas isi Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepdulian Lingkungan juga divalidasi oleh guru kelas III A. Sama halnya dengan dosen ahli IPA dan ahli Bahasa, guru juga menilai kualitas perangkat pembelajaran dan kualitas materi eksperimen. Hasil validasi kualitas perangkat pembelajaran didapatkan rata-rata skor total 3,32 dan hasil validasi kualitas materi eksperimen didapatkan rata-rata skor total 3,44. Validasi kualitas perangkat pembelajaran dan materi eksperimen mendapatkan rata- rata 3,38. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran dan materi eksperimen yang dikembangkan peneliti „layak‟ digunakan untuk uji coba lapangan dengan revisi sesuai saran. Guru kelas III A memberikan saran agar menambahkan gambar dua buah pot yang berisi tanah sebanyak empat cetok. Langkah yang diperbaiki adalah langkah kegiatan nomor 4 yang ada dalam materi eksperimen “Fungsi Akar”, hasil revisi ini dapat dilihat pada gambar 4.13 dan 4.14. Gambar 4.13 Langkah kegiatan eksperimen “Fungsi Akar” nomor 4 sebelum direvisi Gambar 4.14 Langkah kegiatan eksperimen “Fungsi Akar” nomor 4 setelah direvisi Komentar dan saran lain dari guru kelas III A yang dikembangkan peneliti dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Komentar dan Saran dari Guru kelas III A serta Revisi No Komentar dan Saran Revisi 1 Secara umum perangkat pembelajaran ini sudah baik, hanya saja perlu perbaikan pada contoh gambar kebun pada lampiran materi. Mengganti gambar kebun yang penuh dengan bunga pada lampiran gambar dengan gambar taman PGSD USD hasil dokumentasi pribadi. 2 Sesuaikan nama alat percobaan dengan gambarnya. Menyesuaikan nama alat percobaan dengan gambarnya. Guru kelas III B menjadi validator terakhir Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan ini. Guru memberikan penilaian, komentar, dan saran tentang isi materi yang kemudian digunakan peneliti sebagai dasar memperbaiki materi. Hasil validasi kualitas perangkat pembelajaran diperoleh rata-rata skor total 3,07 dan hasil validasi kualitas materi eksperimen diperoleh rata-rata skor total 3,07. Perangkat pembelajaran dan materi eksperimen tersebut mendapatkan rata-rata 3,07. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran dan materi eksperimen yang dikembangkan peneliti „layak‟ digunakan untuk uji coba lapangan dengan revisi sesuai saran. Guru kelas III B memberikan komentar dan saran yang sama dengan guru kelas III A yakni menambahkan gambar dua buah pot yang berisi tanah sebanyak empat cetok. Langkah yang diperbaiki adalah langkah kegiatan nomor 4 yang ada dalam materi eksperimen “Fungsi Akar”, hasil revisi ini dapat dilihat pada gambar 4.13 dan 4.14. Panduan eksperimen yang dikembangkan peneliti juga melalui tahap validasi untuk mengetahui kualitasnya. Proses validasi ini dilakukan oleh 5 siswa kelas III A SD N Jetis 1 Yogyakarta yang dipilih berdasarkan rekomendasi dari guru kelas III A. Kelima siswa tersebut telah mendapatkan panduan eksperimen yang terdiri dari panduan eksperimen “Penyebab Banjir” dan panduan eksperimen “Fungsi Akar”. Peneliti meminta siswa membaca dan mempelajari panduan eksperimen tersebut. Teknik yang digunakan dalam proses validasi ini adalah teknik wawancara. Peneliti melakukan wawancara berdasarkan 6 pertanyaan utama yang kemudian dikembangkan sesuai dengan kebutuhan peneliti. Wawancara dilakukan pada hari Sabtu, 3 Desember 2016. Validator pertama berinisal H. Siswa tersebut menceritakan bahwa sudah melihat dan membaca seluruh isi panduan materi eksperimen. H menjelaskan bahwa panduan eksperimen tersebut menarik karena merupakan sesuatu hal yang baru baginya. Bahasa yang digunakan dalam panduan eksperimen tersebut juga mudah dipahami oleh H. Setelah membaca panduan eksperimen tersebut, H merasa senang dan tertarik untuk mencoba melakukan eksperimen yang ada pada panduan eksperimen. H yakin bisa melakukan eksperimen sesuai dengan panduan eksperimen tersebut karena langkah dalam panduan eksperimen tersebut sudah jelas. Validator selanjutnya siswa berinisial D. Siswa tersebut menyatakan sudah melihat dan membaca panduan eksperimen. Bahasa yang digunakan dalam panduan eksperimen tersebut juga mudah dimengerti oleh D. Namun, ada bagian yang belum dipahami oleh D dari panduan eksperimen tersebut seperti pada bagian alat dan bahan. Menurut D, gambar cetok tidak sesuai dengan cetok yang sebenarnya. D merasa senang ketika membaca panduan eksperimen tersebut karena mendapat pengetahuan baru. D meyakini bisa melakukan eksperimen dengan bantuan panduan eksperimen tersebut. Siswa berinisial A menjadi validator selanjutnya. A menyatakan bahwa sudah melihat, membaca dan memahami isi panduan eksperimen. Ketertarikan A dengan panduan eksperimen diwujudkan dengan panduan eksperiemen yang disertai gambar dan langkah kegiatan yang bervariasi. Namun A menyatakan bahwa dirinya belum memahami langkah pada panduan eksperimen “Fungsi Akar” yaitu ketika memasukkan tanah ke dalam pot. A memberikan saran bahwa pada langkah tersebut sebaiknya diberi keterangan seberapa banyak tanah yang dimasukkan ke dalam pot. A juga menyatakan senang bisa melakukan eksperimen dengan bantuan panduan eksperimen tersebut. L adalah inisial siswa yang menjadi validator selanjutnya. L menceritakan sudah melihat dan membaca seluruh isi panduan eksperimen. Panduan eksperimen ini menarik karena L belum pernah melakukan sebelumnya. Bahasa yang digunakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dalam panduan eksperimen ini udah dipahami dan isinya juga mudah dimengerti. L tertarik untuk mencoba ekperimen yang ada pada panduan tersebut. Siswa terakhir yang menjadi validator berinisial R. Siswa tersebut menyatakan bahwa dirinya bisa melihat, membaca, dan memahami isi panduan eksperimen. R merasa senang dan tertantang untuk mencoba melakukan eksperimen, bahkan R sudah mencoba eksperimen “Penyebab Banjir”. R berhasil melakukan eksperimen tersebut dan R bisa menarik kesimpulan bahwa sampah dapat menyebabkan banjir. Berdasarkan hasil wawancara kelima siswa kelas III A mengenai validasi pan duan eksperimen, dapat disimpulkan bahwa panduan tersebut “layak” untuk digunakan uji coba lapangan. Saran dari beberapa siswa digunakan peneliti untuk memperbaiki kualitas panduan eksperimen.

