larutan NaOH 0,1N, salisilamida memiliki serapan maksimum pada panjang gelombang 242 nm
=536 dan 328 nm = 435 Clarke, 1969.
1 1cm
A
1 1cm
A Salisilamida adalah amida asam salisilat yang memperlihatkan efek
analgesik antipiretik mirip asetosal. Efek analgesik antipiretik salisilamida lebih lemah dari salisilat, karena salisilamida dalam mukosa usus mengalami
metabolisme lintas pertama sehingga hanya sebagian kecil saja yang masuk dalam sirkulasi sebagai zat aktif. Salisilamida dapat menghambat glukuronidasi obat
analgesik lain di hati seperti Na salisilat dan parasetamol, sehingga pemberian bersamaan dapat meningkatkan efek terapi dan toksisitas obat Wilmana, 1995.
Dosis yang digunakan adalah 3-4 kali sehari 0,5-1 g Tjay dan Rahardja, 2002. Tablet salisilamida mengandung salisilamida, C
7
H
7
NO
2,
tidak kurang dari 90,0 dan tidak lebih dari 110,0 dari jumlah yang tertera pada etiket
Anonim, 2005.
D. Kafein
Kafein atau 1,3,7-trimetil xantin berbentuk anhidrat dengan bobot molekul 194,19 atau hidrat dengan mengandung 1 molekul air dengan bobot
molekul 212,21 Anonim, 1995. Rumus bangun kafein dapat dilihat pada gambar 3.
N N
N N
O
O H
3
C CH
3
CH
3
Gambar 3. Struktur Kafein Anonim, 1995
Kafein mengandung tidak kurang dari 98,5 dan tidak lebih dari 101,0 C
8
H
10
N
4
O
2
, dihitung terhadap zat anhidrat. Kafein merupakan serbuk putih atau bentuk jarum mengkilat putih yang biasanya menggumpal, tidak berbau, dan
berasa pahit Anonim, 1995. Kafein memiliki titik lebur antara 235
°C dan 237°C. Satu bagian kafein larut dalam 60 bagian air, 2 bagian air panas, 130 bagian etanol, dan 7 bagian
kloroform. Kafein larut dalam eter dan lebih larut dalam larutan asam Clarke, 1969.
Kafein dalam etanol memiliki serapan maksimum pada panjang gelombang 273 nm
= 519 dan dalam larutan NaOH 0,1N memiliki serapan maksimum pada panjang gelombang 272 nm
= 470 Clarke, 1969.
1 1cm
A
1 1cm
A Kafein merupakan golongan xantin yang menyebabkan relaksasi otot
polos, terutama otot polos bronkus, merangsang sistem saraf pusat SSP, otot jantung, dan meningkatkan diuresis Wilmana, 1995. Parasetamol ataupun
asetosal dikombinasikan dengan kafein untuk memperkuat daya analgesiknya Anonim, 2000. Dosis yang digunakan pada rasa letih 1-3 kali sehari 100-200
mg, sebagai adjuvans bersama analgetika 50 mg 1 kali Tjay dan Rahardja, 2002. Tablet kafein mengandung kafein, C
8
H
10
N
4
O
2,
tidak kurang dari 90,0 dan tidak lebih dari 110,0 dari jumlah yang tertera pada etiket Anonim, 2005.
E. Spektrofotometri UV
Spektroskopi adalah salah satu teknik analisis fisiko-kimia yang mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik
REM. Spektrofotometri ultraviolet adalah salah satu teknik analisis spektroskopi yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat 190-380 nm
dengan memakai instrument spektrofotometer Mulja dan Suharman, 1995. Apabila suatu molekul dikenai radiasi elektromagnetik maka akan terjadi
eksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi yang dikenal sebagai orbital elektron antibonding
. Ada empat tipe transisi elektronik yang mungkin terjadi yaitu σÆσ, nÆσ, nÆπ, dan πÆπ. Eksitasi elektron σÆσ memberikan energi
yang terbesar dan terjadi pada daerah ultraviolet jauh yang diberikan oleh ikatan tunggal, misalnya alkana. Eksitasi elektron
πÆπ diberikan oleh ikatan rangkap dua dan tiga, juga terjadi pada daerah ultraviolet jauh. Eksitasi elektron nÆ
σ terjadi pada gugus karbonil dimetil keton dan asetaldehid yang terjadi pada
daerah ultraviolet jauh Mulja dan Suharman, 1995. Suatu molekul dapat menyerap radiasi elektromagnetik jika memiliki
kromofor, yaitu gugus penyerap dalam molekul. Molekul yang mengandung kromofor disebut kromogen. Pada senyawa organik dikenal pula gugus
auksokrom, yaitu gugus yang tidak menyerap radiasi namun bila terikat bersama kromofor dapat meningkatkan penyerapan oleh kromofor atau mengubah panjang
gelombang serapan maksimum Christian, 2004. Spektrofotometer ultraviolet melibatkan energi elektronik yang cukup
besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektofotometer ultraviolet lebih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
banyak untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Analisis kuantitatif selalu melibatkan pembacaan absorban radiasi elektromagnetik oleh molekul, atau
radiasi elektromagnetik yang diteruskan, yang disebut absorban A tanpa satuan dan transmitan dengan satuan persen T. Bouger, Lambert, dan Beer membuat
formula secara matematik hubungan antara transmitan atau absorban terhadap intensitas radiasi atau konsentrasi zat yang dianalisis dan tebal larutan yang
mengabsorpsi sebagai :
b c
t
I I
T
. .
10
ε −
= =
1
b c
T A
. .
1 log
ε
= =
2 Dimana T = persen transmitan
I = intensitas radiasi yang datang
I
t
= intensitas radiasi yang diteruskan ε = daya serap molar Lt.mol
-1
.cm
-1
c = konsentrasi mol. Lt
-1
b = tebal larutan cm A = serapan absorbansi
Mulja dan Suharman, 1995 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. KCKT