baik sehingga sistem ini lebih dikenal dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Kromidas, 2000.
KCKT merupakan teknik analisis yang paling sering digunakan dalam analisis farmasi untuk pemisahan, identifikasi, dan determinasi dalam campuran
yang kompleks Skoog, Holler, dan Nieman, 1998. Peralatan KCKT dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Peralatan KCKT Kazakevich dan Nair,1996
Ada tiga variabel utama pada sistem KCKT yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Fase gerak
Kemampuan KCKT untuk memisahkan banyak senyawa terutama tergantung pada keanekaragaman fase gerak. Fase gerak pada KCKT sangat
berpengaruh pada tambatan dan pemisahan senyawa Munson, 1984. Fase gerak untuk analisis secara KCKT harus bersifat murni, tanpa cemaran, tidak
bereaksi dengan kemasan, dapat melarutkan cuplikan solut, viskositas rendah, memungkinkan memperoleh kembali cuplikan dengan mudah jika
diperlukan, dan harganya wajar Johnson dan Stevenson, 1978. Fase gerak KCKT harus bebas dari gas terlarut karena dapat mempengaruhi respon
detektor, sehingga menghasilkan sinyal palsu, dan mempengaruhi kolom Gritter, Bobbit, dan Schwarting, 1985.
Kepolaran pelarut merupakan ukuran kekuatan pelarut untuk mengelusi suatu senyawa. Kandungan utama fase gerak pada kromatografi
fase terbalik adalah air. Kecenderungan air untuk melarutkan sampel dapat diubah dengan menambahkan garam untuk menimbulkan pengaruh
penggaraman, asam, basa, dapar untuk melarutkan atau mengendapkan asam atau basa, pereaksi pengompleks untuk menimbulkan jenis pengaruh pelarutan
yang khas untuk gugus fungsi tertentu atau golongan senyawa tertentu, atau pelarut organik yang dapat bercampur dengan air. Pemodifikasi organik yang
banyak digunakan adalah metanol, asetonitril, dan tetrahidrofuran Gritter et al
., 1985; Munson, 1984. Kepolaran pelarut dinyatakan dalam bentuk P’ indeks polaritas.
Besarnya polaritas campuran pelarut dapat dihitung dengan persamaan berikut:
P
camp
=
∑
= Ф
= n
i
P
1
φ
1
P
1
’ + Ф
2
P
2
’ …+ Ф
n
P
n
’ 3
dengan Ф adalah fraksi pelarut dalam campuran dan n adalah jenis pelarut
yang digunakan Skoog et al., 1998. Berikut ini ditampilkan beberapa nilai indeks polaritas dari beberapa
pelarut yang sering digunakan : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 1. Nilai indeks polaritas pelarut Eluotropic Values
Solvent Index
Polarity Alumina
C
18
Silica UV Cut off
nm Hexane
0,1 0,01
- 0,00
195 Cyclohexane
0,2 0,04
- -
200 Toluene
2,4 0,29
- 0,22
284 Tetrahydrofuram
4,0 0,45
3,7 0,53
212 Ethyl acetate
4,4 0,58
- 0,48
256 Acetone
5,1 0,56
8,8 0,53
330 Methanol
5,1 0,95
1,0 0,7
205 Acetonitrile
5,8 0,65
3,1 0,52
190 Dimethylformamide
6,4 -
7,6 -
268 Dimethylsulfoxide
7,2 0,62
- -
268 Water
10,2 -
- -
190
Snyder, Kirkland, dan Glajch, 1997 Tabel di atas menunjukkan bahwa semakin besar eluotropic values
dari pelarut menunjukkan semakin mudah untuk mengelusi sampel. Semakin besar indeks polaritas yang dimiliki oleh pelarut maka semakin bersifat polar
pelarut yan digunakan Snyder et al., 1997.
b. Fase diam