4.1.3 Implementasi

Implementasi “Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan” dilaksanakan selama 2 hari, yakni pada hari Kamis tanggal 8 Desember 2016 dan hari Jumat tanggal 9 Desember 2016. Peneliti melibatkan 26 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Sesuai dengan kegiatan pada RPP hari pertama, peneliti izin memasuki kelas III A untuk menyampaikan beberapa hal, diantaranya membentuk siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari 4 hingga 5 siswa. Anggota dalam setiap kelompok dipilih sendiri oleh siswa berdasarkan diskusi bersama. Dalam proses pembagian kelompok, ada 2 siswa yang tidak ingin bergabung dengan teman lainnya. Kedua siswa tersebut tidak menjawab ketika PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI peneliti bertanya. Peneliti kemudian memberikan pesan dan amanat agar saling menghargai antar teman. Kedua siswa tersebut kemudian bergabung dengan kelompok 3. Proses pembagian kelompok ini merupakan wujud pendidikan emansipatoris yaitu humanisasi. Siswa secara bebas memilih kelompok sesuai dengan keinginanya. Namun, peneliti tetap memberikan intervensi, agar pembagian kelompok menjadi sama rata. Peneliti kemudian memberikan tugas kepada setiap siswa dalam kelompok untuk membawa gambar bencana alam banjir. Siswa diperbolehkan mencari gambar di buku, majalah, koran, maupun internet. Selanjutnya, peneliti meminta siswa membawa tanah, potongan sampah plastik, dan sampah daun masing-masing sebanyak satu kantong plastik putih berukuran 1 kg. Kantong plastik tersebut disediakan oleh peneliti dan dibagikan kepada setiap siswa.

