Larutan baku dibuat dalam 5 seri konsentrasi untuk tiap komponen yang diuji. Konsentrasi untuk parasetamol adalah 4mg, 6mg, 8mg, 10mg, dan
12mg. Konsentrasi untuk salisilamida adalah 4mg, 8mg, 10mg, 12mg, dan 16mg, sedangkan untuk kafein adalah 1mg, 1,5mg, 2mg, 2,5mg,
dan 3mg. Pemilihan seri konsentrasi kurva baku ini dimaksudkan agar kadar yang terdapat dalam sampel dapat masuk dalam rentang seri konsentrasi larutan
baku yang digunakan sehingga persamaan kurva baku yang diperoleh dapat digunakan untuk menetapkan kadar tiap komponen dalam sampel.
D. Optimasi Metode
1. Penentuan panjang gelombang overlapping
Penentuan panjang gelombang overlapping dimaksudkan untuk mengetahui panjang gelombang di mana parasetamol, salisilamida, dan kafein
memiliki serapan yang optimal. Sebelum menentukan panjang gelombang overlapping, panjang gelombang serapan maksimum dari masing-masing senyawa
harus ditentukan lebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan panjang gelombang masing-masing senyawa dalam metanol yang menunjukkan serapan
maksimum. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum dilakukan
menggunakan 2 seri kadar 0,8mg dan 1mg, dengan tujuan untuk memberikan hasil yang dapat meyakinkan bahwa senyawa tersebut benar-benar
senyawa yang dimaksudkan. Hal ini dilakukan mengingat bahan yang digunakan berkualitas working standard. Pembacaan serapan dilakukan pada rentang panjang
gelombang antara 200-300 nm karena parasetamol, salisilamida, dan kafein memiliki panjang gelombang serapan maksimum pada rentang tersebut.
Senyawa yang ditetapkan kadarnya secara spektrofotometri ultraviolet harus memiliki gugus kromofor dalam strukturnya agar dapat menyerap sinar
radiasi ultraviolet. Penyerapan sinar radiasi oleh suatu senyawa tergantung pada struktur elektronik dari senyawa tersebut. Pada gugus kromofor yang dimiliki oleh
parasetamol, salisilamida, dan kafein terdapat ikatan rangkap yang mengandung elektron
π yang bila dikenai sinar radiasi elektromagnetik akan mudah tereksitasi ke tingkat yang lebih tinggi yaitu obital
π. Selain gugus kromofor, terdapat juga gugus auksokrom yang langsung terikat pada gugus kromofor. Gugus auksokrom
memiliki pasangan elektron bebas pada orbital n yang dapat berinteraksi dengan elektron
π pada kromofor sehingga adanya auksokrom ini akan mengubah panjang gelombang serta intensitas serapan maksimum dari senyawa. Gambar
gugus kromofor dan auksokrom masing-masing senyawa dapat dilihat pada gambar berikut.
OH
HN C
O CH
3
Gambar 14. Gugus kromofor dan auksokrom parasetamol Keterangan :
= kromofor = auksokrom
OH C
O NH
2
Gambar 15. Gugus kromofor dan auksokrom salisilamida Keterangan :
= kromofor = auksokrom
N N
N N
CH
3
CH
3
H
3
C O
O
Gambar 16. Gugus kromofor kafein Keterangan :
= kromofor
Dalam Farmakope Indonesia edisi IV 1995 disebutkan bahwa pengujian panjang gelombang serapan maksimum mempunyai makna jika serapan
maksimum tersebut tepat pada atau dalam batas 2 nm dari panjang gelombang yang ditentukan. Serapan yang dihasilkan pada masing-masing senyawa dapat
dilihat pada gambar berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 17. Spektrum serapan parasetamol
λ
maks
= 250,8 nm Keterangan : A = konsentrasi 0,8mg; B = konsentrasi 1mg
Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa kedua spektrum serapan maksimum pada panjang gelombang yang sama yaitu 250,8 nm. Menurut
Clarke 1969, parasetamol dalam metanol memiliki serapan maksimum pada 249 nm. Dalam penelitian ini terdapat pergeseran panjang gelombang serapan
maksimum namun penyimpangan ini masih memenuhi syarat yang tercantum dalam Farmakope Indonesia edisi IV sehingga dapat dipastikan senyawa tersebut
adalah parasetamol. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 18. Spektrum serapan salisilamida
λ
maks
= 241,5 nm Keterangan : A = konsentrasi 0,8mg; B = konsentrasi 1mg
Kedua spektrum serapan pada gambar tersebut menunjukkan serapan maksimum pada panjang gelombang 241,5 nm. Salisilamida dalam etanol
memiliki panjang gelombang serapan maksimum pada 235 nm dan 302 nm Clarke, 1969. Pada pembacaan serapan maksimum ini terdapat penyimpangan
sebesar 6,5 nm. Hal ini dapat dikarenakan pada penelitian digunakan pelarut metanol, sedangkan yang ada dalam literatur adalah etanol.
Gambar 19. Spektrum serapan kafein
λ
maks
= 272,2 nm Keterangan : A = konsentrasi 0,8mg; B = konsentrasi 1mg
Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa kedua spektrum serapan maksimum kafein terjadi pada panjang gelombang 272,2 nm. Menurut
Clarke 1969, serapan maksimum kafein dalam etanol terjadi pada panjang gelombang 273 nm. Dalam penelitian ini terjadi pergeseran panjang gelombang
serapan maksimum namun penyimpangan ini masih memenuhi persyaratan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia edisi IV. Hal ini membuktikan bahwa
senyawa tersebut adalah kafein. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis tidak dilakukan pada panjang gelombang serapan maksimum salah satu senyawa karena hanya sensitif terhadap perubahan konsentrasi senyawa
yang bersangkutan. Karena hal tersebut diperlukan panjang gelombang overlapping dari ketiga senyawa yang diuji. Spektrum yang dihasilkan dari tiap
senyawa pada konsentrasi yang sama 1mg ditumpang tindihkan sehingga didapatkan gambar sebagai berikut.
Gambar 20. Gabungan spektrum serapan parasetamol a, salisilamidab, dan kafein c dengan konsentrasi 1mg
Dari gambar tersebut, dipilih panjang gelombang ovelappingnya, yaitu 270 nm. Panjang gelombang ini dipilih dengan alasan agar kafein yang dalam
sampel yang memiliki kadar yang paling kecil dapat tetap terdeteksi. Pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
panjang gelombang ini serapan kafein cukup optimal, sedangkan untuk serapan parasetamol dan salisilamida kurang optimal namun tetap dapat terdeteksi karena
konsentrasinya yang cukup besar dalam sampel.
2. Pembuatan kurva baku parasetamol, salisilamida, dan kafein