4.1.3.1 Implementasi Hari Pertama

Implementasi hari pertama dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 8 Desember 2016. Sebelum memulai pembelajaran peneliti menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran. Pembelajaran dimulai pukul 07.30 WIB setelah dilaksanakannya apel rutin setiap pagi. Siswa laki-laki berinisial A dan siswa perempuan berinisial S tidak masuk sekolah karena sakit. Semangat pagi para siswa terlihat ketika peneliti menyapa siswa dengan salam dan mulai menyanyikan lagu “Kerusakan Alam” yang merupakan gubahan lagu “Becak”. Siswa menyanyikan lagu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tersebut sebanyak dua kali sambil berdiri dan bertepuk tangan. Peneliti juga menyampaikan aturan kelas yaitu peneliti akan memberikan stiker bagi siswa yang aktif mengikuti pembelajaran. Peneliti kemudian mengatur tempat duduk siswa yaitu duduk bersama dengan kelompok. Terdapat 5 kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa. Siswa kemudian melihat gambar bencana alam banjir yang telah dibawa oleh masing- masing siswa. Peneliti kemudian bertanya kepada siswa berinisial S mengenai isi gambar tersebut. S menjelaskan bahwa gambar tersebut merupakan gambar bencana alam banjir yang terjadi di Jakarta. Siswa lain berinisial D menunjukkan jarinya dan menjelaskan gambar yang dimilikinya bahwa gambar tersebut merupakan bencana alam banjir yang terjadi di Bantul. Gambar bencana alam banjir yang dibawa oleh siswa merupakan bencana alam banjir yang terjadi di berbagai tempat. Selanjutnya peneliti menunjukkan gambar bencana alam banjir yang dimiliki peneliti. Siswa bersama peneliti kemudian melakukan tanya jawab mengenai penyebab dan akibat terjadinya banjir. Siswa berinisial B mengungkapkan perasaannya bahwa dirinya takut dengan banjir karena menyebabkan rumah rusak. Senada dengan pendapat B, siswa berinisial P mengungkapkan bahwa dirinya merasa sedih karena lingkungan hidup menjadi rusak. Siswa berinisial B dan P memiliki pendapat yang sama bahwa bencana alam banjir yang ada pada gambar yang mereka bawa disebabkan oleh sampah. Peneliti kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu membuktikan benar atau tidak bahwa sampah menyebabkan terjadinya bencana alam banjir. Kegiatan melihat gambar bencana alam banjir dan tanya jawab mengenai dampak dan penyebab bencana alam banjir merupakan wujud pelaksanaan pendekatan Paradigma Pedagodi Reflektif yaitu konteks. Melalui kegiatan tersebut siswa mampu menghubungkan pengalaman dan pengetahuan awal yang dimiliki siswa dengan materi pelajaran yang akan dilaksanakan. Hal ini akan mendorong siswa untuk menggali pengalaman belajarnya Subagya, 2010. Konteks membantu siswa memahami materi pelajaran secara nyata. Siswa bersama kelompok kemudian mempelajari panduan eksperimen “Penyebab Banjir” yang telah peneliti bagikan. Seluruh siswa di dalam kelompok membaca dan mempelajari panduan eksperimen tersebut. Peneliti kemudian memberikan arahan kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya yaitu melakukan eksperimen “Penyebab Banjir”. Setiap kelompok kemudian ke luar kelas sesuai dengan instruksi peneliti. Siswa berkumpul bersama kelompok di halaman depan kelas dan duduk melingkar. Peneliti kemudian melakukan demonstrasi dengan melibatkan siswa berinisial D, G, dan R. Ketiga siswa tersebut membantu peneliti membacakan langkah-langkah dalam panduan eksperimen “Penyebab Banjir” secara bergantian. Seluruh siswa melihat dan mengamati demonstrasi yang dilakukan peneliti. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal yang belum jelas mengenai eksperimen “Penyebab Banjir”. Setelah tidak ada pertanyaan lagi, siswa kemudian melakukan eksperimen “Penyebab Banjir”. Beberapa alat dan bahan sudah peneliti siapkan sebelumnya yaitu kotak plastik berbentuk persegi panjang yang sudah dipasangkan dengan botol yang dilubangi bagian tengahnya dan air sebanyak dua botol bekas air mineral. Posisi duduk siswa yang melingkar kemudian dirubah menjadi sejajar berurutan sesuai dengan kelompok 1 hingga kelompok 5 di sepanjang selokan kecil di depan kelas III A. Perubahan posisi duduk siswa ini dilakukan untuk menghindari air yang dituangkan ke dalam botol berlubang tidak mengalir secara langsung di halaman sekolah, melainkan langsung mengalir ke selokan yang berdiameter kurang lebih 7 cm tersebut. Siswa kemudian memulai eksperimen sesuai dengan instruksi peneliti. Siswa melengkapi alat dan bahan yang digunakan dalam eksperimen dengan bahan-bahan yang sudah dibawa oleh siswa sendiri yaitu tanah, potongan sampah plastik, dan sampah daun. Peneliti kemudian mengamati jalannya eksperimen. Setiap kelompok melakukan tugas dengan baik dan saling bekerjasama, seperti membagi tugas untuk membacakan panduan maupun melakukan langkah kegiatannya. Waktu yang dibutuhkan dalam melakukan eksperimen “Penyebab Banjir” sekitar 30 menit. Kelompok 5 menjadi kelompok pertama yang menyelesaikan eksperimen, kemudian disusul kelompok 3, 4, 2, dan 1. Siswa memperoleh pengalaman langsung melalui kegiatan eksperimen “Penyebab Banjir” sehingga siswa bisa memasuki kondisi nyata yang sedang dipelajari Subagya, 2010. Kegiatan eksperimen “Penyebab Banjir” berjalan lancar. Siswa bisa mengikuti ekperimen dengan tenang dan penuh konsentrasi. Siswa berinisial K yang memiliki tingkat emosi kurang stabil juga bisa mengikuti ekperimen dengan tenang. K terlihat bersemangat melakukan eksperimen “Penyebab Banjir”. Peneliti juga melakukan validasi kembali mengenai panduan eksperimen “Penyebab Banjir”. Peneliti melakukan kegiatan tanya jawab tentang kelayakan dan ketergunaan panduan eksperimen tersebut kepada siswa secara acak pada saat berlangsungnya eks perimen “Penyebab Banjir”. Sebagian besar siswa mengatakan bahwa panduan eksperimen tersebut mudah dipahami dari segi bahasa maupun langkah kegiatannya. Setiap siswa dalam kelompok melakukan kegiatan eksperimen sesuai dengan panduan eksperimen. Setelah selesai, siswa kemudian membersihkan alat dan bahan yang digunakan untuk eksperimen. Kegiatan pembelajaran selanjutnya dilakukan di dalam kelas. Peneliti memberikan stiker kepada setiap anggota kelompok 5 karena menjadi kelompok pertama yang berhasil melakukan eksperimen. Kegiatan selanjutnya adalah melakukan tanya jawab hasil eks perimen “Penyebab Banjir”. Kelompok 3 dengan kompak menunjukkan jarinya dan menyampaikan hasil eksperimennya. Kelompok 1, 2, 4, dan 5 kemudian bergiliran menyampaikan hasil eksperimennya. Sebagian besar siswa kelas III A menyatakan bahwa mereka bisa melihat, membaca, bahkan melakukan eksperimen “Penyebab Banjir” sesuai dengan panduan eksperimen “Penyebab Banjir”. Siswa berinisial D menyatakan bahwa dirinya mampu membuktikan bahwa sampah yang menumpuk di selokan dapat menyebabkan terjadinya banjir. Peneliti kemudian memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menanggapi atau menyampaikan pendapat lain. Seluruh siswa kelas III A setuju dengan pendapat D. Peneliti kemudian memberikan penguatan terhadap pendapat D bahwa membuang sampah sembarangan khususnya di sungai atau di sekolan dapat menyebabkan terjadinya banjir pada saat terjadi hujan deras dan menyebabkan jumlah air bertambah banyak. Jika air bertambah banyak sedangkan daerah aliran air terisi sampah, maka aliran air akan tersendat dan menyebabkan air meluap. Hal itulah yang menyebabkan terjadinya banjir dan menyebabkan banyak kerugian seperti hilangnya harta benda, rusaknya lingkungan, bahkan memakan korban jiwa. Siswa kemudian mengerjakan Lembar Kerja Siswa LKS tentang eksperimen “Penyebab Banjir”. LKS tersebut merupakan wujud evaluasi pembelajaran untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi pelajaran yang telah disampaikan Subagya, 2010. Setelah selesai, Lembar Kerja Siswa LKS kemudian dikumpulkan menjadi satu di meja guru. Siswa bersama peneliti kemudian merangkum kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Kesimpulan pembelajaran hari pertama di kelas III A ini menyatakan bahwa eksperimen “Penyebab Banjir” menarik dan menyenangkan karena bisa untuk membuktikan terjadinya banjir yang disebabkan oleh penumpukan sampah di selokan atau di sungai. Panduan eksperimen yang digunakan juga berisi langkah-langkah yang jelas dan bahasanya mudah dimengerti. Peneliti kemudian juga menyampaikan pesan kepada siswa untuk menjaga kebersihan sejak dini dengan cara tidak membuang sampah di sungai atau di selokan yang merupakan daerah aliran air. Membuang sampah pada tempat sampah merupakan bentuk sederhana kepedulian kita terhadap lingkungan. Siswa berinisial C menambahkan bahwa cara lain untuk mencegah terjadinya banjir adalah dengan menanam tanaman di sekitar lingkungan tempat tinggal. Peneliti kemudian menguatkan pendapat C dan menghubungkan dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada hari selanjutnya. Siswa selanjutnya melakukan kegiatan refleksi untuk mengungkapkan perasaannya setelah mengikuti pembelajaran. Melalui refleksi siswa dapat dengan mudah memperdalam pemahaman tentang materi yang telah dipelajari Subagya, 2010. Peneliti kemudian membagikan lembar refleksi untuk setiap siswa. lembar refleksi tersebut berisi pohon cemara yang telah dibagi menjadi 3 bagian. Ketiga bagian tersbeut berisi keterangan mengenai tingkat pemahaman siswa akan pembelajaran yang telah dilakukan. Siswa perlu mewarnai salah satu bagian pohon cemara tersebut sesuai dengan tingkat pemahaman masing-masing siswa. Peneliti kemudian menanyakan aksi yang akan dilakukan siswa setelah mengikuti pembelajaran kerusakan alam. Aksi menunjukkan pertimbangan batin siswa berdasarkan pengalaman yang telah direfleksikan Subgya, 2010. Tugas lain yang harus dilakukan siswa adalah menyampaikan pesan yang telah siswa dapatkan setelah mengikuti pembelajaran tentang kerusakan alam kepada setidaknya 4 hingga 5 orang lain di sekitar siswa. Siswa diperbolehkan menyampaikan pesan kepada orang terdekatnya seperi ayah, ibu, adik, kakak, nenek, kakek, atau teman-temannya. Kegiatan ini merupakan kegiatan peer tutoring yaitu kegiatan menntutori orang lain atas pengetahuan baru yang didapatkan seseorang. Peneliti kemudian membagikan lembar peer tutoring kepada masing-masing siswa. Lembar tersebut memuat kolom nama, usia, alamat, dan pesankesan dari setiap orang yang ditutori. Lembar tersebut dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. Pembelajaran kemudian ditutup pada pukul 08.55. Siswa kemudian berisitirahat. Proses pelaksanaan penelitian pada hari pertama dapat dilihat secara umum pada gambar 4.15. Gambar 4.15 Proses Pelaksanaan Penelitian Hari Pertama

4.1.3.2 Implementasi Hari Kedua

Implementasi “Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan” hari kedua dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 9 Desember 2016. Peneliti menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Pada pertemuan sebelumnya tepatnya di akhir pembelajaran hari pertama yaitu pada hari Kamis tanggal 8 Desember 2016, peneliti memberikan tugas kepada siswa untuk membawa alat pewarna seperti pensil warna atau crayon. Pembelajaran dimulai pada pukul 07.30 WIB. Peneliti mengawali pembelajaran dengan doa bersama yang dipimpin oleh siswa berinisial A. Pembelajaran diikuti oleh seluruh siswa kelas III A yang berjumlah 26 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 16 sis wa perempuan. Lagu “Lihat Kebunku” dinyanyikan bersama untuk membangkitkan semangat siswa. Melalui lagu tersebut, peneliti juga mengarahkan dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan yaitu mengenai tanaman dan mengetahui fungsi akar pada tanaman. Pengaturan tempat duduk untuk setiap kelompok juga dilakukan agar siswa lebih leluasa melakukan diskusi dan kerjasama bersama anggota kelompoknya. Aturan dalam kelas juga peneliti sampaikan untuk mengkondisikan siswa. Siswa yang dapat mengikuti pembelajaran dengan baik akan mendapatkan stiker yang nanti akan dikumpulkan kemudian diakumulasikan untuk mendapatkan reward. Siswa selanjutnya melihat dua gambar yang berbeda yaitu gambar kebun kosong tanpa ada tanaman dan gambar kebun yang terdapat berbagai tanaman. Pada saat melihat gambar kebun yang terdapat berbagai tanaman, secara umum siswa merasa “sejuk, tenang, dan indah”. Berbeda dengan gambar kebun kosong tanpa ada tanaman, secara umum siswa mengungkapkan bahwa merasa “panas dan gersang”. Seluruh siswa kelas III A secara kompak memilih gambar kebun yang terdapat berbagai tanaman dari pada gambar kebun tanpa ada tanaman. Siswa memilih gambar kebun yang terdapat berbagai tanaman dengan alasan merasa sejuk. Siswa berinisial G juga menjelaskan perbedaan kondisi lahan yang ada tanamannya dengan lahan yang tidak ada tanamannya. G memberikan contoh kondisi di depan kelas III A yang terdapat beberapa tanaman dengan kondisi di depan sekolah yang merupakan lahan kosong tanpa ada tanaman yang rindang. G menyatakan bahwa dirinya merasa “panas” ketika berada di lahan kosong tersebut. Peneliti selanjutnya melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai kegiatan yang akan siswa lakukan ketika melihat gambar kebun yang kosong tanpa ada tanaman. Siswa berinisial C menjawab bahwa dirinya akan menanami lahan tersebut dengan tanaman agar terasa lebih sejuk. Jawaban C kemudian dilengkapi oleh L yang menjelaskan bahwa tanaman bisa menghasilkan oksigen sehingga apabila kita berada di bawah pohon rindang bisa merasa sejuk. Peneliti kemudian memberikan penguatan terhadap jawaban siswa mengenai pentingnya tumbuhan untuk kehidupan manusia. Kegiatan menampilkan gambar kebun kosong tanpa ada tanaman dan gambar kebun yang terdapat berbagai tanaman serta kegiatan tanya jawab mengenai isi gambar tersebut merupakan wujud pelaksanaan RPP yang sesuai dengan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR yaitu konteks. Melalui kegiatan tersebut siswa mengubungkan pengalaman awal siswa dengan pembelajaran sebelumnya untuk menggali pengalamannya Subagya, 2010. Siswa lebih mudah memahami konteks pembelajaran yang lebih nyata. Setiap siswa dalam kelompok kemudian membaca dan mempelajari panduan eksperimen “Fungsi Akar”. Waktu yang digunakan untuk membaca dan mempelajari panduan eksperimen adalah 10 menit. Peneliti kemudian memberikan arahan tentang kegiatan eksperimen yang akan dilakukan. Setiap kelompok kemudian ke luar kelas menuju halaman depan kelas III A sesuai dengan instruksi peneliti. Siswa kemudian duduk melingkar dan peneliti berada di tengah-tengah lingkaran untuk bersiap melakukan demonstrasi. Peneliti mengajak 3 siswa berinisial R, D, dan G untuk membantu peneliti melakukan demonstrasi eksperimen “Fungsi Akar”. Siswa berinisial R membantu membacakan langkah kegiatan dalam panduan eksperimen. Siswa berinisial D dan G membantu peneliti melaksanakan langkah dalam kegiatan eksperimen. Peneliti kemudian memberikan kesempatan kepada siswa yang belum jelas untuk bertanya. Namun, tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan. Setiap kelompok kemudian menerima alat dan bahan yang sudah peneliti siapkan sebelumnya. Setiap kelompok kemudian memulai eksperimen “Fungsi Akar” sesuai dengan instruksi peneliti. Waktu yang digunakan dalam melakukan eksperimen adalah 30 menit. Kerjasama setiap siswa dalam kelompok terlihat pada saat siswa saling membagi tugas. Dua siswa membacakan panduan eksperimen dan siswa lain menjalankan langkah yang terdapat dalam panduan eksperimen. Siswa secara bebas menentukan pot yang berisi padi satu rumpun maupun pot yang berisi satu tangkai padi. Kelompok 3 menjadi kelompok pertama yang selesai melakukan eksperimen “Fungsi Akar”. Kelompok 5, 2, 1, dan 4 berturut-turut menjadi kelompok selanjutnya yang berhasil melakukan eksperimen. Posisi duduk siswa yang melingkar sesuai dengan kelompok dan posisi peneliti yang berada di tengah-tengah kelompok membuat peneliti lebih leluasa dalam melihat dan mengamati kegiatan siswa pada saat melakukan eksperimen. Seluruh kelompok melakukan eksperimen sesuai dengan panduan eksperimen. Kegaduhan siswa bisa teratasi dengan sistem poin yang telah peneliti sampaikan pada awal pembelajaran. Melalui kegiatan eksperimen ini siswa mendapatkan pengalaman langsung. Pengalaman ini membantu siswa memahami kenyataan lebih luas dan lebih mendalam Subagya, 2010. Validasi kualitas panduan eksperimen kembali dilakukan pada saat siswa melakukan eksperimen “Fungsi Akar”. Peneliti melakukan tanya jawab dengan setiap siswa kelas III A secara acak. Secara umum, siswa kelas III A bisa melakukan eksperimen “Fungsi Akar” sesuai dengan panduan eksperimen. Bahasa yang digunakan dalam panduan eksperimen mudah dibaca dipahami oleh siswa. langkah kegiatannya pun tertulis dengan jelas. Panduan eksperimen tersebut dapat dikatakan “layak” digunakan sebagai uji lapangan. Setiap kelompok kemudian membersihkan alat dan bahan yang digunakan dalam eksperimen “Fungsi Akar”. Pembelajaran selanjutnya berlangsung di dalam kelas. Setiap kelompok kemudian menyampaikan hasil eksperimen “Fungsi Akar”. Seluruh kelompok berhasil melakukan eksperimen sesuai dengan panduan eksperimen dan demonstrasi yang dilakukan peneliti. Siswa berinisial R dari kelompok 1 bercerita bahwa dirinya bersama kelompok bisa membedakan pot yang berisi satu rumpun padi dengan pot yang berisi satu tangkai padi. R menjelaskan bahwa pot yang berisi satu rumpun padi dan dituangi air, air yang bocor dari pot lajunya lambat. Sedangkan pot yang berisi padi satu tangkai dan dituangi air, air yang bocor lajunya lebih cepat. Volume air yang dikeluarkan dari pot yang berisi satu tangkai padi lebih banyak dari pada volume air yang dikeluarkan dari pot berisi satu rumpun padi. Ketika peneliti bertanya kepada siswa “mengapa volume air dari kedua pot bisa berbeda?”, siswa berinisial S menjawab bahwa kandungan akar satu rumpun padi lebih banyak dari pada kandungan akar pada satu tangkai padi. Fungsi akar sendiri adalah untuk mengikat air. Peneliti merasa takjub dengan jawaban S karena bisa menjawab dengan tepat. Seluruh siswa kelas III A setuju dengan jawaban S. Peneliti kemudian memberikan penguatan terhadap jawaban siswa dan mengarahkan siswa terhadap pentingnya tumbuhan di sekitar kita. Siswa selanjutnya mengerjakan Lembar Kerja Siswa LKS. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan dan keterampilan yang telah dimiliki siswa Subgya, 2010. Dalam LKS tersebut siswa menuliskan 4 manfaat yang didapatkan setelah merawat tumbuhan. Setelah selesai, LKS dikumpulkan di meja guru. Peneliti kemudian mengajak siswa untuk mengekspresikan perasaan terhadap lingkungan melalui karya seni berupa poster atau puisi. Peneliti menampilkan contoh poster dan puisi yang merupakan karya rekan peneliti. Siswa diberi keluluasaan untuk memilih karya seni yang hendak mereka buat. Seluruh siswa kelas III A memutuskan untuk membuat karya seni berupa poster. Siswa kemudian membuat poster pada kertas HVS A4 yng telah dibagikan peneliti. Poster yang siswa buat kemudian diwarnai menggunakan alat pewarna yang telah siswa bawa. Pembuatan poster ini berlangsung dalam waktu 15 menit, namun beberapa siswa meminta waktu tambahan. Peneliti akhirnya memperbolehkan siswa yang posternya belum selesai untuk menyelesaikan dirumah. Poster kemudian bisa dikumpulkan pada hari sabtu. Pelaksanaan eksperimen “Fungsi Akar” di kelas III A merupakan hal baru. Siswa merasa senang dan tertarik untuk membuktikan fungsi akar dan memahami pentingnya tumbuhan bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Ekperimen mudah dilakukan karena alat dan bahannya mudah didapatkan. Selain itu, panduan eksperimen menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa serta langkah kegiatannya tertulis jelas. Peneliti menghubungkan hasil eksperimen “Fungsi Akar” dengan hasil eksperimen “Penyebab Banjir” yang telah dilakukan sehari sebelumnya. Peneliti memberikan pesan bahwa pentingnya tanaman di lingkungan sekitar selain sebagai objek yang memperindah lingkungan, melainkan juga untuk menjaga kelestarian lingkungan. Apabila lingkungan lestari dan sehat, hidup manusia dan makhluk hidup lainnya juga akan lebih baik. Kegiatan refleksi dilakukan untuk mengetahui perasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Kegiatan refleksi memperkuat dan mendorong tindakan yang akan dilakukan setelah mempelajari materi pembelajaran Subagya, 2010. Berbagai aksi akan dilakukan siswa setelah mengikuti pembelajaran “Fungsi Akar” ini. Beberapa siswa ingin menanam tanaman di sekitar rumah mereka dan siswa yang lain akan rajin menyiram tanaman yang ada di sekitar rumah. Peneliti mendukung aksi yang akan dilakukan siswa dan memberikan pesan untuk merawat tanaman yang ada di lingkungan sekitar siswa. Peneliti juga mengingatkan siswa untuk rutin menjalan program “SEMUTLIS” yang sudah berlaku di sekolah untuk merawat tanaman dan lingkungan sekolah. Siswa kemudian mendapatkan tugas untuk melakukan peer tutoring seperti tugas pada hari sebelumnya. Peer tutoring bisa dilakukan kepada siapapun boleh orang terdekat siswa seperti ayah, ibu, kakak, adik, nenek, kakek, dan seterusnya. Hal yang disampaikan dalam peer tutoring adalah pengalaman siswa setelah mengikuti pembelajaran “Fungsi Akar”. Hasil dari peertutoring pada pertemuan pertama dan kedua dikumpulkan pada hari sabtu. Pelaksanaan penelitian pada hari kedua dapat dilihat secara umum pada gambar 4.16. Gambar 4.16 Proses Pelaksanaan Penelitian Hari Kedua Kegiatan eksperimen dalam implemntasi hari pertama dan hari kedua merupakan wujud terlaksananya model Conservation Scout. Siswa belajar memahami dan mengembangkan sikap sadar terhadap faktor penyebab banjir melalui kegiatan eksperimen “Penyebab Banjir”. Sedangkan eksperimen “Fungsi Akar” membantu siswa dalam memahami dan mengembangkan sikap sadar siswa terhadap pentingnya tumbuhan bagi kehidupan manusia dan lingkungan sekitar. Sesuai dengan pandangan Vygotsky, kegiatan pembelajaran secara berkelompok membantu siswa mengembangkan sikap kerjasama dalam memahami materi pembelajaran. Kegiatan eksperimen juga menambah pengalaman yang dialami dalam diri siswa sehingga siswa dapat bermain sambil belajar sesuai dengan padangan Maria Montessori. Kegiatan refleksi melalui kegiatan mewarnai, membuat poster, atau puisi membantu siswa mengungkapkan perasaannya setelah mengikuti pembelajaran. Kegiatan peer tutoring yang dilakukan siswa mendorong terwujudnya aksi yang dilakukan setelah siswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman selama pembelajaran. Implementasi hari pertama dan hari kedua merupakan wujud terlaksananya pendidikan Emansipatoris. Pendidikan Emansipatoris memiliki tiga kunci utama, yaitu humanisasi, kesadaran kritis, dan mempertanyaan sistem Winarti dan Trianggadewi, 2015: 53. Dialog nyata yang dilakukan peneliti dan siswa merupakan usaha untuk mewujudkan realitas hal yang dipelajari. Siswa bersama peneliti bersama-sama menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. Dialog yang dilakukan peneliti dan siswa mendorong terwujudnya kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis ini terwujud pada saat kegiatan tanya jawab yang dilakukan peneliti bersama siswa. Kemampuan berpikir kritis membuat siswa membuat suatu keputusan Winarti dan Trianggadewi, 2015: 53. Kemampuan berpikir kritis mewujudkan proses humanisasi, yaitu terwujud pada saat proses pembagian kelompok. Peneliti membebaskan siswa memilih anggota kelompok, namun ada beberapa siswa yang tidak ingin bergabung dengan teman yang lain. Peneliti kemudian memberikan pengertian dan pesan agar dapat menghargai orang lain, sehingga siswa tersebut mau bergabung dengan temannya. Proses humanisasai yang lain terlihat pada saat siswa bersedia membawa alat dan bahan yang dibutuhkan dalam eksperimen. Siswa menyadari bahwa ketersediaan alat dan bahan tersebut mendukung jalannya eksperimen. Tanggung jawab siswa dalam menjalankan tugas yang telah disepakati PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dalam kelompok juga wujud upaya menghargai teman dalam satu kelompok. Siswa menyadari pentingnya kerjasama dalam melakukan eksperimen. Proses humanisasi terwujud ketika siswa menentukan aksi setelah melakukan refleksi atas pengalamannya dalam melakukan eksperimen. Peneliti memberikan pilihan kepada siswa untuk membuat poster atau puisi tentang lingkungan. Seluruh siswa memutuskan untuk membuat poster tentang lingkungan. Poster tersebut kemudian digunakan siswa dalam proses peer tutoring. Siswa secara bebas menentukan orang yang diajak untuk berbagi pengalaman setelah melakukan eskperimen “Penyebab Banjir” maupun “Fungsi Akar”. Selain itu, proses humanisasi juga terlihat pada saat siswa dan guru menghadapi K, siswa yang memiliki emosi kurang stabil. Guru dan teman-teman K akan memberikan kesempatan kepada K untuk meluapkan emosinya ketika marah atau mencegah K marah dengan tidak mengganggu K. Pendidikan Emansipatoris membantu seseorang menyadari keberadaannya dalam lingkungannya, kemudian mengambil keputusan yang nyata dalam lingkungan tersebut Winarti dan Trianggadewi, 2015: 53. Implementasi Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan tersebut juga berlandaskan pada 10 prinsip pengembangan menurut Tomlinson 2005. Pembelajaran yang dilakukan memicu rasa ingin tahu siswa, terbukti ketika siswa mau membaca panduan eksperimen “Penyebab Banjir” dan “Fungsi Akar”. Melalui panduan eksperimen dan kegiatan eksperimen mendorong siswa berpikir kritis dan memicu rasa bahagia di dalam diri siswa, terlihat pada kesan bahagia dari raut wajah siswa ketika melakukan eksperimen. Panduan eksperimen tersebut membuat siswa tertarik untuk mencoba melakukan eksperimen karena bagi siswa kelas III A, eksperimen tersebut merupakan eksperimen baru dan belum pernah dilakukan. Siswa dapat melakukan eksperimen “Penyebab Banjir” dan “Fungsi Akar” sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada panduan eksperimen. Kepercayaan diri siswa semakin berkembang dengan melakukan eksperimen sesuai dengan panduan eksperimen. Impelementasi Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan dilaksanakan sesuai dengan kondisi siswa baik tingkat kemampuan intelektual, emosional, maupun latar belakang sosial dan ekonomi yang dimiliki siswa. Topik yang dibahas dalam pembelajaran sesuai dengan hasil analisis kebutuhan siswa. Selain itu, implementasi dilakukan dengan memperhatikan gaya belajar siswa. Pelaksanaan pembelajaran di dalam dan di luar kelas merupakan usaha agar siswa tidak bosan mengikuti pembelajaran, sehingga proses pembelajaran berjalan kondusif. Materi tersebut memberdayakan kemampuan intelektual, emosional, dan estetika yang menstimulasi perkembangan otak kanan dan otak kiri siswa. Hal ini terwujud pada saat siswa mengeskpresikan perasaannya tentang lingkungan melalui karya seni poster atau puisi. Siswa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru dari kegiatan eksperimen. Sikap peduli lingkungan dan berkembangnya daya kreativitas siswa juga terwujud dalam kegiatan eksperimen tersebut. Siswa dan peneliti termotivasi untuk memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran yang telah dilakukan sehingga bermanfaat untuk diri siswa, orang lain, dan lingkungan sekitar.

4.1.4 Evaluasi

Kegiatan evaluasi dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan. Pembelajaran hari pertama secara umum terlaksana sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP hari pertama. Materi yang disampaikan yaitu tentang “Penyebab Banjir”. Kelancaran pembelajaran tersebut juga didukung dengan alat dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran. Setiap kelompok membawa alat dan bahan yang sudah peneliti tentukan pada pertemuan sebelumnya, seperti gambar bencana alam banjir, tanah, potongan sampah plastik, dan potongan sampah daun. Instruksi yang dilakukan peneliti serta penggunaan token dalam implementasi hari pertama dan hari kedua bertujuan untuk mengkondisikan siswa. Penggunaan sistem token merupakan aplikasi manajemen kelas untuk memberikan perhatian kepada siswa. Sistem token ini berhasil dilaksanakan sehingga proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Kegiatan pembelajaran yang diawali d engan lagu “Kerusakan Alam” gubahan dari lagu “Becak” dan lagu “Lihat Kebunku” karya Pak Kasur membuat siswa semangat. Gambar bencana alam banjir yang siswa bawa membantu dalam mempelajari konteks yang akan dibahas. Kegiatan belajar secara berkelompok membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Langkah kegiatan yang dilakukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dalam pembelajaran peneliti laksanakan sesuai dengan alokasi waktu dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP hari pertama. Berdasarkan sharing peneliti dengan rekan peneliti, terdapat beberapa langkah yang perlu dievaluasi. Langkah kegiatan nomor 12 dan 13 sebaiknya dilakukan terlebih dahulu sebelum siswa menyimak penjelasan dari guru tentang eksperimen “Penyebab Banjir”, atau menjadi poin kegiatan nomor 9 dan 10. Siswa sebaiknya perlu melihat dan membaca panduan eksperimen terlebih dahulu sebelum melakukan eksperimen untuk mendapatkan gambaran awal kegiatan eksperimen, sehingga siswa dapat memahami dan mengetahui kegiatan yang harus dikerjakan selama melakukan eksperimen di luar kelas. Langkah kegiatan menanya pada nomor 18 dan 19 juga sebaiknya dilakukan setelah langkah kegiatan melakukan eksperimen “Penyebab Banjir”. Langkah nomor 17 bisa dilakukan jika memungkinkan. Lembar refleksi memudahkan siswa dalam mengolah dan mengungkapkan perasaan maupun tingkat pemahaman mereka selama mengikuti pembelajaran. Pembelajaran hari kedua secara umum juga berjalan dengan lancar dan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP hari kedua. Lagu “Lihat Kebunku” dinyanyikan di awal pembelajaran membuat siswa semangat dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Beberapa pertanyaan mengenai isi lagu dan kegiatan yang dilakukan pada hari sebelumnya memudahkan siswa memahami konteks yang akan dipelajari selanjutnya. Pertanyaan tersebut juga membantu siswa menghubungkan dengan pengetahuan yang telah didapatkan sebelumnya dan merupakan wujud terlaksananya prinsip pendidikan emansipatoris yaitu dialog yang kritis. Siswa juga terbantu memahami pentingnya tumbuhan bagi kehidupan makhluk hidup melalui dua gambar yang ditampilkan peneliti yaitu gambar kebun yang terdapat tanaman dan kebun kosong tanpa ada tanaman. Proses pembelajaran dengan berkelompok membuat siswa lebih aktif dan mewujudkan sikap kerjasama dalam melakukan eksperimen. Langkah kegiatan pembelajaran sudah peneliti lakukan sesuai dengan alokasi waktu yang terdapat pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP hari kedua. Namun, terdapat beberapa langkah kegiatan yang perlu dievaluasi. Berdasarkan sharing peneliti dengan rekan peneliti, langkah kegiatan nomor 17 dan 18 sebaiknya dirubah menjadi langkah nomor 14 dan 15. Siswa perlu diberi gambaran awal mengenai kegiatan eksperimen yang akan dilakukan dengan membaca panduan eksperimen sebelum melakukan eksperimen di luar kelas. Karya seni berupa poster atau puisi yang dibuat siswa membantu mengembangkan kreativitas siswa. Selain itu, melalui karya seni tersebut dapat memotivasi siswa untuk memahami pentingnya tumbuhan bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Kegiatan peer tutoring membantu siswa dalam menyampaikan pengalaman yang didapatkan siswa pada saat mengikuti proses pembelajaran. Penyusunan “Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan“ bertujuan untuk memberikan pendidikan lingkungan bagi siswa agar siswa semakin sadar dan peduli terhadap lingkungan. Materi yang dikembangkan belum mengupayakan pendidikan lingkungan yang berkelanjutan, namun peneliti sudah mengusahakan dengan melakukan implementasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP hari pertama dan hari kedua. Materi eksperimen yang disusun masih terbatas pada konteks penyebab banjir dan fungsi akar. Guru perlu menyusun dan mengembangkan materi eksperimen untuk konteks yang berbeda. Dalam implementasi hari pertama dan hari kedua, peneliti sudah mengupayakan terlaksananya pendidikan emansipatoris. Perwujudan pendidikan emansipatoris dalam penelitian ini belum sepenuhnya. Peneliti masih menggunakan instruksi, perintah, maupun teguran bagi siswa dengan harapan siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Proses humanisasi dalam implementasi tersebut belum terlaksana secara utuh.

4.1.5 Revisi

Revisi dilakukan untuk memperbaiki materi agar kualitasnya semakin baik. Dasar yang digunakan dalam melakukan proses revisi adalah hasil evaluasi terhadap implementasi Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan pada siswa kelas III A SD N Jetis 1 Yogyakarta. Bagian dari Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan yang diperbaiki adalah pada rincian kegiatan inti pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP hari pertama dan hari kedua. Proses revisi ini dilakukan peneliti bersama rekan peneliti dikarenakan kesamaan hasil sharing dan evaluasi. Pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP hari pertama yang diperbaiki adalah langkah nomor 12 dan 13. Kedua langkah tersebut dirubah menjadi langkah pada nomor 9 dan 10. Proses revisi langkah nomor 12 dan 13 dapat dilihat pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI gambar 4.17 dan 4.18. Selain itu, langkah kegiatan pada nomor 18 dan 19 juga dirubah menjadi langkah 15 dan 16. Proses revisi langkah nomor 12 dan 13 dapat dilihat pada gambar 4.19 dan 4.20. Gambar 4.17 Rincian Kegiatan Inti RPP H 1 Nomor 9 dan 10 Sebelum Direvisi Gambar 4.18 Rincian Kegiatan Inti RPP H 1 Nomor 9 dan 10 Setelah Direvisi Gambar 4.19 Rincian Kegiatan Inti RPP H 1 Nomor 15 dan 16 Sebelum Direvisi Gambar 4.20 Rincian Kegiatan Inti RPP H 1 Nomor 15 dan 16 Setelah Direvisi Langkah yang diperbaiki dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP hari kedua yaitu langkah nomor 17 dan 18. Kedua langkah tersebut dirubah menjadi langkah ke 14 dan ke 15. Proses revisi untuk langkah kegiatan nomor 17 dan 18 dapat dilihat pada gambar 4.21 dan 4.22. Gambar 4. 21 Langkah Kegiatan Nomor 14 dan 15 Sebelum Direvisi Gambar 4.22 Langkah Kegiatan Nomor 14 dan 15 Setelah Direvisi

4.2 Deskripsi Kualitas Materi

Kegiatan wawancara kepada siswa pada saat melakukan eksperimen “Penyebab Banjir digunakan sebagai data untuk mengetahui kualitas materi eksperimen “Penyebab Banjir. Cara lain yang dilakukan peneliti adalah dengan melihat hasil refleksi siswa pada lembar refleksi. Hasil wawancara tentang kualitas panduan eksperimen “Penyebab Banjir” dapat dilihat pada tabel 4.3 Tabel 4.3 Hasil Wawancara Kualitas Panduan Eksperimen “Penyebab Banjir” Siswa kelas III A No Kriteria Jumlah Siswa 1 Bisa melihat dan membaca seluruh isi panduan 24 2 Tertarik pada panduan 24 3 Dapat memahami maksud dari panduan 21 4 Bahasa mudah dipahami 21 5 Merasa senang setelah membaca panduan 20 6 Bisa melakukan eksperimen dengan bantuan panduan 21 Berdasarkan hasil wawancara pada tabel 4.3, panduan eksperimen “Penyebab Banjir” dapat dikatakan “layak” digunakan oleh siswa kelas III A. Selain itu, hasil refleksi siswa juga menunjukkan bahwa siswa bisa melakukan eksperimen “Penyebab Banjir” berdasarkan panduan eksperimen. Kualitas panduan eksperimen “Penyebab Banjir” berdasarkan lembar refkleksi siswa dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Kualitas Panduan Eksperimen Berdasarkan Lembar Refleksi Siswa No Kriteria Jumlah Siswa 1 Bisa melakukan eksperimen “Penyebab Banjir” berdasarkan panduan 21 2 Belum bisa melakukan eksperimen “Penyebab Banjir” 3 Sama halnya dengan panduan eksperimen hari pertama, wawancara dengan siswa pada saat melakukan eksperimen juga digunakan sebagai data untuk menunjukkan deskripsi kualitas panduan tersebut. Peneliti melakukan wawancara dengan 26 siswa secara acak. Hasil wawancara tersebut membuktikan bahwa ada lebih dari 20 siswa dapat melakukan ekserimen sesuai dengan panduan eksperimen. Berdasarkan hasil tersebut, panduan eksperimen dapat dikatakan layak digunakan untuk kelas III A. Hasil wawancara validasi panduan eksperimen “Fungsi Akar” siswa kelas III A dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Hasil Wawancara Validasi Panduan Eksperimen “Fungsi Akar” Siswa kelas III A No Kriteria Jumlah Siswa 1 Bisa melihat dan membaca seluruh isi panduan 26 2 Tertarik pada panduan 24 3 Dapat memahami maksud dari panduan 22 4 Bahasa mudah dipahami 23 5 Merasa senang setelah membaca panduan 24 6 Bisa melakukan eksperimen dengan bantuan panduan 25 Materi selanjutnya divalidasi oleh dua ahli dan dua guru. Proses validasi tersebut dilakukan untuk menilai kualitas dan kelayakan materi. Rekapitulasi penilaian dari dua ahli dan dua guru terhadap Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Rekapitulasi Penilaian Materi oleh Ahli IPA, Ahli Bahasa, Guru Kelas III A, dan Guru Kelas III B No Validator Skor Rata- Rata Kategori RPP Materi Eksperimen 1 Ahli IPA 3,82 3,81 3,81 Sangat Layak 2 Ahli Bahasa 3,85 3,96 3,90 Sangat Layak 3 Guru Kelas III A 3,32 3,44 3.38 Layak 4 Guru Kelas III B 3,07 3,07 3,07 Layak Total Skor 14,16 Rata-Rata 3,54 Sangat Layak Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan hasil validasi yang dilakukan oleh ahli IPA, ahli bahasa, dan dua guru dengan rata-rata 3,54 . Materi tersebut dikatakan “sangat layak”. Implementasi Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan dilakukan setelah peneliti melakukan revisi isi materi tersebut sesuai dengan komentar dan saran dari ahli IPA, ahli bahasa, dan dua guru. Impelentasi dilakukan selama dua hari. Secara umum, impelentasi hari pertama dan hari kedua berjalan dengan lancar. 124 BAB V PENUTUP Pada bab V ini akan diuraikan kesimpulan dari penelitian, keterbatasan penelitian, serta saran dari peneliti untuk penelitian berikutnya.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 5.1.1. Pengembangan Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan Menggunakan Model Conservation Scout untuk siswa kelas III A SD N Jetis 1 Yogyakarta menggunakan langkah pengembangan menurut Tomlinson dalam Harsono, 2015. Langkah pertama yaitu menganalisis kebutuhan. Hasil observasi dan wawancara menunjukkan akan kebutuhan materi eksperimen untuk memberikan pendidikan lingkungan. Langkah kedua dalam pengembangan materi ini, yaitu menyususn garis-garis besar yang dibutuhkan dalam mengembangkan materi. Materi tersebut kemudian divalidasi oleh ahli dan mendapatkan skor 3,54 dengan kategori “sangat layak” digunakan untuk uji coba lebih lanjut. Materi selanjutnya direvisi sesuai dengan saran validator sebelum diimplementasikan dalam pembelajaran. Dalam langkah pengembangan yang keempat, materi tersebut kemudian diimplementasikan dalam pembelajaran. Implementasi dilakukan sebanyak dua kali, yaitu implementasi hari pertama dan implementasi hari kedua. Langkah pengembangan yang kelima adalah melakukan evaluasi terhadap materi yang telah dikembangkan. Pada langkah ini peneliti melakukan analisis kelemahan dan kelebihan dari materi yang telah diimplementasikan. Langkah terakhir dalam pengembangan materi ini adalah revisi. Revisi dilakukan untuk memperbaiki isi materi berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan. 5.1.2. Hasil wawancara dengan siswa kelas III A pada saat implementasi, menunjukkan sebanyak 21 siswa dari 26 siswa dapat melakukan eksperimen “Penyebab Banjir” dan 25 siswa dapat melakukan eksperimen “Fungsi Akar” sesuai panduan, sehingga panduan tersebut dapat dikatakan layak digunakan dalam pembelajaran. Sepuluh prinsip pengembangan menurut Tomlinson juga terwujud dalam “Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan”. Hal tersebut dibuktikan dengan 1 siswa merasa ingin tahu mengenai isi panduan eksperimen dengan melihat dan membacanya, 2 panduan eksperimen yang berisi materi baru bagi siswa, bahasa yang digunakan dalam panduan eksperimen, serta adanya beberapa gambar dalam panduan eksperimen membuat siswa merasa nyaman dan bahagia, 3 siswa lebih percaya diri dalam melakukan eksperimen sesuai dengan panduan eksperimen, 4 pelaksanaan pembelajaran didasarkan pada tingkat kemampuan intelektual, sikap, keterampilan maupun latar belakang sosial ekonomi yang dimiliki siswa, dibuktikan dengan ketersediaan siswa dibentuk dalam beberapa kelompok, 5 siswa dapat memahami isi panduan eksperimen, 6 siswa dapat melaksanakan eksperimen sesuai dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

Pengembangan materi Pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan menggunakan model conservation scout untuk siswa kelas V A SD N Jetis 1 Yogyakarta.

2 2 184

Pengembangan materi pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan menggunakan model conservation scout untuk siswa kelas V B SD N Jetis 1 Yogyakarta.

0 1 179

Pengembangan modul pembelajaran IPA "Tumbuhan di Sekitarku" menggunakan pendekatan paradigma pedagogi refketif untuk siswa kelas III A SD N Jetis 1 Yogyakarta.

0 2 112

Pengembangan materi pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan menggunakan model Conservation Scout untuk siswa kelas III B SD N Jetis 1 Yogyakarta.

0 5 187

Pengembangan materi Pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan menggunakan model conservation scout untuk siswa kelas V A SD N Jetis 1 Yogyakarta

0 4 182

Pengembangan materi pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan menggunakan model conservation scout untuk siswa kelas V B SD N Jetis 1 Yogyakarta

0 0 177

Pengembangan modul pembelajaran IPA Tumbuhan di Sekitarku menggunakan pendekatan paradigma pedagogi refketif untuk siswa kelas III A SD N Jetis 1 Yogyakarta

0 1 110

Pengembangan materi pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan menggunakan model conservation scout untuk siswa kelas III A SD N Jetis 1 Yogyakarta

0 26 194

Pengembangan materi pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan menggunakan model Conservation Scout untuk siswa kelas III B SD N Jetis 1 Yogyakarta

0 4 185

PENDIDIKAN KESADARAN DAN KEPEDULIAN LINGKUNGAN PADA ANAK MELALUI MODEL CONSERVATION SCOUT

0 0 11